You are on page 1of 17

DINDA KEMALA RANTIH

1102014075
A10
I.

Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan

1. Definisi
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion
dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat
berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat
diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis
sekalipun.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari pelarut dan zat tertentu (zat terlarut).
Cairan sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Cairan
didalam tubuh sebanyak 60% dari berat tubuh atau 2/3 dari berat tubuh
2. Fungsi
Fungsi Cairan Tubuh:
Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi
utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan mineral
serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.Selain
itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil
metabolisme seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat.
Selain berperan dalam proses metabolisme,air yang terdapat di dalam tubuh
juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringanjaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh,
katalisator reaksi biologik sel,pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan
membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.Selain itu agar
fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal,air di dalam tubuh juga akan
berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada
kondisi ideal yaitu 37 C.
3. Jenis
Jenis larutan
Berdasarkan Fasanya
Solvent
Contoh
Solute
(Pelarut)
(Terlarut)
Zat cair
Air
Zat cair
Zat cair
Aseton
Gas

Alkohol
Asetilen

Zat cair

Air

Zat padat

Garam

Gas

Udara

Zat cair

Minyak
Wangi

Contoh

Contoh
campuran
Spiritus
Zat untuk
las
Larutan
garam
Spray

Gas

O2

Gas

He

Gas
Zat padat

O2
Cd

Zat padat
Zat cair

Naftalen
Hg

Zat padat

Pd

Gas

H2

Gas untuk
mengelas
Kamfer
Amalgam
gig
Gas oven

Berdasarkan Daya Hantar Listriknya


Kekuatannya tergantung pada nilai koefisien ionisasinya :
a. Elektrolit
Dapatmenghantarkanaruslistrik,kuat =1,lemah0< <1
b.NonElektrolit
Tidakdapatmengantarkanaruslistrik
Berdasakanbanyaksedikitnyazatterlarut
a. Larutanpekatyaitularutanyangmengandungrelativelebihbanyaksolute
dibandingakansolvent
b. Larutabenceryaitularutanyangrelativelebihsedikitsolutedisbanding
solvent.
4. Perbedaan Larutan dan Cairan
Cairan terdiri dari 1 zat, sedangkan larutan terdiri dari 2 zat atau lebih yang
terdiri dari solute dan solvent.
II.

Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan didalam tubuh

2. Komposisi Cairan Tubuh


Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh
meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh
ini bervariasi antara individu sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut.
Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dati total berat badan. Pada bayi dan
anak-anak, prosentase ini relative lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga
bagian (67%) dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan
sepertiganya (33%) berada di luar sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan
intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat
badan, dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan.
Selain kedua kompartmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati cairan tubuh,
yaitu cairan transel. Namun, volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi,
cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat
pada cairan ekstrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak
dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel
dan plasma.

Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier
yangmemisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan
intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma.
Dalam keadaannormal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan dan
elektrolit antar kompartmen.Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah
satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartmen
sehingga terjadi keseimbangan kembali.
3. Input dan Output Cairan
A. Intake Cairan
Intake cairan yaitu jumlah atau volume kebutuhan tubuh manusia akan cairan
per hari.
Selama aktivitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira
1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari
sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi
selama proses metabolisme.
Tabel. Kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan
No
Umur
BB (Kg)
Kebutuhan Cairan
1
3 hari
3
250-300
2
1 tahun
9,5
1150-1300
3
2 tahun
11,8
1350-1500
4
6 tahun
20
1800-2000
5
10 tahun
28,7
2000-2500
6
14 tahun
45
2200-2700
7
18 tahun
54
2200-2700
Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,
perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
gastrointestinal.

B.
a.

b.

c.

d.

Output Cairan
Output cairan yaitu jumlah atau volume kehilangan cairan pada tubuh manusia per
hari. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius
merupakan proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine
sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa.
Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya,
bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai
upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme diffusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar
300-400 ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL
dapat meningkat.
Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
4. Mekanisme Keseimbangan Cairan Tubuh
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam 3 fase yaitu:
a. Fase I
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke system sirkulasi, nutrasi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan saluran pencernaan
b. Fase II
Cairan interselular beserta komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
c. Fase III
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interselular
masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang
merupakan membrane semiperiabel mampu memfilter tidak semua substansi
dan komponen cairan dalam tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan cairan
dan elektrolit tubuh dilakukan dengan cara transport pasif (difusi danosmosis),
transport aktif, dan filtrasi.
Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dancenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah
sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti
ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai
dengan hukum Fick (Ficks
law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.

2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih
rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang
sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi
tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air akan
menurun.
Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan
larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka
terjadi perpindahan air/ zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang
rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini
disebut dengan osmosis.
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan
tekanan, luas permukaan membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang
mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara
pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih
tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan
konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.
5. Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh :
A. Hipovolemik atau dehidrasi
Suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan dapat terjadi
karena kehilangan melalui kulit,ginjal,gastrointestinal, pendarahan sehingga
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanismenya adalah peningkatan rangsangan saraf
simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan tekanan vaskuler),
rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron.
Gejalanya antara lain: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu
meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering.
Tanda-tanda penurunan berat 15 badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena
jugularis. Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.
B. Hipervolemi atau overhidrasi
Penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
1) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan.

4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma. Gejala: sesak napas, peningkatan dan


penurunan TD, nadi kuat, asites, adema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena
leher, dan irama gallop
III. Memahami dan Menjelaskan Dehidrasi
DEFINISI
Dehidrasi dideskripsikan sebagai suatu keadaan keseimbangan cairan yang
negatif atau terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis penyakit (Huang
et al, 2009).
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada
pemasukan air (input) (Suraatmaja, 2010). Cairan yang keluar biasanya disertai
dengan elektrolit (Latief, dkk., 2005).
Berdasarkan
pengertian-pengertian
di
atas,
dapat
disimpulkan
dehidrasi(''hypohydration'') didefinisikan sebagai hilangnya cairan yang
berlebihan dalam tubuh atau gangguan pengeluaran cairan pada tubuh yang tidak
seimbang dengan pemasukan cairan (misalnya minum). Ini bukan penyakit, tetapi
gejala yang ditimbulkan oleh penyakit lain. Biasanya dehidrasi terjadi karena
infeksi yang menyebabkan muntah dan diare.

B.
1.

Dehidrasi merupakan ketidakseimbangan cairan tubuhb dikarenakan pengeluaran


cairan lebih besar daripada pemasukan (Almatsier, 2009).

JENIS-JENIS DEHIDRASI
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik, dehidrasi dapat dibagi menjadi
dehidrasi ringan, sedang dan berat seperti pada tabel di bawah ini:

Klasifikasi
Dehidrasi
Berdasarkan Gejala
Klinis dan
Pemeriksaan Fisik
Gejala/tanda

Ringan (3-5%)

Sedang (6-9%)

Berat (10% atau


lebih)

Tingkat kesadaran

Sadar

Letargi

Tidak sadar

Pengisian kembali
kapiler

2 detik

2-4 detik

Lebih dari 4 detik

Membrane mukosa

Normal

Kering

Sangat kering

Denyut jantung

Sedikit meningkat

Meningkat

Sangat meningkat

Laju pernapasan

Normal

Meningkat

Meningat dan
hiperapnea

Tekanan darah

Normal

Normal; ortostatik

Menurun

Denyut nadi

Normal

Cepat dan lemah

Sangat lemah/ samar


atau tidak teraba

Turgor kulit

Kembali normal

Kembali lambat

Tidak segera kembali

Fontanella

Normal

Agak cekung

Cekung

Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung

Keluaran urin

Menurun

Oliguria

Anuria

2.
a.

Berdasarkan gambaran elektrolit serum, dehidrasi dapat dibagi menjadi :


Dehidrasi Hiponatremik atau Hipotonik
Dehidrasi hiponatremik merupakan kehilangan natrium yang relatif lebih besar
daripada air, dengan kadar natrium kurang dari 130 mEq/L. Apabila terdapat kadar
natrium serum kurang dari 120 mEq/L, maka akan terjadi edema serebral dengan
segala akibatnya, seperti apatis, anoreksia, nausea, muntah, agitasi, gangguan
kesadaran, kejang dan koma (Garna, dkk., 2000). Kehilangan natrium dapat dihitung
dengan rumus :
Defisit natrium (mEq) = (135 - S Na) air tubuh total (dalam L) (0,6 x berat badan
dalam kg)
S Na bearti konsentrasi natrium serum yang terukur, sedangkan 135 adalah nilai
normal rendah natrium serum. Pada dehidrasi hipotonik atau hiponatremik, cairan
ekstraseluler relatif hipotonik terhadap cairan intraseluler, sehingga air bergerak dari
kompartemen ekstraseluler ke intraseluler. Kehilangan volume akibat kehilangan
eksternal dalam bentuk dehidrasi ini akan makin diperberat dengan perpindahan
cairan ekstraseluler ke kompartemen intraseluler. Hasil akhirnya adalah penurunan
volume ekstraseluler yang dapat mengakibatkan kegagalan sirkulasi (Behrman et
al, 2000). Dehidrasi hiponatremik dapat disebabkan oleh penggantian kehilangan
cairan dengan cairan rendah solut (Graber, 2003).

b.

Dehidrasi Isonatremi atau Isotonik


Dehidrasi isonatremik (isotonik) terjadi ketika hilangnya cairan sama dengan
konsentrasi natrium dalam darah. Kehilangan natrium dan air adalah sama
jumlahnya/besarnya dalam kompartemen cairan ekstravaskular maupun intravaskular.
Kadar natrium pada dehidrasi isonatremik 130-150 mEq/L (Huang et al, 2009). Tidak
ada perubahan konsentrasi elektrolit darah pada dehidrasi isonatremik (Latief, dkk.,
2005).

c.

Dehidrasi Hipernatremik atau Hipertonik


Dehidrasi hipernatremik (hipertonik) terjadi ketika cairan yang hilang mengandung
lebih sedikit natrium daripada darah (kehilangan cairan hipotonik), kadar natrium
serum > 150 mEq/L. Kehilangan natrium serum lebih sedikit daripada air, karena
natrium serum tinggi, cairan di ekstravaskular pindah ke intravaskular meminimalisir
penurunan volume intravaskular (Huang et al, 2009).
Dehidrasi hipertonik dapat terjadi karena pemasukan (intake) elektrolit lebih banyak
daripada air (Dell, 1973 dalam Suharyono, 2008). Cairan rehidrasi oral yang pekat,

susu formula pekat, larutan gula garam yang tidak tepat takar merupakan faktor resiko
yang cukup kuat terhadap kejadian hipernatremia (Segeren, dkk., 2005). Terapi cairan
untuk dehidrasi hipernatremik dapat sukar karena hiperosmolalitas berat dapat
mengakibatkan kerusakan serebrum dengan perdarahan dan trombosis serebral luas,
serta efusi subdural. Jejas serebri ini dapat mengakibatkan defisit neurologis menetap.
Seringkali, kejang terjadi selama pengobatan bersamaan dengan kembalinya natrium
serum ke kadar normal. Selama masa dehidrasi, kandungan natrium sel-sel otak
meningkat, osmol idiogenik intraselular, terutama taurine, dihasilkan. Dengan
penurunan cepat osmolalitas cairan ekstraselular akibat perubahan natrium serum dan
kadang-kadang disertai penurunan konsentrasi subtansi lainnya yang serasa osmotik
aktif misalnya glukosa, dapat terjadi perpindahan berlebihan air ke dalam sel otak
selama rehidrasi dan menimbulkan udem serebri. Pada beberapa penderita, udem otak
ini dapat ireversibel dan bersifat mematikan. Hal ini dapat tejadi selama koreksi
hipernatremia yang terlalu tergesa-gesa atau dengan penggunaan larutan hidrasi awal
yang tidak isotonis. Terapi disesuaikan untuk mengembalikan kadar natrium serum ke
nilai normal tetapi tidak lebih cepat dari 10 mEq/L/24 jam (Behrman et al, 2000).
C.

PENYEBAB DEHIDRASI
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi yaitu,
1. Diare
Diare adalah alasan paling umum seseorang kehilangan kelebihan air. Jumlah yang
signifikan air dapat hilang dengan setiap buang air besar. Seluruh dunia, lebih dari
empat juta anak meninggal setiap tahun karena dehidrasi akibat diare
2. Muntah
Muntah dapat juga menjadi penyebab hilangnya cairan dan sulit bagi seseorang untuk
menggantikan air dengan minum itu jika mereka tidak mampu menoleransi cairan.
3. Keringat
Tubuh dapat kehilangan air dalam jumlah yang signifikan ketika mencoba untuk
mendinginkan diri dengan berkeringat. Apakah tubuh panas karena lingkungan
(misalnya, bekerja di lingkungan yang hangat), intens berolahraga dalam lingkungan
yang panas, atau karena demam hadir karena adanya infeksi tubuh menggunakan
sejumlah besar air dalam bentuk keringat dingin sendiri. Tergantung pada kondisi
cuaca, jalan cepat akan menghasilkan hingga 16 ons keringat (satu pon air).
4. Diabetes
Pada orang dengan diabetes, peningkatan kadar gula darah menyebabkan gula tumpah
ke dalam air seni dan air kemudian berikut, yang dapat menyebabkan dehidrasi yang
signifikan. Untuk alasan ini, sering buang air kecil dan rasa haus yang berlebihan
adalah salah satu gejala diabetes.
5. Burns.
Burn korban mengalami dehidrasi karena air merembes ke dalam kulit rusak. Lain
penyakit radang kulit juga berhubungan dengan hilangnya cairan.
6. Ketidakmampuan untuk minum cairan.
Ketidakmampuan untuk minum secara memadai adalah penyebab potensial lainnya
dehidrasi. Apakah itu adalah kurangnya ketersediaan air atau kurangnya kekuatan

untuk minum dalam jumlah yang memadai, ini, ditambah dengan rutinitas atau air
yang luar biasa kerugian dapat menambah tingkat dehidrasi.
Faktor Lain

D.

Mengonsumsi alkohol dan intoksikasi (keracunan)

Suhu/cuaca yang sangat panas

Olahraga yang menyebabkan keringat banyak keluar, seperti maraton dan


sepakbola

Perdarahan

Berada di elevasi tinggi

PATOFISIOLOGI
Kekurangan cairan atau dehidrasi terjadi jika cairan yang dikeluarkan tubuh
melebihi cairan yang masuk. Tentu, mekanisme tubuh manusia yang sangat dinamis
menjaga manusia untuk terhindar dari kekurangan banyak cairan. Ketika
keseimbangan cairan dalam tubuh mulai terganggu, misalnya rasa haus akan muncul.
Tubuh lalu menghasilkan hormon anti-diuretik (ADH) untuk mereduksi produksi
kencing diginjal. Tujuannya menjaga agar cairan yang keluar tidak banyak. Air yang
kita minum umumnya cukup untuk mengganti cairan yang hilang saat beraktivitas
normal seperti bernapas, berkeringat, buang air kecil, atau buang air besar.Dehidrasi
kebanyakan disebabkan kondisi tertentu. Misalnya penyakit macam diare, muntah,
dan diabetes, atau berkeringat berlebihan dan tidak segera menggantinya dengan
minum.Saat dehidrasi, tubuh tidak hanya kehilangan air, tapi juga kehilangan
elektrolit dan glukosa.
Kehilangan sekitar 2 persen cairan tubuh. Mulanya adalah rasa haus yang teramat
sangat. Mulut dan lidah kering, air liur pun berkurang. Produksi kencing pun
menurun.
Apabila hilangnya air meningkat menjadi 3-4 persen dari berat badan, terjadi
penurunan gangguan performa tubuh. Suhu tubuh menjadi panas dan naik,
biasanya diikuti meriang. Tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Nafsu makan
hilang, kulit kering dan memerah, dan muncul rasa mual.
Ketika cairan yang hilang mencapai 5 persen-6 persen dari berat badan,
frekuensinadimeningkat, denyut jantung menjadi cepat. Frekuensi pernapasan
juga makin tinggi, napas jadi memburu. Yang terjadi selanjutnya adalah
penurunan konsentrasi, sakit kepala, mual, dan rasa mengantuk yang teramat
sangat.
Kehilangan cairan tubuh 10 persen-15 persen dapat menyebabkan otot menjadi
kaku, kulit keriput, gangguan penglihatan, gangguan buang air kecil, dan
gangguan kesadaran.
Apabila mencapai lebih dari 15 persen akan mengakibatkan kegagalan multiorgan dan mengakibatkan kematian.

Faktor Resiko Dehidrasi


Para ahli kesehatan telah mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat membuat
seseorang rentan terkena dehidrasi. Faktor-faktor risiko tersebut adalah:

E.
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Berusia lanjut (lebih dari 65 tahun)

Diabetes

Diare, demam atau muntah

Penyakit, gangguan atau kondisi kesehatan yang membuat pengeluaran urin


menjadi berlebih, seperti diabetes

Penggunaan narkoba

Anak-anak usia enam tahun ke bawah

GEJALA DAN TANDA-TANDA DEHIDRASI


Gejala dan tanda-tanda dehidrasi secara umum :
Mulut kering dan lidah bengkak
Mulut kering dan lidah menjadi sedikit bengkak adalah sinyal tubuh mengalami
dehidrasi. Cara terbaik untuk menghindari dehidrasi adalah minum ketika haus. Tapi
jika sudah minum masih ada tanda-tanda dehidrasi, bisa jadi ada faktor lain yang
menjadi masalahnya.
Urine berwarna kuning pekat
Jika tubuh mengalami dehidrasi, ginjal akan mencoba menghemat air atau
menghentikan produksi urine. Akibatnya urine akan berwarna menjadi lebih gelap
atau kuning pekat.
Sembelit (sukar buang air besar)
Ketika tubuh cukup air, makanan yang dimakan akan bergerak bebas. Usus besar
(kolon) akan menyerap air dari makanan yang dimakan dan kemudian mengeluarkan
limbah berupa feses.Ketika mengalami dehidrasi, usus besar akan menghemat air
yang menyebabkan feses menjadi keras dan kering. Hasilnya adalah sembelit.
Kulit menjadi kurang elastic
Dokter dapat menggunakan elastisitas kulit untuk mengetes dehidrasi dengan cara
mencubitnya. Jika kondisi normal, maka saat mencubit kulit di punggung tangan lalu
dilepaskan lagi akan kembali normal. Tapi ketika kulit mengalami dehidrasi, saat
dicubit lalu dilepaskan akan lambat normalnya. Meskipun ini bukan tes terbaik
dehidrasi tapi elastisitas kulit masih merupakan tanda yang baik jika terjadi dehidrasi.
Jantung Berdebar-debar
Jantung membutuhkan tubuh yang sehat dan normal agar berfungsi dengan benar. Jika
terjadi penurunan aliran darah dan perubahan kadar elektrolit karena dehidrasi,
biasanya jantung akan berdebar-debar.
Kram otot atau Kejang-kejang
Meski belum diketahui pasti bagaimana dehidrasi mempengaruhi fungsi otot tapi
diduga terkait dengan ketidakseimbangan elektrolit. Elektrolit seperti natrium dan

kalium adalah ion yang bermuatan listrik yang membuat otot bekerja.
Jika mengalami dehidrasi kronis, maka terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang
dapat menyebabkan kram otot atau kejang yang terus menerus. Kondisi ini banyak
terjadi setelah orang selesai melakukan latihan atau olahraga.
7.
Pusing
Dehidrasi juga bisa menyebabkan pusing atau pingsan. Salah satu tanda-tanda
dehidrasi adalah tubuh merasa melayang ketika buru-buru berdiri dari posisi duduk
atau tidur.
8.
Lelah
Dehidrasi kronis akan membuat volume darah dan tekanan darah ikut turun yang
membuat pasokan oksigen ke darah juga turun. Tanpa oksigen yang cukup, otot dan
fungsi saraf akan bekerja lambat sehingga orang menjadi lebih mudah lelah.
9.
Air mata kering
Air mata digunakan untuk membersihkan dan melumasi mata. Jika cairan di tubuh
kurang, bisa membuat produksi air mata terhenti.
10. Badan selalu merasa kepanasan
Air memainkan peran kunci dalam mengatur suhu tubuh. Ketika tubuh mulai panas
kulit akan berkeringat. Dengan berkeringat, maka suhu tubuh akan turun lagi. Karena
keringat sebagian besar terdiri dari air, maka saat mengalami dehidrasi, tubuh akan
berhenti mengeluarkan keringat yang membuat badan akan merasa kepanasan.

1.

Gejala dan tanda dehidrasi sesuai tingkatannya :


Dehidrasi ringan
Muka memerah
Rasa sangat haus
Kulit kering dan pecah-pecah
Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
Pusing dan lemah
Kram otot terutama pada kaki dan tangan
Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
Sering mengantuk
Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang

2.
Dehidrasi sedang

Tekanan darah menurun

Pingsan

Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung

Kejang

Perut kembung

Gagal jantung

Ubun-ubun cekung

Denyut nadi cepat dan lemah


3.
Dehidrasi Berat

Kesadaran berkurang

Tidak buang air kecil

Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab

Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba


Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan

F.

DIAGNOSIS
Gejala dan tanda klinis dehidrasi pada usia lanjut tak jelas, bahkan bisa tidak
ada sama sekali. Namun secara umum terjadi penurunan kemampuan homeostatik
seiring dengan bertambahnya usia. Secara khusus, terjadi penurunan respons rasa haus
terhadap kondisi hipovolemik dan hiperosmolaritas. Di samping itu juga terjadi
penurunan laju filtrasi glomerulus, kemampuan fungsi konsentrasi ginjal, renin,
aldoosteron, dan penurunan fungsi ginjal terhadap vasopresin.
Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, penurunan turgor, dan
mata cekung sering tidak jelas. Gejala klinis yang paling spesifik dapat dievaluasi
adalah penurunan berat badan akut lebih dari 3%. Gejala klinis lainnya yang dapat
membantu identifikasi kondisi dehidrasi adalah hipotensi ortostatik.
Berdasarkan studi di Divisi Geriatri Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, bila
ditemukan askila lembab, suhu tubuh meningkat dari suhu basal, diuresis berkurang,
berat jenis (BJ) urin lebih dari atau sama dengan 1,019 (tanpa adanya glukosolia dan
proteinuria), serta rasio blood urea nitrogen/kreatinin lebih dari atau sama dengan
16,9 (tanpa adanya perdarahan aktif saluran cerna) maka kemungkinan terdapat
dehidrasi pada usia lanjut adalah 81%. Kriteria ini dapat dipakai dengan syarat : tidak
menggunakan obat-obat sitostatik, tidak ada perdarahan saluran cerna, dan tidak ada
kondisi overlood (gagal jantung kongesif, sirosis hepaptis dengan hipertensi portal,
penyakit ginjal kronik stadium terminal, sindromnefrotik).
Dalam dunia kedokteran, pemeriksan penunjang untuk dehidrasi adalah :
1. Kadar natrium plasma darah
2. Osmolaritas serum
3. Ureum dan kreatinin darah
4. BJ urin
5. Tekanan vena sentral (sentral venous pressure)

G.

KOMPLIKASI
Dehidrasi adalah umum diantara pasien-pasien dewasa dengan diare akut yang
mempunyai jumlah-jumlah feces yang besar, terutama ketika pemasukan dari cairan
dibatasi oleh kelesuan atau dihubungkan dengan mual dan muntah. Adalah juga
umum pada bayi-bayi dan anak-anak muda yang mengembangkan viral gastroenteritis
atau infeksi bakteri.
Meskipun jarang terjadi, komplikasi dehidrasi dapat terjadi disebabkan oleh
infeksi rotavirus. Dehidrasi yang tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan
bagi anak. Rotavirus adalah virus yang sering menyebabkan gastroenteritis akut
(infeksi saluran pencernaan) pada anak, yang ditandai dengan muntah, diare, demam,
dan nyeri perut.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan penurunan volume darah (hipovolemia) sampai kematian bila tidak
ditangani dengan tepat.
Dehidrasi sedang jarang menimbulkan komplikasi selama cairan yang hilang
cepat digantikan. Kasus lainnya dapat mengancam jiwa, terutama pada individu yang

masih sangat muda atau sudah tua. Pada keadaan yang gawat, cairan atau elektrolit
dapat diberikan secara intravena.
Pasien-pasien dengan dehidrasi yang ringan mungkin megalami hanya dahaga
atau mulut yang kering. Dehidrasi yang sedang sampai parah mungkin
menyebabkan orthostatic hypotension dengan syncope (pingsan waktu berdiri yang
disebabkan volume darah yang berkurang, yang menyebabkan kejatuhan dari tekanan
darah waktu berdiri), hasil urin yang berkurang, kelemahan yang parah, shock, gagal
ginjal, kebingungan, acidosis (terlalu banyak asam dalam darah), dan koma.
H.

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN


Dehidrasi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Dehidrasi sangat mudah dikenali
saat awal kejadian sehingga makin cepat dilakukan koreksi maka akan semakin baik
hasil yang didapatkan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya dehidrasi antara lain :
Penderita diare dan muntah muntah dapat diberikan pengobatan awal untuk
mencegah kehilangan cairan yang lebih lanjut. Obat obatan ini terutama untuk
mengurangi gejala yang terjadi.
Obat penurun panas dapat diberikan untuk menurunkan suhu tubuh
Penderita diberikan minum sebanyak mungkin dengan cara bertahap namun
frekuensinya ditingkatkan.
Prinsip utama pengobatan dehidrasi adalah penggantian cairan. Penggantian
cairan ini dapat berupa banyak minum, bila minum gagal maka dilakukan pemasukan
cairan melalui infus. Tapi yang utama disini adalah penggantian cairan sedapat
mungkin dari minuman.Keputusan menggunakan cairan infus sangat terggantung dari
kondisi pasien berdasarkan pemeriksaan dokter. Keberhasilan penanganan dehidrasi
dapat dilihat dari produksi kencing. Penggunaan obat-obatan diperlukan untuk
mengobati penyakit-penyakit yang merupakan penyebab dari dehidrasi seperti diare,
muntah dan lain-lain.
Dehidrasi dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya berikut :
a.Lingkungan
Dehidrasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan sangat mungkin untuk dilakukan
pencegahan. Jika memungkinkan, aturlah jadual kegiatan atau aktifitas fisik yang
sesuai dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada siang
hari.
b.Olah raga
Orang yang berolah raga pada kondisi cuaca yang panas harus minum lebih banyak
cairan.
c. Umur
Umur sudah dan tua sama beresikonya untuk mengalami dehidrasi.
Dehidrasi bukan kondisi yang tidak dapat dicegah namun bila terjadi dan tertangani
dengan baik maka kondisi yang tidak diinginkan bisa dihindari.
Dehidrasi kerap kali menyebabkan kulit jadi tipis dan lebih cepat kelihatan berkerut.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dehidrasi pada kulit, yaitu
dengan minum banyak cairan, normalnya disarankan untuk mengkonsumsi paling
sedikit 8 gelas cairan sehari, minum minuman berenergi dapat mendorong orang-

orang aktif, lebih banyak minum cairan karena kandungan rasa dan sodium tinggi di
dalamnya, hindari minuman berkafein dan yang mengandung alkohol, keduanya
sama-sama dapat menyebabkan dehidrasi, hindari minuman yang mengandung
carbonat karena pembakaran bisa menyebabkan penggelembungan atau perasaan
penuh dan mencegah pemenuhan konsumsi cairan, mengenakan pakaian berwarna
terang, yang menyerap
dan berukuran pas, usahakan berada di tempat yang sejuk, terlindungi dari matahari
dan lindungi kulit dengan sunblock kapan saja selebihnya, menyadari dan
mempersiapkan adalah cara termudah untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Di hari
yang panas, untuk orang yang sedang beraktivitas bisa mengalami dehidrasi hanya
dalam waktu 15 menit.
III.

Memahami dan Menjelaskan Elektrolit

DEFINISI
Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan
diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain( miliekuivalen/liter)
Tubuh kita ini adalah ibarat suatu jaringan listrik yang begitu kompleks,
didalamnya terdapat beberapa pembangkit lokal seperti jantung, otak dan ginjal.
Juga ada rumah-rumah pelanggan berupa sel-sel otot. Untuk bisa mengalirkan listrik
ini diperlukan ion-ion yang akan mengantarkan perintah dari pembangkit ke rumahrumah pelanggan. Ion-ion ini disebut sebagai elektrolit. Ada dua tipe elektrolit yang
ada dalam tubuh, yaitu kation (elektrolit yang bermuatan positif) dan anion (elektrolit
yang bermuatan negatif). Masing-masing tipe elektrolit ini saling bekerja sama
mengantarkan impuls sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan tubuh. (The
College of Emergency Medicine & Doctors.net.uk, 2008) Beberapa contoh kation
dalam tubuh adalah Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca2+), Magnesium
(Mg2+). Sedangkan anion adalah Klorida (Cl-), HCO3-, HPO4 SO4Dalam keadaan normal, kadar kation dan anion ini sama besar sehingga potensial
listrik cairan tubuh bersifat netral. Pada cairan ektrasel (cairan diluar sel), kation
utama adalah Na+ sedangkan anion utamanya adalah Cl-Sedangkan di intrasel (di
dalam sel) kation utamanya adalah kalium (K+).
Disamping sebagai pengantar aliran listrik, elektrolit juga mempunyai
banyak manfaat, tergantung dari jenisnya. Contohnya :
Natrium : fungsinya sebagai penentu utama osmolaritas dalam darah
dan pengaturan volume ekstra sel.
Kalium : fungsinya mempertahankan membran potensial elektrik
dalam tubuh.
Klorida : fungsinya mempertahankan tekanan osmotik, distribusi air
pada berbagai cairan tubuh dan keseimbangan anion dan kation dalam
cairan ekstrasel.
Kalsium : fungsi utama kalsium adalah sebagai penggerak dari otot-otot,
deposit utamanya berada di tulang dan gigi, apabila diperlukan, kalsium ini
dapat berpindah ke dalam darah.

Magnesium : Berperan penting dalam aktivitas elektrik jaringan, mengatur


pergerakan Ca2+ ke dalam otot serta memelihara kekuatan kontraksi
jantung dan kekuatan pembuluh darah tubuh. (The College of Emergency
Medicine & Doctors.net.uk, 2008)

Gangguan Elektrolit
1. Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (<137 mEq/L)
Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual,
muntah, sakit kepala dan keram otot.
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat,
letargi, kejang, disorientasi dan koma.
Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung,
penyakit Addison).
Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada
tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi.
2. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L) dan selalu dikaitkan dengan
keadaan hiperosmolar. Ada morbiditas dan mortalitas yang signifikan terkait dengan
hipernatremia yang sulit untuk dihitungkarena hubungannya dengan komorbiditas
serius lainnya. Beberapa studi telah angka kematian setinggi 75% akibat
hipernatremia. (Semenovskaya Z,2007). Hipernatremia menyebabkan dehidrasi sel
yang menyebabkan sel-sel menyusut. Sel-sel merespon dengan mengangkut elektrolit
melintasi membran sel dan mengubah potensial membran menjadi istirahat. Sekitar
satu jam kemudian jika masih ada hipernatremia, larutan organik intraseluler dibentuk
untuk mengembalikan volume sel dan mencegah kerusakan struktural. Oleh karena itu
ketika mengganti air harus dilakukan dengan sangat perlahan untuk memungkinkan
akumulasi zat terlarut untuk menghindari edema serebral. (Semenovskaya Z, 2007).
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis
osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati
hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang
sekunder terhadap hipernatremia.

3. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (<3,5 mEq)
Etiologi
Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot
nasogastrik, diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
Diuretik
Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
Ekskresi berlebihan melalui ginjal
Maldistribusi K+

Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia,
hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus.
Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut
ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering
memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.

4. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik,
diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush
injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan
saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan
pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi,
defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
Insufisiensi adrenal
Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau
pemasangan torniket terlalu lama
Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG
memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium
serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul
dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS
melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus
ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10
mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis
ascenden.
V. Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam Islam
-

Sungguh janganlah salah seorang dari kamu minum sambil berdiri.
(Imam
Muslim)
Jika salah seorang dari kalian hendak makan, hendaklah makan dengan tangan
kanan. Dan apabila ingin minum, hendaklah minum dengan tangan kanan.
Sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan
kirinya. (HR. Muslim)
Dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika kalian minum
maka janganlah bernafas dalam wadah air minumnya. (HR. Bukhari no. 5630 dan
Muslim no. 263)

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Dehidrasi.http://smadapalapare.com/dehidrasi.htmldiakses tanggal 13 Februari
2015
Anonim.2011.Dehidrasi dan Rencana Terapi.http://bukujaga.com/dehidrasi-dan-rencanaterapi.htmldiakses tanggal 13 februari 2015
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/148/jtptunimus-gdl-rinamelati-7355-2-babii.pdf (acces:
13 Februari 2015)
romdhoni.staff.gunadarma.ac.id/.../files/.../Larutan.pdf (acces: 13 Februari 2015)
etd.ugm.ac.id/index.php?...pdf...pdf (acces: 13 Februari 2015)
http://www.medkes.com/2014/07/gejala-penyebab-dan-pengobatan-dehidrasi.html (acces: 13
Februari 2015)
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/publication/fluidbalance.pdf (acces: 13 Februari
2015)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41453/4/Chapter%20II.pdf (acces : 14
Februari 2014)

You might also like