You are on page 1of 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL

DENGAN INFEKSI TOURCH

Oleh :
Kelompok VIII
CHAIRANI
KRISDAYANTI
SATIVA LESTARI
ALFITRA MS

AKADEMI KEPERAWATAN ABULYATAMA


BANDA ACEH
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes
simplex) adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita hamil kepada
bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi menularkan kepada
janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan. Dugaan terhadap infeksi TORCH
baru bisa dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan darah atau skrining. Jika
hasilnya positif, atau terdapat infeksi aktif, selanjutjnya disarankan pemeriksaan
diagnostik berupa pengambilan sedikit cairan ketuban untuk diperiksa di
laboratorium.
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh
(Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSVII) dalam wanita hamil. TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma gondii (toxo),
Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) and other diseases.
Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik
pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Infeksi
TORCH bersama dengan paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat
mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul
akibat TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata,
kelainan pada otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi motorik,
hidrosepalus, dan lain sebagainya.
TORCH tidak hanya berkaitan dengan masalah kehamilan saja. TORCH juga
bisa meyerang orang tua, anak muda, dari berbagai kalangan, usia, dan jenis kelamin.
TORCH bisa menyerang otak (timbul gejala sering sakit kepala misalnya),
menyebabkan sering timbul radang tenggorokan, flu berkepanjangan, sakit pada otot,
persendian, pinggang, sakit pada kaki, lambung, mata, dan sebagainya.
Diagnosis dilakukan dengan tes ELISA. Ditemukan bahwa antibodi IgM
menunjukkan hasil positif 40 (10.52%) untuk toksoplasma, 102 (26.8%) untuk
Rubella, 32 (8.42%) untuk CMV dan 14 (3.6%) untuk HSV-II. Antibodi IgG

menunjukkan hasil positif 160 (42.10%) untuk Toxoplasma, 233 (61.3%) untuk
Rubella, 346 (91.05%) untuk CMV dan 145 (33.58%) untuk HSV-II.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah mahasiswa mampu mengaplikasikan
asuhan keperawatan dan mengetahui infeksi TOURCH pada ibu hamil.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.

Apa definisi dari TOURCH


Bagaimana etiologi dari TOURCH
Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan infeksi TOURCH
Bagaimana asuhan keperawatannya

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Definisi TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat
jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.
2.1.1 Toxoplasmosis
Definisi Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebsbkan oleh
toxoplasma gondii. Ibu dengan toxoplasma gondii biasanya tidak menampakan gejala
walaupun 10%-20% ibu yang terinfeksi.
Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah parasit protozoa yaiti toxoplasma gondii
2.1.2 Manifestasi Klinis

Sakit Kepala
Lemah
Sulit berpikir jernih
Demam
Mati rasa
Koma
Serangan jantung
Perubahan pada penglihatan (seperti penglihatan ganda, lebih sensitif terhadap

cahaya terang, atau kehilangan penglihatan)


Kejang otot, dan sakit kepala parah

2.1.3 Patofisiologi
1) Kucing
Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah kucing. kucing tersebut
terinfeksi karena memakan hewan pengerat dan burung pemakan daging yang
terinfeksi. Satu minggu setelah terinfeksi, kucing mengeluarkan oocyst yang
terdapat pada fesesnya. Pengeluaran oocyst terus menerus sampai sekitar 2
minggu sebelum kucing itu sembuh atau pulih kembali. Feses kucing sudah
3

sangat infeksius. Oocyst dalam feses menyebar melalui udara dan ketika
dihirup akan dapat menyebabkan infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi
setelah 1-5 hari dalam kotoran. Jika oocyst terkandung dalam tanah sisa-sisa
partikel berada di atasnya dan akan terbawa arus air hujan. Sisa oocyst dapat
bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif
2.1.4 Pengaruh Terhadap Kehamilan
Janin yang terinfeksi penyakit ini dapat menyebabkan keguguran atau bayi
lahir mati. Bisa pula menyebabkan kelainan pada bayi saat dewasa.
2.1.5 Penatalaksanaan
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk takizoid T.
gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya.

Pirimetamin dan sulfonamide


Spiramisin adalah antibiotic makrolid
Klindamisin
Azitromisin.

2.2 Rubella
Definisi suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan dewasa yang
khas dengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly. Etiologi Rubella virus
merupakan suatu toga virus yang dalam penyababnya tidak membutuhkan vector.
2.2.1 Manifestasi Klinis
Demam ringan
Merasa mengantuk
Sakit tenggorok
Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat dari wajah

keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat.


Kelenjar leher membengkak
durasi 3 5 hari

2.2.2 Patofisiologi
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan
peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh
4

tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Pada
infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring
selama. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap
mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan
bayi dirumah sakit dan dirumah untuk mencegah terjadinya penularan. Sesudah
sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan
seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.
2.2.3 Patoflow
Pengaruh Rubella Terhadap Kehamilan
Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat
menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama
kehamilan, maka resiko terjadinya kelaianan adalah 50%, sedanggkan jika infeksi
terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25% Rubella dapat menimbulkan
abortfus, anomaly congenital dan infeksi pada neonates (Konjungtivitis, engefalibis,
vesikulutis, kutis, ikterus dan konvuisi)
Pengaruh rubella pada janin
Rubella

dapat

meningkatkan

angka

kematian

perinatal

dan

sering

menyebabkan cacat bawaan pada janin.


2.2.4 Penatalaksanaan
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah
satunya dengan cara pemberian vaksinasi.
Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak
hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau akan hamil dalam
3 bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup
yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang .

2.3 CMV (Citomegalo Virus)


1. CMV adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes.

2. CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan


tubuh lemah.
2.3.1 Klasifikasi
CMV dapat mengenai hamper semua organ dan menyebabkan hamper semua
jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:

CMV nefritis (ginjal).


CMV hepatitis (hati).
CMV myocarditis (jantung).
CMV pneumonitis (paru-paru).
CMV retinitis (mata).
CMV gastritis (lambung).
CMV colitis (usus).
CMV encephalitis (otak )

2.3.2 Etiologi
citomegalo virus
2.3.3 Manifestasi Klinis
Petekia dan ekimosis.
Hepatosplenomegali, Ikterus neonatorum, hiperbilirubinemia langsung.
Retardasi pertumbuhan intrauterine.
Prematuritas. Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
Purpura.
Hilang pendengaran.
Korioretinitis; buta.
Demam.
Kerusakan otak.

2.3.4 Patofisiologi
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di
amerika utara. CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung
dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen
dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi:
setelah lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah
transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa
6

bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif
dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada
imunisasi untuk mencegah penyakit ini.
2.3.5 Penatalaksanaan
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala(misalnya:
penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan pernapasan).
2.4 Herpes
Adalah suatu penyakit menular seksual didaerah kelamin, kulit disekeliling
rectum /daerah disekitarnya disebabkan oleh virus Herpes Simplek. Penyebab herpes
genetalis adalah herpes simplek (HSV) dan sebagian hasil HSV (dimukosa mulut).
2.4.1 Klasifikasi
Terdapat 2 tipe serologis yang berbeda pada HSV, yaitu :
a. HSV 1
b. HSV 2
2.4.2 Manisfetasi Klinik
a. Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit region
genitalis.
b. Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2 3 hari bintik
kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri.

2.4.3 Patofisiologi
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibody maka
infeksinya bisa bersifat luas dengan gejala-gejala konstitusionil berat. Ini disebut
infeksi primer. Virus kemudian akan menjalar melalui serabut saraf sensoris ke
ganglian saraf regional (ganglian sakralis) dan berdiam disana secara laten. kalau pada
saat virus masuk pertama kali tidak terjadi gejala-gejala primer, maka tubuh akan
membuat antibody sehingga pada serangan berikutnya gejala tidaklah seberat infeksi
primer. Bila sewaktu-waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami aktifasi dan
7

multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi reklien. karena pada saat ini tubuh sudah
mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer. Faktor-faktor
pencetus, virus akan mengalami aktivasi dan multiplikasi kembali sehiangga terajadi
infeksi neklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka
gejalanya tidak seberat infeksi primer.
Dampak pada kehamilan dan persalinan
a. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta
b. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke janin
apabila ketuban pecah.
c. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada waktu bayi
lahir.
2.4.4 Penatalaksanaan
Wanita hamil
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6 minggu
terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam 4 jam sesudah pecah
ketuban. sedang untuk herpes genitalis sekunder SC tidak dikerjakan secara rutin,
hanya yang masih menularkan saat persalinan dianjurkan untuk SC
Bayi baru lahir Dilakukan untuk pemeriksaan adanya herpes konginetal dan
kalau perlu kultus virus. kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka bayinya
diberi acyclovir 3 dd 10 mg/kg B selama 5 7 hari

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama: demam
c. Riwayat kesehatan: Suhu tubuh meningkat, malaise, sakit tenggorokan, mual
dan muntah, nyeri otot.
d. Riwayat kesehatan dahulu:
- Klien sering berkontak langsung dengan binatang
8

e.
f.
g.
h.

- Klien sering mengkonsumsi daging setengah atang


- Klien pernah mendapatkan transfusi darah
Data psikologis
Data psikospiritual
Data social dan ekonomi
Pemeriksaan fisik
- Mata: nyeri, acites
- Sistem pencernaan: diare, mual dan muntah
- Integument: suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat, timbulnya
rash pada kulit

3.2 Pemeriksaan Diagnostik


Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi
Toxoplasma)
Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi Rubella)
Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi Cytomegalovirus)
Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)
3.3 Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses infeksi


Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit
Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan

3.4 Intervensi
Diagnose 1

: Nyeri b/d adanya proses infeksi / inflamasi.

Tujuan

: mengurangi nyeri

Kriterian hasil

: Klien melaporkan nyeri hilang dan terkontrol. Klien tampak


rileks, Klien mampu tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi :
a. Berikan lingkungan yang tenang sesuai kebutuhan.
R/ menurunkan reaksi stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat/reaksi.
b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.
R/ menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
c. Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian analgesic seperti
asetamenofen.
9

R/ Untuk menghilangkan rasa nyeri yang berat.


Diagnose 2

: Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit


ditandai dengan suhu 39, 50C , tubuh menggigil

Tujuan

: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal

Kriteria hasil

: Terjadi peningkatan suhu. Kulit kemerahan dan hangat waktu


disentuh, Peningkatan tingkat pernapasan

Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital : suhu tubuh
R: Sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi
2) Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat sedikitnya
2000ml/ hari untuk mencegah dehidrasi
R: Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya
dehidrasi
3) Berikan kompres dengan air biasa pada lipatan ketiak dan femur
R: Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit
dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui
penguapan.
4) Anjurka klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur,
juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
Diagnose 3

: Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan


makanan dan cairan ditandai dengan, diare

Tujuan

: memenuhi kebutuhan cairan tubuh

Kriteria hasil

: Mempertahankan volume sirkulasi adekuat, Tanda tanda vital


dalam batas normal, Nadi ferifer teraba, Haluaran urine adekuat,
Membrane mukosa lembab,Turgor kulit baik.

Intervensi :
1) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekwensi
sering dan tawarkan makan pagi paling besar.

10

R: Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling
buruk selama siang hari, membuat maskan makanan yang sulit pada sore hari.
2) Berikan perawatan mulut sebelum makan;
R : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan.
3) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
R : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
4) Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.
R : Berguna dalam program diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi individu

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan Torch
Adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus
(CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya
Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus
Coxsackie-B). Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat
mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan
sulit mendapatkan kehamilan.
4.2 Saran
11

Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui


media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan tertular.
Hidup bersih dan makan makanan yang dimasak dengan matang.

DAFTAR PUSTAKA
Ida Bagus Gd manuaba.2007.Pengantar Kuliah Obstetric.EGC. Jakarta
http://dannysatriyo.blogspot.com/2013/01/torch.html. Diakses pada tanggal 10 mei
2013. Pukul 22.15 wib
Doengos Merlyn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta

12

You might also like