You are on page 1of 22

JURNAL

DIAGNOSIS DAN DERAJAT TERAPI


DERMATITIS ATOPIK

Irene Ratnasari
1102010131

Pembimbing :

dr.Hapsari Triandriyani, SpKK, M.Kes


dr. Gayanti, SpKK

Kepaniteraan Klinik
RSUD Pasar Rebo
Mei 2015

RINGKASAN

Latar Belakang

Dermatitis atopik adalah bentuk peradangan kulit yang


umumnya terjadi pada anak dan sering terjadi pada dewasa.
Kordinasi antara pelayanan primer dan dokter spesialis
sangatlah penting terkait terapi yang akan diberikan
terhadap pasien.

Metode

Artikel ini merupakan review jurnal yang diterima dari


hasil publikasi Pubmed ditambah pedoman Asosiasi
Kedokteran Ilmiah di Germany dan forum European
Dermatology.

HASIL

Faktor pencetus seperti iritasi, alergen, bakteri patogen


dan psikologi dapat mempengaruhi kondisi kulit yang
berbeda pada masing-masing individu dan penilaian
dilakukan secara individu.
Penggunaan pelembap kulit atau emolien sangatlah
penting digunakan untuk menghindari iritasi kulit karena
sebagian pasien mengalami gangguan Sawar Kulit (Skin
Barrier Dysfungtion)
Tak kalah penting yaitu penggunaan anti-inflamasi
topikal, kalsineurin inhibitor pada terapi Dermatitis
Atopik, anti-inflamasi sistemik pada kasus berat
Edukasi sebagai upaya kompleks

Kesimpulan

Pemahaman terbaru terkait gangguan sawar kulit, dan


reaksi imun menjadi salah satu pendekatan terbaru dalam
terapi Dermatitis Atopik.

PEMBUKAAN

Pada beberapa pasien, Dermatitis Atopik dimulai pada


usia sebelum sekolah dimulai dari derajat ringan hingga
berat. Penyembuhan spontan dapat terjadi. Namun 1-2%
pada usia dewasa membutuhkan penatalaksanaan
tertentu.
Beberapa kasus Dermatitis Atopik memiliki keterkaitan
dengan penyakit bawaan sama halnya seperti alergi
makanan, asma dan rinitis alergi.
Prevalensi terkait faktor
Dermatitis Atopik 30%

alergi

makanan

terhadap

TUJUAN JURNAL
Identifikasi Faktor Pencetus Dermatitis
Atopik
Pemilihan terapi Topikal maupun Sistemik

MANIFESTASI KLINIK

Gejala Klinis sangat tergantung dari derajat Dermatitis


Atopik (akut/kronik) dan usia pasien. Gejala klinis
terutama gatal berulang merupakan yang sering
dikeluhkan pasien.
Perjalanan penyakit sangat bervariasi dengan flare dari
berbagai tingkat keparahan dan durasi
Gejala Ringan berpengaruh terhadap Emosional

Pasien dengan Dermatitis Atopik secara signifikan mengalami


depresi dan kecemasan dibandingkan pada kelompok normal.

Infeksi merupakan komplikasi tersering

ETIOLOGI, PATOGENESIS &


PENCEGAHAN

Predisposisi genetik dan F.pencetus merupakan peran


penting dalam onset dan eksaserbasi dari Dermatitis
Atopik
Penemuan terbaru yaitu hilangnya Filagring yang
mengakibatkan terjadinya Mutasi. Mutasi tersebut
mengakibatkan
gangguan sawar kulit, berkurangnya
pertahanan tubuh terhadap Bakteri patogen dan
meningkatkan nilai pH kulit.
Sekitar 25% pasien Dermatitis Atopik mengalami Mutasi.

Upaya pencegahan
1.

Konsumsi ASI 4bulan (minimal)


2. Pengenalan makanan terutama Ikan
3. Makanan padat usia 1 tahun pertama

DIAGNOSIS DAN FAKTOR PEMICU

Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan

Fisik

Biopsi kulit jarang dibutuhkan


Diagnosis Banding :

DKI

D.numularis
Skabies

Psoriasis

dan Dermatofita

Faktor pemicu

Alergen
Makanan
Lingkungan
Emosional

Identifikasi faktor pemicu dan upaya pencegahan


merupakan kunci dari pengobatan masing-masing individu
Infeksi dan imunisasi dapat menyebabkan timbulnya
Dermatitis Atopik oleh karenanya imunisasi harus
dihindari hingga kulit kembali normal

DIAGNOSIS ALERGI DA

Sekitar 80% ditemukan pasien memiliki IgE spesifik untuk


alergen inhalasi (polen, bulu binatang, TDR) dan
makanan. Tes alergi diindikasikan pada pasien yang
memiliki riwayat respon cepat atau respon lambat
terhadap paparan alergen
Penting untuk diperhatikan eliminasi diet hanya ditujukan
dalam kasus yang benar termasuk respon cepat atau
respon lambat yang sudah teridentifikasi. Karena belum
terdapat bukti bahwa menghindari makanan yang
dicurigai tanpa tes alergi dapat menguntungkan.
Dapat menimbulkan malnutrisi terutama pada Anak-anak

BOX III

TERAPI TOPIKAL DA

Pada dasarnya penatalaksanaan dermatitis atopik


terfokus pada gejala klinis yang ditimbulkan. Pengobatan
dasar yaitu penggunaan mosturizer cream atau pelembap
sebagai penggunaan sehari-hari
Penggunaan moisturizer sehari-hari dapat mengurangi
pemakaian glukokortikosteroid
Glukokortikosteroid merupakan anti-inflamasi terpenting
yang digunakan dalam pengobatan DA

Penggunaan glukokortikosteroid diseleksi berdasarkan


potensialnya, yaitu 1x/hari namun dalam keadaan tertentu
penggunaannya dapat menjadi 2x/hari untuk pengobatan
jangka pendek.
Biasanya digunakan kelas 1 (lemah, hydrocortisone atau
hydrocortisone asetat), pada bayi
Kelas II (sedang, prednicarbate, butyrate) anak dan
dewasa
Indikasi untuk golongan kuat atau sangat kuat (kelas
III/IV) pada jangka pendek pengobatan DA akut-berat
atau pada area likenifikasi.

Ketidakefektifan Glukokortikosteroid ;
In-adequate
Alergi

steroid
Paparan berulang faktor.pencetus

TOPIKAL CALSINEURIN- INHIBITOR


(C-I)

Merupakan pengobatan efektif pada DA dan tidak


menyebabkan ES atrophy kulit. Penggunaannya
terutama pada bagian sensitif area wajah dan lipatan
Penelitian membuktikan bahwa penggunaan C-I cukup
efektif
dan
sebanding
dengan
penggunaan
glukokortikosteroid. Terlebih lagi penggunaan C-I dapat
menurunkan penggunaan glukokortikosteroid
Masih dalam penelitian terkait kanker kulit terhadap C-I

TERAPI SISTEMIK DA

Penggunaan H1-antihistamin sering digunakan pada


sebagian pasien DA. Namun belum ada hasil terkait
efektifan penggunaan obat tersebut.
Penggunaan HI-sedatif tidak direkomendasikan pada anak
(doxylamine, diphenhydramine, promethazine)
Pengobatan terbaik yaitu anti-inflamasi. Penggunaan
sistemik diberikan pada pasien dengan kasus akut-berat

BOX V

Terimakasih

You might also like