You are on page 1of 8

A.

Posisi Kasus
Kasus selat corfu adalah pertikaian antara kedua Negara. Yakni Inggris dan
Albania, yang dimana letak selat corfu itu sendiri berada pada Negara Albania.
Awal

permasalahan

bermula

ketika

Albania

menembaki

dua

kapal

perang/penjelajah Inggris. Tidak menerima dengan perlakuan diskriminatif


tersebut, Inggris mengugat Albania dengan alasan bahwa setiap kawasan perairan
internasional mempunyai hak lintas damai. Pihak Albania menolak pernyataan
Inggris dengan asumsi bahwa setiap kapal dagang dan kapal perang asing yang
melintasi perairan territorial Albania haruslah meminta izin sebelumnya.
Lima bulan berselang (Oktober 1996), Inggris kembali menyusuri perairan
Albania. Namun mirisnya, kapal perang inggris malah membentur ranjau. Yang
lebih miris lagi ketika kapal perang inggris lainnya hendak menolong. Alih-alih
membantu kapal yang terbakar, justru kapal kedua pun juga menabrak ranjau
bahkan lebih fatal. Puluhan korban jiwa dan luka-luka yang menjadi tumbalnya.
Inggris juga pernah meminta izin untuk melakukan penyapuan ranjau di
selat corfu chanel, namun pihak Albania menolaknya. Akhirnya Inggris membawa
kasus ini ke ICJ (Internatonal Court Justice) atau Mahkamah Internasional yang
belakangan kita kenal dengan kasus selat Corfu.
Adapun permasalahan-permasalahan yang akan digugat pada Mahkamah
Internasional nantinya berkenaan dengan :
1. Apakah memang pihak Inggris telah melanggar Hukum Internasional
lewat tindakan Angkatan Lautnya (kapal Perang) di perairan Albania ?
2. Apakah Albania bertanggungjawab atas ledakan, dan apakah ada
kewajiban untuk membayar kompensasi?
Menilik dari pertanyaan-pertanyaan diatas, Maka putusan dari mahkamah
internasional adalah sebagai berikut :

1. Bahwa inggris tidak melanggar hukum internasional dengan melewati laut


Albania Pada 22 Oktober 1946.
2. Bahwa inggris telah melanggar kedaulatan Albania dengan melakukan
penyapuan ranjau pada 12 dan 13 November 1946
3. Bahwa Albania bertanggungjawab atas ledakan tersebut dan memilki
kewajiban untuk membayar kompensasi
4. Pengadilan menghukum Albania untuk mebayar biaya kompensasi sebesar
843,947 atau U.S. $2,009,437 atau setara dengan 18 Milyar lebih (1
Dollar = 9000 Rupiah).

B. Pengertian Lintas Damai


Dalam pasal 18 KHL 1982, disebutkan pengertian lintas damai, berarti suatu
kapal asing yang melalui laut teritorial untuk keperluan :
1. Melintasi laut tanpa memasuki perairan pedalaman atau singgah di tempat
berlabuh di tengah laut atau fasilitas pelabuhan di luar perairan
pedalaman ; atau
2. Berlalu ke atau dari perairan pedalaman atau singgah di tempat berlabuh
di tengah laut (roadstead) atau fasilitas pelabuhan tersebut.
Termasuk dalam pengertian lintas ini harus terus menerus, langsung serta
secepat mungkin, dan mancakup juga berhenti dan buang jangkar, tetapi hanya
sepanjang hal tersebut berkaitan dengan navigasi yang lazim atau perlu dilakukan
karena force majure atau memberi pertolongan kepada orang lain, kapal atau
pesawat udara yang dalam keadaan bahaya.
Selanjutnya dalam pasal 19 Konvensi menyatakan, bahwa lintas damai
adalah: damai, sepanjang tidak merugikan bagi kedamaian, ketertiban atau
keamanan Negara pantai. Sedangkan lintas suatu kapal asing dianggap
membahayakan kedamaian, ketertiban atau keamanan suatu Negara pantai,
apabila kapal tersebut dalam melakukan navigasi di laut teritorial melakukan salah
satu kegiatan sebagai berikut :

1. Setiap ancaman penggunaan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan


wilayah atau kemerdekaan politik Negara pantai, atau dengan cara lain
apapun

yang

merupakan

pelanggaran

atas

hukum

internasional

sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB.


2. Setiap latihan atau praktek dengan senjata macam apapun.
3. Setiap perbuatan yang bertujuan untuk mengumpulkan infomasi yang
merugikan bagi pertahanan atau keamanan Negara pantai.
4. Peluncuran, pendaratan atau penerimaan pesawat udara di atas kapal.
5. Perbuatan propaganda yang bertujuan mempengaruhi pertahanan dan
keamanan Negara pantai.
6. Bongkar atau muat setiap komoditi, mata uang atau orang secara
bertentangan dengan peraturan bea cukai dan imigrasi.
7. Perbuatan pencemaran laut yang disengaja.
8. Kegiatan perikanan.
9. Kegiatan riset.
10. Mengganggu sistem komunikasi.
11. Kegiatan yang berhubungan langsung dengan lintas.
Lintas Damai Bagi Kapal Perang Dan Kapal Pemerintah:
Kapal perang untuk maksud Konvensi Hukum Laut 1982, adalah suatu
kapal yang dimiliki oleh angkatan bersenjata suatu Negara yang memamkai tanda
luar yang menunjukkan ciri khusus kebangsaan kapal tersebut, di bawah komando
seorang perwira, yang diangkat oleh pemerintah Negaranya dan namanya terdaftar
dinas militer yang tepat atau daftar yang serupa yang diawasi oleh awak kapal
yang tunduk pada disiplin angkatan bersenjata reguler.
Dalam melakukan lintas damai di laut teritorial suatu Negara, apabila suatu
kapal perang tidak mentaati dan tidak mengindahkan peraturan perundangundangan Negara pantai mengani lintas damai yang disampaikan kepadanya,
Negara pantai dapat menuntut kapal perang itu meninggalkan laut teritorialnya.
Negara bendera memikul tanggung jawab internasional untuk setiap kerugian
yang diderita Negara sebagai akibat tidak dipatuhinya peraturan perundangundangan Negara pantai mengenai lintas melalui laut teritorial yang dilakukan
oleh kapal perang dan kapal pemerintah lainnya yang dioperasikan untuk tujuan
non komersial.

Adapun peraturan perundang-undangan yang dibuat Negara pantai


sehubungan dengan lintas damai bagi kapal asing di laut teritorial sesuai dengan
Konvensi ini dan hukum internasional lainnya mengenai setiap hal berikut :
1. keselamatan navigasi dan pengaturan lalu lintas maritim
2. perlindungan alat-alat pembantu dan fasilitas navigasi serta fasilitas
instalasi lainnya
3. perlindungan kabel bawah laut
4. konservasi kekayaan hayati laut
5. pencegahan pelanggaran peraturan perundang-undangan perikanan Negara
pantai
6. pelestarian lingkungan Negara pantai dan pencegahan, pengurangan dan
pengendalian pencemarannya
7. penelitian ilmiah kelautan dan survey hodrografy
8. pencegahan pelanggaran peraturan perundang-undangan bea cukai, fiskal,
imigrasi atau saniter Negara pantai.
Dalam hal ini Negara pantai harus mengumumkan semua peraturan
perundang-undangan tersebut. Dan bagi kapal asing harus mematuhi

semua

peraturan perundang-undangan demikian dan juga semua peraturan internasional


bertalian dengan pencegahan tubrukan di laut yang diterima secara umum. Bahkan
apabila perlu dengan memperhatikan keselamatan pelayaran atau navigasi, kapal
asing yang melakukan pelayaran di laut teritorialnya, dapat diwajibkan untuk
mempergunakan alur laut dan skema pemisah lalu lintas sebagaimana yang
ditetapkan dan yang harus diikuti untuk pengaturan lintas kapal.
Negara pantai tidak boleh menghalangi lintas damai kapal asing melalui laut
teritorialnya, kecuali dengan ketentuan Konvensi atau perundang-undangan yang
dibuat sesuai dengan ketentuan Konvensi. Negara pantai juga tidak boleh
menetapkan persyaratan atas kapal asing yang secara praktis berakibat penolakan
atau pengurangan hak lintas damai. Lain dari pada itu Negara pantai tidak boleh
mengadakan diskriminasi formil atau diskriminasi nyata terhadap kapal Negara
manapun. Untuk keselamatan pelayaran, Negara pantai harus secepatnya
mengumumkan bahaya apapun bagi navigasi dalam laut teritorial yang
diketahuinya.

Selanjutnya mengenai hak perlindungan bagi keamanan Negaranya, Negara


pantai dapat mengambil langkah yang diperlakukan untuk mencegah lintas yang
tidak damai di laut teritorialnya. Negara pantai juga berhak untuk mengambil
langkah yang diperlukan untuk mencegah pelanggaran apapun terhadap
persyaratan yang ditentukan bagi masuknya kapal ke perairan pedalaman atau ke
persinggahan demikian. Tanpa diskriminasi formil atau diskriminasi nyata di
antara kapal, Negara pantai dapat menangguhkan sementara pada daerah tertentu
di laut teritorialnya untuk perlindungan keamanannya termasuk keperluan latihan
senjata. Penangguhan ini berlaku setelah diumumkan terlebih dahulu.

C. Relevansi Kasus Selat Corfu dengan Hak Lintas Damai


Dari elaborasi terdahulu, kita telah menelaah kesalahan kapal perang
Inggris. Bahwasanya kapal perang inggris telah melanggar kedaulatan Albania
dengan melakukan penyapuan ranjau yang dimana bertentangan dengan asas
lintas damai yang berbunyi :

Negara pantai dapat memberlakukan pembatasan hak lintas damai bagi


kapal perang. Dengan kata lain Negara pantai dapat meminta
pemberitahuan sebelumnya dan ijin sebelumnya atau pelimpahan
wewenang dan pembatasan jumlah maksimum kapal perang yang melintas

di perairan teritorialnya.
Dalam melakukan lintas damai di laut teritorial suatu Negara, apabila
suatu kapal perang tidak mentaati dan tidak mengindahkan peraturan
perundang-undangan Negara pantai mengenai lintas damai yang
disampaikan kepadanya, Negara pantai dapat menuntut kapal perang itu
untuk meninggalkan laut teritorialnya.
Sedangkan yang telah kita bahas sebelumnya, pihak Albania menolak

permintaaan izin pihak inggris untuk menyapu ranjau di selat corfu. Namun, tanpa
mengindahkan pernyataan dari Albania, inggris tetap menyapu ranjau di selat
corfu pada November 1946.

Sebagaimana Inggris, Albania pun dinilai menyalahi ketentuan hak lintas


damai. Tanpa mencoba menerka orientasi kapal perang Inggris dalam penyapuan
ranjau di selat corfu, adalah salah jika pihak Albania urung menolong kapal
perang Inggris yang meledak karena ranjau. Padahal dalam ketentuan hak lintas
damai disebutkan :

Kapal dibolehkan berhenti sepanjang hal tersebut berkaitan dengan


navigasi yang lazim atau perlu dilakukan karena force majure atau
memberi pertolongan kepada orang lain, kapal atau pesawat udara yang

dalam keadaan bahaya.


Untuk keselamatan pelayaran,

Negara

pantai

harus

secepatnya

mengumumkan bahaya apapun bagi navigasi dalam laut teritorialnya yang


diketahuinya.
Dari dua ketentuan diatas dapat kita simpulkan merupakan kesalahan
Albania. Pihak Albania selaku Negara pantai tidak melakukan aksi preventif atau
bantuan operasional guna menyelamatkan kapal Inggris yang meledak.
Maka, Keterpatautan antara kasus selat corfu dengan hak lintas damai dapat
kita simpulkan bahwa pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan baik oleh pihak
Albania (Negara pantai) maupun pihak inggris (Negara pelintas) adalah menyalahi
tujuan dasar hak lintas damai Mengatur aktifitas-aktifitas perairan global demi
perdamaian,ketertiban dan keamanan Negara khususnya Negara pantai.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1551/3/hukuminter-Rosmi.pdf.txt
(Diakses pada tanggal 20 Mei 2013 jam 19.00)
Djalal Hasjim, Perjuangan Indonesia Di Bidang Hukum Laut, Binacipta,
Bandung, 1978.
W., Koers, Albert, 1994, Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa Tentang Hukum
Laut, Gajah Mada University, Press, Yogyakarta
http://www.kemendagri.go.id/pages/glossary/pemerintahan/letter/H (Diakses pada
tanggal 20 Mei 2013 jam 19.00)

http://www.researchgate.net/publication/42320811_Hak_Lintas_Damai_
%28Right_of_Innocent_Passage
%29_Dalam_Pengaturan_Hukum_Laut_Internasional (Diakses pada tanggal 20
Mei 2013 jam 19.15)

You might also like