Professional Documents
Culture Documents
Judul
Tujuan
Hari/tanggal
Tempat
I. DASAR TEORI
1.1 Daun dan Pigmen Tanaman
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang,
umumnya berwarna hijau daun dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi
cahaya matahari melalui fotosintesis. Bentuk daun sangat beragam namun
biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Daun juga bisa bermodifikasi
menjadi duri (misalnya kaktus) dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai
organ fotosintetik. Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada
daun.
Daun seringkali mengandung beberapa senyawa yang berwarna (pigmen)
antara lain klorofil (hijau), karoten (kuning) dan xantofil (kuning). Meskipun
klorofil mengandung bagian yang polar, akan tetapi secara keseluruhan
strukturnya adalah non polar, seperti hidrokarbon, sehingga klorofil mudah larut
dalam pelarut non polar seperti eter atau petroleum eter. Ada dua jenis klorofil
yaitu klorofil a dan klorofil b, yang membedakan kedua jenis klorofil ini adalah
adanya gugus aldehid pada struktur klorofil b yang menyebabkan klorofil b ini
bersifat sedikit lebih polar dibandingkan klorofil a. Adapun struktur dari kedua
jenis klorofil ini adalah sebagai berikut.
Karoten C40H56 adalah senyawa alkena dengan rantai panjang dari sistem
ikatan rangkap terkonjugasi. Daun hijau mengandung sekitar 90% betakaroten dan
10 % alpha karoten. Meskipun secara keseluruhan molekul karoten adalah non
polar, akan tetapi mempunyai sifat dapat mengubah bidang polarisasi. Karoten
juga ada dua jenis yaitu a-karoten dan -karoten, yang membedakan kedua
struktur ini adalah posisi ikatan rangkap pada cincin ujung. Adapun strukturnya
adalah sebagai berikut.
suatu
campuran
secara
kromatografi
dapat
dilakukan
kolom
bertujuan
untuk
mengisolasi
komponen
dari
daerah dari noda yang terpisah telah dideteksi, maka perlu mengidentifikasi tiap
individu dari senyawa. Metoda identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan
pada kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan
harga Rf. Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi lapis tipis.
Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada
kromatogram dan pada
kondisi
yang
konstan
merupakan
besaran
yang
Gambar 11. Pigmen dalam sampel menuju batas atas plat KLT
Bentuk
daunnya
bermacam-macam,
10
Secara botani, puring adalah kerabat jauh singkong serta kaksuba. Ciri
yang sama adalah batangnya menghasilkan biloks berwarna putih pekat dan
lengket, yang merupakan ciri khas suku Euphobaceae.
b) Daun sirih hijau (Piper crocatum)
Daun sirih hijau (Piper crocatum) termasuk dalam family
piperaceae, yang tumbuh merambat dengan bentuk daun
menyerupai hati dan bertangkai yang tumbuh berselangseling dari batangnya serta penampakan daun yang
berwarna merah keperakan dan mengkilap. Dalam daun
sirih hijau terkandung senyawa fitokimia yakni alkaloid,
saponin, tannin dan flavonoid. Sirih hijau sejak dahulu telah digunakan oleh
masyarakat sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit.
Penggunaan sirih hijau dapat digunakan dalam bentuk segar, maupun ekstrak
kapsul. Secara empiris sirih hijau dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit,
seperti diabetes, hepatitis, batu ginjal dan sebagainya. Daun sirih hijau berasa
pahit dan getir, namun beraroma lebih wangi dibandingkan dengan sirih hijau.
Warna daun sirih hijau memang merah kepekatan, namun masih juga
mengandung warna hijau yaitu berada pada bagian dalam. Warna hijau pada daun
berasal dari kandungan klorofil. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan
dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam
fotosintesis. Pigmen lain yang terkandung dalam daun adalah karoten, xantofil
dan antosianin.
c) Daun seledri (Apium graveolens)
Seledri adalah sayuran dan tumbuhan obat yang biasa digunakan sebagai
bumbu masakan. Beberapa negara termasuk Jepang, Cina dan Korea
mempergunakan bagian tangkai daun sebagai bahan makanan. Di Indonesia
tumbuhan ini diperkenalkan oleh penjajah Belanda dan digunakan daunnya untuk
menyedapkan sup atau sebagai lalapan. Penggunaan seledri paling lengkap adalah
di Eropa: daun, tangkai daun, buah, dan umbinya semua dimanfaatkan.
11
12
dikandungnya adalah kalsium (hingga 2,8 %), besi, kalium, fosfor dan
magnesium.
f) Daun singkong (Manihot utilisima L)
Daun singkong memiliki kandungan klorofil a dan
klorofil b yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan singkong dalam menangkap energi radiasi
cahaya lebih efisien, sehingga laju fotosintesisnya juga
lebih tinggi. Klorofil a dan klorofil b berperan dalam
proses fotosintesis. Klorofil b berfungsi sebagai antena
fotosintetik yang mengumpulkan cahaya kemudian ditransfer ke pusat reaksi.
Pusat reaksi tersusun dari klorofil a. Energi cahaya akan diubah menjadi energi
kimia di pusat reaksi yang kemudian dapat digunakan untuk proses reduksi dalam
fotosintesis.
g) Daun kangkung (Ipomoea aquatica)
Kangkung memiliki kandungan klorofil yang relatif
rendah yaitu setara dengan daun kemangi. Hal ini
diduga klorofil pada tanaman kangkung tersebar, tidak
hanya pada organ daun saja namun juga dijumpai pada
bagian batang. Hal ini menyebabkan laju fotosintesis
berlangsung
lama
karena
tidak
efisien
dalam
protein
yang
terlibat
dalam
proses
13
klorofilnya
maka
semakin
cepat
laju
: 9 buah
2. Gelas ukur 10 ml
: 9 buah
3. Corong biasa
: 9 buah
4. Batang pengaduk
: 9 buah
: 9 buah
6. Tabung reaksi
: 36 buah
: 9 buah
8. Pipet tetes
: 9 buah
: 9 buah
: 9 buah
: 9 buah
: 9 buah
14
6. Petroleum eter
7. Kloroform
8. Metanol
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
terbuka, serta secara sedikit demi sedikit (jangan ada gelembung udara).
Mengelusi kembali kolom dengan pelarut hingga mencapai
permukaan alumina dalam kolom dan memasukkan glass woll.
3.3 Pemisahan Pigmen dari Tumbuhan
1.
15
2.
3.
4.
Perlakuan
Menggerus sampel
daun + 20 ml etanol
Menyaring campuran
3.
Memasukkan glass
wool dalam kolom + 1
4. ml etanol
5. Al2O3 + 25 ml etanol
Memasukkan adonan
alumina + glass wool
6. kedalam kolom + 2 ml
etanol +larutan sampel
7. Mendiamkan sampai
larutan sampel
8. menetes
Menambahkan
petroleum eter
Sampel yang
digunakan:
A. Daun singkong:
Tabung I +
petroleum eter
Tabung II +
Kloroform
Tabung III + Etanol
Hasil Pengamatan
Campuran
Filtrat: larutan hijau tua
Residu: ampas daun
Tinggi glass wool 1 cm
Glass wool dan etanol
dalam kolom
Adonan alumina,
campuran
16
Tabung IV +
metanol
B. Daun Pandan:
Tabung I +
petroleum eter
Tabung II +
Kloroform
Tabung III + Etanol
Tabung IV +
metanol
larutan
larutan
larutan
larutan
C. Daun Bayam:
Tabung I +
petroleum eter
Tabung II +
Kloroform
Tabung III + Etanol
Tabung IV +
metanol
larutan
larutan
larutan
larutan
larutan
larutan
larutan
larutan
D. Daun Kemangi:
Tabung I +
petroleum eter
Tabung II +
Kloroform
Tabung III + Etanol
Tabung IV +
metanol
E. Daun Puring:
Tabung I +
petroleum eter
Tabung II +
Kloroform
Tabung III + Etanol
Tabung IV +
metanol
hijau
hijau
hijau
hijau
muda
tua
tua
tua
kuning jernih
hijau muda
hijau muda
hijau muda
kuning bening
kuning tua
kuning
kuning
17
F. Daun Kangkung:
Tabung I +
petroleum eter
Tabung II +
Kloroform
Tabung III + Etanol
Tabung IV +
metanol
larutan
larutan
larutan
larutan
hijau
hijau
hijau
hijau
muda
muda
tua
tua
larutan
larutan
larutan
larutan
hijau
hijau
hijau
hijau
muda
tua
muda
tua
G. Daun Sirih:
Tabung I +
petroleum eter
Tabung II +
Kloroform
Tabung III + Etanol
Tabung IV +
metanol
H. Daun Katuk:
Tabung I +
petroleum eter
Tabung II +
Kloroform
Tabung III + Etanol
Tabung IV +
metanol
I. Daun Seledri:
Tabung I +
petroleum eter
Tabung II +
Kloroform
Tabung III + Etanol
Tabung IV +
metanol
V. ANALISIS DATA
18
19
Penggunaan etanol
ini dikarenakan
alumina
mengandung titik aktif Al-OH sehingga etanol yang juga mengandung gugus OH
akan dapat terikat kuat dengan alumina jadi bubur alumina yang merupakan fase
diam akan lebih homogen. Bubur alumina dimasukkan ke dalam kolom sambil
mengetuk-ngetuk kolomnya agar tidak terbentuk gelembung udara, kolom harus
bebas dari gelembung gas karena bila ada gelembung udara maka proses
pemisahan yang terjadi tidak akan sempurna sehingga akan terjadi penyebaran
noda ketika hasil kromatografi kolom di uji KLT.
Dalam hal ini alumina Al2O3 yang digunakan sebagai adsorben atau fase
diamnya, karena Al2O3 lazim digunakan untuk senyawa organik stabil. Selain itu,
sebelum dimasukkan alumina, bagian bawah kolom ditutupi dengan glass woll,
hal ini bertujuan untuk menahan fase diam (adsorben) alumina agar tidak turun
dari kolom karena glass woll merupakan gelas yang masih berpori sehingga dapat
menahan alumina, tetapi ekstrak daun masih bisa mengalir.
Saat mengisi kolom, kran dibuka agar pelarut etanol dapat keluar sehingga
diperoleh fase diam (alumina) yang padat. Setelah itu bagain atas kolom juga
diberi glass woll agar ekstrak daun yang akan dimasukkan ke dalam kolom dapat
tersaring. Selanjutnya memasukkan kembali etanol untuk mengelusi kolom dan
setelah selesai, kran kolom ditutup.
5.3 Pemisahan Pigmen Tanaman
Setelah kolom kromatografi siap dipakai, ekstrak sampel daun di
masukkan ke dalam kolom. Lalu memasukkan pelarut ke dalam kolom dan
membuka krannya. Di sini terlihat bahwa pigmen dari sampel daun mulai
bergerak turun dan mulai menetes. Tetesan yang keluar dari kolom ini ditampung
dalam tabung reaksi dan mengganti tabung reaksinya ketika warna yang keluar
dari kolom berubah. Larutan berawarna ini adalah pigmen dari daun sampel.
Adapun pelarut yang digunakan adalah berdasarkan kepolaran yang paling kecil
20
yaitu petroleum eter, kloroform, etanol dan metanol. Pelarut ini digunakan pada
kromatografi kolom secara berurutan.
Prinsip pemisahan dalam kolom tersebut adalah sebagai berikut. Kita
misalkan di dalam suatu ekstrak daun terdapat klorofil, ketika petroleum eter kita
masukkan ke dalam kolom, klorofil dalam ekstrak daun akan larut di dalamnya
dengan kecepatan yang sama dengan fase geraknya (petroleum eter) dan keluar
paling pertama, berarti klorofil tidak teradsorpsi dengan kuat pada alumina. Ini
dapat terjadi karena alumina adalah senyawa polar sedangkan klorofil adalah
senyawa yang tergolong non polar. Karoten yang merupakan senyawa yang lebih
polar daripada klorofil, akan keluar dari kolom lebih lambat dibandingkan klorofil
karena karoten akan teradsorbsi lebih kuat dari pada klorofil. Untuk itulah
digunakan pelarut berikutnya yang lebih polar dibandingkan petroleum eter yaitu
kloroform agar karoten dapat keluar dari kolom dengan lebih cepat namun dengan
catatan klorofil sudah keluar seluruhnya. Begitu pula seterusnya digunakan
pelarut etanol dan metanol untuk mengeluarkan pigmen yang lebih polar seperti
xantofil.
Adapun struktur dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun
adalah :
21
22
23
perbedaan warna yang dihasilkan. Untuk fraksi yang larut di dalam petroleum eter
berwarna hijau sehingga dapat diperkirakan kandungan pigmen tersebut adalah
klorofil.
Untuk fraksi yang larut bersama kloroform diduga mengandung pigmen
karoten karena karoten dan kloroform sama-sama bersifat non polar tetapi
kepolarannya agak rendah jika dibandingkan dengan petroleum eter. Fraksi ini
berwanra hijau kekuningan (warna kuning dominan). Hasil ini sesuai dengan
literatur bahwa pigmen karoten memang senyawa yang berwarna kuning.
Untuk fraksi yang larut bersama etanol dan metanol diduga mengandung
xantofil (C40H50O2) karena pigmen xantofil lebih larut dalam alkohol
dibandingkan dengan karoten. Di samping itu, larutan pada fraksi ini berwarna
kuning dan hal ini sesuai dengan literatur bahwa xantofil memang merupakan
pigmen yang berwarna kuning. Dalam hal ini, xantofil merupakan pigmen yang
bersifat polar sehingga dapat larut dalam etanol yang juga bersifat polar.
c. Pemisahan Pigmen Tanaman dari Daun Seledri
Dari proses kromatografi kolom dihasilkan empat fraksi. Pada tabung I
dengan pelarut petroleum eter didapatkan larutan berwarna hijau muda. Pada
tabung II dengan pelarut kloroform menghasilkan larutan berwarna hijau tua.
Tabung III dengan pelarut etanol menghasilkan larutan berwarna hijau muda dan
pada tabung IV dengan pelarut metanol menghasilkan larutan yang berwarna
hijau. Warna hijau yang dihasilkan menunjukkan bahwa sampel daun seledri
mengandung klorofil karena klorofil merupakan senyawa yang berwarna hijau
dengan semua pelarut.
Klorofil mengandung sifat nonpolar sehingga dapat larut dalam petroleum
eter yang dan kloroform yang juga bersifat nonpolar. Kenonpolaran klorofil dapat
dilihat dari strukturnya di mana walaupun klorofil mengandung bagian yang polar
namun secara keseluruhan strukturnya adalah nonpolar. Sesuai dengan literatur
daun seledri mengandung klorofil a (larutan berwarna hijau tua) dan klorofil b
(larutan berwarna hijau muda).
24
25
26
27
28
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa jenis pigmen dalam tiap
sampel daun untuk tiap fraksinya adalah sebagai berikut :
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sampel
Daun
Petroleum
eter
Kloroform
Etanol
Metanol
Singkong
Pandan
Bayam
Kemangi
Puring
Kangkung
Sirih
Katuk
Seledri
Klorofil
Klorofil
Klorofil
Klorofil
Xantofil
Klorofil
Xantofil
Klorofil
Klorofil
Klorofil
Klorofil
Klorofil
Karoten
Klorofil
Klorofil
Xantofil
Klorofil
Klorofil
Karoten
Karoten
Klorofil
Karoten
Klorofil
Karoten
Xantofil
Klorofil
Klorofil
Xantofil
Klorofil
Klorofil
Xantofil
Klorofil
Klorofil
Xantofil
Klorofil
Klorofil
VI. KESIMPULAN
1. Pada percobaan pemisahan pigmen dari tanaman dari semua sampel
tanaman dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut yaitu
etanol untuk melarutkan pigmen sampel daun.
2. Pemisahan menggunakan kromatografi kolom yang fase diam berupa
Alumina dan fase gerak yaitu petroleum eter, kloroform, metanol dan
etanol.
3. Pemisahan dengan kromatografi kolom dicapai oleh perbedaan laju turun
masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan
adsorspi atau koefisien partisi antara fasa gerak dan fasa diam.
4. Berdasarkan percobaan, daun singkong dan kemangi mengandung pigmen
klorofil, karoten, xantofil. Daun pandan dan kangkung mengandung
pigmen klorofil dan karoten. Daun bayam, katuk dan seledri mengandung
29
VIII. LAMPIRAN
8.1 Pertanyaan dan Jawaban
30
1.
2.
3.
Jawaban
1. Tidak boleh ada gelembung udara dalam timbunan penyerap di dalam kolom
karena dapat mengakibatkan distribusi yang tidak merata (ketidakhomogenan
penyerap), sehingga pemisahan menjadi kurang baik (tidak sempurna).
Akibatnya terjadi penyebaran noda ketika larutan hasil kromatografi kolom di
KLT.
2. Pigmen yang keluar pertama bersama petroleum benzen adalah klorofil. Hal
ini dikarenakan klorofil dan petroleum benzen bersifat nonpolar sehingga
petroleum benzen dapat melarutkan pigmen klorofil. Kemudian disusul
dengan fraksi kloroform dengan pigmen karoten, dimana karoten dan
kloroform sama-sama nonpolar tetapi sedikit polar dibandingkan dengan
klorofil dan petroleum benzen. Sedangkan fraksi yang muncul selanjutnya
adalah fraksi etanol dan disusul fraksi metanol yang membawa pigmen
xantofil, fraksi ini muncul terakhir karena pigmen ini lebih larut dalam
alkohol.
3. Teknik yang telah dilakukan berhasil memisahkan pigmen seperti yang
diharapkan karena melalui fraksi-fraksi tersebut dimungkinkan ada 3 pigmen
yang muncul yaitu karoten, xantofil dan klorofil. Namun proses pemisahannya
kurang sempurna, hal ini mungkin dikarenakan:
a. Tidak dilakukannya homogenasi alumina sebagai fase diam.
b. Penambahan tiap-tiap pelarut yang secara terus-menerus tanpa menunggu
tetesan untuk fraksi pelarut tertentu itu habis.
c. Pergantian tabung reaksi untuk penampungan tidak dilakukan berdasarkan
waktu tertentu atau sampai pelarut tidak menetes lagi, melainkan
berdasarkan warna. Fraksi pigmen yang dihasilkan kurang spesifik karena
31
32
Filtrat
Residu
Pelarut
Larutan pekat
N/B: * Sampel daun : Puring, sirih hijau, Seledri, kemangi, katuk, singkong,
kangkung, bayam, dan pandan
33
Campuran I
Al2O3 + etanol
- Membuat adonan
Adonan alumina
Campuran 1 + adonan
- Memasukkan adonan melalui corong ke dalam
kolom sehingga setinggi 15 cm sambil mengetukngetuk dan keran dalam keadaan terbuka
Campuran II
34
35
LAMPIRAN
FOTO FOTO PERCOBAAN
36
37