Professional Documents
Culture Documents
Internasional
JURISDICTIONARY
Fakultas
Hukum
Universitas
Hasanuddin.
Di dalam buku ini dibahas berbagai hal yang berkaitan dengan Filsafat Hukum.
Pembahasan-pembahasan tersebut dibagi-bagi ke dalam 8 (delapan) bagian;
bagian pertama membahas tentang realitas manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang terdiri atas dua unsur pokok yaitu jasad dan roh. Unsur roh
memegang posisi strategis dan menentukan dalam memosisikan eksistensi
manusia dan rohlah yang menghantarkan manusia pada fase untuk merasakan
senang, sedih, bahagia, berani, takut dan benci dan dengan roh jugalah yang
dapat membuat manusia menjadi makhluk hidup yang bermoral, bersusila dan
bersosial. Oleh karena itu roh di pandang sebagai sumber kepribadian manusia
yang mengantarkan manusia pada proses pemahaman hakikat manusia.
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang otonom, memahami keotonoman
manusia sebagai makhluk Tuhan yang berdasarkan filsafat filsafat perenial
mengenai kecenderungan manusia pada hakikatnya terdiri atas dua hal yaitu
aku objek yang bersifat terbatas dan aku subjek yang dalam kesadaran tentang
keterbatasan mampu membuktikan bahwa dalam dirinya sendiri ia bebas dari
keterbatasannya. Dalam kapasitas manusia sebagai makhluk yang lemah
dengan segala dependsinya kepada Tuhan, Tuhan memberi ruang kepada
manusia untuk mengembangkan diri dalam konsep otonomi, independensi dan
kreativitas sebagai manusia dalam mempertahankan diri (survive) dan
mengembangkan hidup dan kehidupannya. Disisi lain dengan segala otonomi
yang di miliki manusia, maka manusia melakukan proses doa dan puji kepada
Tuhan sebagi wujud Penghambaan (dependsi) kepada Tuhan penciptanya
(mutual interest).
Manusia sebagai makhluk berpikir, Aristoteles mengatakan bahwa manusia
adalah binatang yang memiliki rasional (animal rationale), yang membedakan
dengan binatang. Animale rationale manusia telah menempatkan manusia
dengan ciri istimewa. Keistimewaan tersebut terwujud dalam kemampuan
manusia untuk menggunakan rasio (akal pikirannya) yang mengantarkan
manusia pada level atau strata yang lebih dari ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya.