You are on page 1of 3

MANAJEMEN LABA

Scott (2003:369) mendefinisikan earning management sebagai the choice by a manager of


accounting policies so as to achieve some specific objective yang kurang lebih memiliki arti
pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai
beberapa tujuan tertentu.
Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan
tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba adalah salah satu faktor yang dapat
mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan
keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Naim, 2000 dalam
Rahmawati dkk, 2006).
Scott (2006: 344) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama,
melihatnya sebagai perilaku oportunis manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (oportunistic Earnings
Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting
(Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas
untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak
terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
Pola Manajemen Laba menurut menurut Scott (2003) dapat dilakukan dengan cara:
1. Taking a bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan Chief Executive
Officer(CEO) baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini
diharapkan dapat meningkatkan laba di masa yang akan datang.
2. Income minimization
Income minimization adalah menurunkan jumlah laba yang akan dilaporkan. Cara ini
dilakukan saat perusahaan memperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi dengan maksud
untuk memperoleh perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa
penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan,
riset dan pengembangan dipercepat.
3. Income maximization

Income maximization adalah memaksimalkan laba yang dilaporkan agar memperoleh


bonus yang lebih besar, income maximization dilakukan pada saat laba mengalami
penurunan. Kecenderungan manajer untuk memaksimalkan laba juga dapat dilakukan
pada perusahaan yang melakukan suatu pelanggaran perjanjian utang.
4. Income smoothing
Income smoothing dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya
investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Manajemen laba dilakukan melalui pemilihan kebijakan akuntansi atau dengan mengendalikan
transaksi akrual. Transaksi akrual merupakan transaksi yang tidak berpengaruh terhadap aliran
kas masuk ataupun kas keluar. Transaksi akrual terdiri dari transaksi diskresioner dan nondiskresioner. Akrual diskresioner adalah akrual yang masih dapat diubah atau dipengaruhi oleh
kebijakan yang dibuat manajemen atau manajemen mempunyai beberapa fleksibilitas untuk
mengendalikan jumlahnya, misalnya penentuan ketetapan kebijakan pemberian kredit, kebijakan
cadangan kerugian piutang dagang, dan penilaian persediaan. Akrual non-diskresioner adalah
akrual yang tidak dapat dipengaruhi oleh kebijakan yang dibuat manajemen atau manajemen
tidak mempunyai fleksibilitas untuk mengendalikan jumlahnya, misalnya penggunaan metoda
akuntansi dalam perusahaan minyak antara full method dan successful effort, dan perubahan
akrual karena perubahan volume bisnis (Scott: 2000). Manajemen laba yang berusaha
meninggikan (menurunkan) laba menyebabkan adanya akrual diskresioner positif (negatif).
Scott (2000: 302) mengemukakan beberapa motivasi manajemen laba, yaitu:
1. Bonus Purposes ; Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan
laba saat ini`
2. Political Motivation ; Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang
dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang
dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan
peraturan yang lebih ketat.

3. Taxation Motivation ; Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba


yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk
penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO ; CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan
pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk,
mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5. Initial Public Offering (IPO) ; Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai
pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen
laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor ; Informasi mengenai kinerja perusahaan
harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor
tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
Teknik untuk merekayasa laba dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok (Setiawati dan
Naim, 2000). Pertama yaitu memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, antara
lain: estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau
amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi. Kedua yaitu mengubah metode akuntansi.
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh: mengubah
metode depresiasi aktiva tetap yaitu dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi
garis lurus. Ketiga yaitu menggeser periode biaya atau pendapatan, misalnya: mempercepat atau
menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya,
mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya,
mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi sekuritas untuk
memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai.

You might also like