You are on page 1of 23

AKUNTANSI ATAS BIAYA ATAU BEBAN

( Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Pajak )

Oleh :

Fajriah Halil
Riris Nofitasari
Aisa Rahma Syarif
Erpinatilopa
Erwin Fitra Badare

201210170311163
201210170311165
201210170311170
201210170311180
201210170311183

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya
kepada penulis sehingga makalah yang berjudul Akuntansi Atas Pendapatan/Penghasilan
ini dapat diselesaikan sesuai rencana.
Makalah ini menjelaskan bagaimana perlakuan akuntansi atas pendapatan, pengakuan
pendapatan, pengukuran pendapatan sampai dengan penyajian dan pengungkapan pendapatan
menurut PSAK. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT dan junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW.
2. Bapak Budi Santoso SE., Ak., MSA., CA. sebagai dosen pengampu mata kuliah
akuntansi perpajakan.
3. Rekan penulis, seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Malang
4. Semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 4 April 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
B. Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan Dan PSAK..........................................5
B.1 Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan.....................................................5
B.2 Biaya Menurut PSAK......................................................................................11
C. Konsep (Metode) Pencatatan Akuntansi.................................................................11
D. Biaya Yang Tidak Boleh Dibebankan.......................................................................15
E. Klasifikasi Biaya Sesuai Aturan Pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan.............18
F. Kompensasi Kerugian...............................................................................................21
G. Akuntansi Perpajakan..............................................................................................23
BAB III PENUTUP
H. Kesimpulan................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................25

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan pada pandangan bahwa undang-undang pajak penghasilan mengenai
pemajakan yang berbasis neto (net basis of taxition). Basis tersebut berarti
pengeluaran pajak didasarkan pada penghasilan bruto (gross income) dikurangi
dengan pengeluaran-pengeluaran dan pengurangan lainnya yang di perkenankan oleh
undang-undang.
Secara komersial sebagaimana diataur dalam SAK bahwa dalam laporan laba rugi
biaya diakui apabila terjadi penurunan manfaat ekonomis pada masa mendatang
sehubungan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban yang dapat diukur
dengan modal. Alternatif lainnya, biaya juga diakui dengan mendasarkan pada analisis
hubungan antar biaya yang timbul dan penghasilan tertentu yang diperoleh
sehubungan dengan terdapat beberapa perbedaan perlakuan yang sering menimbulkan
koreksi biaya. Pada bab ini akan disampaikan bagaimana praktik akuntansi komersial
ini membahas masalah biaya yang sekaligus dikaitakan dengan akauntansi
pajaknyaserta teknik mengompensasikan kerugian yang menurut undang-undang
perpajakan memang diperkenankan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian biaya menurut undang-undang perpajakan dan PSAK?
2. Apa Konsep (metode) Pencatatan Akuntansi?
3. Apa Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan?
4. Apa Biaya yang tidak boleh dibebankan?
5. Bagaimana klasifikasi biaya sesuai aturan pelaksanaan UU Perpajakan?
6. Bagaimana konsep kerugian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biaya menurut Undang-undang perpajakan dan PSAK.
2. Untuk mengetahui Konsep (metode) Pencatatan Akuntansi.
3. Untuk mengetahui Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan.
4. Untuki mengetahui Biaya yang tidak boleh dibebankan.
5. Untuk mengetahui klasifikasi biaya sesuai aturan pelaksanaan UU Perpajakan.
6. Untuk mengetahui konsep kerugian.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan Dan PSAK
4

B.1 Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan


Saat pengukuran biaya dalam ketentuan perpajakan pada umumnya
disesuaikan dengan cara pencatatan yang dipakai dalam pembukuan perusahaan
apakah metode kas (cash method) atau metode akrual (acrual method).
Apabila menggunakan metode kas maka biaya diakui pada saat pembayaran
sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan metode akrual, maka biaya diakui
pada saat terutangnya tanpa memperhatikan pembayaran. Dalam hal pembebanan
biaya ini dilakukan pengaitan (matching) dengan penghasilan yang menggunakan
3 (tiga) pendekatan, yaitu sebagai berikut:
1. Sebab Akibat (Kausalitas)
Pada pendekatan sebab akibat ini mengaitkan biaya ini secara langsung dengan
penghasilan. Pengakuan biaya sebagai beban dalam periode diakuinya
penghasilan. Contoh konkret yaitu persediaan sebagai penyebab dari hasil
penjualan (penghasilan pada masa mendatang, diakuinya sebagai biaya alokasi
harga pokok pada saat persediaan tersebut dijual).
2. Alokasi Sistematis Dan Rasional
Pada pendekatan ini tidak mengaitkan secara langsung biaya dengan
penghasilan tetapi biaya dialokasikan secara sistematis dan rasional dengan
penghasilan atas dasar masa manfaat. Contoh konkret terletak pada aset tetap,
alokasi biayanya segera pada tahun tersebut sebagai pengurang terhadap
penghasilan atau dilakukan penundaan atau dikurangkan dengan penghasilan
di masa mendatang melalui alokasi penyusutan dan amortisasi.
3. Pengakuan Segera
Pendekatan pengakuan segera ini yaitu terhadap biaya yang dapat dikaitkan
dengan penghasilan melalui pendekatan kesatu atau pendekatan kedua akan
dibebankan segera terhadap penghasilan pada yahun pengeluaran. Sebagi
contoh konkret yaitu biaya pendirian, biaya emisi, dan lain sebagainya.
Untuk tujuan perpajakan, atas dasar pertimbangan penerimaan dan pengaruh sosial
ekonomi, tidak seluruh biaya dapat dikurangkan terhadap penghasilan sehingga
apabila dibandingkan, komponen biaya menurut akuntansi komersial dapat
dikoreksi yang memengaruhi penghasilan.

Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib


pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dibagi dalam dua (2) golongan
yaitu sebagai berikut:
1. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak tidak lebih dari satu (1)
tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu (1) tahun
merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan misalnya, gaju, biaya
administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah, dan sebagainya.
2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun.
Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun,
pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi.
Kemudian pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh wajib pajak dapat
puladibedakan sebagai berikut:
1. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible expenses)
Pengeluaran yang dapat diebankan sebagai biaya adalah pengeluaran yang
mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek
pajak yang pembebanannya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau
selama masa manfaatdari pengeluaran tersebut.
2. Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya (nondeductible
expenses)
Pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau tidak
dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakanobjek pajak atau
pengeluaran dilakukan tidak dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan adat
kebiasaan pedagang yang baik. Oleh karena itu, pengeluaran yang melampaui
batas kewajaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka pengeluaran
tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
a

Penghasilan bruto dari usaha


(pasal 4 ayat 1) sebesar

Rp 300.000.000,00

Pengahsilan bruto lainnya yang bukan merupakan objek


pajak
(Pasal 4 ayat 3)

Rp 200.000.000,00
6

JUMLAH PENGAHSILAN BRUTO

Rp 500.000.000,00

Pasal 6 Undang-Undang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa untuk


menghitung besarnya penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri
dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi:
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan termasuk
biaya pembelian bahan, biaya yang berkenan dengan pekerjaan atau jasa
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang, bungan, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya
pengolahan limbah, premi asuransi, biaya promosi, dan penjualan yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, biaya administrasi, dan
pajak kecuali pajak penghasilan:
Biaya di maksud adalah biaya-biaya yang lazimnya disebut dengan biaya
sehari-hari yang di bebankan pada tahun pengeluaran yang diperlukan
persyaratan

hubungan

langsung dengan

usaha

atau

kegiatan

untuk

mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek


pajak. Sebagai contoh, bunga atas pinjaman yang di gunakan untuk membeli
saham atau mengakuisisi saham pendiri tidak dapat dibebankan sebagai biaya
dengan syarat deviden yang diterima bukan objek pajak, kecuali bunga atas
pinjaman tersebut di gunakan untuk melakukan penyertaan perusahaan yang
baru berdiri atau untuk membeli sebagian right issue perusahaan yang lama
berdiri. Bunga pinjaman yang tidak boleh di biayakan akan dikapitalisasi.
Khusus untuk biaya promosi harus memeperhatikan/ membedakan hakikat
yang benar-benar untuk promosi dengan sumbangan. Biaya promosi dan
penjualan yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto di atur
dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan. Pengeluaran
pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara pengahsilan yang
bukan merupakan objek pajak tidak boleh dibebankan sevagai biaya. Sebagai
contoh, PT Aman memperoleh penhasilan bruto yang terdiri atas:

Bila di ketahui biaya-biaya yang dbebankan sebesar Rp 250.000.000,00 maka


biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara pengahsilan dapat
dihitung 3/5 x Rp 250.000.000,00= Rp 150.000.000,00.
Hal lainnya seperti bunga atass pinjaman yang digunakan untuk
membeli saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang deviden yang
diterima tidak merupakan objek pajak sesuai Pasal 4 ayat 3 huruf f. Bunga
pinjaman yang tidak boleh dibiayakan tersebut akan dikapitalisasi sebagai
penambahan harga perolehan saham.
2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh aset berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun :
Terdapat pengeluaran pengeluaran untuk memperoleh aset berwujud dan aset
tak berwujud sert pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaatnya melalui
penyusutan untuk aset tak berwujud. Sedangkan terhadap pengeluaran sebagai
pembayaran dimuka seperti pembayaran sewa di muka untuk beberapa tahun,
misalnya 3 tahun, pembebanannya dilakukan melalui alokasi sesuai masa
manfaatnya yaitu selama 3 tahun.
3. Iuran kepada dana pensiun telah tegasdibatasi yaitu yang pendiriannya telah
di sahkan oleh Mentri

Keuangan. Oleh karena itu, terdapat iuran dana

pensiun yang pembayarannya kepada dana pensiun di mana pendiriannya tidak


atau belum disahkan oleh Mentri Keuangan tidak diperkenankan untuk
dibebankan sebagai biaya.
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan aset yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk untuk mendapatkan , menagih dan
memelihara pengahasilan. Sering terjadi bahwa penjualan atau pengalihan aset
yang menurut tujuannya semula tidak dimaksudkan dijual atau dialihkan
kepada konsumen, namun untuk dimiliki dan digunakan dalam perusahaan
atau dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.
Apabila terjadi kerugian atas transaksi penjualan atau pengalihan seperti itu ,
maka kerugian tersebut boleh dibebankan sebagai biaya. Kerugian karena
penjualan atas pengalihan aset yang dimiliki tetapi tidak digunakan untuk
mendapatkan , menagih dan memelihara penghasilan, tentu tidak boleh di
krangkan dari pengahsilan bruto.
8

5. Kerugian selisih krus mata uang asing


Kerugia selisih krus mata uang asing ini diakibatkan adanya fluktuasi krus
sehari-hari, terutama dalam kondisi krisi moneter. Pembebanan selisih krus
dilakukan berdasarkan sistem pembukuan perusahaan yang dianut dengan
syarat taat asas (konsisten) sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku di Indonesia. Kemungkinan dalam melakukan pembukuan, wajib
pajak mendasarkan pada krus tetap, maka pembebanan kerugian selisih krus
dilakukan pada saat realisasi atas perkiraan mata uang tersebut. Sebaliknya ,
apabila menggunakan krus tengah Bank Indonesia atau krus pada akhir tahun.
Kerugian selisih krus dibukukan dalam perkiraan sementara di neraca dan
pebebanan secara bertahap sesuai realisasi mata uang tersebut.
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di indonesia.
Pengeluaran perusahaan untuk penelitian dan pengembangan perusahaan yang
dilakukan di Indonesia dalam jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi
atau sistem baru bagi pengembangan perusahaan boleh dibebankan sebagai
biaya. Dengan diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya inilah
diharapkan lebih meningkatkan masalah penelitian dan pengembangan IPTEK
agar proses alih teknologi dapat dipercepat.
7. Biaya beasiswa,magang dan pelatihan
Baya-biaya ini lebih ditekankan pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Oleh karenanyabiaya beasiswa

yang di berikan kepada pelajar,

mahasiswa dan pihak lain magang, dan pelatihan diperkenankan untuk di


bebankan sebagai biaya dengan tetap memperhatikan kewajaran dan
kepentingan perusahaan.
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat di tagih, dengan syarat :
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.
b. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat di tagih
kepada Direktorat Jendral Pajak;dan
c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau
instansi pemerintah yang menangani piutang negara atau adanya Perjanjian
tertulis mengenai Penghapusan Piutang/Pembebasan Utang antara kreditur
dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan
umum atau khusus;atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya
telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
d. Syarat sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k Undang-Undang Pajak Penghasilan yang
9

pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan


Menteri Keuangan.
Piutng yang nyata-nyata tidak dapat ditagih diperkenankan untuk dibebankan
sebagai biaya dengan syarat Wajib Pajak telah mengakuinya sebagai biaya
dalam laporan laba rugi komersial dan telah dilakukan upaya-upaya penagihan
yang maksimal atau terakhir. Pengertian penerbitan umum atau khusus bukan
berarti berskala nasional tetapi dapat pula penerbitan internal asosiasidan
sejenisnya
9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah;
10. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
11. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
12. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
13. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

B.2 Biaya Menurut PSAK


1. Biaya Bunga (Interest Cost) adalah kenaikan nilai kini kewajiban imbalan pasti
yang timbul selama suatu periode karena periode tersebut semakin dekat dengan
penyelesaian. [PSAK 24]
2. Biaya Jasa Kini (Current Service Cost) adalah kenaikan nilai kini kewajiban
imbalan pasti atas jasa pekerja dalam periode berjalan. [PSAK 24]
3. Biaya Jasa Lalu (Past Service Cost) adalah kenaikan nilai kini kewajiban
imbalan pasti atas jasa pekerja pada periodeperiode lalu, yang berdampak terhadap
periode berjalan akibat penerapan awal atau perubahan terhadap imbalan
pascakerja atau imbalan kerja jangka panjang lainnya. Biaya jasa lalu dapat
bernilai positif (ketika imbalan diadakan atau diubah sehingga nilai kini kewajiban
imbalan pasti meningkat) atau negatif (ketika imbalan yang ada diubah sehingga
nilai kini kewajiban imbalan pasti menurun). [PSAK 24]
10

4. Biaya Pelepasan adalah tambahan biaya yang secara langsung terkait dengan
pelepasan aset atau unit penghasil kas, tidak termasuk biaya pendanaan dan beban
pajak penghasilan. [PSAK 48]
5. Biaya Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar sumber daya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset pada saat aset
tersebut diakuisisi atau dibangun, atau saat tersedia, nilai tersebut diatribusikan
pada aset ketika pengakuan awal sesuai dengan persyaratan tertentu PSAK.
[PSAK 19]
6. Biaya Untuk Menjual adalah biaya tambahan yang secara langsung dapat
diatribusikan kepada pelepasan aset (atau kelompok lepasan), selain biaya
keuangan dan beban pajak penghasilan. [PSAK 58]
C. Konsep (Metode) Pencatatan Akuntansi
a. Cash Basis
Acrual Basis merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam akuntansi,
dimana Pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan ketika transaksi terjadi
dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain Akuntansi
Cash Basis adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang
digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Cash Basis akan mencatat kegiatan keuangan saat kas atau uang telah diterima
misalkan perusahaan menjual produknya akan tetapi uang pembayaran belum
diterima maka pencatatan pendapatan penjualan produk tersebut tidak dilakukan,
jika kas telah diterima maka transaksi tersebut baru akan dicatat seperti halnya
dengan dasar akrual hal ini berlaku untuk semua transaksi yang dilakukan,
kedua teknik tersebut akan sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan, jika
menggunakan dasar akrual maka penjualan produk perusahaan yang dilakukan
secara kredit akan menambah piutang dagang sehingga berpengaruh pada
besarnya piutang dagang sebaliknya jika yang di pakai cash basis maka piutang
dagang akan dilaporkan lebih rendah dari yang sebenarnya terjadi.
11

Cash Basis Pengakuan Biaya :


Pengakuan biaya, pengakuan biaya dilakukan pada saat sudah dilakukan
pembayaran secara kas. Sehingga dengan kata lain, pada saat sudah diterima
pembayaran maka biaya sudah diakui pada saat itu juga. Untuk usaha-usaha
tertentu masih lebih menggunakan cash basis ketimbang accrual basis, contoh :
usaha relative kecil seperti toko, warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis
seperti dokter, pedagang informal, panti pijat (malah ada yang pakai credit cardtapi ingat credit card dikategorikan juga sebagai cash basis).
Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga mempunyai
beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :
1. Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis
a. Metode Cash basis digunakan untuk pencatatan pengakuan pendapatan,
belanja dan pembiayaan.
b. Beban/biaya belum diakui sampai adanya pembayaran secara kas walaupun
beban telah terjadi, sehingga tidak menyebabkan pengurangan dalam
penghitungan pendapatan.
c. Pendapatan diakui pada saat diterimanya kas,sehingga benar-benar
mencerminkan posisi yang sebenanya.
d. Penerimaan kas biasanya diakui sebagai pendapatan.
e. Laporan Keuangan yang disajikan memperlihatkan posisi keuangan yang
ada pada saat laporan tersebut.
f. Tidak perlunya suatu perusahaan untuk membuat pencadangan untuk kas
yang belum tertagih.
2. Kelemahan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis
a. Metode Cash basis tidak mencerminkan besarnya kas yang tersedia.
b. Akan dapat menurunkan perhitungan pendapatan bank, karena adanya
pengakuan pendapatan sampai diterimanya uang kas.
c. Adanya penghapusan piutang secara langsung dan tidak mengenal adanya
estimasi piutang tak tertagih.
d. Biasanya dipakai oleh perusahaan yang usahanya relative kecil seperti toko,
warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis seperti dokter, pedagang
informal, panti pijat (malah ada yang pakai credit card-tapi ingat credit card
dikategorikan juga sebagai cash basis).
e. Setiap pengeluaran kas diakui sebagai beban.
f. Sulit dalam melakukan transaksi yang tertunda pembayarannya, karena
pencatatan diakui pada saat kas masuk atau keluar.
g. Sulit bagi manajemen untuk menentukan suatu kebijakan kedepannya karena
selalu berpatokan kepada kas.
12

b. Accrual Basis
Basis Akrual (Accrual Basis) Teknik basis akrual memiliki fitur pencatatan dimana
transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang
masuk atau keluar di masa depan. Transaksi dicatat pada saat terjadinya walaupun
uang belum benar-benar diterima atau dikeluarkan.
Dengan kata lain basis akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban
dan ekuitas dana. Jadi, Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu
terjadi tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Acrual Basis Pengakuan biaya :
Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi.
Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka
titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya meskipun biaya
tersebut belum dibayar. Dalam era bisnis dewasa ini, perusahaan selalu dituntut
untuk senantiasa menggunakan konsep accrual basis ini.
Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga mempunyai
beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :

Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis


1. Metode aacrual basis digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan
ekuitas dana.
2. Beban diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan
lebih handal dan terpercaya.
3. Pendapatan diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang
diberikan lebih handal dan terpecaya walaupun kas belum diterima.
4. Banyak digunakan oleh perusahan-perusahana besar (sesuai dengan
Ketentuan Standar Akuntansi Keuangan dimana mengharuskan suatu
perusahaan untuk menggunakan basis akural).
5. Piutang yang tidak tertagih tidak akan dihapus secara langsung tetapi akan
dihitung kedalam estimasi piutang tak tertagih.
6. Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat kedalam masing-masing
akun sesuai dengan transaksi yang terjadi.
7. Adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena kas yang belum
diterima dapat diakui sebagai pendapatan.
8. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman manajemen dalam
menentukan kebijakan perusahaan kedepanya.
13

9. Adanya pembentukan pencandangan untuk kas yang tidak tertagih,


sehingga dapat mengurangi risiko kerugian.
KelemahanPencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
1. Metode aacrual basis digunakan untuk pencatatan.
2. Biaya yang belum dibayarkan secara kas, akan dicatat efektif sebagai biaya
sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan.
3. Adanya resiko pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat membuat
mengurangi pendapatan perusahaan.
4. Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat mengurangi pendapatan
perusahaan.
5. Perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan kas yang belum
dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima.
D. Biaya Yang Tidak Boleh Dibebankan
Tidak setiap pengeluaran itu boleh dibebankan sebagai biaya sesuai ketentuan
perundang-undangan perpajakan. Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan
mengatur yaitu untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap tidak boleh dikurangkan, yaitu sebagai berikut:
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang
polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Pengeluaran-pengeluaran seperti tersebut diatas tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan badan yang dibagikan karena pembagian laba tersebut merupakan
bagian dari penghasilan badan yang akan dikenakan pajak sesuai perundangundangan perpajakan. Ketentuan inilah sebagai wujud pelaksanaan classical
system yang dianut oleh undang-undang perpajakan. Dengan dasar pemikiran
bahwa perusahaannya dan pemegang saham sama-sama sebagai subjek hukum
tetapi terpisah sehingga terhadap laba yang telah dikenakan pajak pada tingkat
badan apabila selanjutnya dibagikan kepada pemegang saham akan dikenai pajak.
2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu atau anggota.
Secara akuntansi komersial pun bahwa biaya yang dibebankan atau dikeluarkan
untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota tidak
diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya. Demikian pula pada akuntansi
pajak sebagai contoh perbaikan rumah pribadi, biaya premi asuransi yang dibayar
perusahaan untuk kepentingan pribadi pemegang saham atau keluarganya, dan lain
sebagainya.
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tidak
tertagih untuk usaha bank dan sewa dengan hak opsi, cadangan untuk usaha
14

asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang


ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Dalam praktik akuntansi komersial seperti perbankan atau lembaga keuangan
lainnya termasuk juga leasing dengan hak opsi diperkenankan untuk membentuk
cadangan piutang tidak tertagih. Besarnya cadangan piutang tidak tertagih untuk
usaha perbankan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Dalam akuntansi pajak
sewakerugian dan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dibukukan ke
dalam cadangan penghapusan piutang tidak tertagih. Sedangkan kekurangan
atau kelebihan cadangan itu sebagai koreksi Penghasilan Kena Pajak pada akhir
tahun.
4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi
Wajib Pajak yang bersangkutan.
Jenis-jenis pengeluaran diatas tidak diperkenankan untuk dibebankan sebagai
biaya atau pengurangan penghasilan bruto apabila dibayar oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi. Kebalikannya apabila Wajib Pajak Orang Pribadi selanjutnya menerima
santunan asuransi otomatis bukan merupakan objek pajak. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan unsur pengecualian bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan di daerah tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Pasal 4 ayat (3) huruf d meemberikan penjelasan bahwa penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak dianggap sebagai objek pajak,
dengan sendirinya tidak boleh dibebankan sebagai biaya bagi si pemberi kerja.
Namun khusus untuk kepentingan daerah tertentu (dikenal dengan daerah
terpencil) diberlakukan berbeda, artinya dapat dibebankan sebagai biaya bagi si
pemberi kerja. Hal ini dimaksudkan guna menunjang kebijakan pemerintah untuk
lebih mendorong pembangunan di daerah. Imbalan dalam bentuk pemberian
kepada pegawai berupa penyediaan makanan dan minuman di tempat kerja untuk
seluruh pegawai secara bersama-sama ataupun pemberian natura yang merupakan
keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam
keamanan, antar jemput karyawan, serta penginapan awak kapal dan sejenisnya
15

tersebut bukan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak bagi karyawan yang
menerimanya. Tetapi biaya tersebut diperkenankan untuk dibebankan sebagai
biaya perusahaan (pemberi kerja).
6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan.
Dapat terjadi di perusahaan adanya pembayaran imbalan yang diberikan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
sehubungan dengan pekerjaan. Pengeluran tersebut boleh dibebankan sebagai
biaya asalkan jumlahnya wajar sesuai kelaziman usaha yang sering disebut dengan
sound business practices. Sebagai contoh seorang tenaga ahli itu sebagai
pemegang saham dari perusahaan dengan imbalan sebesar Rp8.000.000,00.
Ternyata jasa yang sama diberikan oleh tenaga ahli lainnya yang mempunyai
keahlian yang sama dibayar Rp3.000.000,00 dianggap tidak wajar. Selisihnya
sebesar Rp5.000.000,00 dapat dianggap sebagai dividen atau disebut constructive
dividend.
7. Harta yang dihibahkan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat dan kepada badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil (termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan) serta
bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para
penerima zakat yang berhak. Zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan
oleh Wajib Pajak Orang Pribadi pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat, sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan serta warisan.
8. Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan dalam ketentuan ini adalah Pajak Penghasilan yang terutamg
oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Dalam penentuan tarif pajak terdapat teori
yang dikenal dengan rate of tax reckoned on a tax-inclusive basis, yang berarti
tarif pajak diterapkan atas penghasilan termasuk pajak itu sendiri. Teori ini dianut
oleh undang-undang Pajak Penghasilan, sehingga apabila terdapat penghasilan
badan Rp50.000.000,00 dianggap belum dikurangi pajak atau dengan kata lain
Pajak Penghasilan merupakan bagian dari penghasilan tersebut. Dalam praktik
16

akuntansi komersial Pajak Penghasilan tidak dianggap sebagai biaya dan dengan
demikian tidak mengurangi Penghasilan Kena Pajak.
9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak
atau orang yang menjadi tanggungannya.
Dalam praktik auntansi komersial dikenal bahwa perlu dibedakan antara
pengeluaran untuk memperoleh penghasilan atau business expenditure dengan
pengeluaran yang dapat dikategorikan sebagai business expenditure yang
diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya.
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.
11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan, serta sanksi pidana
E. Klasifikasi Biaya Sesuai Aturan Pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan
Klasifikasi atau penetapan biaya yang diperkenankan untuk dibebankan dan biaya
yang tidak diperkenankan untuk di bebankan sebagaimana telah diatur dalam Pasal 6
dan Pasal 9 Undang-Undang Pajak Penghasilan seperti yang telah dijelaskan,
umumnya diikuti pula dengan aturan pelaksanaannya

dengan bentuk Peraturan

Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan, atau Peraturan direktur Jendral Pajak. pada
bagian ini akan disampaikan beberapa aturan pelaksanaan dimaksud yang aplikasinya
dalam bentuk latihan soal.
1. Biaya Program Jamsostek (Integrasi BPJS Kesehatan)
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).
Besarnya premi yang dibayarkan oleh perusahaan dapat dibebankan dan bagi
karyawan sebagai penghasilan ssehingga sebagai objek PPh Pasal 21. Sedangkan
karyawan atau keluarga penerima penggantian pengobatan atau santunan yang
diterima kelurga bukan objek PPh pasal 21.
b. Jaminan Hari Tua (JHT)
Besarnya premi yang dibayar perusahaan

dapat

dibebankan

sebagai

biaya/pengurangan penghasilan bruto dan bagi karyawan bukan merupakan objek


PPh pasal 21. Karyawan yang menerima pesangon merupakan penghasilan objek
PPh pasal 21 yang penanganannya bersifat final.
2. Biya Pengobatan
Pembebanan biaya pengobatan ini perlu diperhatikan cara pembayarannya, yaitu ;
a. Biaya pengobatan karyawan yang dibayar perusahaan langsung ke rumah sakit
atau dokter dan apotek, pembayaran tersebut sebagai pemberian kenikmatan
sehingga tidak boleh dibiayakan dan bukan objek PPh pasal 21 bagi penerimanya.

17

b. Biaya

penggantian

pengobatan,

pemberian

tunjangan

pengobatan,

uang

pengobatan, sebagai biaya yang dapat dikurangkan terhadap penghasilan bruto dan
objek PPh pasal 21.
3. Biaya Rekreasi dan Olahraga
Biaya ini juga dianggap sebagai kenikmatan karyawan, sehinggan tidak boleh
dibebankan dan bukan objek PPh pasal 21.
4. Biaya Perumahan
Biaya perumahan/sewa rumah tidak diperkenankan untuk dibebankan tetapi
dikecualikan apabila karyawan yang bersangkutan diberikan tunjangan sewa
rumah.
5. Biaya Kendaraan Dinas
Untuk biaya kendaraan dinas sebagai kendaraan operasional yang tidak dibawa
pulang, segala biaya yang melekat pada kendaraan seperti penyusutan,
pemeliharaan, dan lain-lain boleh dibebankan ke perusahaan. Kendaraan bus dan
sejenisnya

untuk antar-jemput karyawan (tidak termasuk sedan) biaya

penyusutannya termasuk kelompok 2 boleh dibebankan ke perusahaan. Namun


untuk kendaraan termasuk sedan yang digunakan karyawan tertentu karena
jabatannya dan dibawa pulang oleh karyawan yang bersangkutan, pembebanannya
diperkenankan hanya lima puluh persen yang mjulai berlaku 18 April 2002 (kep.
220/PJ./2002). Penyusustan aset tersebut dalam kelompok 2.
6. Telepon Seluler Karyawan
Mengikuti kep.220/PJ./2002 yang diberlakukan mulai 18 April 2002, terhadap
telepon seluler yang dimiliki dan digunakan perusahaan pegawaitertentu karena
jabatan atau pekerjaannya, pembebanan biaya yang diperkenannkan adalah biaya
penyusustan sebesar 50% dengan kelompok 1. Sedangkan untuk biaya pulsa,
pembebanannya diperkenankan juga 50%.
7. Sesuai dengan pasal 3 PP No. 138 tahun 2000, yaitu Pajak Masukan yang tidak
dapat dikreditkan berdasarkan pasal 9 ayat (8) Undang-Undang PPN dan PPnBM
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, kecuali :
a. Pajak masukan sesuai pasal 9 ayat (8) huruf f dan huruf g Undang-undang PPn
dan PPnBM, sepanjang tidak dapat dibuktikan bahwa pajak masukan tersebut
benar-benar telah dibayar;
b. Pajak masukan diperkenankan dengan pengeluaran yang tidak dikurangkan
dalam menentukan pesarnya penghasilan kena pajak sesuai dengan pasal 9
ayat (1) UU Pajak penghasilan.
8. Pajak masukan (PP No. 138 tahun 2000) diperkenankan sebagai pengurang dengan
penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) sehubungan
dengan pengeluaran untuk memperoleh aset berwujud serta biaya lainnya yang
18

mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sesuai pasal 11 dan pasal 11A
Undang-Undang Pajak penghasilan, yang terlebih dahulu harus dikapitalisasi
dengan pengeluaran tersebut dan dibebankan melalui penyusustan atau amortisasi.
9. Pasal 4 PP No. 138 tahun 2000 yaitu pengeluaran dan biaya yang tidak boleh
dikurangkan dalam menghitung besarnya penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak
dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap termasuk :
a. Biaya untuk mendapatkan, ,menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak;
b. Biaya u tuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final;
c. Biaya yang mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
diekanakan

pajak

berdasarkan Norma Perhitungan penghasilan neto

sebagaiman dimaksdukan dalam pasal 14 dan Norma Perhitungan Khusus


sebagaiman dimaksudkan dalam pasal 15 Undang-Undang Pajak penghasilan;
d. Pajak penghasilan yang ditanggung oleh pemberi penghasilan, kecuali pajak
atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (1) Undangundang Pajak Penghasilan tetapi tidak termasuk deviden sepanjang Pajak
Penghasilan tersebut ditambahkan kedalam perhitungan dasar untuk
pemotongan pajak.
e. Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan digunakan dalam usaha
atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
merupakan objek pajak.
10. Pemberian natura atau kenikmatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
dapat dibebankan dan bukan merupakan objek PPh Pasal 21. Sesuai Keputusan
Menteri Keuangan No. 466/KMK.04/2000 dan Keputusan Direktur Jendral Pajak
No. Kep. 213/PJ/2001 yang perlu diperhatikan adalah daerah terpencil.
Harus mendapat persetujuan dari Direktur jendral Pajak, dengan melihat :
a. Tempat tinggal termasuki perumahan bagi pegawai dan keluarganya, epanjang
dilokasi kerja tidak ada tempat tinggal yang dapat disewa.
b. Pelayanan kesehatan, sepanjang di lokasi kerja tersebut tidak ada sarana
kesehatan.
c. Pendidikan bagi pegawai dan keluarganya, sepanjang dilokasi kerja tersebut
tidak ada sarana pendidikan yang setara.
d. Pengangkutan bagi pegawai dilokasi kerja, sedangkan untuk keluarga terbatas
pada kedatanagn pertama dan kepergian pegawai karena terhentinya hubungan
kerja.
e. Olahraga bagi pegawai dan keluarganya tidak termasuk boling, golf, atau
pacuan kuda sepanjang tidak tersedia sarana dimaksud.
19

11. Biaya entertaiment, Representasi, jamuan tamu, dan sejenisnya kecuali SE27/PJ.22/1986 tidak diperkenankan untuk dibebenkan, tetapi apabila di bebenkan
disyaratkan adanya daftar nominatif (bukti) yang dilampirkan dalam SPT tahunan
PPh.
12. Pajak daerah dan retribusi daerah dapat dibebankan sebagai biaya dalam
menghitung penghasilan kena pajak sepanjang memenuhi sayarat yang memenuhi
ketentuan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Restribusi Daerah; berkaitan

langsung dengan kegiatan untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan tidakbersifat final dan/atau tidak


berdasarkan norma perhitungan penghasilan neto; dan tidak termasuk sanksi
berupa bunga, denda, dan atau kenaikan.
F. Kompensasi Kerugian
Terdapat dua macam kompensasi kerugian yaitu:
1. Kompensasi Horizontal
Kompensasi ini diterapkan apabila wajib pajak dalam tahun pajak yang bersamaan
memperhitungkan kompensasinya antara penghasilan suatu bidang usaha dengan
princian dan bidang usaha lainnya.
2. Kompensasi Vertikal
Dalam kompensasi vertikal ini dilakukan yaitu dengan jalan wajib pajak untuk
mengompensasikan penghasilan suatu tahun pajak dengan kerugian tahun
sebelumnya. Undang-undang pajak penghasilan menganut kompensasi vertikal.
Apabila penghasilan bruto dari wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap
setelah

dilakukan

pengurangan-pengurangan

sesuai

dengan

pengeluaran-

pengeluaran yang diperkenankan seperti diatas didapat kerugian, maka kerugian


tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal selama
lima tahun berturut-turut dimulai darai tahun pajak berikutnya sesudah tahun
didapatkan kerugian tersebut.
Contoh:
Pada tahun 2009, PT A menderita kerugian fiskal sebesar Rp. 1.200.000.000,00.
Dalam lima tahun berikutnya laba (rugi) fiskal PT. A sebagai berikut:
2010 Laba Fiskal

Rp. 200.000.000,00

2011 Rugi Fiskal

Rp. (300.000.000,00)

2012 Laba Fiskal

NIHIL
20

2013 Laba Fiskal

Rp. 100.000.000,00

2014 Laba Fiskal

Rp. 800.000.000,00

Kompensasi Kerugian dilakukan sebagai berikut:


Rugi Fiskal Tahun 2009

(1.200.000.000,00)

Laba Fiskal Tahun 2010

200.000.000,00

Rugi fiskal tahun 2011

(300.000.000,00)

Sisa rugi fiskal tahun 2009

(1.000.000.000,00)

Lab fiskal tahun 2011

(+)

NIHIL

Sisa rugi fiskal tahun 2009

(1.000.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2013

100.000.000,00

Sisa rugi fiskal tahun 2009

(900.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2014

(800.000.000,00)

Sisa rugi fiskal tahun 2009

(100.000.000,00)

(+)

(+)

G. Akuntansi Perpajakan
Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang
masih tersisa pada akhir tahun 2014, tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba
fiskal tahun 2011. Sedangkan rugi fiskal 2011 sebesar Rp. 300.000.000,00 hanya
boleh dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka
waktu 5 tahun yang dimulai sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.
Kompensasi ini hanya diberlakukan apabila wajib pajak menyelenggarakan
pembukuan. Dalam praktik akuntansi komersial, kompensi kerugian vertikal ini
dilakukan secara otomatis yaitu dalam akun saldo laba karena hasil operasi akhir
tahun (penghasilan setelah pajak) selalu di lakukan ke akun saldo laba. Sementara
akuntansi pajak perlu diperhatikan bahwa perhitungan laba fiskal berada diluar ekstra
21

komtbale (di luar jalur pembukuan). Sebenarnya cara akuntansi komersial itulah lebih
sederhana.
Bagi perusahaan yang mempunyai cabang-cabang di luar negeri, sesui penjelasan
pasal 4 Undang-Undang Pajak Penghasilan, tidak dapat mengonsolidasikan kerugian
yang di derita cabang luar negeri ini selalu dikenakan pajak tanpa memperhitungkan
kerugian.

BAB III
PENUTUP
H. Kesimpulan
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi atau sumber daya berupa
barang dan jasayang di ukur dalam satuan uang dengan tujuan untuk memperoleh
manfaat yang bisa meningkatkan laba di masa yang akan datang.
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap dibagi dalam dua (2) golongan yaitu sebagai berikut:
3. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak tidak lebih dari satu (1)
tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu (1) tahun
merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan misalnya, gaju, biaya
administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah, dan sebagainya.
4. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun.
Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun,
pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi.

22

DAFTAR PUSTAKA
Waluyo., 2012.,Akuntansi Pajak.,Jakarta.,Salemba Empat
https://wwwacademia.edu/7304286/Akuntansi_Beban_Kelompok (di akses pada tanggal
3/4/2015)
https://krissantoo.wordpress.com (di akses pada tanggal 3/4/2015)

23

You might also like