Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Fajriah Halil
Riris Nofitasari
Aisa Rahma Syarif
Erpinatilopa
Erwin Fitra Badare
201210170311163
201210170311165
201210170311170
201210170311180
201210170311183
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya
kepada penulis sehingga makalah yang berjudul Akuntansi Atas Pendapatan/Penghasilan
ini dapat diselesaikan sesuai rencana.
Makalah ini menjelaskan bagaimana perlakuan akuntansi atas pendapatan, pengakuan
pendapatan, pengukuran pendapatan sampai dengan penyajian dan pengungkapan pendapatan
menurut PSAK. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT dan junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW.
2. Bapak Budi Santoso SE., Ak., MSA., CA. sebagai dosen pengampu mata kuliah
akuntansi perpajakan.
3. Rekan penulis, seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Malang
4. Semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
B. Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan Dan PSAK..........................................5
B.1 Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan.....................................................5
B.2 Biaya Menurut PSAK......................................................................................11
C. Konsep (Metode) Pencatatan Akuntansi.................................................................11
D. Biaya Yang Tidak Boleh Dibebankan.......................................................................15
E. Klasifikasi Biaya Sesuai Aturan Pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan.............18
F. Kompensasi Kerugian...............................................................................................21
G. Akuntansi Perpajakan..............................................................................................23
BAB III PENUTUP
H. Kesimpulan................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan pada pandangan bahwa undang-undang pajak penghasilan mengenai
pemajakan yang berbasis neto (net basis of taxition). Basis tersebut berarti
pengeluaran pajak didasarkan pada penghasilan bruto (gross income) dikurangi
dengan pengeluaran-pengeluaran dan pengurangan lainnya yang di perkenankan oleh
undang-undang.
Secara komersial sebagaimana diataur dalam SAK bahwa dalam laporan laba rugi
biaya diakui apabila terjadi penurunan manfaat ekonomis pada masa mendatang
sehubungan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban yang dapat diukur
dengan modal. Alternatif lainnya, biaya juga diakui dengan mendasarkan pada analisis
hubungan antar biaya yang timbul dan penghasilan tertentu yang diperoleh
sehubungan dengan terdapat beberapa perbedaan perlakuan yang sering menimbulkan
koreksi biaya. Pada bab ini akan disampaikan bagaimana praktik akuntansi komersial
ini membahas masalah biaya yang sekaligus dikaitakan dengan akauntansi
pajaknyaserta teknik mengompensasikan kerugian yang menurut undang-undang
perpajakan memang diperkenankan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian biaya menurut undang-undang perpajakan dan PSAK?
2. Apa Konsep (metode) Pencatatan Akuntansi?
3. Apa Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan?
4. Apa Biaya yang tidak boleh dibebankan?
5. Bagaimana klasifikasi biaya sesuai aturan pelaksanaan UU Perpajakan?
6. Bagaimana konsep kerugian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biaya menurut Undang-undang perpajakan dan PSAK.
2. Untuk mengetahui Konsep (metode) Pencatatan Akuntansi.
3. Untuk mengetahui Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan.
4. Untuki mengetahui Biaya yang tidak boleh dibebankan.
5. Untuk mengetahui klasifikasi biaya sesuai aturan pelaksanaan UU Perpajakan.
6. Untuk mengetahui konsep kerugian.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan Dan PSAK
4
Rp 300.000.000,00
Rp 200.000.000,00
6
Rp 500.000.000,00
hubungan
langsung dengan
usaha
atau
kegiatan
untuk
4. Biaya Pelepasan adalah tambahan biaya yang secara langsung terkait dengan
pelepasan aset atau unit penghasil kas, tidak termasuk biaya pendanaan dan beban
pajak penghasilan. [PSAK 48]
5. Biaya Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar sumber daya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset pada saat aset
tersebut diakuisisi atau dibangun, atau saat tersedia, nilai tersebut diatribusikan
pada aset ketika pengakuan awal sesuai dengan persyaratan tertentu PSAK.
[PSAK 19]
6. Biaya Untuk Menjual adalah biaya tambahan yang secara langsung dapat
diatribusikan kepada pelepasan aset (atau kelompok lepasan), selain biaya
keuangan dan beban pajak penghasilan. [PSAK 58]
C. Konsep (Metode) Pencatatan Akuntansi
a. Cash Basis
Acrual Basis merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam akuntansi,
dimana Pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan ketika transaksi terjadi
dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain Akuntansi
Cash Basis adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang
digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Cash Basis akan mencatat kegiatan keuangan saat kas atau uang telah diterima
misalkan perusahaan menjual produknya akan tetapi uang pembayaran belum
diterima maka pencatatan pendapatan penjualan produk tersebut tidak dilakukan,
jika kas telah diterima maka transaksi tersebut baru akan dicatat seperti halnya
dengan dasar akrual hal ini berlaku untuk semua transaksi yang dilakukan,
kedua teknik tersebut akan sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan, jika
menggunakan dasar akrual maka penjualan produk perusahaan yang dilakukan
secara kredit akan menambah piutang dagang sehingga berpengaruh pada
besarnya piutang dagang sebaliknya jika yang di pakai cash basis maka piutang
dagang akan dilaporkan lebih rendah dari yang sebenarnya terjadi.
11
b. Accrual Basis
Basis Akrual (Accrual Basis) Teknik basis akrual memiliki fitur pencatatan dimana
transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang
masuk atau keluar di masa depan. Transaksi dicatat pada saat terjadinya walaupun
uang belum benar-benar diterima atau dikeluarkan.
Dengan kata lain basis akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban
dan ekuitas dana. Jadi, Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu
terjadi tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Acrual Basis Pengakuan biaya :
Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi.
Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka
titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya meskipun biaya
tersebut belum dibayar. Dalam era bisnis dewasa ini, perusahaan selalu dituntut
untuk senantiasa menggunakan konsep accrual basis ini.
Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga mempunyai
beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :
tersebut bukan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak bagi karyawan yang
menerimanya. Tetapi biaya tersebut diperkenankan untuk dibebankan sebagai
biaya perusahaan (pemberi kerja).
6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan.
Dapat terjadi di perusahaan adanya pembayaran imbalan yang diberikan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
sehubungan dengan pekerjaan. Pengeluran tersebut boleh dibebankan sebagai
biaya asalkan jumlahnya wajar sesuai kelaziman usaha yang sering disebut dengan
sound business practices. Sebagai contoh seorang tenaga ahli itu sebagai
pemegang saham dari perusahaan dengan imbalan sebesar Rp8.000.000,00.
Ternyata jasa yang sama diberikan oleh tenaga ahli lainnya yang mempunyai
keahlian yang sama dibayar Rp3.000.000,00 dianggap tidak wajar. Selisihnya
sebesar Rp5.000.000,00 dapat dianggap sebagai dividen atau disebut constructive
dividend.
7. Harta yang dihibahkan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat dan kepada badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil (termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan) serta
bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para
penerima zakat yang berhak. Zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan
oleh Wajib Pajak Orang Pribadi pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat, sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan serta warisan.
8. Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan dalam ketentuan ini adalah Pajak Penghasilan yang terutamg
oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Dalam penentuan tarif pajak terdapat teori
yang dikenal dengan rate of tax reckoned on a tax-inclusive basis, yang berarti
tarif pajak diterapkan atas penghasilan termasuk pajak itu sendiri. Teori ini dianut
oleh undang-undang Pajak Penghasilan, sehingga apabila terdapat penghasilan
badan Rp50.000.000,00 dianggap belum dikurangi pajak atau dengan kata lain
Pajak Penghasilan merupakan bagian dari penghasilan tersebut. Dalam praktik
16
akuntansi komersial Pajak Penghasilan tidak dianggap sebagai biaya dan dengan
demikian tidak mengurangi Penghasilan Kena Pajak.
9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak
atau orang yang menjadi tanggungannya.
Dalam praktik auntansi komersial dikenal bahwa perlu dibedakan antara
pengeluaran untuk memperoleh penghasilan atau business expenditure dengan
pengeluaran yang dapat dikategorikan sebagai business expenditure yang
diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya.
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.
11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan, serta sanksi pidana
E. Klasifikasi Biaya Sesuai Aturan Pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan
Klasifikasi atau penetapan biaya yang diperkenankan untuk dibebankan dan biaya
yang tidak diperkenankan untuk di bebankan sebagaimana telah diatur dalam Pasal 6
dan Pasal 9 Undang-Undang Pajak Penghasilan seperti yang telah dijelaskan,
umumnya diikuti pula dengan aturan pelaksanaannya
Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan, atau Peraturan direktur Jendral Pajak. pada
bagian ini akan disampaikan beberapa aturan pelaksanaan dimaksud yang aplikasinya
dalam bentuk latihan soal.
1. Biaya Program Jamsostek (Integrasi BPJS Kesehatan)
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).
Besarnya premi yang dibayarkan oleh perusahaan dapat dibebankan dan bagi
karyawan sebagai penghasilan ssehingga sebagai objek PPh Pasal 21. Sedangkan
karyawan atau keluarga penerima penggantian pengobatan atau santunan yang
diterima kelurga bukan objek PPh pasal 21.
b. Jaminan Hari Tua (JHT)
Besarnya premi yang dibayar perusahaan
dapat
dibebankan
sebagai
17
b. Biaya
penggantian
pengobatan,
pemberian
tunjangan
pengobatan,
uang
pengobatan, sebagai biaya yang dapat dikurangkan terhadap penghasilan bruto dan
objek PPh pasal 21.
3. Biaya Rekreasi dan Olahraga
Biaya ini juga dianggap sebagai kenikmatan karyawan, sehinggan tidak boleh
dibebankan dan bukan objek PPh pasal 21.
4. Biaya Perumahan
Biaya perumahan/sewa rumah tidak diperkenankan untuk dibebankan tetapi
dikecualikan apabila karyawan yang bersangkutan diberikan tunjangan sewa
rumah.
5. Biaya Kendaraan Dinas
Untuk biaya kendaraan dinas sebagai kendaraan operasional yang tidak dibawa
pulang, segala biaya yang melekat pada kendaraan seperti penyusutan,
pemeliharaan, dan lain-lain boleh dibebankan ke perusahaan. Kendaraan bus dan
sejenisnya
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sesuai pasal 11 dan pasal 11A
Undang-Undang Pajak penghasilan, yang terlebih dahulu harus dikapitalisasi
dengan pengeluaran tersebut dan dibebankan melalui penyusustan atau amortisasi.
9. Pasal 4 PP No. 138 tahun 2000 yaitu pengeluaran dan biaya yang tidak boleh
dikurangkan dalam menghitung besarnya penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak
dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap termasuk :
a. Biaya untuk mendapatkan, ,menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak;
b. Biaya u tuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final;
c. Biaya yang mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
diekanakan
pajak
11. Biaya entertaiment, Representasi, jamuan tamu, dan sejenisnya kecuali SE27/PJ.22/1986 tidak diperkenankan untuk dibebenkan, tetapi apabila di bebenkan
disyaratkan adanya daftar nominatif (bukti) yang dilampirkan dalam SPT tahunan
PPh.
12. Pajak daerah dan retribusi daerah dapat dibebankan sebagai biaya dalam
menghitung penghasilan kena pajak sepanjang memenuhi sayarat yang memenuhi
ketentuan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Restribusi Daerah; berkaitan
dilakukan
pengurangan-pengurangan
sesuai
dengan
pengeluaran-
Rp. 200.000.000,00
Rp. (300.000.000,00)
NIHIL
20
Rp. 100.000.000,00
Rp. 800.000.000,00
(1.200.000.000,00)
200.000.000,00
(300.000.000,00)
(1.000.000.000,00)
(+)
NIHIL
(1.000.000.000,00)
100.000.000,00
(900.000.000,00)
(800.000.000,00)
(100.000.000,00)
(+)
(+)
G. Akuntansi Perpajakan
Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang
masih tersisa pada akhir tahun 2014, tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba
fiskal tahun 2011. Sedangkan rugi fiskal 2011 sebesar Rp. 300.000.000,00 hanya
boleh dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka
waktu 5 tahun yang dimulai sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.
Kompensasi ini hanya diberlakukan apabila wajib pajak menyelenggarakan
pembukuan. Dalam praktik akuntansi komersial, kompensi kerugian vertikal ini
dilakukan secara otomatis yaitu dalam akun saldo laba karena hasil operasi akhir
tahun (penghasilan setelah pajak) selalu di lakukan ke akun saldo laba. Sementara
akuntansi pajak perlu diperhatikan bahwa perhitungan laba fiskal berada diluar ekstra
21
komtbale (di luar jalur pembukuan). Sebenarnya cara akuntansi komersial itulah lebih
sederhana.
Bagi perusahaan yang mempunyai cabang-cabang di luar negeri, sesui penjelasan
pasal 4 Undang-Undang Pajak Penghasilan, tidak dapat mengonsolidasikan kerugian
yang di derita cabang luar negeri ini selalu dikenakan pajak tanpa memperhitungkan
kerugian.
BAB III
PENUTUP
H. Kesimpulan
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi atau sumber daya berupa
barang dan jasayang di ukur dalam satuan uang dengan tujuan untuk memperoleh
manfaat yang bisa meningkatkan laba di masa yang akan datang.
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap dibagi dalam dua (2) golongan yaitu sebagai berikut:
3. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak tidak lebih dari satu (1)
tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu (1) tahun
merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan misalnya, gaju, biaya
administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah, dan sebagainya.
4. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun.
Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun,
pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Waluyo., 2012.,Akuntansi Pajak.,Jakarta.,Salemba Empat
https://wwwacademia.edu/7304286/Akuntansi_Beban_Kelompok (di akses pada tanggal
3/4/2015)
https://krissantoo.wordpress.com (di akses pada tanggal 3/4/2015)
23