You are on page 1of 6

Dasar Teori

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan
jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot
serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita
(dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Bentuk jantung menyerupai jantung pisang,
bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Di sebelah
bawah agak runcing yang disebut apeks kordis. Letak jantung di dalam rongga dada
sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan
rongga dada, di atas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta
V dan VI dua jari di bawah papila mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyutan
jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman tangan
kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram (Syaifuddin, 2006).
Sistem aliran darah mencakup jantung, arteria, kapiler, sinulosa, dan vena.
Kelimanya ditentukan dari posisinya dalam sirkuis vaskular. Juga dikendali diri
bagian histologinya yang mencerminkan kekuatan khusus untuk bertahan serta
kontrol fungsi vaskular dari setiap jenisnya. Kelompok arteri mengalirkan darah dari
jantung menuju jaringan menahan dengan kuat dari denyutan jantung serta perubahan
kecepatan darah, juga mengatur aliran darah ke dalam kapiler serta sinulosa
(Delmann, 1992: 216).
Tugas jantung sebagai pompa darah dengan dua sistem sirkulasi yang terpisah.
Sistem sirkulasi yang lebih besar, meliputi seluruh jaringan tubuh, hingga itu jantung
memompakan darah ke pembuluh nadi lewat aorta. Sedang sistem sirkulasi yang
lebih kecil, meliputi sirkulasi yang lebih kecil, meliputi sirkulasi darah ke paru-paru
(pulmonum) tempat dimana terjadi pertukaran udara (oksigenasi) setelah kembali dari
peru-paru darah yang kembali ke jantung lewat pembuluh darah balik (vena), darah
ini miskin akan zat asam. Darah ini kemudian dipompakan ke paru-paru kembali
untuk diperbaharui (dioksigenasi) (Irianto, 2004: 100).
Jantung memiliki kemampuan untuk mengadakan tanggapan bila mandapat
rangsangan dengan intensitas yang cukup besar. Tanggapan jantung berupa
perambatan potensial aksi dan kontraksi mekanik. Potensial aksi pada jantung agak
berbeda dengan pada saraf dan otot. Pada jantung potensial aksi mempunyai bentuk

seperti plateau dan berlangsung agak lama (dalam satuan waktu detik), sedangkan
pada saraf satuan waktunya adalah milidetik (Wulangi, 1993: 133).
Jantung berfungsi untuk memompa darah agar dapat terus beredar. Jantung
menusia berukuran kira-kira satu kepalan tangan dan memiliki tiga lapisan
perikardium, miokardium, serta endokardium. Perikardium merupakan selaput
pembungkus jantung, sedangkan miokardium adalah otot jantung. Adapun
endokardium adalah selaput pembatas ruang jantung yang mengandung pembuluh
darah, saraf dan sistem peredaran darah ke jantung. Jantung manusia terbagi menjadi
empat ruangan, yaitu ventrikel dekster (bilik kanan), ventrikel sinister (bilik kiri),
atrium dekster (serambi kanan), dan atrium sinister (serambi kanan) (Pujiyanto, 2008:
99).
Darah yang dipompa keluar jantung mempunyai kekuatan dan kecepatan
mengalir tertentu. Kekuatan ini diteruskan oleh pembuluh nadi. Karena otot
pembuluh nadi mempunyai elastisitas, maka nadi ikut berdenyut. Tekanan darah
dapat diukur dengan tensimeter yang mengukur tekanan sistolis dan tekanan diastolis.
Umumnya pada orang dewasa sehat, tekanan sistolis sebesar 120 mmHg dan tekanan
diastolis

sebesar

80

mmHg

(Pratignjo,

1991:

100-101).

Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara peredaran melalui
seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung, vena membawa darah ke jantung,
kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang di antaranya dan merupakan jalan
lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Di sini juga terjadi pertukaran gas
dalam cairan extraseluler atau interstisiil. Jantung adalah organ berupa otot,
berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah.
Apex-nya

(puncak)

miring

ke

sebelah

kiri

(Pearce,

2004).

Denyut nadi dan tekanan darah merupakan faktor-faktor yang dipakai sebagai
indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler seseorang (Sanif, 2008).

Gambar 1. Anatomi Jantung


Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung
seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi.
Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur
dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila
pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi
dalam tubuh (Saladin, 2003).
Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik
yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri
dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior
(Michael, 2006).

Gambar 2. Cara Pengukuran Tekanan Darah dengan Metode Auskultasi


Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan
darah arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.
Ketika manset diikatkan pada lengan, inflasi dari kantong karet memampatkan
jaringan bawah manset. Jika kantong karet membengkak untuk tekanan yang
melebihi nilai puncak gelombang nadi, arteri terus melemah

dan tidak ada

gelombang pulsa yang bisa teraba di arteri perifer. Jika tekanan dalam spontan secara
bertahap dikurangi, suatu titik akan tercapai di mana terdapat gelombang pulsa sedikit
melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu,
denyut nadi menjadi teraba dan tekanan yang ditunjukkan pada manometer air raksa
adalah ukuran dari nadi puncak atau tekanan sistolik.
Aliran

darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan

mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara
khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset
dikurangi lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin
melebar dan arteri terbuka selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah
bergelombang di bawah manset juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui
stetoskop cenderung mengeras. Ketika tekanan dalam manset turun di bawah tekanan
minimal gelombang nadi, arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang

dipancarkan menjadi teredam karena darah terus mengalir dan derajat percepatan
darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan,
suara hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi normal
kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan
tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena
turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri brachialis.
Berbagai faktor memepengaruhi denyut nadi dan tekanan darah, seperti halnya
aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk
juga diantaranya posisi dan aktivitas fisik.
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari

suatu individu karena

adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang
terkandung di dalam sel darah merah.
Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua kepada
anaknya. Land-Steiner dalam Suryo (1996) membedakan darah manusia kedalam
empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini disebabkan oleh
macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah).
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan A-BO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen
selain antigen A-B-O dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari
golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang
berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian .Golongan darah yang
berbeda yaitu A, B, AB dan O. ditentukan oleh sepasang gen, yang diwarisi dari
kedua orang tua. Setiap golongan darah dapat dikenal dari zat kimia yang disebut
antigen, yang terletak di permukaan sel darah merah. Ketika seseorang membutuhkan
transfusi darah, maka darah yang disumbangkan haruslah sesuai dengan golongan
darah tertentu. Kesalahan dalam melakukan transfusi akan dapat menimbulkan
komplikasi yang serius.

Tabel 1. Golongan darah sistem ABO


Golongan Darah

Antigen

Antibodi

Anti-B

Anti-A

AB

A dan B

Tidak ada

Tidak ada

Anti-A dan Anti-B

Daftar Pustaka
Delmann, 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Jakarta : UI Press
Irianto, K., 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung :
PT. Yrama Widya
Pratignjo, 1991. Biologi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia
Pujianto, S., 2008. Dunia Biologi 2. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Pearce, E., 2004. Anatomi dan Fisiologi Manusia untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Syaifuddin, 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wulangi, K., 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

You might also like