You are on page 1of 3

MUBAIATULLAH

Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada
Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia
melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah
akan memberinya pahala yang besar. (Q.S. Al-Fath: 10)
Masdarnya adalah Mubaiatullah. Mubaiatullah terdiri dari 2 kata:
1. Mubayaah, artinya melakukan transaksi jual beli. Ada 2 pihak yang terlibat. Ada penjual dan ada
pembeli. Dalam bahasa Arab disebut musyarakah (kerja sama)
2. Allah (lafazh yang paling tinggi) sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Penguasa jagat raya termasuk
manusia.
Mubaiatullah dapat didefinisikan sebagai sebuah transaksi jual beli yang dilakukan oleh seorang mukmin
dengan Allah Taala.
Untuk memahami lebih lanjut tentang mubaiatullah ada beberapa hal penting yang haus digarisbawahi:
1. Ada penjual yang menjual sesuatu, yaitu mukmin
2. Ada pembeli yang membeli, yaitu Allah Taala.
Allah adalah produsen dan sekaligus pembeli. Sedangkan orang mukmin sebagai penjual. Yang dijual orang
mukmin adalah sesuatu yang berasal dari Allah dan sesuatu yang dibeli Allah adalah sesuatu yang diciptakanNya sendiri, yakni jiwa dan harta manusia. Ada nilai transaksi berupa surga dan ampunan-Nya.
Allah sebagai produsen dan sekaligus sebagai pembeli sedangkan manusia sebagai penjual, padahal ia bukan
produsen sebenarnya, jadi bukanlah hal yang lazim. Namun itulah wujud kemurahan Allah, Dia menciptakan
manusia dan memberikannya harta, namun Dia juga yang membelinya dengan nilai transaksi tidak tanggungtanggung, yakni surga.
Keutamaan lainnya yang terdapat dalam transaksi jual beli dengan Allah ialah bahwa nilai tukar yang Allah
berikan tidak sebanding atau jauh lebih besar dari barang yang dibeli-Nya. Manusia bila membeli sesuatu
ternyata mendapatkan kualitas barang yang tidak sesuai dengan uang yang dibayarkannya, biasanya akan marah
dan protes karena dianggap pihak penjual melanggar aturan main.
Namun Allah Taala yang Maha Pemurah dan Penyayang tidak demikian halnya dalam mencurahkan kasih
sayang-Nya. Ayat-ayat dalam Al-Quran banyak menyebutkan bahwa Allah sangat besar karunia-Nya dan besar
itu relatif, bisa 1 banding 1000 bisa 1 banding 1 milyar. Dan jika harta dan jiwa kita jual kepada Allah, lalu
dibeli-Nya dengan surga (Q.S. At-Taubah: 111), As-Shaff: 10-11) itu berarti sudah tiada bandingnya. Apalagi
dalam hadits disebutkan,

Telah aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shaleh surga yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak
terdengar oleh telinga dan tidak tergambarkan oleh pikiran manusia.
Oleh karena itu generasi Islam yang pertama, tahu betul tentang rahasia Allah, maka mereka semua pun
terlibat dalam transaksi mulia tersebut.
Implementasi mubaiatullah terwujud dalam suatu kewajiban atau aktifitas muslim yang sangat berat, yaitu
jihad fi sabilillah. Rasulullah saw. bersabda, Maukah kamu akan aku tunjukkan bahwa pokok persoalan itu
terletak pada Laa ilaaha illallah, kemudian tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.
1

Mengapa dikatakan puncaknya adalah jihad?


Pertama, karena hanya dengan jihadlah umat akan memiliki izzah atau martabat. Seorang ulama mengatakan
bahwa tidak ada izzah tanpa jihad. Kalau shalat semua orang bisa melakukan shalat, tetapi tidak secara langsung
berdampak izzah terhadap umat. Hal terpenting dalam kehidupan umat Islam adalah izzah. Al-Quran
menyatakan izzah itu hanya milik Allah, Rasul dan umat Islam. Bila di negeri muslim sendiri Islam dianggap
asing, nilai-nilai Islam tidak lagi dianut dan malah cara barat yang dipakai dan ditiru, maka izzahnya akan
dicabut Allah. Salah satu faktor yang bisa meniadakan izzah adalah meninggalkan jihad fi sabilillah.
Kedua, jihad merupakan ibadah dan kewajiban yang menuntut harta dan jiwa sekaligus. Bila kita puasa atau
shalat, keduanya tidak menuntut kita untuk memberikan harta dan jiwa. Kemudian jika kita pergi haji yang
dituntut hanya harta dan tidak jiwa.
Puncak ketinggian umat Islam akan menyebabkan seorang mukmin dapat izzah (kemuliaan) di sisi Allah,
namun menuntut adanya pengorbanan harta dan jiwa. Allah Taala menggambarkan bagaimana sejarah sahabat
dahulu yang paham akan jihad. Dalam surat Al-Fath ayat 18-19,



.
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka bermubayaah (berbaiat atau
berjanji setia) kepadamu (Rasulullah) di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati
mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan
yang dekat (waktunya). Serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Mubayaah dengan Rasul merupakan implementasi mubayaah dengan Allah. Betapa generasi sahabat yang
pertama tahu dan paham serta tidak mengendorkan semangat mereka untuk mubayaah dengan Allah. Bila kita
lihat misalnya peristiwa Hudaibiyah, dilihat dari target-target materialnya, isi perjanjian itu benar-benar
merugikan. Para sahabat memang sempat gelisah, kecewa dan bertanya-tanya bahkan Umar ra. Kecewa sekali
dan bertanya, Alasta Rasulullah? (Bukankah engkau adalah utusan Allah?)
Mereka kecewa karena belum dapat mencerna mengapa harus mengalah seperti itu kepada kaum kafir
Quraisy. Namun Allah kemudian menurunkan ketenangan hati mereka dan mereka menjadi teringat baiat mereka
kepada Rasulullah. Mereka akhirnya paham bahwa perjanjian itu hanyalah sebuah strategi yang berujung dengan
kemenangan berupa penaklukan kota Mekkah (Fathu Mekkah) tidak lama setelah itu. Ada nikmat banyak yang
mereka peroleh yaitu balasan yang tidak hanya ukhrawi tetapi juga duniawi.
Ibrah yang dapat kita ambil untuk dijadikan motivasi adalah bahwa jika Allah membebani kewajiban yang
harus dikerjakan hamba-Nya, maka Dia tidak hanya memberikan pahala di akhirat, melainkan juga imbalanimbalan konkret di dunia. Allah Maha Tahu bahwa faktor-faktor duniawi adalah faktor pendukung yang berguna
untuk sampai ke akhirat nanti.
Kita bisa melihat di dalam Al-Quran yang dimaksud ketenangan jiwa adalah kenikmatan duniawi yang
membuat mereka tidak gelisah dan tidak menjadi kafir. Kemudian masalah harta rampasan, sama halnya dengan
orang pergi berdagang, pulang membawa harta, maka orang yang berperang di jalan Allah pun pulang membawa
harta. Allah tidak menuntut apa-apa, bahkan memberikan peluang material achievemen (hasil material) kepada
para mujahid. Hanya saja yang perlu dijaga adalah masalah motivasi yang utama, yakni ridha, surga dan
ampunan-Nya. Ketika Allah mengatakan,

Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan.


Maksudnya bukan berarti bahwa dunia tidak baik, melainkan akhirat itu lebih baik lagi dibanding dunia. Di
dunia makan enak, di akhirat jauh lebih enak lagi. Di sini minum susu, di sana juga minum susu. Hanya di surga
ada sungai susu yang tidak perlu disterilkan lagi. Di dunia kita minum susu sedikit, di sana bisa dan mampu
minum susu sepuas-puasnya. Jadi baik kualitas maupun kuantitas nikmat di dunia jelas kalah jauh dibanding
nikmat di akhirat.
2

Sehingga kita tidak boleh berbaiah dengan orientasi duniawi, yaitu mencari kemashuran, keuntungan atau
ghanimah, melainkan harus dalam rangka menegakkan kalimat Allah. Dan seandainya kita pun mendapatkan
ghanimah, kita harus memenejnya secara benar seperti aturan main yang ada dalam surat Al-Anfal.
Para sahabat paham benar dengan Q.S. At-Taubah: 111) bahwa untuk mendapatkan surga harus dengan jihad
di sabilillah dan tidak cukup dengan harta, melainkan juga harus dengan jiwa. Alternatif pilihannya hanya dua,
yakni membunuh atau dibunuh dan itu janji Allah yang sudah tertera di Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan janji
Allah pasti benar.
Untuk dapat memahami baiah kepada Allah harus dipahami beberapa hal mendasar berikut ini:
1. Baiah tidak mungkin terjadi, kecuali melalui proses keimanan yang benar. Jika keimanan seseorang
belum benar dan mantap sulit baginya untuk berbaiah karena untuk itu dituntut pengorbanan setiap saat.
Persatuan akidah menjadi landasan persatuan umat yang akan dibangun. Selama belum ada kesatuan
persepsi tentang akidah, akan sangat sulit untuk mempersatukan umat. Demikian pula masalah
membeelakukan kewajiban jihad.
2. Jihad fi sabilillah membutuhkan perngorbanan harta dan jiwa. Artinya Allah memerintahkan kita
mempersiapkan iman dan kemudian harta serta jiwa. Kewajiban jihad harus didahului dengan
mewajiban mencari harta, karena jihad perlu pendanaan yang besar. Misalnya dulu di Afganistan, harga
satu roket stringer US $ 40.000, apalagi sekarang. Itupun kalau roket tersebut tepat mengenai sasaran,
jika tidak hilanglah uan gsebsar itu. Budget pendidikan seluruh Indonesia dibandingkan budget untuk
militer seper berapanya? Untuk mendirikan stasiun TV diperlukan modal 100 juta dolar. Jika uang itu
digunakan untuk membeli roket stringer berarti hanya untuk 25 stringer atau 25 kali tembakan. Jika satu
hari ditembakkan satu roket, berarti hanya cukup untuk 25 hari. Sementara stasiun TV bisa bertahan
puluhan tahun. Belum lagi untuk yang lainnya, seperti harus melintasi dan melewati gunung. Jihad tidak
akan langgeng jika hanya mengandalkan kantong orang lain. Misalnya perang Afgan yang sebelumnya
didanai negara-negara Teluk (Arab), ketika terjadi perang teluk dana tersebut dialihkan untuk membayar
As dan sekutu-sekutunya.
3. Hasil yang akan diperoleh dari jihad fi sabilillah melingkupi kemenangan individu bagi mujahidnya,
yaitu diampuni dosanya dan di akhirat mendapat jannah adn. Ada lagi kemenangan jamai (komunitas)
yang sifatnya di dunia yaitu penaklukan-penaklukan sebagai persyaratan dan peluang untuk menegakkan
syariat Allah. Jadi mubayaah dengan Allah ada imbalan individual dan komunal. Namun tentu saja
diperlukan kekuatan motivasi, persiapan dan strategi-strategi. Hadits Rasulullah saw. memberikan
motivasi yang besar, Dari Miqdad. Syahid itu di sisi Allah mendapat enam perkara; kelebihan pertama
diampuni dosa pada awal syahid, kedua melihat tempat duduknya, dilindungi dari azab kubur, keempat
Allah lindungi dari ketakutan pada hari kiamat, kelima Allah letakkan di kepalanya mahkota dari yaqut
lebih baik dari dunia dan isinya dan keenam Allah nikahkan dia dengan 72 bidadari dan dia dapat
memberi syafaat 70 orang.
Wallahualam bisawab

You might also like