Professional Documents
Culture Documents
GASOLINE
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
HANA SUBHIYAH (1406582783)
JONATHAN (1206202040)
YAN AULIA ARDIANSYAH (1206314642)
YULIARTI RAHAYU NINGSIH (1406507940)
|1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nyalah makalah tugas pengolahan minyak bumi ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah Gasoline merupakan salah satu tugasmata kuliah Pengolahan
Minyak Bumi semester genap tahun 2015.
Dalam penyelesaiannya, kami mendapatkan banyak bimbingan dari berbagaipihak.
Oleh karena itu, sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Nelson Saksono, selaku dosen pengajar yang telah memberikan kepercayaan dan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan pembuatan makalah Gasoline ini serta
memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada kami.
2. Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata, kami berharap agar makalah Gasoline ini dapatmenjadi salah satu sumber
referensi ilmiah yang bermanfaat bagi banyak pihak. Terimakasih.
Kelompok 4
Kelompok 4
|2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................2
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ..3
BAB I GASOLINE DAN KARAKTERISTIK GASOLINE .....................................4
1.1. Gasoline ......................................................................................................4
1.2. Karakteristik Gasoline ................................................................................5
BAB II PROSES PRODUKSI GASOLINE ................................................................12
2.1. Distilasi .......................................................................................................12
2.2. Delay Coking Proses ....................................................................................14
2.3. Fluidized Catalytic Cracker (FCC Process) .................................................15
2.4. Hydrotreating Process ..................................................................................15
2.5. Catalytic Reforming Process ........................................................................16
2.6. Isomerization Process ...................................................................................17
2.7. Gasoline Blending (Aditif Bensin)................................................................19
BAB III TEKNOLOGI GASOLINE ............................................................................24
3.1. Teknologi Gas to Liquid .................................................................................24
3.2. Fluid Catalytic Cracking Unit (FCCU) ..........................................................26
3.3. Catalytic Reforming Unit ...............................................................................27
BAB IV EKONOMI DAN LINGKUNGAN..................................................................29
4.1. Aspek Ekonomi ..............................................................................................29
4.2. Aspek Lingkungan .........................................................................................36
BAB V KESIMPULAN ..................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................42
LAMPIRAN
Kelompok 4
|3
BAB I
GASOLINE DAN KARAKTERISTIK GASOLINE
1.1
Gasoline
Gasoline atau Petrol adalah cairan campuran yang berasal dari minyak bumi dan
sebagian besar tersusun dari hidrokarbon. Cairan ini bening agak kekuning-kuningan, dan
sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran dalam dengan
pengapian. Istilah gasoline banyak digunakan dalam industri minyak, bahkan dalam
perusahaan non-Amerika. Kadangkala digunakan juga istilah mogas (kependekan dari
motor gasoline) untuk membedakannya dengan avgas, gasoline yang digunakan oleh
pesawat terbang ringan. Gasoline bisa didapatkan dari proses penyulingan bertingkat
minyak bumi (straight run), bisa dengan proses pemecahan (cracking) fraksi-fraksi berat
minyak bumi, atau bisa juga dengan jalan polimerisasi/alkilasi fraksi ringan minyak bumi.
Gasoline merupakan bahan bakar transportasi yang masih memegang peranan
penting sampai saat ini, tersusun dari hidrokarbon, mulai dari C4 sampai dengan C12. Dengan
kata lain, gasoline terbuat dari molekul yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon yang
terikat antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk rantai. Karena merupakan
campuran berbagai bahan, daya bakar gasoline berbeda-beda menurut komposisinya.
Kualitas gasoline ditentukan oleh bilangan oktana, yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah
iso-oktana dalam gasoline, yang merupakan ukuran kemampuan bahan bakar mengatasi
ketukan ketika terbakar dalam mesin.
Komposisi kimia gasoline sangat tergantung pada bahan baku minyak mentah (API,
komposisi kimia), proses kilang (distilation, alkylation, hydrocracking, catalytic cracking),
spesifikasi dan sifat-sifat yang disesuaikan dengan kondisi iklim, persyaratan dan spesifikasi
yang diminta oleh pembuat mesin kendaraan (sesuai dengan teknologi yang diterapkan) dan
persyaratan ambang batas polutan.
Sebagai bahan bakar utama untuk kendaraan bermotor ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi gasoline sebagai bahan bakar yaitu :
1. Mudah bercampur dengan udara dan terdistribusi merata di dalam intake manifold.
2. Tahan terhadap detonasi atau knocking.
3. Tidak mudah terbakar sendiri sebelum waktu yang di tentukan (pre ignition).
4. Tidak memiliki kecenderungan menurunkan efisiensi volumetris dari mesin.
Kelompok 4
|4
5. Mudah ditangani.
6. Murah dan mudah didapat.
7. Menghasilkan pembakaran yang bersih, tanpa menyisakan korosi pada komponen
peralatan mesin.
8. Memiliki nilai kalor yang cukup tinggi.
9. Tidak membentuk gum dan varnish yang dapat merusak komponen mesin.
Gasoline memiliki berbagai nama, tergantung pada produsen dan angka oktan-nya.
Beberapa jenis gasoline yang dikenal di Indonesia, di antaranya:
Pertamax Racing, produksi Pertamina yang memiliki Oktan 100, khusus untuk
kebutuhan balap mobil.
1.2
Karakteristik Gasoline
Gasoline adalah zat cair yang mempunyai kemampuan untuk menguap pada suhu
yang rendah. Molekul-molekul pada gasoline memiliki kecenderungan untuk lepas dari
permukaan lebih besar dibandingkan dengan zat cair lainnya, makin tinggi temperatur maka
makin cepat pula molekul-molekul gasoline lepas dari permukaannya.
Sebagai bahan bakar, gasoline harus memiliki standar tertentu agar dapat melakukan
pembakaran secara baik dan mampu memberikan tenaga pada mesin kendaraan, berikut
sifat-sifat utama pada gasoline:
1. Kecepatan Penguapan (Volatilitas)
Volatilitas merupakan sifat bahan bakar yang penting bagi mesin kendaraan karena
berkaitan dengan kemudahan menguap dari suatu bahan bakar. Volatilitas berkaitan
dengan kemudahan motor distart-dingin, kemampuan beroperasi (driveability),
Kelompok 4
|5
terjadinya proses vapourlock pada saat panas, pembentukan deposit di ruang bakar dan
pelepasan emisi volatile organic compound (VOC) dari tangki bahan bakar. Penentuan
nilai volatilitas dari suatu bahan bakar sangat ditentukan oleh kondisi iklim setempat
sehingga dalam gasolinesendiri yang terdiri dari berbagai campuran hidrokarbon dari
fraksi ringan sampai sedang (C4-C12) harus diformulasikan sehingga memenuhi
persyaratan/kebutuhan tersebut diatas. Volatilitas bahan bakar seringkali juga dinyatakan
dengan tekanan uap yang dinyatakan dalam Reid Vapour Pressure (RVP) dengan satuan
tekanan.
2. Angka Oktana (Research Octane Namber-RON)
Angka oktana merupakan parameter terpenting didalam spesifikasi bahan bakar
karena angka oktana berkaitan langsung dengan kualitas bahan bakar yang akan
mempengaruhi proses pembakaran di dalam ruang bakar dan sekaligus menentukan
tingkat efisiensi termal motor. Untuk menaikkan angka oktan dari gasoline dapat
ditambahkan suatu senyawa yang mempunyai angka oktan lebih tinggi atau yang sering
disebut dengan octane booster misalnya, seperti: MTBE, ETBE, TAME, etanol
(oxygenate octane booster) dan toluene, xylene ataupun iso-octane (hydracarbon yang
mempuyai nilai oktan tinggi) dan jenis aditif lain.
3. Nilai Kalor
Nilai kalor adalah suatu angka yang menyatakan jumlah panas atau kalori yang
dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah tertentu bahan bakar dengan udara
(oksigen). Nilai kalor merupakan parameter dan tuntutan utama dari pemilihan bahan
bakar untuk dapat digunakan pada sektor transportasi karena pertimbangan keterbatasan
tempat penyimpanan di kendaraan. Salah satu keunggulan bahan bakar hidrokarbon
adalah mempunyai densitas energi yang lebih besar dalam kondisi atmosferik bila
dibandingkan dengan jenis bahan bakar alternatif lainnya, seperti etanol, metanol, LPG
dan natural gas. Nilai kalor dari gasolineakan tergantung pada hidrokarbon/komposisi
kimia penyusunnya seperti: alkene, benzene, aromatic dan oxygen (C, H dan O).
Rentang nilai kalor gasoline cukup tinggi, yaitu antara 10.160 11.000 kkal/kg.
4. Berat Jenis (Densitas)
Berat jenis sering dinyatakan dengan skala Baume atau skala API. Masing-masing
skala ini dapat dinyatakan sebagai fungsi dari berat jenis pada suhu 60 F. Berat jenis
gasoline yang dipakai sebagai bahan bakar berkisar dari 0.71-0.76 atau 67-54 Be atau
67.8-54.7 API. Tujuan dari penentuan berat jenis adalah sebagai kontrol dan salah satu
Kelompok 4
|6
indikator awal bila terjadi kontaminasi yang dapat menurunkan mutu produk. Nilai berat
jenis juga bermanfaat untuk perhitungan pada proses blending dan perhitungan berat
dari produk.
Berat jenis berbanding terbalik dengan nilai kalor. Pada volume yang sama, semakin
besar berat jenis suatu minyak, semakin kecil nilai kalornya, demikian juga sebaliknya
semakin rendah berat jenis semakin tinggi nilai kalornya.
5. Kadar Sulfur
Kadar sulfur yang tinggi dapat mengganggu proses pembakaran dan merusak
komponen mesin. Kadar sulfur dalam gasoline tidak boleh lebih dari 2% bahkan jika
mungkin harus rendah dari batas tersebut.
6. Kadar Damar
Kadar damar maksimum 10 mg tiap 100 cm3 gasoline. Kadar damar pada gasoline
dapat menimbulkan berbagai kerusakan, diantaranya:
Dapat menempel kuat di berbagai tempat di dalam motor, misalnya pada katupkatup, saluran pembuangan dan torak.
7. Titik Nyala
Titik nyala gasoline berkisar antara -10 C -15 C. Titik nyala gasoline merupakan
uap gasoline terendah yang membentuk campuran sehingga dapat menyala dengan udara
apabila terkena percikan api. Titik nyala yang rendah menyulitkan penyimpanan dan
pengangkutan.
8. Titik Beku
Titik beku adalah suhu pada gasoline mulai membeku. Bila di dalam gasoline
terdapat kadar aromat yang tinggi, maka pada suhu tertentu aromat-aromat itu
mengkristal dan saluran-saluran gasoline bisa tersumbat. Karena itu motor-motor yang
bekerja pada cuaca dingin titik beku gasoline harus rendah sekitar -50 C.
9. Titik Embun
Suhu pada saat uap gasoline mulai mengembun dinamakan titik embun gasoline.
Penguapan lengkap tetesan gasoline dalam saluran isap tergantung pada tinggi rendahya
titik embun. Bila titik embun terlalu tinggi, maka tetesan gasoline yang belum menguap
dalam saluran isap dapat turut masuk ke dalam silinder sehingga pemakaian bahan bakar
menjadi boros, karena di dalam silinder terdapat campuran dengan kondisi yang tidak
Kelompok 4
|7
homogen. Hal ini menyebabkan pembakaran berlangsung dengan tidak baik. Banyaknya
gasoline yang menetes ke dalam ruang engkol melalui cicin torak tergantung titik
rendahnya embun ini. Pada umumnya, titik embun gasoline motor tidak lebih dari 140
C.
Pada umumnya gasoline yang dipasarkan sekarang ini merupakan hasil campuran
dari beberapa komponen gasoline hasil destilasi langsung (straight run gasoline) maupun
gasoline
hasil
dari
proses
lanjutan
seperti
perengkahan
reformasi,
alkilasi,
Kelompok 4
|8
Kelompok 4
|9
Kelompok 4
| 10
Kelompok 4
| 11
BAB II
PROSES PRODUKSI GASOLINE
2.1
Distilasi
Distilasi sendiri memiliki fungsi untuk memisahkan crude oil menjadi berbagai
produk seperti naphtha, minyak tanah, diesel dan gas berdasarkan perbedaan titik didih. Ada
2 jenis distilasi yang digunakan dalam proses penyulingan minyak mentah, yaitu
atmospheric distillation, yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1 dan vacuum distillation
(Gambar 2.2) yang digunakan secara berurutan. Proses pemisahan pertama menggunakan
atmospheric distillation lalu hasil produk bawah dapat dipisahkan lagi menggunakan
vacuum distillation.
a. Atmospheric Distillation Unit
| 12
Produk yang dihasilkan dari unit ini adalah sebagaimana dijabarkan dalam Tabel 2.1 berikut
ini:
Unit ini digunakan untuk memisahkan kembali hidrokarbon yang terdapat pada
produk bawah distilasi atmosferik. Adapun prinsip kerja dari unit ini antara lain:
Memanaskan bottom product dengan menggunakan vacuum furnace
Menjalankan flashing pada distilasi vakum
Menghasilkan produk atas, bawah dan samping
Kelompok 4
| 13
Produk yang dihasilkan dari unit ini adalah sebagaimana dijabarkan dalam Tabel 2.2 di
bawah ini:
2.2
dan solar) dan minyak gas coker. Proses utama yang digunakan adalah thermocracking
untuk meningkatkan rasio H/C dengan carbon rejection semi-batch. Blok diagram proses
ini ditunjukkan oleh Gambar 2.3. Adapun prinsip kerja dari unit ini antara lain:
Flash dengan uap panas sehingga cake akan terpisah dengan uap
| 14
Proses di atas akan menghasilkan produk sebagaimana dijabarkan dalam Tabel 2.3 di bawah
ini:
2.3
berharga seperti naptha dan diesel. Teknik yang digunakan adalah catalytic cracking dengan
menambah rasio H/C dengan sisa karbon yang terdapat pada proses selanjutnya. FCC
menggunakan katalis kimia untuk memecah molekul besar menjadi molekul lebih kecil yang
lebih berguna, sementara untuk komponen yang terlalu ringan untuk menjadi gasoline maka
perlu melalui proses yang disebut alkilasi, yang menggabungkan molekul yang lebih ringan
untuk menjadi molekul lebih berat yang lebih tinggi angka oktannya.
2.4
Hydrotreating Process
Merupakan proses yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan zat
pengotor seperti sulfur, nitrogen dan besi. Proses utamanya adalah hidrogenasi yang akan
berlangsung pada reaktor dengan menggunakan katalis dan akan mengubah rasio H/C lalu
akan ada juga penghilangan sulfur dengan teknik absorbsi. Blok diagramnya ditunjukkan
oleh Gambar 2.4 berikut ini:
Kelompok 4
| 15
2.5
reformate dengan oktan tinggi yang nantinya akan di-blending menjadi gasoline. Selain itu
juga untuk menghasilkan aromatik lain seperti benzena, toluena dan xylene untuk industri
petrokimia. Teknik utama yang digunakan adalah dengan menggunakan katalis. Karena
reaksi reforming terjadi pada katalis. Reaksi yang diharapkan adalah dehidrogenasi napthene
menjadi aromatik, isomerisasi hapthane, dan isomerisasi parafin. Blok diagramnya
ditunjukkan oleh Gambar 2.5. Adapun sistem kerja unit ini adalah:
Naptha dan recycle hydrogen bercampur, lalu dipanaskan dan masuk ke dalam
reaktor bed
Pada akhir proses limbah dipisahkan dengan hydrogen dari recycle atau didapat dari
hydrotreating
Reformate dapat diproses lebih lanjut untuk memisahkan komponen aromatik atau
menjadi campuran gasoline.
Kelompok 4
| 16
Produk yang dihasilkan dari proses ini ditunjukkan pada Tabel 2.4.
2.6
Isomerization Process
Proses ini dimaksudkan untuk mengkonversi low-octane n-paraffin menjadi high-
octane iso-paraffin. Proses isomerisasi berlangsung di reaktor bed di mana n-paraffin akan
dikonversi menjadi iso-paraffin. Dikarenakan katalis yang digunakan sangat sensitif
terhadap kontaminan seperti sulfur dan air maka diperlukan pre-treatment agar katalis tidak
cepat jenuh. Blok diagramnya ditunjukkan oleh Gambar 2.6. Langkah prosesnya adalah:
Feed yang telah dihilangkan sulfurnya dan hidrogen akan dikeringkan di dalam fixed
bed agar tercampur.
| 17
Hasil dari isomerisasi akan didinginkan dan dipisahkan antara hidrogen dan LPG
yang berada pada fuel gas dan produk isomerisasi untuk campuran gasoline.
Produk yang dihasilkan dari proses ini adalah sebagaimana dijabarkan dalam Tabel 2.5
berikut ini:
Kelompok 4
| 18
2.7
tentunya perlu diimbangi dengan kualitas dari bahan bakar yang digunakan. Salah satu
parameter untuk menentukan kualitas bahan bakar adalah angka oktannya. Jika angka oktan
bahan bakar yang digunakan terlalu rendah, maka timbul gejala ketukan (knocking) pada
motor dan selanjutnya akan mengurangi performansi motor secara keseluruhan. Untuk
meningkatkan performa dari bahan bakar pada dasarnya ditambahkan beberapa senyawa
pada gasoline sehingga dapat dihasilkan bahan bakar gasoline berkualitas tinggi. Aditif
tersebut dikenal dengan sebutan Aditif Octane Booster. Aditif Octane Booster merupakan
komponen dari senyawa yang digunakan untuk meningkatkan angka oktan dari bahan bakar
dan sekaligus sebagai komponen anti-ketuk :
Salah satu komponen yang digunakan sebagai bahan anti ketuk pada saat ini adalah Tetra
Ethyl Lead (TEL), Pb(C2 H5)4. Beberapa pertimbangan mengapa timbal digunakan sebagai
aditif bensin:
Memiliki sensitivitas tinggi dalam meningkatkan angka oktan, di mana setiap tambahan
0.1 gram timbal per 1 liter gasoline mampu menaikkan angka oktan sebesar 1.5 - 2 satuan
angka oktan.
Harga relatif murah untuk kebutuhan peningkatan 1 satuan angka oktan dibandingkan
dengan menggunakan senyawa lainnya.
Pemakaian timbal dapat menekan kebutuhan aromat sehingga proses produksi relatif
lebih murah dibandingkan produksi gasoline tanpa timbal.
Dampak positif lain adanya timbal dalam adalah kemampuannya memberikan fungsi
pelumasan pada dudukan katup dalam proses pembakaran khususnya untuk kendaraan
produksi tahun lama. Adanya fungsi pelumasan ini akan mendorong dudukan katup
terlindung dari proses keausan sehingga lebih awet - untuk mobil yang diproduksi tahun
lama.
Dampak negatif timbal terhadap lingkungan hidup termasuk kepada kesehatan
manusia, adalah bahwa pencemaran timbal dalam udara menurut penelitian merupakan
penyebab potensial terhadap peningkatan akurnulasi kandungan timbal dalam darah
terutarna pada anak-anak. Akumulasi timbal dalam darah yang relatif tinggi akan
Kelompok 4
| 19
Reaksi radikal etil dengan TEL dapat menghasilkan alkana, alkena, hidrogen dan
juga radikal Pb-trietil. Yang bertindak sebagai bahan anti ketuk adalah Pb-oksida, dimana
Pboksida ini berada dalam bentuk radikal-radikal yang tersebar dalam ruang bakar dan
sebagian akan melekat pada dinding silinder membentuk endapan, dan sebagian lagi akan
keluar ke atmosfir bersama-sama dengan gas sisa pembakaran. Pb-oksida yang dibebaskan
ke atmosfir inilah yang sangat berbahaya bagi lingkungan, sehingga perlu dicarikan bahan
substitusi untuk menggantikan TEL sebagai aditif octane booster.
Senyawa Oksigenat
Penggunaan TEL sebagai aditif anti ketuk di dalam bensin makin banyak digantikan
oleh senyawa organik beroksigen (oksigenat) seperti alkohol (methanol, etanol, isopropil
alkohol) dan eter (Metil Tertier Butil Eter (MTBE), Etil Tertier Butil Eter (ETBE) dan
Tersier Amil Metil Eter (TAME)). Oksigenat adalah senyawa organik cair yang dapat
dicampur ke dalam bensin untuk menambah angka oktan dan kandungan oksigennya.
Kelompok 4
| 20
Kelompok 4
| 21
Methyl dan Buthyl tertier dengan rumus molekul CH3 OC4 H9 atau C5H12O , sedangkan
rumus bangunnya adalah:
Kisaran angka oktan MTBE adalah 116 118 RON, berat molekul 88 dan titik
didihnya 55C, kalor pembakaran 8.400 kkal/kg. Karena kisaran angka oktan yang
tinggi, maka MTBE dapat digunakan sebagai aditif octane booster. Disamping itu
karena titik didihnya yang rendah, maka MTBE bersifat mudah menguap, sehingga ada
batasan konsentrasi volume tertentu jika senyawa tersebut digunakan untuk
meningkatkan angka oktan bensin dasar. Pembatasan ini perlu dilakukan untuk
menghindari penguapan yang berlebihan dari bahan bakar secara sia sia, disamping itu
juga untuk menghindari terjadinya vapour lock sehingga menyumbat saluran udara
masuk karburator. Bensin yang telah ditambahkan aditif MTBE memiliki Reid Vapour
Pressure (RVP) kurang dari 9 Karena sifat volatilitas dan tekanan uap Reid yang
dimiliki oleh senyawa Methyl Tertiary Buthyl Ether, maka senyawa tersebut memiliki
kemampuan untuk berfungsi sebagai additivive otane booster guna meningkatkan
angka oktan bahan bakar.
Ada beberapa kelemahan dalam penggunaan MTBE sebagai aditif gasoline. Kelarutan
MTBE dalam air tinggi, sehingga dapat menimbulkan kerugian kepada manusia.
Apabila terjadi kebocoran tangki SPBU maka bensin akan meresap ke dalam tanah. Air
tanah yang terminum manusia ini berbahaya karena sudah tercemari dengan MTBE
yang bersifat karsinogenik (zat penyebab penyakit kanker).
Isopropil Alkohol (IPA), Modifikasi dari Etanol
Isopropil alkohol (IPA) adalah zat yang tidak beracun. Rumus kimianya adalah
CH3CHOHCH3, zat yang sangat mudah menguap, mudah terbakar, berbau khas dan
beracun. IPA memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut :
Kelompok 4
| 22
1) Tersedia dalam jumlah yang cukup besar dalam bentuk propana karena merupakan
salah satu hasil samping dari kilang minyak bumi. Jumlah produksi propana pada
3
kilang PT. Badak adalah sekitar 125.000 m /hari atau sekitar 1.250 ton/hari.
2) IPA kering, yaitu IPA dengan kemurnian 99,8%-v, digunakan sebagai penghilang
air pada bahan bakar sehingga dapat mencegah pembekuan pada bahan bakar.
3) IPA kering (anhidrous) dapat meningkatkan kinerja kendaraan bermotor karena
merupakan komponen pencampur beroktan cukup tinggi (nilai RON 118 dan nilai
MON 98)
4) Tidak korosif pada mesin kendaraan bensin sehingga memiliki keunggulan bila
dibandingkan metanol. Metanol memiliki sifat korosif pada mesin bensin sehingga
apabila digunakan sebagai zat aditif, mesin kendaraan harus diganti dengan mesin
baru yang tahan korosi terhadap metanol.
5) Tidak dapat dikonsumsi dalam bentuk minuman sehingga memiliki nilai lebih bila
dibandingkan etanol.
MMT
Methylcyclopentadienyl Manganese Tricarbonyl (MMT) adalah senyawa organologam
yang digunakan sebagai pengganti bahan aditif TEL. RVP-nya rendah yaitu 2,43 psi
dan penggunaannya dibatasi hingga 18 mg Mn/liter bensin. Indeks pencampuran RVP
yang rendah menguntungkan dalam proses pencampuran bensin karena mengurangi
tekanan uap bahan bakar RVP sehingga emisi uap selama operasi dan penggunaan
bahan bakar pada kendaraan bermotor berkurang. Penggunaan MMT hingga 18 mg
Mn/liter bensin dapat meningkatkan angka oktan bensin sebesar 2 poin.
Naphtalene
Naftalena adalah salah satu komponen yang termasuk benzena aromatik hidrokarbon,
tetapi tidak termasuk polisiklik. Naftalena memiliki kemiripan sifat
yang
Kelompok 4
| 23
BAB III
TEKNOLOGI GASOLINE
3.1
Beberapa pemegang paten seperti Sasol Ltd., Shell, ExxonMobil, Rentech Inc., Syntroleum
Corp., JNOC, dll, telah berhasil mengoperasikan kilang-kilang GTL di berbagai penjuru
dunia seperti Nigeria, Mesir, Argentina, Qatar, Iran, Malaysia, dan Australia. Produk yang
dihasilkan dari teknologi GTL ini meliputi: naptha, middle distillates, dan lilin (waxes),
produk naptha sendiri bisa di up grading menjadi produk gasoline. namun dapat juga di
arahkan ke produk dimetil eter (DME), dan metanol. Dari beberapa produk GTL tersebut,
middle distillates (diesel dan bahan bakar jet) dapat mengganti langsung diesel berbasis
minyak bumi yang digunakan selama ini dalam mesin diesel (compression ignition engines).
Produk samping yang dihasilkan berupa hidrokarbon ringan (tail gas) masih dapat
dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga (power generation), sedangkan hidrogen dapat
diolah lanjut menjadi pupuk/urea atau dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam
merancang kilang GTL terintegrasi (Gambar 3.1).
Dengan teknologi GTL, cadangan gas sebesar 1 TCF (Trillion Cubic Feet) dapat
menghasilkan produk GTL berupa bahan bakar sintetis (diesel dan naphtha) sebesar 10,000
barrel/hari selama 30 tahun, dengan asumsi laju alir umpan gas alam sebesar 100 MMSCFD
(Million Standard Cubic Feet per Day). Data terakhir BP Statistics mencatat jumlah
cadangan gas Indonesia tahun 2002 sebesar 92.5 TCF; dengan demikian kita dapat
menghitung sendiri berapa barrel/hari diesel dan naphtha yang dapat diproduksi guna
mengurangi impor BBM (solar) yang selama ini dilakukan.
Kelompok 4
| 24
Gambar 3.1. Skema Teknologi Gas-To-Liquid (GTL) terintegrasi. (Sumber: Sasol, Ltd)
Tahapan proses dari teknologi GTL ini adalah: tahap pemurnian gas (gas
purification), proses pembuatan gas sintesis (synthesis gas process), proses Fischer-Tropsch
(Fischer-Tropsch process), dan tahap peningkatan kualitas produk (product upgrading).
1. Tahapan Pemurnian Gas (Gas Purification)
Pada tahap ini, gas alam yang keluar dari sumur dibersihkan dari senyawa-senyawa yang
dapat mengganggu jalannya proses selanjutnya. Senyawa-senyawa tersebut diantaranya:
H2S, CO2, H2O, dan lain-lain Teknologi komersial yang dapat digunakan diantaranya
proses absorpsi menggunakan pelarut tertentu, misalnya: MEA (monoetanolamin), DEA
(dietanolamin), dan TEG (trietilen glikol).
2. Tahapan Pembuatan Gas Sintesis (Synthesis Gas Process)
Pada tahapan ini, gas alam yang telah dibersihkan, direaksikan sehingga menghasilkan
gas sintesis. Gas sintesis atau SynGas adalah istilah yang diberikan kepada campuran
gas karbonmonoksida (CO) dengan hidrogen (H2) yang digunakan untuk mensintesis
berbagai macam zat seperti metanol dan ammonia. Proses pembuatan gas sintesis yang
telah komersial adalah: proses steam reforming, oksidasi parsial, dan CO2reforming.
3. Tahapan Reaksi Fischer-Tropsch (Fischer-Tropsch Process)
Reaksi Fischer-Tropsch (FT) merupakan tahapan reaksi yang paling penting dalam
teknologi GTL. Pada tahap reaksi FT ini, gas sintesis dikonversi menjadi hidrokarbon
Kelompok 4
| 25
rantai panjang. Jenis katalis, jenis reaktor, rasio H2/CO, dan kondisi operasi merupakan
faktor yang menentukan jenis produk yang dihasilkan.
Reaksi FT keseluruhan secara umum :
(1) nCO + mH2 C1 C40- (alkana) + H2O
(2) nCO + mH2 C1 C40- (alkena) + n CO2
Keterangan: harga n dan m sangat bergantung pada metode pembuatan gas sintesis
dan jenis bahan baku yang digunakan, misalnya: rasio H2/CO gas bumi = 1.8-2.3,
batubara = 0.6-0.8.
Jenis katalis yang banyak digunakan adalah katalis berbasis kobalt (Co) dan besi (Fe).
Jenis reaktor FT yang digunakan misalnya terdiri dari reaktor slurry, fixed bed, dan
fluidized. Reaktor-reaktor tersebut dioperasikan pada rentang suhu antara 149C-371C
dengan tekanan antara 0.7-41 bar.
4. Tahapan Peningkatan Kualitas Produk (Product Upgrading)
Tahap ini merupakan tahap untuk mendapatkan produk sesuai jenis dan spesifikasi yang
diinginkan. Proses yang digunakan merupakan proses yang telah digunakan secara
komersial pada kilang-kilang minyak umumnya, seperti: proses catalytic reforming,
fluid catalytic cracking, isomerisasi, alkilasi, dll.
3.2
spherodial catalyst (zeolitic catalyst) yang akan terfluidisasi dengan pengaturan supply
udara yang tepat. Generasi pertama katalis berupa natural clay (clay alam) seperti : Bentonit
component utama montmorilonite dan Hydrat Silica Alumina mengandung Magnesia.
Sedangkan katalis generasi kedua (1940) Katalisator Synthetis : Silica Alumina Amorp. Dan
katalis yang dipakai sekarang adalah Catalysator zeolite : Sodalite, zeolite A, Faujasite dan
lain-lain. Produk yang dihasilkan unit ini adalah minyak yang lebih ringan dengan bilangan
oktan dan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Produk utama yang dihasilkan adalah :
a) Raw Propane-Propylene, sebagai bahan baku polipropilen
b) Propan dan butan, sebagai komponen LPG
c) Naphtha (HOMC / High Octane Mogas Component)
Tujuan utama proses cracking adalah mengkonversi Medium Gas Oil dan Heavy
Vacuum Gas Oil dari HVU (High Vacuum Unit) dan minyak berat (long residue) menjadi
produk menjadi gasoline dengan oktan tinggi..Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan
Kelompok 4
| 26
dari segi kuantitas maupun kualitas jenis umpan memegang peranan penting. Untuk
mendapatkan hal tersebut persyaratan umpan Catalytic Cracking sebagai berikut :
1. Gravity oAPI : 28 - 30
2. Boilling range 600 - 1100oF
3. ASTM Distilasi recovery 700oF = 10 % max
4. Conradsion carbon residue weight = 0,5 % max
5. Water content 0,05 % max khusus cold.
3.3
| 27
memenuhi spesifikasi produk LPG) atau dikirim ke unit Amine-LPG recovery terlebih
dahulu. By product hydrogen dikirim ke unit hydrotreater dan hydrogen plant.
Kelompok 4
| 28
BAB IV.
EKONOMI DAN LINGKUNGAN
4.1
Aspek Ekonomi
Semua negara memiliki akses ke harga minyak yang sama pada pasar internasional,
tetapi kemudian memutuskan untuk mengenakan pajak yang berbeda. Akibatnya, harga
eceran bensin berbeda. Dalam beberapa kasus, seperti Venezuela, pemerintah bahkan
mensubsidi bensin dan oleh karena itu, orang di sana hampir tidak membayar apapun (gratis)
untuk bisa mengendarai kendaraan mereka. Data mengenai 10 negara dengan subsidi bahan
Kelompok 4
| 29
bakar terbesar, bensin dan diesel (tahun 2012), disajikan dalam Gambar 4.4. Terlihat
Indonesia masuk dalam daftar tersebut.
Kelompok 4
| 30
Gambar 4.5 Harga Bensin Rata-rata di Indonesia (1 Des 2014 - 9 Mar 2014)
Kelompok 4
| 31
Gambar 4.6 Harga Bensin Rata-rata di Indonesia Dibandingkan dengan Negara Lainnya
Pajak federal dan pajak negara bagian mempengaruhi sekitar 23% dari harga (Di
Tennessee, pajak negara bagian dan federal gabungan adalah 39,8 sen per galon
bensin, sehingga ketika kita membeli 10 galon bensin, kita akan membayar sekitar
$4,00 untuk pajak).
Biaya proses refining dan margin adalah sekitar 18% dari harga.
Semua biaya distribusi dan pemasaran mempengaruhi sekitar 12% dari harga. Ini
termasuk transportasi, penyimpanan, biaya kartu kredit (biasanya 2 sampai 4 persen),
biaya melakukan bisnis, pajak penjualan, dan marjin laba kotor pengecer.
Sebenarnya, hampir 90 persen dari biaya satu galon bensin telah ditentukan bahkan
sebelum mencapai toko atau layanan stasiun lokal kita.
Besar persenan keempat faktor tersebut tidak selalu sama dan bisa berbeda di
berbagai lokasi (misalnya Gambar 4.7). Untuk di Indonesia sendiri, karena BBM (bensin)
tidak dikenakan pajak, maka faktor yang paling berpengaruh adalah harga minyak mentah.
Terbukti dari harga BBM di Indonesia yang mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Untuk daerah pedalaman dan wilayah Indonesia bagian Timur, faktor distribusi dan
pemasaran juga memainkan peran yang besar terhadap harga BBM yang dijual.
Kelompok 4
| 32
Gambar 4.7 Faktor yang Menentukan Besar Harga BBM (Gasoline dan Diesel) di SPBU
| 33
Tabel 4.3, biaya tahunan dan pendapatan pada Tabel 4.4, dan total biaya investasi pada
Tabel 4.5, termasuk di dalamnya waktu pembayaran dan tingkat pengembalian investasi.
Tabel 4.2 Biaya Investasi dan Kebutuhan Utilitas
Kelompok 4
| 34
Kelompok 4
| 35
4.2
Aspek Lingkungan
| 36
minyak pelumas atau produksi aspal. Namun, masalahnya adalah bahwa kilang juga
memproduksi berbagai produk limbah dari berbagai unit proses seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 4.6 (EPA, 1995a) yang harus dibuang dengan cara yang benar.
Kelompok 4
| 37
Air permukaan akan dikumpulkan dalam parit dan sistem saluran pembuangan
sedangkan air dari unit/bejana proses akan dikumpulkan dalam sistem pipa pembuangan.
Hampir semua bejana, tangki, pompa, dan tempat-tempat rendah pada pipa terhubung ke
sistem pembuangan tertutup. Setiap air yang mungkin terkontaminasi dengan minyak akan
di-skim dalam separator API. Minyak hasil skim kemudian dipompa ke slop tank untuk
diolah kembali. Sebagian air dari separator API digunakan dalam desalter dan sisanya
dimurnikan dengan meng-koagulasi pengotor yang ada dalam flotation tank. Dalam langkah
ini, sebuah campuran yang terdiri dari besi hidroksida dan aluminium hidroksida digunakan
untuk menyebabkan pengotor membentuk froth atau slurry yang akan mengapung ke atas
air. Froth tersebut kemudian diambil dan dikentalkan. Lumpur yang dihasilkan kemudian
dibakar dalam incinerator.
Kelompok 4
| 38
| 39
biasanya diisolasi. Proper intake dan exhaust silencer disediakan pada blower, mesin
pembakaran, dan turbin. Di kilang yang lebih baru, luas lahan yang digunakan cukup,
sehingga jika dikombinasikan dengan langkah-langkah pengendalian kebisingan di atas,
pada dasarnya tidak ada suara yang terdengar di luar batas-batas kilang.
Kelompok 4
| 40
BAB V
KESIMPULAN
Gasoline dapat dihasilkan dari straight run process ataupun dari secondary process
pengolahan minyak bumi dengan karakteristik gasoline yang berbeda-beda.
Teknologi terbaru dari pengolahan gasoline adalah digunakannya katalis zeolite pada
unit Fluid Catalityc Cracking.
Penggunaan teknologi GTL (Gas To Liquid ) adalah proses terbaru untuk mendapatkan
gasoline dari fraksi naptha.
Negara-negara maju memiliki harga gasoline yang lebih tinggi, sementara negaranegara berkembang dan negara-negara yang memproduksi dan mengekspor minyak
memiliki harga gasoline yang jauh lebih rendah. Pengecualian untuk Amerika Serikat.
Empat faktor yang mempengaruhi harga bensin di SPBU atau pasaran adalah harga
bahan baku (minyak mentah), biaya proses refining, biaya distribusi dan pemasaran
serta pajak atau subsidi. Besar kontribusi/persenan keempat faktor tersebut berbedabeda tergantung kebijakan negara/regional masing-masing.
Kelompok 4
| 41
DAFTAR PUSTAKA
Witono, Johannes Anton. Teknologi Gas to Liquid.
http://majarimagazine.com/2008/10/teknologi-gas-to-liquid-gtl/
maret
2015.
Colwell, Ronald (Ron) F. 2009. Oil Refinery Process- A Brief Overview. Process
Engineer Associates.
Bahan Baku dan Proses PengoalahanMinyak di Pertamina RU III
Setiyawan, Atok. 2012. Kajian Eksperimental Pengaruh Etanol Pada Premium Terhadap
Karakteristik Pembakaran Kondisi Atmosferik Dan Bertekanan Di Motor Otto
Silinder Tunggal Sistem Injeksi. Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin,
Universitas Indonesia, 2012.
Kelompok 4
| 42
LAMPIRAN
Nilai kalor atas atau gross heating value atau higher heating value adalah
kalor yang dihasilkan apabila semua air yang mula-mula berwujud cair setelah
pembakaran mengembun menjadi cair kembali.
Nilai kalor bawah atau net heating value atau lower heating value adalah
kalor yang besarnya sama dengan nilai kalor atas dikurangi kalor yang diperlukan
oleh air yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang
terbentuk dari
pembakaran bahan bakar untuk menguap pada 25C dan tekanan tetap.
Nilai kalor dari bahan bakar minyak umumnya berkisar antara 18,300 19,800
Btu/lb atau10,160 -11,000 kkal/kg.
Hubungan antara densitas (SG) dengan Nilai Kalor bakar minyak, ditentukan oleh
rumus berikut:
Untuk pembakaran pada volume tetap:
| 43
saat diblending sehingga biaya yang dikeluarkan untuk menaikkan bilangan oktana
pada proses straight run jauh lebih mahal dibandingkan gasoline yang dihasilkan
dari proses Fluid Catalityc Cracking. Sebenarnya angka oktana dapat diatur pada
saat proses blending, dari semua proses yang menghasilkan gasoline dapat dicampur
antara proses satu dengan lainnya, gunanya untuk meningkatkan atau mendapatkan
gasoline yang sesuai dengan keinginan pasar.
3. Pertanyaan:
Mengapa damar dapat menurunkan nilai Oktan ?
Jawaban:
Damar atau getah (gum) dapat terbentuk karena adanya alkena-alkena dalam
gasoline yang mempunyai satu ikatan ganda sehingga berpotensi untuk
berpolimerisasi membentuk molekul- molekul yang lebih besar. Pembentukan damar
ini dipercepat oleh adanya zat asam di udara, seperti peroksiden. Pembentukan
polimer alkena ini dapat menurunkan bilangan Oktana karena hilangnya komponen
alkena-alkena sebagai salah satu komposisi kimia penyusun gasoline.
Pembentukan damar dapat dicegah dengan penambahan senyawa-senyawa dari tipe
poliphenol dan aminophenol, seperti hidroquinon dan p-aminophen.
Kelompok 4
| 44