You are on page 1of 11

PORTOFOLIO

Kasus-4
Topik:
Tanggal (Kasus) :
Presenter : dr. Dwi Akbarini
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Asep Zainuddin Sp. PK
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Sekayu
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan
Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Neonatus
Deskripsi :
Tujuan : Diagnosis dan tatalaksana
Bahan Bahasan :
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Pustaka
Cara membahas
Diskusi
Presentasi dan diskusi
Email
Pos
Data
Pasien :

Nama : Umur : Pekerjaan :


No. Reg :
Alamat : Agama : Islam
197347
Suku Bangsa : Melayu, Indonesia
Nama RS: RSUD Sekayu
Telp :
Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi:
1 Diagnosis / Gambaran Klinis:
2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah berobat
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien belum pernah menderita penyakit serupa
sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita penyakit sama dengan pasien
5. Riwayat Pekerjaan :
Daftar Pustaka:
a
b
c
Hasil Pembelajaran

Subjektif

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah menderita penyakit serupa sebelumnya.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit sama dengan pasien

Riwayat Sosial Ekonomi Penderita merupakan anak pertama. Ayah penderita bekerja
sebagai pegawai swasta. Ibu penderita seorang ibu rumah tangga. Kesan: Sosioekonomi
menengah
2

Objektif

Dari hasil anamnesis pasien yang mengarah


lalu di lakukan pemeriksaan fisik lengkap atas pasien
Primary survey
A : Bebas, rambut atau bulu hidung tidak ada yang terbakar
B : Spontan, frekuensi nafas 20x/menit, reguler, kedalaman cukup
C : Akral hangat, CRT < 2, tekanan darah 100/80 mmHg, frekuensi nadi 112x/menit,
suhu afebris
D : GCS 15, E4M6V5
Keadaan Umum:
Kesadaran Compos mentis
Nadi kali/ menit, isi dan tegangan cukup, reguler
Pernapasan 30 kali/ menit
Suhu oC
Berat badan kg
Tinggi badan cm
Keadaan Spesifik:
Kulit: Turgor kulit normal, Anemis (-), Jaundice (-)
Kepala: Rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata: Cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks
cahaya (+/+), pupil bulat, isokor, 3 mm
Hidung: Sekret tidak ada, NCH tidak ada, Septum Deviasi (-)
Telinga: Sekret tidak ada
Mulut: Mukosa mulut kering (-), Stomatitis (-)
Tenggorok: Dinding faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemis
Leher: Perbesaran KGB tidak ada
Thorax
Paru-paru
Inspeksi: statis dan dinamis simetris, retraksi tidak ada
Palpasi: stremfremitus kanan = kiri
Perkusi: sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi: vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-).
Jantung

Inspeksi: pulsasi, iktus cordis dan voussour cardiaque tidak terlihat


Palpasi: thrill tidak teraba
Perkusi: jantung dalam batas normal
Auskultasi: HR=110 kali/ menit, irama reguler, murmur dan gallop tidak
ada Bunyi Jantung I dan II normal

Abdomen
Inspeksi: datar
Palpasi: lemas, hepar dan lien tidak teraba, turgor baik
Perkusi: timpani
Auskultasi: bising usus (+) meningkat
Lipat paha dan genitalia: Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada
Ekstremitas: Akral dingin tidak ada, edema tidak ada, sianosis tidak ada
Fungsi Motorik: dbn
Fungsi Sensorik: dbn
Fungsi nervi kraniales: dbn
GRM: Kaku Kuduk (-), Brudzinsky I, II (-), Kernig sign (-)

Status lokalis
Kepala dan leher

:0%

Trunkus anterior

:0%

Trunkus posterior

:0%

Esktremitas atas kanan

:0%

Ekstremitas atas kiri

:0%

Ekstremitas bawah kanan : 9 %


Ekstremitas bawah kiri

:9%

Genitalia

:0%+

Total

: 18 %

Edema,
kemerahan,
luka merah
mudah
tampak
basah,
tampak

Status Oftalmologis :
OD

Pemeriksaan
Kedudukan bolamata
Posisi
Eksoftalmus
Enoftalmus
Palpebrae
Hematom
Edema
Hiperemis
Konjungtiva tarsal superior
Edema
Hiperemis
Sekret
Epikantus
Konjungtiva tarsalis inferior
Kemosis
Hiperemis
Anemis

OS

OD

OS

ortoforia
(-)
(-)

Ortoforia
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)

(-)
(+)
(+)

(-)
(-)
(-)
(-)

(+)
(+)
(+)
(-)

(-)
(-)
(-)

(+)
(-)
(-)

Folikel
Papil
Lithiasis
Simblefaron
Konjungtiva bulbi
Kemosis
Injeksi konjungtiva
Injeksi siliar
Injeksi episklera
Perdarahan subkonjungtiva
Kornea
Kejernihan
Edema
Limbus kornea
Arkus senilis
Bekas jahitan
Sklera
Sklera biru
Episkleritis
Skleritis
Kamera Okuli Anterior
Kedalaman
Kejernihan
Hipopion
Hifema
Iris
Warna
Gambaran radier
Eksudat
Pupil
Bentuk
Besar
Isokoria
Letak
Refleks cahaya langsung
Leukokoria
Lensa
Kejernihan
Shadow test
Pemeriksaan Penunjang :
RUTIN
Hemoglobin

: 13,3 g/dL

Hematokrit

: 40 %

Leukosit

: 16700/L

Trombosit

: 343.000/L

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)
Pus (+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)

Jernih
(-)

keruh
(+)

(+)
(-)
(-)
(-)
(-)

Tidak bisa dinilai


(-)
Perforasi (+)
(-)
(-)
(+)

Cukup
Jernih
(-)
(-)

Dangkal
hipopion
(+)
(+)

Coklat
Jelas/tidak jelas
(-)

Tidak bisa dinilai


Jelas/tidak jelas
(+)

bulat
3mm
Tidak bisa dinilai
sentral
(+)
(+)

Tidak bisa dinilai


Tidak bisa dinilai
Tidak bisa dinilai
Sentral
(-)
(-)

keruh
(+)

Tidak bisa dinilai


-

MCV

: 79 fl

MCH

: 27 pg

MCHC

: 34 g/dL

Lactate

: 2,7 mmol/L

PT

: 10,8 detik

PT kontrol

: 12 detik

APTT

: 30,8 detik

APTT kontrol

: 33,5 detik

URINALISIS
Sedimen
Sel epitel

:+

Leukosit

: 1-2

Eritrosit

: 10-11

Silinder

:-

Kristal

:-

Bakteri

:-

Berat jenis

: 1.015

pH

:5

Protein

:-

Glukosa

:-

Keton

:+

Assessment

Plan
Diangnosis :
Luka bakar grade II 18% ec.
TATALAKSANA
O2
- IVFD
IVFD RL gtt xx/m
-

Rumus Baxter = 4 x BB x % luka bakar


= 4 x 50 kg x 50%
= 10000 cc dalam 24 jam pertama
jumlah cairan 500 cc diberikan dalam 8 jam pertama.
(gtt 20 x/m)
jumlah cairan sisanya 500 cc diberikan dalam 16 jam berikutnya.
(gtt 20x/m)

-Antibiotik spectrum luas


Cefotaxime 2x1 gr
- Antimikroba
Burnazine
Analgetik
Ketorolac 3x1 amp
- Antacid
Ranitidine 2x 1 amp
- Kateter urethra
1 cc/KgBB/Jam
(25 cc/jam)

LUKA BAKAR AKIBAT BAHAN KIMIA (CHEMICAL BURN)


Definisi. Chemical burn adalah luka bakar pada organ luar maupun organ dalam
tubuh yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang merupakan asam kuat atau basa kuat
dan zat produksi petroleum. Luka bakar akibat bahan kimia terjadi pada saat tubuh atau kulit
terpapar oleh asam atau basa. Bahan kimia ini dapat menimbulkan reaksi terbatas pada kulit,
reaksi pada seluruh tubuh ataupun keduanya. Luka bakar alkali lebih berbahaya daripada oleh
asam, karena penetrasinya lebih dalam sehingga kerusakan yang ditimbulkan lebih berat.
Sedang asam umumnya berefek pada permukaan saja.
Klafisikasi bahan kimia :
1. Alkalis/Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan
bahan pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturasi protein.
2. Acids/Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolam
renang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.
3. Organic Compounds
Fenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia

yang

dapat

menyebabkankerusakana kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver.


Zat kimia dapat bersifat oksidator sepert kaporit, kalium permanganate dan asam
kromat. Bahan korosif seperti fenol dan fosfor putih juga larutan basa seperti kalium
hidroksida dan natrium hidroksida menyebabkan denaturasi protein. Denaturasi akibat
penggaraman dapat disebabkan oleh asam formiat, asetat, tanat, flourat, dan klorida. Asam
sulfat merusak sel karena bersifat cepat menarik air. Beberapa bahan dapat menyebabkan
keracunan sistemik. Asam florida dan oksalat dapat menyebabkan hipokalsemia.
Asam tanat, kromat, pikrat dan fosfor dapat merusak hati dan ginjal kalau diabsorpsi
tubuh. Lisol dapat menyebabkan methemoglobinemia. Napalm (derivat alumunium
naphthenate dan palmitat) saat ini merupakan nama generik yang digunakan untuk semua
jenis hidrokarbon yang tebal. Ini termasuk polimer sintetik seperti polyurethane dan poliseter
yang mungkin dapt dimodifikasi dengan dicampur alumunium bubuk atau metal carbon.

Phosfor putih atau alumunium biasa ditambahkan kepada bom berbahan dasar minyak tanah
ini. Bahan-bahan ini jika dibakar akar menghasilkan suhu yang sangat tinggi, dan pada suhu
diatas 1000C (1832 F) akan dengan mudah terbakar dengan adanya sifat adesif. Efeknya
terhadap tubuh manusia membahayakan, dapat menyebabkan luka bakar yang luas, lebih dari
25% permukaan tubuh.

Fosfor dapat menyebabkan trauma yang bersifat toksik, dan

bahan-bahan adesif ini sulit dibersihkan.


Fosfor yang digunakan dalam peperangan atau industri dapat menyebabkan kematian,
walaupun hanya menyebabkan luka bakar seluas 12-15%. Membakar fosfor menyebabkan
terjadinya lesi yang bisa meluas sampai seluruh fosfor diserap tubuh. Pasien akan merasa
sangat sakit. Luka akan membentuk jaringan nekrotik berwarna kekuningan, berbau seperti
bawang putih dan bersinar dalam kondisi gelap. Selain dari luka bakar yang terlihat, fosfor
juga mengakibatkan kerusakan ginjal akibat sifat toksiknya. Glomerulonekrotik dan
tubulonenkrotik menyababkan oliguria dan mempercepat kematian akibat gagal ginjal.
Kerusakan hati juga dapat terjadi. Diduga penyebab dari kerusakan-kerusakan tersebut adalah
masuknya inorganik fosfor kedalam peredaran darah. Sebagai terapi yang paling optimal,
saat ini digunakan cooper sulphate 0,5%-2%, menghasilkan lapisan cupric phospide
diseluruh permukaan. Reaksi ini diharapkan efektif namun juga memliki efek toksik, dengan
manifestasi primer perdarahan masif, dan gagal ginjal akut.
Mustard gas dapat menghasilkan uap berbahaya yang jika kontak dengan zar cair,
bisa menyebabkan terbentuknya bula di kulit, kerusakan mata, dan jika terhisap bisa
menyebabkan gangguan saluran nafas. Jika di absorpsi bisa menyebabkan depresi sumsum
tulang sekitar 2 minggu setelah terpajan, dan bisa menyebabkan kematian.
Kekuatan dari asam dan basa ditentukan oleh skala pH, yang berkisar antara 1-14.
Asam kuat biasanya memiliki pH kurang dari 2. Bahan yang mengandung alkali biasanya
memiliki pH 11,5 atau lebih untuk dapat melukai kulit. Konsentrasi zat kimia, lamanya
kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini.
Luka bakar oleh bahan kimia biasanya merupakan kecelakaan, pembunuhan dengan
cara ini sangat jarang dilakukan, melemparkan cairan yang bersifat korosif seperti cairan
asam pada korban lebih sering dimaksudkan untuk melukai dibandingkan untuk membunuh
korban. Bunuh diri dengan menggunakan asam maupun basa kuat sangat jarang dilakukan
saat ini tetapi ditemukan di negara-negara miskin.
Tanda dan gejala. Tanda dan gejala dari luka bakar akibat bahan-bahan kimia,
tergantung pada beberapa faktor termasuk :

pH
Konsentrasi
Durasi
Bentuk fisik dari bahan (padat, cair atau gas)
Lokasi (mata, kulit, mukosa)
Tertelan atau terhirup
Asam dengan pH kurang dari 2 mempercepat proses nekrosis koagulasi yang

disebabkan oleh protein. Luka bakar tampak dengan batas jelas, kering dan kasar, dengan
warna luka tergantung dari bahan asam. Asam nitrat menyebabkan warna luka coklat
kekuningan, asam sulfat (vitriol) berwarna coklat kehijauan, hidroklorin berwarna putih
hingga abu-abu dan asam karbol (fenol atau lisol) menyebabkan warna luka abu-abu sampai
coklat terang.
Alkali dengan pH 11,5 atau lebih menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih luas
dibandingkan dengan asam karena sifatnya yang mencairkan jaringan yang nekrosis, yang
menyebabkan alkali dapat berpenetrasi lebih dalam. Alkali, seperti sodium hidroksida (soda
atau sabun) dan amonium hidroksida, menimbulkan luka berwarna coklat keabu-abuan.
Substansi alkalin dalam bentuk padat yang tertelan menampilkan keuntungan dari
faktor ini. Bahan padat ini akan tinggal dalam lambung dalam waktu yang lama, hal ini akan
menghasilkan luka bakar yang berat. Faktor lain yang penting adalah bentuk lain dari
substansi asam dan basa yang menghasilkan panas ketika mereka terdilusi, hal ini tidak hanya
menyebabkan luka bakar akibat bahan-bahan kimia tetapi juga luka bakar akibat suhu.
Beberapa tanda dan gejala dari luka bakar akibat bahan kimia termasuk :

Pada daerah yang terkena akan terasa panas, terjadi iritasi serta kemerahan.
Nyeri dan terasa baal.
Pembentukan jaringan kulit mati yang berwarna hitam (eschar) - ini sebagian terjadi
akibat luka bakar yang diakibatkan oleh bahan asam yang menghasilkan neksrosis

koagulasi dengan jalan denaturasi protein.


Luka bakar akibat alkali menghasilkan luka bakar yang dalam pada jaringan akibat
produksi dari pengenceran jaringan nekrosis yang melibatkan denaturasi protein dan

juga saponifikasi jaringan lemak.


Gangguan penglihatan atau kebutaan total terjadi bila bahan kimia masuk ke dalam
mata.
Pada kasus luka bakar akibat bahan-bahan kimia yang berat dimana bahan tersebut

tertelan, terhirup atau terabsorbsi ke dalam pembuluh darah, gejala sistemik yang dapat
timbul antara lain :

Batuk atau sesak napas.


Penurunan tekanan darah.
Pusing, lemas sampai pingsan.
Nyeri kepala.
Kejang otot.
Henti jantung atau aritmia.
Tatalaksana. Prinsip utama dalam pengobatan adalah cepat menetralisasi kadar zat

kimia dengan pemberian banyak air atau pemberian antidotum spesifik jika memungkinkan.
Jaringan kulit yang hilang diatasi dengan debridement segera dan skin grafting jika
diperlukan. Efek samping yang mungkin timbul selama proses penyambuhan adalah
kontraktur dan kelainan pigmentasi.
Meskipun pengobatan memiliki peran yang terbatas pada kebanyakan kasus luka
bakar oleh bahan kimia, antibiotik topikal, kalsium dan magnesium masih tetap digunakan.
Setelah dekontaminasi pemberian cairan intravena dan terapi narkotik diperlukan.
Antibiotic. Silvadene digunakan pada luka bakar pada kulit dan berguna untuk
mencegah infeksi pada luka bakar derajat dua dan tiga. Ini harus diberikan pada luka satu
sampai dua kali sehari dan membersihkan sisa obat sebelumnya sebelum memberikan yang
baru. Erytromisin oinmen (bacitracin) digunakan untuk mencegah infeksi akibat luka bakar
pada mata.
Analgetik. Morfin, acetaminophen diberikan untuk mengatasi nyeri dan bias
digunakan untuk memberikan efek sedasi yang menguntungkan pada pasien yang menderita
luka bakar pada mata.
Nonsteroid Anti-inflammatory Agents. Advil, Motrin Ansaid, Naprosyn dan
anaprox adalah golangan anti-inflamasi yang digunakan untuk pasien dengan nyeri ringan
sampai sedang.

You might also like