Professional Documents
Culture Documents
C. PATOFISIOLOGI
- Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral
- Aktivitas kejang dan tanda tanda neurologis fokal
- Hidrosefalus
- Gangguan fungsi hipofisis
berbulanbulanuntukmenjadiefektifdanolehkarenaitutidakbergunabilaapabilatekananintrakranialtimbulcepa
t.
Mekanismekompensasiinibekerjamenurunkan volume darahintrakranial, volume
cairancerborspinal, kandungancairanintraseldanmengurangisel-selparenkim.Kenaikantekanan
yang tidakdiobatimengakibatkanherniasiulkus/ serebulum.herniasitimbulbilagirusmedalislobus
temporalis bergeserkeinteriormelaluiinsisuratentorialolehmassadalamhemisterotak.
Herniasimenekanensefalonmenyebabkankehilangankesadarandanmenekansarafketiga.Padahernia
siserebulum tonsil sebelumbergeserkebawahmelalui foramen magnum olehsuatumassapoterior,
( Suddart, Brunner. 2001 ).
PATHWAY
Idiopatik
Tumor otak
Penekananjaringanotak
Invasijaringanotak
Bertambahnyamassa
Nekrosis jar. otak
Gang.Suplai
darah
Kejang
Gang.Neurolog
isfokal
Gang.Fungsi
otak
Defisitneurolog
is
Disorientasi
Resti.Cidera
Aspirasise
kresi
Obs.
Jlnnafas
Dispnea
Hentinafa
s
Perubahan
Gang.Pertuka
ran gas
( Suddart, Brunner.
2001 )
Cemas
Gang. Rasa
nyaman
Hipoksiajar
ingan
Gang.Perfu
sijaringan
Oedema
Peningkatan TIK
Hidrosefalus
Perubanah
proses pikir
Bradikardiprogresif,
hipertensisitemik,
gang.pernafasan
Ancamankemat
ia
Penyerapancairanotak
Bicaraterganggu,
afasia
Hernialisulk
us
Gang.Komunikasi
Menisefalontek
anan
verbal
Mual, muntah,
papileodema,
pandangankabur,
penurunanfungsipendeng
aran, nyerikepala
Gang.ke
sadaran
D. MANIFESTASI KLINIS
Peningkatantekanan intracranial
a. Nyerikepala
Nyeribersifatdalam, terus menerus, tumpuldankadang kadangbersifathebatsekali, biasanya
paling hebatpadapagiharidandiperberatsaatberaktivitas yang menyebabkanpeningkatan TIK,
yaitubatuk, membungkukdanmengejan.
b. Nausea dan muntah
Akibatrangsangan pada medualoblongata
c. Papil edema
Statis vena menimbulkanpembengkakan papila sarafoptikus.
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :
Jinak
Acoustic neuroma
Meningioma
Pituitary adenoma
Astrocytoma ( grade I )
Malignant
Astrocytoma ( grade 2,3,4 )
Oligodendroglioma
Apendymoma
Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :
Tumor intradural
Ekstramedular
Cleurofibroma
Meningioma intramedural
Apendimoma
Astrocytoma
Oligodendroglioma
Hemangioblastoma
Tumor ekstradural
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan : Memberiinformasispesifikmengenaljumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor,
danmeluasnya edema serebralsekunderserta member informasitentangsistemvaskuler
MRI :Membantudalammendeteksijejas yang kecildan tumor
didalambatangotakdandaerahhiposisis, dimanatulangmenggangudalamgambaran yang
menggunakan CT Scan
Biopsistereotaktik : Dapatmendiagnosakedudukan tumor yang
dalamdanuntukmemberidasarpengobatan seta informasiprognosisi
Angiografi : Memberigambaranpembuluhdarahserebaldanletak tumor
Elektroensefalografi( EEG ) : Mendeteksigelombangotak abnormal.
G. KOMPLIKASI
1. Gangguanfungsineurologis
2. Gangguankognitif
3. Gangguantidurdan mood
4. Disfungsiseksual
Gejala :adanyariwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, telingatengah, sinus absesgigi,
infeksi pelvis, abdomen ataukulit, fungsilumbal, pembedahan, frakturpadatengkorak /
cederakepala.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungn dengan kurangnya darah ke jaringan otak
2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi
4. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran akibat tekanan pada
serebelum (otak kecil)
5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan
C. INTERVENSI
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungn dengan kurangnya darah ke jaringan otak
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan kembali normal
dengan kriteria hasil :
TTV normal
Kesadaran pasien kembali seperti sebelum sakit
Gelisahhilang
Ingatanyakembalisepertisebelumsakit
Intervensi :
1. Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya seperti
GCS
2. Pantau frekuensi dan irama jantung
3. Pantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi penggunaan selimut dan
lakukan kompres hangat jika terjadi demam
4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat karakteristik urin, tugor kulit dan keadaan membrane
mukosa
5. Gunakanselimuthipotermia
6. Kolaborasi pemberian obatsesuaiindikasiseperti steroid, klorpomasin, asetaminofen
Rasional :
1. Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensi TIK adalah sangat
berguna dalam menentukan lokasi, penyebaran, luas,dan perkembangan dari kerusakan
2. Perubahanpadafrekuensidandisritmiadapatterjadi yang mencerminkan trauma
atautekananbatangotaktentangadatidaknyapenyakit
3. Demambiasanyaberhubungandengan proses
inflamasitetapimungkinmerupakankomplikasidarikerusakanpadahipotalamus
4. Hipertermimeningkatkankehilangan air danmeningkatkanresikodehidrasi,
terutamajikatingkatkesadaranmenurun
5. Membantudalammengontrolpeningkatansuhu
6. Dapatmenurunkanpermebilitaskapileruntukmembatasipembentukan edema,
mengatasimenggigil yang dapatmeningkatkan TIK, menurunkanmetabolismeseluler/
menurunkankonsumsioksigen
2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
Tujuan :
4. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran akibat tekanan pada
serebelum (otak kecil).
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
kliendapatmenunjukkancaramobilisasisecara optimal.
Criteria hasil :
Kliendapatmempertahankanmeningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang sakit,
mempertahankan integritas kulit dan kandung kemih dan fungsi usus.
Intervensi :
1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.
2. Kaji derajat imobilitas pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0 4)
3. Letakkan pasien pada posisi tertentu, ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit
perubahan posisi antara waktu
Rasional :
1. Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan
intervensi yang akan dilakukan.
2. Seseorang dalam semua kategori sama sama mempunyai risiko kecelakaan namun katagori 2
4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya bahaya tsb sehubungan dengan imobilisasi.
3. Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan
meningkatkan sirkulasi seluruh bagian tubuh.
5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan penglihatan pasien kembali normal
dengan kriteria hasil :
Pasien dapat melihat dengan jelas
Intervensi :
1. Pastikan atau validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik, orientasikan kembali pasien
secara teratur pada lingkungan, dan tindakan yang akan dilakukan terutama jika penglihatannya
terganggu
2. Buat jadwal istirahat yang adekuat/periode tidur tanpa ada gangguan
3. Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dam melakikan aktivitas
4. Rujukpadaahlifisioterapi
Rasional :
1. Membantu pasien untuk memisahkan pada realitas dari perubahan persepsi, gangguan fungsi
kognitif dan atau penurunan penglihatan dapat menjadi potensi timbulnya disorientasi dan
ansietas
2. Mengurangi kelelahan, mencegah kejenuhan, memberikan kesempatan untuk tidur REM
(ketidakadaan tidur REM ini dapat meningkatkan gangguan persepsi sensori
3. Menurunkan fruktasi yang berhubungan dengan perubahan kemampuan /pola respon yang
memanjang
4. Pendekatan antardisiplin dapat menciptakan rencana penatalaksanaan berintegrasi yang
didasarkan atas kombinasi kemampuan /ketidakmampuan secara individu yang unik dengan
berfokus pada peningkatan evaluasi, dan fungsi fisik, kognitif, dan perseptual
DAFTAR PUSTAKA
Brenda G. Bare, Suzanne C. Smeltzer. 1997. BukuAjarKeperawatanMedikalBedah.
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Batticaca, Fransisca. 2008. AsuhanKeperawatanpadaKliendenganGangguan
SistemPersarafan. Jakarta :SalembaMedika.
Doenges.EM.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC.
Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit Edisi 6
Vol.2. Jakarta:EGC
http://supersuga.wordpress.com.com/2010/06/01/lesi-desak-ruang-(space-occupying
lesion).html
OLEH :
ZAINUL HAMDIAH
NIM. P07120111050
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHTAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN MATARAM
MATARAM
2013