You are on page 1of 8

DEFINISI

Fracture is abreak in the continuity of bone and is defined according to its type and extent.
(Brunner &Suddarth, 2008)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang terjadi karena adanya tekanan
pada tulang yang melebihi absorpsi tulang (Black, 1997)
ETIOLOGI
1.

Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat itu

2.
Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan
3.

Proses penyakit: kanker dan riketsia

4.
Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan
fraktur kompresi tulang belakan
5.
Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat
menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani)
Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :
1).

Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur
demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2). Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vektor kekerasan.
3). Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan.
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan garis fraktur
a. Fraktur komplit
Garis patanya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang

b. Fraktur inkomplit
Garis patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang
Greenstick fracture: bila menegenai satu korteks dimana korteks tulangnya sebagian
masih utuh juga periosteum akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling kebentuk
normal
2. Fraktur menurut jumlah dan garis patah/bentuk/konfigurasi
a.

Fraktur comminute: banyak fraktur/fragmen kecil tulang yang terlepas

b.
Fraktur segmental: bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan satu ujung
yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini perlu terapi
bedah
c.
Fraktur multipel: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan
tempatnya. Seperti fraktur femur, cruris dan vertebra.
3. Fraktur menurut posisi fragmen
a.
Fraktur undisplaced (tidak bergeser): garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak
bergeser, periosteumnya masih utuh.
b.
Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang disebut
juga dislokasi fragmen.
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar
a. Fraktur terbuka (open fracture/compoun frakture)
Fraktur terbuka karena integritas kulit robek/terbuka dan ujung tulang menonjol sampai
menembus kulit.
Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga berdasarkan tingkat keperahan:
-

Derajat I: robekan kulit kurang dari 1 cm dengan kerusakan kulit/jaringan minimal.

Derajat II: luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan sedang, potensial infeksi lebih besar,
fraktur merobek kulit dan otot.
Derajat III: kerusakan/robekan lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan jaringan otot, saraf
dan tendon, kontaminasi sangat besar dan harus segera diatasi
b. Fraktur tertutup (closed fracture/simple fracture)
Frakture tidak kompkleks, integritas kulit masih utuh, tidak ada gambaran tulang yang keluar
dari kulit.
5. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme trauma

a.

Fraktur transversal (melintang), trauma langsung

Garis fraktur tegak lurud, segmen tulang yang patah direposisi/direduksi kembali ketempat
semula, segmen akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
b.

Fraktur oblique; trauma angulasi

Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan
sulit diperbaiki.
c.

Fraktur spiral; trauma rotasi

Fraktur ini timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit kerusakan jaringan
lunak dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
d.

Fraktur kompresi; trauma axial flexi pada tulang spongiosa

Fraktur terjadi karena ketika dua tulang menumpuk tulang ketiga yang berada diantaranya
seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
e.

Fraktur avulsi; taruma akibat tarikan (fraktur patela)

Fraktur memisahkan suatu fragmen tulang tempat insersi tendon atau ligamen.
6. Fraktur patologi
Terjadi pada daerah yang menjadi lemah oleh karena tumor atau prose patologik lainnya.
PATOFISIOLOGI
Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras akibat kecelakaan yang
mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan fragmen tulang tidak
beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang tersebut.
Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang
lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya
dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di bawah kulit
maka sering ditemukan adanya fraktur terbuka.
MANIFESTASI KLINIK
-

Edema/pembengkakan

Nyeri: spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung pada jaringan,
peningkatan tekanan pada saraf sensori, pergerakan pada daerah fraktur.
-

Spasme otot: respon perlindungan terhadap injuri dan fraktur

Deformitas

Echimosis: ekstravasasi darah didalam jaringan subkutan

Kehilangan fungsi

Crepitasi: pada palpasi adanya udara pada jaringan akibat trauma terbuka

1). Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2). Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di
ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melengketnya obat.
3). Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
4). Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.
Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
5). Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa
hari setelah cedera.

TAHAP PENYEMBUHAN TULANG


1.

Tahap pembentukan hematom

dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk kearea fraktur.
Suplai darah meningkat, terbentuklah hematom yang berkembang menjadi jaringan granulasi
sampai hari kelima.
2.

Tahap proliferasi

dalam waktu sekitar 5 hari , hematom akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang
fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast
dan osteoblast yang akan menhasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen
pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.
3.

Tahap pembentukan kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain
sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus,
tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar frakmen tulang tergabung
dalam tulang rawan atau jaringan fibrus
4.

Osifikasi

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalaui
proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar
bersatu. Proses ini memerlukan waktu 3-4 bulan.
5.

Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan)

Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifitas osteoblas dan osteoclas, kalus
mengalami pembentukan tulang sesuai aslinya.
PRINSIP-PRINSIP PENATALAKSANAAN
1). Tujuan pengobatan fraktur:
a)

Reposisi dengan maksud mengembalikan fragmenfragmen ke posisi anatomi.

b)
Imobilisasi atau fiksasi dengan tujuan mempertahankan posisi fragmenfragmen tulang
tersebut setelah direposisi sampai terjadi union.
c)

Penyambungan fraktur (union)

d)

Mengembalikan fungsi (rehabilitasi)

2). Prinsip Dasar Penanganan Fraktur


a)

Revive

Yaitu penilaian cepat untuk mencegah kematian, apabila


pernafasan ada hambatan perlu
dilakukan therapi ABC (Airway, Breathing, Circulation) agar pernafasan lancar.
b)

Review

Yaitu berupa pemeriksaan fisik yang meliputi : look feel, novemert dan pemeriksaan fisik ini
dilengkapi dengan foto rontgent untuk memastikan adanya fraktur.
c)

Repair

Yaitu tindakan pembedahan berupa tindakan operatif dan konservatif. Tindakan operatif
meliputi : Orif, Oref, menjahit luka dan menjahit pembuluh darah yang robek, sedangkan
tindakan
konservatif berupa pemasangan gips dan traksi.
d)

Refer

Yaitu berupa pemindahan pasien ke tempat lain, yang dilakukan


tidak memperparah luka yang diderita.
e)

Rehabilitation

Yaitu memperbaiki fungsi secara optimal untuk bisa produktif.


3). Penanganan Fraktur Tibia Dan Fibula :

dengan hati-hati, sehingga

a). Imobilisasi fragmen tulang.


b). Kontak frgmen tulang minimal.
c)

Asupan darah yang memadai.

d). Nutrisi yang baik.


e). Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.
f). Hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik.
g). Potensial listrik pada patahan tulang.
4). Proses penyembuhan tulang
a) Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur.
b) Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan
disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis.
c) Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik (bersifat
menghasilkan/membentuk tulang), bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago.
d). Stadium Empat-Konsolidasi
Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui
reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru.
e). Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau
tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang
terus-menerus.
3. Jenis Open Reduction Internal Fixation ( ORIF )
Menurut Apley (1995) terdapat 5 metode fiksasi internal yang digunakan, antara lain:
1. Sekrup kompresi antar fragmen
2. Plat dan sekrup, paling sesuai untuk lengan bawah
3. Paku intermedula, untuk tulang panjang yang lebih besar

4. Paku pengikat sambungan dan sekrup, ideal untuk femur dan tibia
5. Sekrup kompresi dinamis dan plat, ideal untuk ujung proksimal dan distal femur
TEST DIAGNOSTIK
-

X Ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma

Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak

Hitung darah lengkap:

Ht: mungkin meningkayt (hemokonsentrasi), menurun (perdarahan bermakna pada sisi


fraktur atau organ jauh dari trauma multiple)
Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma
-

Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau cedera hati

KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal
-

Shock Hipovolemik/traumatik

Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel ke
jaringan yang rusak shock hipovolemi.
-

Emboli lemak

Trombo emboli vena

Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest


-

Infeksi

Fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda infeksi dan terapi
antibiotik
2. Komplikasi lambat
-

Delayed union

Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan.
Proses ini berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang
-

Non union

Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini disebabkan oleh
fobrous union atau pseudoarthrosis
-

Mal union

Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan bentuk)


-

Nekrosis avaskuler di tulang

Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang .


Komplikasi fraktur menurut Henderson 1995 )
1). Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2). Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal.
3).

Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

4). Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di
dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
5). Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
6). Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam
pai 80 fraktur tahun.
7). Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang
imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi
pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada
bedah ortopedil
8). Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi
pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan
seperti pin dan plat.
9).

Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.

10). Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan
tropik dan vasomotor instability.

You might also like