Professional Documents
Culture Documents
Laporan Tutorial Skenario Ana-Histo l5
Laporan Tutorial Skenario Ana-Histo l5
BLOK V
04111001023
04111001024
Tiara Eka M
04111001035
04111001036
Vindy Cesariana
04111001037
R. A. Delila Tsaniyah
04111001043
04111001053
04111001056
Fatty Maulidira
04111001068
04111001080
04111001098
04111001099
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tugas
tutorial skenario ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini betujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.
Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat
bermanfaat untuk perbaikan di kemudian hari.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
HASIL TUTORIAL DAN BELAJAR MANDIRI
I. Skenario A Blok III................................................................................................................1
II. Klarifikasi Istilah ..................................................................................................................1
III. Identifikasi Masalah..............................................................................................................2
IV. Analisis Masalah....................................................................................................................3
- Keterkaitan antarmasalah .......................................................................................................
V. Learning Issues.........................................................................................................................
VI. Sintesis....................................................................................................................................
- Kerangka konsep....................................................................................................................
- Kalsium dalam tubuh.............................................................................................................
- Vegetarian..............................................................................................................................
- Susu formula...........................................................................................................................
- Suplemen kalsium...................................................................................................................
VII. Kesimpulan..\....
Daftar Pustaka...............................................................................................................................
I.
SKENARIO A BLOK V
Linda, seorang wanita berusia 28 tahun, sedang hamil dengan usia kehamilan
5 bulan, mengeluhkan rasa kesemutan di ibu jari, telunjuk dan jari tengah kanannya
sejak 2 bulan yang lalu. Rasa kesemutan tersebut terkadang juga diselingi rasa nyeri
ataupun rasa seperti panas terbakar. Ia menyatakan tangan kanannya lemah dan
mudah menjatuhkan benda-benda yang dipegang tangan kanannya. Ia juga
mengatakan kesulitan untuk melakukan beberapa aktivitas menggunakan tangan
kanan, seperti memancing baju, menyisir rambut, dsb. Selebihnya, ia menyatakan
merasa sehat, dan menyangkal adanya trauma atau nyeri leher.
II.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Hamil
2. Kesemutan
3. Nyeri
4. Trauma
III.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Linda, wanita hamil 5 bulan mengeluh rasa kesemutan di ibu jari, telunjuk,
dan jari tengah kanannya sejak 2 bulan lalu. (Problem Priority)
2. Rasa kesemutan diselingi rasa nyeri ataupun rasa terbakar.
3. Tangan kanannya lemah dan menyatakan kesulitan untuk melakukan beberapa
aktivitas.
4. Ia merasa sehat dan menyangkal adanya trauma atau nyeri leher.
IV.
ANALISIS MASALAH
1. Linda, wanita hamil 5 bulan mengeluh rasa kesemutan di ibu jari, telunjuk, dan
jari tengah kanannya sejak 2 bulan lalu.
a. Apakah ada hubungan antara kehamilan dengan kondisi kesemutan pada
ibu jari, telunjuk, dan jari tengah kanannya. Jika ada jelaskan!
Ada. Pada saat hamil, terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan
cairan tubuh lebih banyak dan menyebabkan bengkak, sehingga
terowongan karpal menjadi sempit. Penyempitan terowongan ini akan
menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya,
yaitu nervus medianus. Yang akhirnya akan menyebabkan kesemutan
pada pasien (ibu hamil).
b. Bagaimana mekanisme kesemutan pada kasus Linda?
Mekanisme kesemutan pada kasus ini terjadi karena adanya jepitan
saraf (n. medianus) karena hiperaktivitas pasien dalam menggunakan
tangan (sehingga berakibat menyempitnya terowongan karpal) akan
menyebabkan meningkatnya tekanan intrafasikuler pada serabut sarat
tersebut. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan vaskularisasi pada
saraf dan terjadi anoksia, keadaan patologis seperti ini menyebabkan
membran sel saraf mengalami hiperpermeabilitas sehingga sangat
mudah dilalui oleh impuls saraf dan pada akhirnya, tanpa ada
perangsangan pun dapat terjadi aliran impuls saraf yang akan
berakibat timbulnya parestesia.
c. Mengapa kesemutan hanya terjadi pada ibu jari, telunjuk dan jari tengah
tangan kanan?
Kesemutan hanya terjadi di pada ibu jari, telunjuk, dan jari tangan
dikarenakan kompresi nervus medianus dalam terowongan karpal yang
berada di pergelangan tangan. Nervus medianus tidak terdapat di
digitorum minimus dan hanya terdapat sebagian di anulus digiti sehingga
kesemutan hanya bisa dirasakanoleh ibu jari, telunjuk, dan jari tengah
tangan. Rasa kesemutan yang terjadi hanya dirasakan oleh tangan kanan
disebabkan oleh pergerakan
tangan kiri, aktivitas pada tangan kanan ini pun dilakukan secara
aliran
darah
pada
area
di
bawahnya
sehingga
pembuluh
darah. Pada
beberapa
penyakit
dengan
paraesthesia (kesemutan)
hypaesthesia (baal)
Radius (pada sisi yang sama dari lengan bawah seperti ibu jari)
mempunyai ujung bawah luas tempat melekatnya tangan.
Delapan ruas tulang karpal kuboid yang tak beraturan terletak pada
pergelangan tangan. Gerakan pada pergelangan tangan adalah sebagian
oleh radius dan tulang karpal, dan sebagian lagi antara tulang-tulang
karpal, dan sebagian lagi antara tulang-tulang karpal, oleh sendi synovial.
Tulang-tulang telapak tangan adalah metacarpal.
Metacarpal jari disatukan bersama oleh ligament, tetapi metacarpal ibu
jari adalah bebas dan mobile yang memungkinkan ibu jari berotasi dan
berbaring ke belakang oposisi. Ini penting untung memegang dan
menggenggam. Sendi antara tulang metacarpal dan carpal ibu jari adalah
berbentuk sadel.
Terdapat tiga falangus pada tiap jari dan dua pada ibu jari.
Ujung bawah ulna dan ujung atas radius sempit dam membulat. Bagian ini
dapat berotasi pada sendi synovial kecil di samping tulang berdekatan.
Radius dapat berayun memutar pada ulna dan membalik telapak tangan
(pronasi).
Pronasi dibentuk oleh otot-otot yang terletak di dalam yang menyatukan
radius dan ulna yang menarik keduanya bersamaan.
Gerakan sebaliknya, gerakan yang kuat dengan obeng (supinasi), dibentuk
oleh bisep dan supinator yang melepaskan radius.
Otot-otot lengan bawah yang besar dimasuki oleh tendon seperti tali yang
kuat dalam karpal dan tulang-tulang terminal (falangus) jari-jari.
Fleksor yang kuat, untuk menggenggam, terletak dalam lapisan-lapisan sisi
telapak tangan dari lengan bawah.
Ektensor yang lebih lemah terletak pada dorsum. Seperti meluruskan jarijari dan pergelangan tangan, otot-otot ini penting utnuk menggenggam
kuat dimana pergelangan tangan pertama-tama harus diekstensi dan
difiksasi untuk mengendurkan tendon-tendon fleksor.
Gerakan pada sendi pergelangan tangan, tendon dicegah menekuk
berurutan dengan melalui terowongan carpal (carpal tunnel) yang
dibentuk oleh pita-pita fibrosa transversum yang meregang kuat, yang
terbenam pada tiap ujung tulang.
Otot Thenar
Dari gambar dan skema dapat kita ketahui bahwa nervus medianus terhubung
sampai ke bagian plexus brachialis, yaitu tepatnya pada segmenta cervicales V
dan VI, jadi, apabila terasa kesemutan pada ibu jari, telunjuk, dan jari tengah
maka lama kelamaan rasa kesemutan dan nyeri akan menyebar pada leher.
b. Mengapa Linda tidak merasakan nyeri pada leher?
Kemungkinan gejala yang dialami pasien Linda masih dalam batasan tahap
ringan, terjadi pada bagian pergelangan tangan saja. Pada dasarnya
kompresi/terjepitnya nervus medianus mengakibatkan kesemutan (paresthesis)
hanya pada ibu jari, telunjuk dan jari tengah serta bagian radial jari manis yang
Kekakuan, rasa terbakar, atau geli di satu atau lebih jari tangan
Kehilangan
kekuatan
menggenggam.
Kadang
berhubungan
dengan
menjatuhkan benda
KETERKAITAN MASALAH
Gangguan otot,
saraf, dan
pergerakan
Kesemutan, nyeri,dan
rasa terbakar tangan ------------------ Hamil
---kanan
---------------------
Rasa
Sulit aktivitas
?
VI.
LEARNING ISSUES
Pokok
What
Bahasan
know
Hamil
Definisi
learn
Keluhan-keluhan
Aktivitas
yang meningkat
di dalam tubuh
Penyebab
saat
keluhan-keluhan
yang
ada
apa - Journal
saat
- Text book
wanita - Pakar
- Internet
hamil
bagi
bagian
tubuh lainnya
Kesemutan,
nyeri
Definisi
dan
kesemutan
rasa terbakar
pada tangan
sebelah
Keadaan
Mekanisme
di
Penyebab
dari
kesemutan
kanan
daerah
khususnya
di
tangan,
pada
VII.
dan
histology pada
dalam tubuh
anatomis
daerah
ekstremitas
SINTESIS
KERANGKA KONSEP
Hamil
Komperesi N.
Medianus
Peningkatan
Hormon
Pengingkatan
Cairan Sinovial
Gangguan
Histologi
Demielinisa
Gangguan
Anatomi
Gangguan
Sensoris
Gangguan
Motoris
Kelemaha
n otot
Kesemuta
Nyeri
Panas
Atrofi otot
Diagnosis:
CTS
1. Anatomis
Tulang tulang karpal ini melengkung dengan bagian konkaf menghadap ke arah
volar. Persendian yang banyak ini menyebabkan bermacam-macam pergerakan
pergelangan, terutama sendi radiokarpal dan sendi midkarpal. Disamping itu, ligamen
yang menghubungkan masing-masing sendi juga banyak mempengaruhi posisi tulangtulang tersebut.
Pada permukaan volar pergelangan tangan terdapat penebalan fasi yang
disebut fleksor retinakulum dan terdiri dari 2 lapisan fasia yaitu ligamen karpi
palmaris (volaris) dan ligamen karpi transversum. Ligamen karpi palmaris (volaris)
berjalan melintang dari prosesus stiloideus tulang ulnaris ke prosesus stiloeideus
tulang radius.
Ligamen karpi transversum menutupi lengkungan tulang-tulang karpal pada
permukaan palmar sehingga membentuk Terowongan Karpal. Pada sisi ulnar ligamen
ini melekat pada tulang pisiformis dan pengait tulang hamatum, sedangkan di sisi
radial melekat pada tuberositas tulang naviculare dan trapesium.
Pada orang dewasa ukuran terowongan ini dapat dilalui satu jari. Luas
penampang tersempit lebih kurang 2,5 cm dan panjangnya lebih kurang 916 mm.
Dalam terowongan ini terdapat 10 struktur yaitu n.Medianus, fleksor polisis longus
untuk ibu jari dan 8 tendo fleksor digitorum masing-masing dua setiap jari. Pada
potongan melintang pergelangan tangan melalui terowongan karpal, terlihat
n.Medianus terletak langsung di bawah ligamen karpi transversum dan di puncak
semua tendo-tendo fleksor. N.Medianus terbentuk dari fasikulus lateralis asal radiks
C5, C6, C7 dan fasikulus medialis asal radiks C8 dan Th1. Setelah memberi cabang
pada otot-otot lengan bawah untuk berbagai gerakan lengan jari-jari tangan, di bawah
ligamen karpi tranversum n.Medianus bercabang dua, yang lateral (motorik)
mempersarafi abduktor polisis brevis, fleksor polisis brevis, oponen dan otot
lumbrikalis ke satu dan ke dua, sedangkan cabang sensorik mempersarafi bagian volar
jari-jari 1, 2, 3 dan setengah lateral jari ke 4 serta di bagian dorsal hanya bagian distal
ujung-ujung jari tersebut. Kulit telapak tangan bagian tengah agak ke radial
dipersarafi cabang kutaneus palmaris yang berasal dari n.Medianus juga, tapi
dipercabangkan sebelum memasuki terowongan karpal, sehingga pada sindroma
terowongan karpal, daerah ini tidak mengalami gangguan.
Selain dari yang telah disebutkan diatas, kadang kadang terdapat variasi
anatomis, misalnya variasi letak cabang n.Medianus, anomali persarafan otot-otot
intrinsik tangan (Martin-Gruber anastomosis) sehingga otot-otot mendapat persarafan
kembar. Disamping itu ada lagi variasi anatomis berupa otot-otot aberant atau arteri
Medianus yang persisten. Variasi-variasi anatomis ini perlu diingat, sebab dapat
mempengaruhi penilaian pada pemeriksaan Sindroma Terowongan Karpal.
Anatomi karpal pada CTS: Transverse carpal ligament menekan saraf medianus.
Anatomi pada tangan CTS: Saraf medianus juga melintasi articulatio cubiti (articulatio
humeroulnaris, articulatio humeroradialis, dan articulatio radioulnaris). Pada arteri brachialis
juga termasuk cabang dari saraf medianus, sehingga pada tangan bagian lengan atas juga
dapat terganggu.
Anatomi leher pada CTS: saraf medianus memiliki banyak cabang salah satunya adalah
plexus brachialis. Jika CTS sudah semakin parah, maka juga dapat mengganggu bagian leher.
2. Histologis
Secara histologi n.Medianus terdiri dari juluran protoplasma neuron yang
disebut akson. Akson ini diselubungi oleh sel Schwan, dan diantara 2 sel Schwan
terdapat celah yang disebut nodus Ranvier. Serabut saraf yang berdiameter kecil
merupakan akson tidak bermielin, beberapa akson diselubungi satu sel Schawn.
Serabut saraf ini memiliki kecepatan hantar saraf rendah; untuk menyampaikan
impuls suhu dan nyeri. Serabut saraf yang berdiameter besar diselubungi serangkaian
sel Schawn. Serabut saraf ini memiliki kecepatan hantar saraf tinggi yang berguna
untuk menyampaikan impuls motorik dan propioseptif.
Masing masing serabut saraf ini dibungkus oleh lapisan endoneurium yang
merupakan jaringan
bergabung lagi dalam fasikulus yang dilapisi jaringan ikat padat perineurium.
Jaringan ikat ini terdiri dai anyaman kolagen dan serabut elastik yang berfungsi
melindungi saraf dari peregangan dan menghambat difusi, berperan juga sebagai
sawar darah saraf (blood nerve barier) sehingga dapat mempertahankan tekanan intra
fasikuler. Pada lapisan terluar terdapat jaringan ikat longgar epineurium yang
berperan mengatasi tekanan pada saraf.
N.Medianus di daerah pergelangan tangan mendapat darah dari cabang arteri
nutrien sisi ulnar, proksimal ligamen karpitransversum, dan cabang arteri arkus
palmaris superfisialis distal ligamen karpitransversum.
Menurut Blunt, tepat dalam terowongan karpal, n.Medianus terletak di daerah
yang relatif avaskuler, sehingga di tempat ini n.Medianus peka terhadap gangguan.
Persarafan tangan diurus oleh n.Radialis, n.Medianus dan n.Ulnaris. Dari
ketiga saraf ini hanya n.Medianus yang melewati terowongan Karpal, sehingga pada
Sindroma Terowongan Karpal menimbulkan gangguan fungsi n.Medianus dari
terowongan karpal ke distal, walaupun rasa nyeri kadang-kadang dapat dirasakan sampai
ke arah proksimal di leher tempat n.Medianus berasal. Selain fungsi motoris dan sensoris,
n.Medianus juga merupakan saraf simpatis, sehingga ketiga fungsi ini dapat terganggu
pada Sindroma Terowongan Karpal.
Normal
CTS
4. Patofisiologi
Ada beberapa teori yang diajukan, umumnya para ahli berpendapat bahwa faktor
mekanik dan vaskuler sangat berperan dalam terjadinya Sindroma Terowongan Karpal ini.
Sebagian besar Sindroma Terowongan Karpal terjadi perlahan-lahan (kronis). Pada
jaringan pelindung tendon yaitu tenosynovium membengkak, dicurigai karena cairan
synovial yang berfungsi melindungi dan melumasi tendon tertimbun, terjadi juga penebalan
fleksor retinakulum. Kedua keadaan ini akan menekan n.Medianus. Tekanan yang berulangulang dan lama pada n.Medianus akan menyebabkan tekanan intrafasikuler meninggi.
Keadaan ini menyebabkan perlambatan aliran vena. Kongesti ini lama-lama akan
mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan merusak endotel,
menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini dapat
menerangkan keluhan yang sering pada Sindroma Terowongan Karpal yaitu berupa rasa nyeri
dan sembab terutama malam atau pagi hari, yang akan berkurang setelah tangan yang
bersangkutan digerak-gerakan atau diurut, mungkin karena perbaikan dari gangguan vaskuler
ini.
Bila keadaan berlanjut terjadi fibrosis epineural dan merusak serabut saraf.
Selanjutnya saraf menjadi atrofi dan diganti jaringan ikat sehingga fungsi n.Medianus akan
terganggu.
Pada Sindroma Terowongan Karpal yang akut, biasa terjadi kompresi yang melebihi
tekanan perfusi kapiler, sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi saraf. Saraf menjadi
iskemik, terjadi peninggian tekanan fasikuler yang juga akan memperberat keadaan iskemik
ini.
Selanjutnya terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan edema yang
menimbulkan terganggunya sawar darah saraf dan selanjutnya merusak saraf tersebut.
Pengaruh mekanik/tekanan langsung pada saraf tepi dapat pula menimbulkan invaginasi
nodus Ranvier dan demieliminasi setempat sehingga konduksi saraf terganggu. Selainnya dari
faktor mekanik dan vaskuler ini mungkin ada keadaan lain yang membuat n.Medianus
menderita dalam terowongan karpal.
Terdapat juga beberapa kondisi medis yang mempunyai hubungan dengan kejadian
Sindroma Terowongan Karpal seperti:
Penyakit autoimun atau keadaan sistem imun yang abnormal seperti pada
SLE, rheumatoid atrhritis dan hipotiroid juga menimbulkan inflamasi di
terowongan karpal.
Gangguan pada otot, jaringan ikat dan tulang seperti arthritis, gout,
amyloidosis, akromegali juga meningkatkan resiko Sindroma Terowongan
Karpal.
Trauma dan riwayat operasi pada tangan walaupun sudah lama juga berperan.
Struktur yang abnormal, baik pada tangan, pergelangan atau lengan.
Gangguan fungsi ginjal yang memerlukan hemodialisis sering menimbulkan
penimbunan protein pada terowongan karpal yang disebut 2 mikroglobulin.
Setiap keadaan yang menyebabkan kompresi pada n.Medianus di terowongan karpal
dapat menjadi etiologi Sindroma Terowongan Karpal ini, antara lain:
1. Keadaan yang mengurangi luas terowongan karpal misalnya kelainan anatomis
bawaan, patah tulang atau kalus setelah patah tulang, akromegali osteofit, eksostosis
tulang, perkapuran dll yang dapat mempengaruhi struktur pergelangan tangan.
Tersering terjadi penebalan fleksor retinakulum misalnya karena proses radang seperti
pada arthritis rematoid.
2. Keadaan yang menyebabkan isi terowongan berlebihan. Misalnya terdapat otot
aberant dalam terowongan, atau terjadi trombosis pada arteri Medianus yang
persistent. Proses yang tersering menyebabkan isi terowongan berlebihan ialah
radang seperti tenosinovitis non spesifik yang dapat menyebabkan penebalan dan
fibrosis sinovium. Tuberkulosis, histoplasmosis, tophi gout, neoplasma / neurinoma
atau ganglion juga pernah dilaporkan.
3. Penyakit sistemik lainnya misalnya kegemukan, kehamilan, menopause, miksedema,
gagal jantung ataupun gangguan keseimbangan hormon yang mengakibatkan
penimbunan lemak atau cairan yang juga menimbulkan sembab dalam terowongan.
4. Ellis dkk mengatakan defisiensi vitamin B6 (Pyridoxin) memegang peranan sebagai
penyebab Sindroma Terowongan Karpal. Tetapi penulis lain banyak yang tidak setuju
pada pendapat ini.
5. Pada Sindroma Terowongan Karpal akut, biasanya disebabkan oleh trauma
(fraktur/dislokasi) pergelangan tangan. Dapat juga karena infeksi pergelangan atau
lengan bawah. Perdarahan spontan, trombosis dll. Seluruhnya dapat mengakibatkan
peninggian tekanan dalam terowongan karpal dan menekan n.Medianus.
6. Selain itu mungkin ada faktor lain yang belum terungkap yang menjadi etiologi
Sindroma Terowongan Karpal ini, sehingga sering kita sebut Sindroma Terowongan
Karpal idiopatik.
5. CTS
Sindroma Terowongan Karpal (STK) merupakan neuropati tekanan atau
cerutan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan
tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum (cit.Samuel 1979, Dejong 1979,
Mumenthaler 1984) .Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia,
median thenar neuritis atau partial thenar atrophy STK pertama kali dikenali sebagai
suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius
bagian distal (1854) .STK spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan
C.Foix pada taboo 1913. Istilah STK diperkenalkan oleh Moersch pada tabun 1938.
Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana
tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh
beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan
sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor
retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan
melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang
mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling
rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.
Ada beberapa hipotesa mengenai patogenese dari STK. Sebagian besar penulis
berpendapat bahwa faktor mekanik clan vaskular memegang peranan penting dalam
terjadinya STK. Umumnya STK terjadi secara kronis di mana terjadi penebalan
fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan
yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafsikuler.
Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan
mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak
endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga
terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan
sembab yang timbul terutama pada malam/pagi hari akan berkurang.
Setelah tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut (mungkin akibat
terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut
akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan safar
menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus
medianus terganggu secara menyeluruh.
Pada STK akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi
kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan
iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan
berlanjutnya
gangguan
aliran
darah.
Selanjutnya
terjadi
vasodilatasi
yang
dilakukan
serentak
pada
kedua
tangan
sehingga
dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes
ini menyokong diagnosa STK.
e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan
diagnosa STK.
f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila
dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
h. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala
seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
i. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung
diagnosa.
j. Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik
(two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus
medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.
k. Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat,
kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus
medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK.
2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang
positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada
beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa
normal pada 31 % kasus STK.
b. Kecepatan Hantar Saraf(KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada
yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency)
memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di
pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.
3. Pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat
membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos
leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT
scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.
4. Pemeriksaan laboratorium. Bila etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita
usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.
DIAGNOSA BANDING
1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher diistirahatkan dan
bertambah hila leher bergerak. Oistribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.
2. lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot
thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.
3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan
daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui
terowongan karpal.
4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus
dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya
adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS
normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu
jari, positif bila nyeri bertambah.
TERAPI
Selain ditujukan langsung terhadap STK, terapi juga harus diberikan terhadap
keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya STK. Oleh karena itu sebaiknya
terapi STK dibagi atas 2 kelompok, yaitu :
1. Terapi langsung terhadap STK.
a. Terapi konservatif.
1. Istirahatkan pergelangan tangan.
2. Obat anti inflamasi non steroid.
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3
minggu.
4. lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg
atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil,
suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan
operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan
setelah diberi 3 kali suntikan.
5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
6. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah
satu penyebab STK adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3
bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati
bila diberikan dalam dosis besar.
7. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan
tangan.
b. Terapi operatif.
Tindakan operasi pacta STK disebut neurolisis nervus medianus pada
pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak
mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau hila terjadi gangguan
sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada STK bilateral
biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun
dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain 16 menyatakan bahwa
tindakan operasi mutlak dilakukan hila terapi konservatif gagal atau bila ada
atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah
hilangnya sensibilitas yang persisten.
Biasanya tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka dengan
anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara
endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara
dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan
operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti
cedera pada safar. Beberapa penyebab STK seperti adanya massa atau anomali
maupun tenosinovitis pacta terowongan karpal lebih baik dioperasi secara
terbuka.
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK.
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus ditanggulangi,
sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK kembali. Pada keadaan di
mana STK terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian
ataupun pencegahan.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya STK atau
mencegah kekambuhannya antara lain 3:
Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral
Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan
dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari
dan telunjuk.
Batasi gerakan tangan yang repetitif.
Istirahatkan tangan secara periodik.
Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu untuk
beristirahat.
Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara teratur.
Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering
mendasari terjadinya STK seperti: trauma akut maupun kronik pada pergelangan
tangan
dan
daerah
sekitarnya,
gagal
ginjal,
penderita
yang
sering
VIII. Kesimpulan
IX.
Daftar Pustaka
Adams. 2006. Anatomi Fisiologi. Cambridge Communication Limited. Eds. 2. Jakarta: EGC.
Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes Neurologi. Ed : ke-8. Jakarta: Penerbit Erlangga.
http://catalog.nucleusinc.com/imagescooked/38025W.jpg
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-nananurqot-5202-3-bab2.pdf
http://www.klikdokter.com/tanyadokter/read/2010/04/30/8932/kesemutan--carpal-tunnelsyndromehttp://medchrome.com/wp-content/uploads/2010/05/brachialplexus.gif&imgrefurl=http://medchrome.com/basic-science/anatomy/brachialplexus-and-itsinjury/&usg=__comtVtq0RPcKcrSJwYUCnOMhpSE=&h=462&w=600&sz=19&hl
=id&start=5&zoom=1&tbnid=O9UhKIW8xMVahM:&tbnh=104&tbnw=135&ei=E
TXXTpC3LMidmQXLk6ztCw&prev=/search%3Fq%3DPlexus%2BBrachialis
%26um%3D1%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26sa%3DX%26rls
%3Dorg.mozilla:en-US:official%26tbm%3Disch&um=1&itbs=1
http://neurology.multiply.com/journal/item/33
http://www.drdidispog.com/2011/01/tangan-kesemutan-pada-wanita-hamil
Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Ngoerah, I Gusti. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Airlangga University
Press.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Prose-Prose Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta:
EGC.
Putz, Reinhard. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Ed. 22. Jakarta: EGC.
Snell, Richard. S. 2006. Anatomi Klinik. Ed. 6. Jakarta: EGC.