You are on page 1of 38

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A

BLOK V

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5


Tutor : dr. Dalilah
Lismya Wahyu Ningrum

04111001023

Mentari Indah sari

04111001024

Tiara Eka M

04111001035

Mary Gisca Theressi

04111001036

Vindy Cesariana

04111001037

R. A. Delila Tsaniyah

04111001043

Dwi Novia Putri

04111001053

Dwi Jaya Sari

04111001056

Fatty Maulidira

04111001068

Liliana Surya Fatimah

04111001080

Bellinda Dwi Priba

04111001098

Auliya Bella Oktarina

04111001099

PENDIDIKAN DOKTER UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tugas
tutorial skenario ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini betujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.
Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat
bermanfaat untuk perbaikan di kemudian hari.

Palembang, November 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
HASIL TUTORIAL DAN BELAJAR MANDIRI
I. Skenario A Blok III................................................................................................................1
II. Klarifikasi Istilah ..................................................................................................................1
III. Identifikasi Masalah..............................................................................................................2
IV. Analisis Masalah....................................................................................................................3
- Keterkaitan antarmasalah .......................................................................................................
V. Learning Issues.........................................................................................................................
VI. Sintesis....................................................................................................................................
- Kerangka konsep....................................................................................................................
- Kalsium dalam tubuh.............................................................................................................
- Vegetarian..............................................................................................................................
- Susu formula...........................................................................................................................
- Suplemen kalsium...................................................................................................................
VII. Kesimpulan..\....

Daftar Pustaka...............................................................................................................................

I.

SKENARIO A BLOK V
Linda, seorang wanita berusia 28 tahun, sedang hamil dengan usia kehamilan
5 bulan, mengeluhkan rasa kesemutan di ibu jari, telunjuk dan jari tengah kanannya
sejak 2 bulan yang lalu. Rasa kesemutan tersebut terkadang juga diselingi rasa nyeri
ataupun rasa seperti panas terbakar. Ia menyatakan tangan kanannya lemah dan
mudah menjatuhkan benda-benda yang dipegang tangan kanannya. Ia juga
mengatakan kesulitan untuk melakukan beberapa aktivitas menggunakan tangan
kanan, seperti memancing baju, menyisir rambut, dsb. Selebihnya, ia menyatakan
merasa sehat, dan menyangkal adanya trauma atau nyeri leher.

II.

KLARIFIKASI ISTILAH
1. Hamil

: Mengandung embrio atau fetus setelah penyatuan sel

2. Kesemutan

telur dan spermatozoa.


: Berasa senyar atau granyam pada anggota badan seperti
digigit semut, terutama pada kaki dan tangan. Biasanya

3. Nyeri

karena duduk atau tanpa gerak atau tertekan terlalu lama.


: Berasa sakit seperti ditusuk-tusuk jarum atau seperti rasa

4. Trauma

terjepit pada bagian tubuh.


: Keadaan fisik atau psikis yang disebabkan cedera atau
luka.

III.

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Linda, wanita hamil 5 bulan mengeluh rasa kesemutan di ibu jari, telunjuk,
dan jari tengah kanannya sejak 2 bulan lalu. (Problem Priority)
2. Rasa kesemutan diselingi rasa nyeri ataupun rasa terbakar.
3. Tangan kanannya lemah dan menyatakan kesulitan untuk melakukan beberapa
aktivitas.
4. Ia merasa sehat dan menyangkal adanya trauma atau nyeri leher.

IV.

ANALISIS MASALAH

1. Linda, wanita hamil 5 bulan mengeluh rasa kesemutan di ibu jari, telunjuk, dan
jari tengah kanannya sejak 2 bulan lalu.
a. Apakah ada hubungan antara kehamilan dengan kondisi kesemutan pada
ibu jari, telunjuk, dan jari tengah kanannya. Jika ada jelaskan!
Ada. Pada saat hamil, terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan
cairan tubuh lebih banyak dan menyebabkan bengkak, sehingga
terowongan karpal menjadi sempit. Penyempitan terowongan ini akan
menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya,
yaitu nervus medianus. Yang akhirnya akan menyebabkan kesemutan
pada pasien (ibu hamil).
b. Bagaimana mekanisme kesemutan pada kasus Linda?
Mekanisme kesemutan pada kasus ini terjadi karena adanya jepitan
saraf (n. medianus) karena hiperaktivitas pasien dalam menggunakan
tangan (sehingga berakibat menyempitnya terowongan karpal) akan
menyebabkan meningkatnya tekanan intrafasikuler pada serabut sarat
tersebut. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan vaskularisasi pada
saraf dan terjadi anoksia, keadaan patologis seperti ini menyebabkan
membran sel saraf mengalami hiperpermeabilitas sehingga sangat
mudah dilalui oleh impuls saraf dan pada akhirnya, tanpa ada
perangsangan pun dapat terjadi aliran impuls saraf yang akan
berakibat timbulnya parestesia.

c. Mengapa kesemutan hanya terjadi pada ibu jari, telunjuk dan jari tengah
tangan kanan?
Kesemutan hanya terjadi di pada ibu jari, telunjuk, dan jari tangan
dikarenakan kompresi nervus medianus dalam terowongan karpal yang
berada di pergelangan tangan. Nervus medianus tidak terdapat di
digitorum minimus dan hanya terdapat sebagian di anulus digiti sehingga
kesemutan hanya bisa dirasakanoleh ibu jari, telunjuk, dan jari tengah
tangan. Rasa kesemutan yang terjadi hanya dirasakan oleh tangan kanan
disebabkan oleh pergerakan

tangan kanan yang lebih banyak dari

tangan kiri, aktivitas pada tangan kanan ini pun dilakukan secara

berulang-ulang sehingga menyebabkan stress pada jaringan di sekitar


terowongan karpal sehingga jaringan tersebut mengalami degenerasi,
dan menyebabkan saluran terowongan menjadi sempit dan terjadilah
kesemutan.
d. Apa saja faktor penyebab kesemutan?
Gangguan saraf tepi yang menimbulkan kesemutan (paresthesia) dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
1) Tertekan pada area kesemutan. Misalnya, jika daerah lengan atas
tertekan oleh sesuatu atau terlipat (tertekuk) maka akan terjadi
gangguan

aliran

darah

pada

area

di

bawahnya

sehingga

menimbulkan kesemutan di bagian bawah area yang tertekan atau


tertekuk tersebut. Mirip dengan kabel listrik yang tertekan, maka
aliran strum listrik akan terganggu. Posisi duduk dengan lengan
tertekuk pada siku dalam waktu lama dapat mengakibatkan kesemutan
di lengan bawah karena berkurangnya sirkulasi darah. Demikian pula
jika lulut tertekuk dalam waktu lama, maka daerah betis ke bawah
dapat mengalami kesemutan.
2) Gangguan metabolisme. Misalnya pada penderita Diabet dimana
dapat terjadi mikroangiopati sehingga pembuluh darah dan saraf tepi
(perifer) mengalami kekurangan makanan, akibatnya akan timbul
kesemutan
3) Infeksi. beberapa penyakit infeksi pada jaringan ikat diduga dapat
menimbulkan kesemutan karena tekanan pada serabut saraf di daerah
yang terkena infeksi.
4) Gangguan

pembuluh

darah. Pada

beberapa

penyakit

dengan

penyempitan pembuluh darah (atherosclerosis oleh berbagai sebab)


dapat menimbulkan kesemutan karena kekurangan asupan makanan
di daerah yang dialiri pembuluh darah yang terganggu tersebut.
5) Kekurangan vitamin B.12. Pada kekurangan (defisiensi) vit B.12
terjadi demyelinisasi atau gangguan (kerusakan) pada selaput
(myelin) yang membungkus saraf sehingga menimbulkan kesemutan.

e. Bagaimana cara mengobati kesemutan?


1.

Hindari posisi tubuh yang menekan syaraf dan peredaran darah.


Misalnya menonton tv sambil tiduran, atau menulis di lantai sambil
tengkurap. Bila ingin menulis sebaiknya duduklah di kursi dengan
bokong merapat ke belakang dan punggung lurus menempel pada
sandaran. Bila diperlukan, cobalah pilih kursi ergonomis

2. Namun kalau Anda termasuk seseorang yang sensitif alias gampang


kesemutan, Anda bisa mengurangi kesemutan dengan cara berolah
raga secara teratur. Olah raga mempunyai banyak manfaat untuk
melancarkan peredaran darah.
3. Perlu juga menjaga sikap tubuh yang baik, misalnya dengan
menghindari menekuk kaki atau tangan terlalu lama. Atau bila sedang
mengetik, istirahatkan jari sebentar, lenturkan jari, siku sehingga
aliran darah kembali normal
4. Bila Anda duduk, jangan terlalu sering menyilangkan kaki, ini akan
menghambat aliran darah dan bisa menyebabkan kesemutan
5. Pertahankan pola makan dengan memperhatikan cakupan gizi,
vitamin dan nutrisi seimbang. Cobalah untuk menjaga agar tidak
kekurangan vitamin B1, karena dapat mengganggu aliran atau
rangsangan pada sistem syaraf. Perbanyak makanan dari sumber
vitamin B1, yaitu unsur besi yang banyak ditemukan pada daging
merah, sayuran hijau segar, biji-bijian dan lain-lain.
6. Saat SMS gunakan jari lain selain jempol. gunakan stylus pen,
keypead atau touch screen secara bergantian.

f. Bagaimana struktur makroskopis dan mikroskopis dari bagian leher,


lengan hingga jari?
1. Anatomi

Anatomi leher normal

Anatomi tangan normal

Anatomi telap tangan dan jari normal


b. Histologi

2. Rasa kesemutan diselingi rasa nyeri ataupun rasa terbakar.


a.

Apakah hubungan kesemutan, rasa nyeri ataupun rasa terbakar?

Kesemutan, rasa nyeri, dan panas terbakar adalah sensasi dari


paresthesia. Kesemutan sebagai bagian dari gejala penyakit sebenarnya
tahap paling awal dari suatu proses kehilangan rasa. Proses itu adalah :

paraesthesia (kesemutan)

hypaesthesia (baal)

anaesthesia (hilang rasa sama sekali).

Makna pareshtesia sendiri sebenarnya lebih luas dari kesemutan. Rasa


dingin atau panas setempat, rasa dirambati sesuatu juga masuk dalam
kategori paresthesia.
b. Bagaimana mekanisme timbulnya rasa nyeri ataupun rasa terbakar?
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif aktivitasi
terdapat empat proses tersendiri: transduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu
sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Trasmisi nyeri
melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi
melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis dan jaringan
neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak.
Modulasi nyeri melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf
desendens dari otak yang dapat memengaruhi transmisi nyeri setinggi
medulla spinalis. Modulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang
menimbulkan atau meningkatkan aktivitas di reseptor nyeri aferen primer.
Akhirnya, persepsi nyeri adalah pengalaman subjektif nyeri yang
bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas transmisi nyeri oleh saraf.
3. Tangan kanannya lemah dan menyatakan kesulitan untuk melakukan beberapa
aktivitas.
a. Bagaimana fisiologi pergerakan lengan dan jari-jari pada keadaan normal?
Ulna nempunyai ujung atas yang luas yang membentuk sendi engsel
dengan ujung bawah humerus yang silindris.

Radius (pada sisi yang sama dari lengan bawah seperti ibu jari)
mempunyai ujung bawah luas tempat melekatnya tangan.
Delapan ruas tulang karpal kuboid yang tak beraturan terletak pada
pergelangan tangan. Gerakan pada pergelangan tangan adalah sebagian
oleh radius dan tulang karpal, dan sebagian lagi antara tulang-tulang
karpal, dan sebagian lagi antara tulang-tulang karpal, oleh sendi synovial.
Tulang-tulang telapak tangan adalah metacarpal.
Metacarpal jari disatukan bersama oleh ligament, tetapi metacarpal ibu
jari adalah bebas dan mobile yang memungkinkan ibu jari berotasi dan
berbaring ke belakang oposisi. Ini penting untung memegang dan
menggenggam. Sendi antara tulang metacarpal dan carpal ibu jari adalah
berbentuk sadel.
Terdapat tiga falangus pada tiap jari dan dua pada ibu jari.
Ujung bawah ulna dan ujung atas radius sempit dam membulat. Bagian ini
dapat berotasi pada sendi synovial kecil di samping tulang berdekatan.
Radius dapat berayun memutar pada ulna dan membalik telapak tangan
(pronasi).
Pronasi dibentuk oleh otot-otot yang terletak di dalam yang menyatukan
radius dan ulna yang menarik keduanya bersamaan.
Gerakan sebaliknya, gerakan yang kuat dengan obeng (supinasi), dibentuk
oleh bisep dan supinator yang melepaskan radius.
Otot-otot lengan bawah yang besar dimasuki oleh tendon seperti tali yang
kuat dalam karpal dan tulang-tulang terminal (falangus) jari-jari.
Fleksor yang kuat, untuk menggenggam, terletak dalam lapisan-lapisan sisi
telapak tangan dari lengan bawah.
Ektensor yang lebih lemah terletak pada dorsum. Seperti meluruskan jarijari dan pergelangan tangan, otot-otot ini penting utnuk menggenggam
kuat dimana pergelangan tangan pertama-tama harus diekstensi dan
difiksasi untuk mengendurkan tendon-tendon fleksor.
Gerakan pada sendi pergelangan tangan, tendon dicegah menekuk
berurutan dengan melalui terowongan carpal (carpal tunnel) yang
dibentuk oleh pita-pita fibrosa transversum yang meregang kuat, yang
terbenam pada tiap ujung tulang.

b. Bagaimana fisiologi pergerakan lengan dan jari-jari pada keadaan Linda?


Persarafan tangan terdiri atas saraf radialis, medianus, dan ulnaris. Dari
ketiga saraf ini hanya saraf medianus yang melewati terowongan carpal,
sehingga pada STK(diagnosis penyakit yang diderita pasien Linda)
menimbulkan gangguan fungsi saraf medianus dari terowongan carpal ke
distal, walaupun rasa nyerinya dapat dirasakan sampai ke arah proksimal di
leher tempat saraf medianus berasal. Selain fungsi motoris dan sensoris, saraf
medianus juga merupakan saraf simpatis, sehingga ketiga fungsi ini dapat
terganggu pada STK.
c. Otot apa saja yang mengalami gangguan pada Linda?
- M. Flexor carpi radialis
- M. Prontaor teres
- M. Pronator quadratus
- M. Flexor digitorum profundus
- M. Flexor pollicis longus
- M. Palmaris longus
- M. Flexor digitorum superficialis
- M. Opponens pollicis
- M. Abductor pollicis brevis

Otot Thenar

- M. Flexor pollicis brevis


d. Pergerakan apa saja yang terbatas pada Linda?
Kompresi nervus medianus yang paling mungkin terjadi pada fleksi
pergelangan tangan pada tepi proksimal ligamen carpal transversa tempat
ligmentum ini bergabung dengan fascia bagian dalam dari lengan bawah,
penjelasan anatomik untuk tanda Phalen. Penjelasan lain, nervus medianus
dapat tertekan pada tempat terowongan karpal paling sempit yakni pada
tingkat kait hamatum oleh baik hipertrofi sinovial maupun lesi desak-ruang.
Memakai teknik-teknik pencitraan dinamis, beberapa peneliti menunjukkan
perubahan pada posisi dari isi karpal, dan perubahan pada tekanan di dalam
terowongan. Penelitian pencitraan dari nervus medianus selama fleksi

pergelangan tangan menunjukkan bahwa pasien dengan sindrom terowongan


karpal lebih mungkin mengalami keterbatasan gerak nervus medianus pada
terowongan karpal daripada pasien normal. Saraf pada pasien normal
bergerak ke arah radial dan posterior ke suatu posisi yang terletak antara
tendon-tendon fleksor selama fleksi pergelangan tangan. Saraf pada CTS
lebih mungkin berada tetap di FR. Gerakan terbatas saraf pada kasus ini
dapat predisposisi saraf tertekan selama fleksi pergelangan tangan yang
menimbulkan gejala-gejala terowongan karpal. Penelitian dilaporkan oleh
Szabo dan Chidgey bahwa tekanan terowongan setelah gerakan fleksi /
ekstensi berulang secara bermakna lebih lama pulih kembali pada pasien
dengan CTS daripada subyek normal. Penurunan gerakan nervus medianus
selama fleksi teramati pada para pasien dengan nyeri lengan bawah yang
tidak spesifik dengan kompresi nervus medianus pada penelitian lain.
Meluncurnya nervus medianus sebagai respon terhadap tidak hanya terhadap
gerakan pergelangan tangan, tetapi juga siku, bahu dan leher telah dianalisis
pada suatu penelitian oleh Dilley dkk, dan nervus medianus ditemukan keluar
saat bahu adduksi atau siku fleksi. Pada penelitian yang sama yang bahkan
saat saraf masuk ketika bahu abduksi, siku diluruskan dan pergelangan
tangan berekstensi 60, aliran darah ke atau konduksi pada nervus medianus
tak terpengaruh. Disimpulkan bahwa nervus medianus didesain sangat baik
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pada panjang alasnya disebabkan
oleh gerakan lengan.

e. Syaraf apa saja yang terganggu yang terjadi pada Linda?


Secara umum, saraf yang terganggu pada pasien (Linda) yang mengalami
kesemutan di ibu jari, telunjuk, dan jari tengan tangan kanan adalah nervus
medianus. Nervus medianus berasal dari pertemuan cabang C5-T1 hingga
bermuara pada ibu jari, telunjuk, jari tengah, dan sebagian jari manis.

4. Ia merasa sehat dan menyangkal adanya trauma atau nyeri leher.


a. Apakah ada kemungkinan hubungan antara kesemutan dengan trauma atau
nyeri leher?

Dari gambar dan skema dapat kita ketahui bahwa nervus medianus terhubung
sampai ke bagian plexus brachialis, yaitu tepatnya pada segmenta cervicales V
dan VI, jadi, apabila terasa kesemutan pada ibu jari, telunjuk, dan jari tengah
maka lama kelamaan rasa kesemutan dan nyeri akan menyebar pada leher.
b. Mengapa Linda tidak merasakan nyeri pada leher?
Kemungkinan gejala yang dialami pasien Linda masih dalam batasan tahap
ringan, terjadi pada bagian pergelangan tangan saja. Pada dasarnya
kompresi/terjepitnya nervus medianus mengakibatkan kesemutan (paresthesis)
hanya pada ibu jari, telunjuk dan jari tengah serta bagian radial jari manis yang

merupakan satu jalur aliran nervus medianus. Saat terjadi kompresi di


terowongan carpal itulah yang menyebabkan rasa lemah, kesemutan hingga
bersensasi panas terbakar hingga sulit melakukan pergerakan pada bagian
tangan yang terinnervasi. Bila saja, kemungkinan terburuk terjadi hingga
stadium penyakit ini meningkat, pasien Linda bisa saja mengalami nyeri leher
tersebut karena nervus medianus itupun terdapat pada bagian leher.
c. Jika tidak terjadi trauma dan nyeri leher, apakah kemungkinan-kemungkinan
diagnosis lain yang dapat ditegakkan?
1. Gangguan n.Medianus ditempat yang lebih proksimal dari terowongan karpal
misalnya sindroma pronator teres, thoracic outlet syndrome, radikulopati
cervical.
2. Fenomena Raynaud yang kadang-kadang keluhannya hampir sama tetapi
hanya timbul jika stres atau suhu dingin dan terdapat perbaikan dengan
pemanasan atau kadang yang ektrim memerlukan obat yang membuka
pembuluh darah.
3. Kondisi arthritic termasuk rheumatoid atrhritis, gout dan osteoatrhitis dapat
menimbulkan keluhan nyeri yang mirip.
4. Gangguan saraf pusat ataupun saraf tepi. Dapat berupa Multipel Sklerosis
Disseminata , tapi biasanya tidak terbatas pada daerah n.Medianus saja.
5. Motor Neuron Disease pada stadium permulaan, gejala berupa atrofi otot-otot
thenar tetapi tanpa gangguan sensorik.
d. Apakah ada kemungkinan antara masa kehamilan dengan trauma atau nyeri leher?
Ada. Tapi biasanya terjadi setelah melahirkan, namun tidak menutup
kemungkinan nyeri leher berpengaruh pada saat kehamilan. Hal ini disebabkan
selama masa kehamilan wanita produksi hormonal pada wanita meningkat
terutama pada estrogen yang berpengaruh juga terhadap CTS. Akibat kesemutan
yang berkepanjangan di daerah carpal, maka akan timbul rasa nyeri apabila
tidak diatasi maka akan semakin berlanjut dan mulai dirasakan pada daerah siku
dan leher, karena persarafan dari nervus medianus itu sendiri berasal dari
daerah leher, sehingga mau tidak mau daerah tersebut akan ikut merasakan
nyeri.

e. Apakah diagnosis penyakit pada Linda?


Linda didiagnosis menderita CTS (carpal tunnel syndrome) yaitu kumpulan
gejala khas dan tanda yang mengikuti kompresi n.medianus di dalam terowongan
karpal. Gejala yang ditimbulkan:

Kekakuan, rasa terbakar, atau geli di satu atau lebih jari tangan

Kehilangan

kekuatan

menggenggam.

Kadang

berhubungan

dengan

menjatuhkan benda

Rasa sakit (pada lokasi penyebaran saraf)

Perasaan ketat atau bengkak di tangan

Perubahan suhu (misalnya tangan menjadi dingin/panas di sepanjang


waktu)

Adanya keluhan perubahan pada kondisi berkeringat, sensitif pada


perubahan suhu (terutama dingin), dan adanya perubahan warna kulit pada
tangan yang terkena dampaknya (gejala ini akibat dari penjeratan saraf
secara otonom)

f. Apakah terapi yang harus dilakukan oleh Linda?


1. Terapi langsung terhadap STK
a. Terapi konservatif.
- Istirahatkan pergelangan tangan.
- Obat anti inflamasi non steroid.
- Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai
dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 23 minggu.
- lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg
atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil,
suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi

dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah


diberi 3 kali suntikan.
- Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
- Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah
satu penyebab STK adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan
1. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan dalam dosis besar 1,5.
- Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan
tangan.
b. Terapi operatif.
Tindakan operasi pacta STK disebut neurolisis nervus medianus pada
pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak
mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau hila terjadi
gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar 8. Pada
STK bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang
paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral.
Peneliti lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan bila
terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan
indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang
persisten. Biasanya tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka
dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi
secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi
penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena
terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan
komplikasi operasi seperti cedera pada safar Beberapa penyebab STK
seperti adanya massa atau anomali maupun tenosinovitis pacta
terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka.
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK.

Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus ditanggulangi,


sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK kembali. Pada keadaan
di mana STK terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan
penyesuaian ataupun pencegahan.
V.

KETERKAITAN MASALAH

Gangguan otot,
saraf, dan
pergerakan

Kesemutan, nyeri,dan
rasa terbakar tangan ------------------ Hamil
---kanan

---------------------

Rasa

Sulit aktivitas

?
VI.

LEARNING ISSUES

Pokok

What

Bahasan

know

Hamil

Definisi

I What I dont know

What I have to How I will


prove

learn

Keluhan-keluhan

Aktivitas

pada saat hamil

yang meningkat
di dalam tubuh

Penyebab

saat

keluhan-keluhan
yang

ada

apa - Journal

saat

- Text book

wanita - Pakar

hamil dan apa


dampaknya

- Internet

hamil

bagi

bagian

tubuh lainnya

Kesemutan,
nyeri

Definisi

dan

kesemutan

rasa terbakar
pada tangan
sebelah

Keadaan

Mekanisme
di

Penyebab

dari

kesemutan

kanan

daerah
khususnya

di
tangan,
pada

ibu jari, telunjuk


dan jari tengah

VII.

dan

histology pada

dalam tubuh

anatomis
daerah
ekstremitas

atas baik dalam


keadaan
normal
maupun
patofisiologi

SINTESIS
KERANGKA KONSEP
Hamil

Komperesi N.
Medianus

Peningkatan
Hormon
Pengingkatan
Cairan Sinovial

Gangguan
Histologi
Demielinisa
Gangguan
Anatomi
Gangguan
Sensoris

Gangguan
Motoris

Kelemaha
n otot
Kesemuta

Nyeri

Panas
Atrofi otot
Diagnosis:
CTS

1. Anatomis

Terowongan Karpal terletak di pergelangan tangan. Kerangkanya dibentuk


oleh 8 buah tulang karpal yang tersusun atas dua deret. Deretan proksimal terdiri dari
(lateral ke medial) tulang Navikulare, Lunatum, Trikwetrum dan Pisiformis. Deretan
distal terdiri dari (lateral ke medial) tulang Trapesium (Multangulum mayus),
Trapezoidum (Mulatangulum minus), Kapitatum dan Hamatum. Di bagian proksimal
tulang-tulang karpal ini bersendi dengan bagian distal tulang radius dan tulang ulna,
sedangkan distal dari deretan distal bersendi dengan tulang tulang meta karpal.
Deretan

proksimal dengan distal berhubungan melalui sendi - sendi midkarpal.

Tulang tulang karpal ini melengkung dengan bagian konkaf menghadap ke arah
volar. Persendian yang banyak ini menyebabkan bermacam-macam pergerakan
pergelangan, terutama sendi radiokarpal dan sendi midkarpal. Disamping itu, ligamen
yang menghubungkan masing-masing sendi juga banyak mempengaruhi posisi tulangtulang tersebut.
Pada permukaan volar pergelangan tangan terdapat penebalan fasi yang
disebut fleksor retinakulum dan terdiri dari 2 lapisan fasia yaitu ligamen karpi
palmaris (volaris) dan ligamen karpi transversum. Ligamen karpi palmaris (volaris)
berjalan melintang dari prosesus stiloideus tulang ulnaris ke prosesus stiloeideus
tulang radius.
Ligamen karpi transversum menutupi lengkungan tulang-tulang karpal pada
permukaan palmar sehingga membentuk Terowongan Karpal. Pada sisi ulnar ligamen
ini melekat pada tulang pisiformis dan pengait tulang hamatum, sedangkan di sisi
radial melekat pada tuberositas tulang naviculare dan trapesium.
Pada orang dewasa ukuran terowongan ini dapat dilalui satu jari. Luas
penampang tersempit lebih kurang 2,5 cm dan panjangnya lebih kurang 916 mm.

Dalam terowongan ini terdapat 10 struktur yaitu n.Medianus, fleksor polisis longus
untuk ibu jari dan 8 tendo fleksor digitorum masing-masing dua setiap jari. Pada
potongan melintang pergelangan tangan melalui terowongan karpal, terlihat
n.Medianus terletak langsung di bawah ligamen karpi transversum dan di puncak
semua tendo-tendo fleksor. N.Medianus terbentuk dari fasikulus lateralis asal radiks
C5, C6, C7 dan fasikulus medialis asal radiks C8 dan Th1. Setelah memberi cabang
pada otot-otot lengan bawah untuk berbagai gerakan lengan jari-jari tangan, di bawah
ligamen karpi tranversum n.Medianus bercabang dua, yang lateral (motorik)
mempersarafi abduktor polisis brevis, fleksor polisis brevis, oponen dan otot
lumbrikalis ke satu dan ke dua, sedangkan cabang sensorik mempersarafi bagian volar
jari-jari 1, 2, 3 dan setengah lateral jari ke 4 serta di bagian dorsal hanya bagian distal
ujung-ujung jari tersebut. Kulit telapak tangan bagian tengah agak ke radial
dipersarafi cabang kutaneus palmaris yang berasal dari n.Medianus juga, tapi
dipercabangkan sebelum memasuki terowongan karpal, sehingga pada sindroma
terowongan karpal, daerah ini tidak mengalami gangguan.
Selain dari yang telah disebutkan diatas, kadang kadang terdapat variasi
anatomis, misalnya variasi letak cabang n.Medianus, anomali persarafan otot-otot
intrinsik tangan (Martin-Gruber anastomosis) sehingga otot-otot mendapat persarafan
kembar. Disamping itu ada lagi variasi anatomis berupa otot-otot aberant atau arteri
Medianus yang persisten. Variasi-variasi anatomis ini perlu diingat, sebab dapat
mempengaruhi penilaian pada pemeriksaan Sindroma Terowongan Karpal.

Anatomi karpal pada CTS: Transverse carpal ligament menekan saraf medianus.

Anatomi pada tangan CTS: Saraf medianus juga melintasi articulatio cubiti (articulatio
humeroulnaris, articulatio humeroradialis, dan articulatio radioulnaris). Pada arteri brachialis
juga termasuk cabang dari saraf medianus, sehingga pada tangan bagian lengan atas juga
dapat terganggu.

Anatomi leher pada CTS: saraf medianus memiliki banyak cabang salah satunya adalah
plexus brachialis. Jika CTS sudah semakin parah, maka juga dapat mengganggu bagian leher.

2. Histologis
Secara histologi n.Medianus terdiri dari juluran protoplasma neuron yang
disebut akson. Akson ini diselubungi oleh sel Schwan, dan diantara 2 sel Schwan
terdapat celah yang disebut nodus Ranvier. Serabut saraf yang berdiameter kecil
merupakan akson tidak bermielin, beberapa akson diselubungi satu sel Schawn.
Serabut saraf ini memiliki kecepatan hantar saraf rendah; untuk menyampaikan
impuls suhu dan nyeri. Serabut saraf yang berdiameter besar diselubungi serangkaian

sel Schawn. Serabut saraf ini memiliki kecepatan hantar saraf tinggi yang berguna
untuk menyampaikan impuls motorik dan propioseptif.
Masing masing serabut saraf ini dibungkus oleh lapisan endoneurium yang
merupakan jaringan

ikat longgar. Beberapa kelompok saraf dalam endoneurium

bergabung lagi dalam fasikulus yang dilapisi jaringan ikat padat perineurium.
Jaringan ikat ini terdiri dai anyaman kolagen dan serabut elastik yang berfungsi
melindungi saraf dari peregangan dan menghambat difusi, berperan juga sebagai
sawar darah saraf (blood nerve barier) sehingga dapat mempertahankan tekanan intra
fasikuler. Pada lapisan terluar terdapat jaringan ikat longgar epineurium yang
berperan mengatasi tekanan pada saraf.
N.Medianus di daerah pergelangan tangan mendapat darah dari cabang arteri
nutrien sisi ulnar, proksimal ligamen karpitransversum, dan cabang arteri arkus
palmaris superfisialis distal ligamen karpitransversum.
Menurut Blunt, tepat dalam terowongan karpal, n.Medianus terletak di daerah
yang relatif avaskuler, sehingga di tempat ini n.Medianus peka terhadap gangguan.
Persarafan tangan diurus oleh n.Radialis, n.Medianus dan n.Ulnaris. Dari
ketiga saraf ini hanya n.Medianus yang melewati terowongan Karpal, sehingga pada
Sindroma Terowongan Karpal menimbulkan gangguan fungsi n.Medianus dari
terowongan karpal ke distal, walaupun rasa nyeri kadang-kadang dapat dirasakan sampai
ke arah proksimal di leher tempat n.Medianus berasal. Selain fungsi motoris dan sensoris,
n.Medianus juga merupakan saraf simpatis, sehingga ketiga fungsi ini dapat terganggu
pada Sindroma Terowongan Karpal.
Normal

: Jaringan ikat normal

CTS

: Jaringan ikat membengkak sehingga terjadinya kompresi pada saraf


medianus.

ketebalan merata fibril kolagen

Demielinisasi: Timbul bercak-bercak pada jaringan


saraf

3. Fisiologi Pergerakan pada Tangan


Ulna nempunyai ujung atas yang luas yang membentuk sendi
engsel dengan ujung bawah humerus yang silindris.
Radius (pada sisi yang sama dari lengan bawah seperti ibu jari)
mempunyai ujung bawah luas tempat melekatnya tangan.
Delapan ruas tulang karpal kuboid yang tak beraturan terletak pada
pergelangan tangan. Gerakan pada pergelangan tangan adalah sebagian
oleh radius dan tulang karpal, dan sebagian lagi antara tulang-tulang
karpal, dan sebagian lagi antara tulang-tulang karpal, oleh sendi synovial.
Tulang-tulang telapak tangan adalah metacarpal. Metacarpal jari
disatukan bersama oleh ligament, tetapi metacarpal ibu jari adalah bebas
dan mobile yang memungkinkan ibu jari berotasi dan berbaring ke

belakang oposisi. Ini penting untung memegang dan menggenggam.


Sendi antara tulang metacarpal dan carpal ibu jari adalah berbentuk
sadel.
Terdapat tiga falangus pada tiap jari dan dua pada ibu jari. Ujung
bawah ulna dan ujung atas radius sempit dam membulat. Bagian ini dapat
berotasi pada sendi synovial kecil di samping tulang berdekatan. Radius
dapat berayun memutar pada ulna dan membalik telapak tangan
(pronasi). Pronasi dibentuk oleh otot-otot yang terletak di dalam yang
menyatukan radius dan ulna yang menarik keduanya bersamaan.
Gerakan sebaliknya, gerakan yang kuat dengan obeng (supinasi),
dibentuk oleh bisep dan supinator yang melepaskan radius.
Otot-otot lengan bawah yang besar dimasuki oleh tendon seperti
tali yang kuat dalam karpal dan tulang-tulang terminal (falangus) jari-jari.
Fleksor yang kuat, untuk menggenggam, terletak dalam lapisanlapisan sisi telapak tangan dari lengan bawah. Ektensor yang lebih lemah
terletak pada dorsum. Seperti meluruskan jari-jari dan pergelangan
tangan, otot-otot ini penting utnuk menggenggam kuat dimana
pergelangan tangan pertama-tama harus diekstensi dan difiksasi untuk
mengendurkan tendon-tendon fleksor.
Gerakan pada sendi pergelangan tangan, tendon dicegah menekuk
berurutan dengan melalui terowongan carpal (carpal tunnel) yang
dibentuk oleh pita-pita fibrosa transversum yang meregang kuat, yang
terbenam pada tiap ujung tulang.
Dua puluh otot kecil berada antara metacarpal dan pada telapak
tangan, termasuk bulatan ibu jari. Otot-otot ini memisahkan dan
menyatukan jari-jari., dan merotasi ibu jari. Otot-otot kecil, tetapi
mengubah kerja otot-otot lengan bawah dan penting untuk gerakan
tangan yang halus. Beberpaa otot panjang lengan bawah berinsersi ke
dalam dasar tulang jari telunjuk dan metacarpal dan menggerakkan serta
menguatkan pergeangan tangan.

4. Patofisiologi
Ada beberapa teori yang diajukan, umumnya para ahli berpendapat bahwa faktor
mekanik dan vaskuler sangat berperan dalam terjadinya Sindroma Terowongan Karpal ini.
Sebagian besar Sindroma Terowongan Karpal terjadi perlahan-lahan (kronis). Pada
jaringan pelindung tendon yaitu tenosynovium membengkak, dicurigai karena cairan

synovial yang berfungsi melindungi dan melumasi tendon tertimbun, terjadi juga penebalan
fleksor retinakulum. Kedua keadaan ini akan menekan n.Medianus. Tekanan yang berulangulang dan lama pada n.Medianus akan menyebabkan tekanan intrafasikuler meninggi.
Keadaan ini menyebabkan perlambatan aliran vena. Kongesti ini lama-lama akan
mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan merusak endotel,
menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini dapat
menerangkan keluhan yang sering pada Sindroma Terowongan Karpal yaitu berupa rasa nyeri
dan sembab terutama malam atau pagi hari, yang akan berkurang setelah tangan yang
bersangkutan digerak-gerakan atau diurut, mungkin karena perbaikan dari gangguan vaskuler
ini.
Bila keadaan berlanjut terjadi fibrosis epineural dan merusak serabut saraf.
Selanjutnya saraf menjadi atrofi dan diganti jaringan ikat sehingga fungsi n.Medianus akan
terganggu.
Pada Sindroma Terowongan Karpal yang akut, biasa terjadi kompresi yang melebihi
tekanan perfusi kapiler, sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi saraf. Saraf menjadi
iskemik, terjadi peninggian tekanan fasikuler yang juga akan memperberat keadaan iskemik
ini.
Selanjutnya terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan edema yang
menimbulkan terganggunya sawar darah saraf dan selanjutnya merusak saraf tersebut.
Pengaruh mekanik/tekanan langsung pada saraf tepi dapat pula menimbulkan invaginasi
nodus Ranvier dan demieliminasi setempat sehingga konduksi saraf terganggu. Selainnya dari
faktor mekanik dan vaskuler ini mungkin ada keadaan lain yang membuat n.Medianus
menderita dalam terowongan karpal.
Terdapat juga beberapa kondisi medis yang mempunyai hubungan dengan kejadian
Sindroma Terowongan Karpal seperti:

Diabetes, dicurigai karena keadaan ini menyebabkan hipoperfusi dan


hipoksia jaringan sehingga mempercepat progresifitas pembengkakan dan
pembentukan jaringan ikat.

Penyakit paru obstruktif kronik, asma, emfisema dan bronchitis kronik


diduga karena terdapat penurunan suplai oksigen.

Penyakit autoimun atau keadaan sistem imun yang abnormal seperti pada
SLE, rheumatoid atrhritis dan hipotiroid juga menimbulkan inflamasi di
terowongan karpal.

Gangguan pada otot, jaringan ikat dan tulang seperti arthritis, gout,
amyloidosis, akromegali juga meningkatkan resiko Sindroma Terowongan
Karpal.

Trauma dan riwayat operasi pada tangan walaupun sudah lama juga berperan.
Struktur yang abnormal, baik pada tangan, pergelangan atau lengan.
Gangguan fungsi ginjal yang memerlukan hemodialisis sering menimbulkan
penimbunan protein pada terowongan karpal yang disebut 2 mikroglobulin.
Setiap keadaan yang menyebabkan kompresi pada n.Medianus di terowongan karpal
dapat menjadi etiologi Sindroma Terowongan Karpal ini, antara lain:
1. Keadaan yang mengurangi luas terowongan karpal misalnya kelainan anatomis
bawaan, patah tulang atau kalus setelah patah tulang, akromegali osteofit, eksostosis
tulang, perkapuran dll yang dapat mempengaruhi struktur pergelangan tangan.
Tersering terjadi penebalan fleksor retinakulum misalnya karena proses radang seperti
pada arthritis rematoid.
2. Keadaan yang menyebabkan isi terowongan berlebihan. Misalnya terdapat otot
aberant dalam terowongan, atau terjadi trombosis pada arteri Medianus yang
persistent. Proses yang tersering menyebabkan isi terowongan berlebihan ialah
radang seperti tenosinovitis non spesifik yang dapat menyebabkan penebalan dan
fibrosis sinovium. Tuberkulosis, histoplasmosis, tophi gout, neoplasma / neurinoma
atau ganglion juga pernah dilaporkan.
3. Penyakit sistemik lainnya misalnya kegemukan, kehamilan, menopause, miksedema,
gagal jantung ataupun gangguan keseimbangan hormon yang mengakibatkan
penimbunan lemak atau cairan yang juga menimbulkan sembab dalam terowongan.
4. Ellis dkk mengatakan defisiensi vitamin B6 (Pyridoxin) memegang peranan sebagai
penyebab Sindroma Terowongan Karpal. Tetapi penulis lain banyak yang tidak setuju
pada pendapat ini.
5. Pada Sindroma Terowongan Karpal akut, biasanya disebabkan oleh trauma
(fraktur/dislokasi) pergelangan tangan. Dapat juga karena infeksi pergelangan atau
lengan bawah. Perdarahan spontan, trombosis dll. Seluruhnya dapat mengakibatkan
peninggian tekanan dalam terowongan karpal dan menekan n.Medianus.
6. Selain itu mungkin ada faktor lain yang belum terungkap yang menjadi etiologi
Sindroma Terowongan Karpal ini, sehingga sering kita sebut Sindroma Terowongan
Karpal idiopatik.

5. CTS
Sindroma Terowongan Karpal (STK) merupakan neuropati tekanan atau
cerutan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan
tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum (cit.Samuel 1979, Dejong 1979,
Mumenthaler 1984) .Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia,
median thenar neuritis atau partial thenar atrophy STK pertama kali dikenali sebagai
suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius
bagian distal (1854) .STK spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan
C.Foix pada taboo 1913. Istilah STK diperkenalkan oleh Moersch pada tabun 1938.
Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana
tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh
beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan
sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor
retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan
melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang
mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling
rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.
Ada beberapa hipotesa mengenai patogenese dari STK. Sebagian besar penulis
berpendapat bahwa faktor mekanik clan vaskular memegang peranan penting dalam
terjadinya STK. Umumnya STK terjadi secara kronis di mana terjadi penebalan
fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan
yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafsikuler.
Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan
mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak
endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga
terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan
sembab yang timbul terutama pada malam/pagi hari akan berkurang.
Setelah tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut (mungkin akibat
terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut
akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan safar
menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus
medianus terganggu secara menyeluruh.

Pada STK akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi
kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan
iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan
berlanjutnya

gangguan

aliran

darah.

Selanjutnya

terjadi

vasodilatasi

yang

menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu. Akibatnya terjadi


kerusakan pada saraf tersebut.
Tekanan langsung pada safar perifer dapat pula menimbulkan invaginasi
Nodus Ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi saraf terganggu
ETIOLOGI
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga
dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin
padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus
medianus sehingga timbullah STK.
Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama pada penderita
lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada
pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada
pergelangan tangan termasuk STK.
Pada kasus yang lain etiologinya adalah:
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya
HMSN ( hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan dan
tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan tangan.
Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang
berulang-ulang.
3. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
4. Metabolik: amiloidosis, gout.
5. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus, hipotiroidi,
kehamilan.
6. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
7. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika, skleroderma,
lupus eritematosus sistemik.
8. Degeneratif: osteoartritis.

9. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,


hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
GEJALA
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja .Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat 5,12,13. Gejala awal biasanya berupa
parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling)
pada jari 1,2,3 dan setengah sisi radial jari 4 walaupun kadang-kadang dirasakan
mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari.
Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari
sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya
agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau
dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan
berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila penyakit
berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin
sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai ke
lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal
pergelangan tangan.
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan dan
pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita
mulai mempergunakan tangannya. Hipesetesia dapat dijumpai pada daerah yang
impuls sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus.
Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang
trampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada
tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang
dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol atau menggenggam. Pada
penderita STK pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot
lainnya yang diinnervasi oleh nervus melanus .
DIAGNOSA
Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh
beberapa pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan fisik

Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus


pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes
provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa STK adalah 1,8 :
a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerakgerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai
pada penyakit Raynaud.
b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otototot thenar.
c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan
abduksi maksimal palmar lalu ujung jari 1 dipertemukan dengan ujung jari
lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.
Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan
yang rumit seperti menulis atau menyulam.
d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya

dilakukan

serentak

pada

kedua

tangan

sehingga

dapat

dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes
ini menyokong diagnosa STK.
e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan
diagnosa STK.
f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila
dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
h. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala
seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

i. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung
diagnosa.
j. Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik
(two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus
medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.
k. Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat,
kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus
medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK.
2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang
positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada
beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa
normal pada 31 % kasus STK.
b. Kecepatan Hantar Saraf(KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada
yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency)
memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di
pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.
3. Pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat
membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos
leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT
scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.
4. Pemeriksaan laboratorium. Bila etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita
usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.
DIAGNOSA BANDING
1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher diistirahatkan dan
bertambah hila leher bergerak. Oistribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.
2. lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot
thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.

3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan
daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui
terowongan karpal.
4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus
dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya
adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS
normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu
jari, positif bila nyeri bertambah.

TERAPI
Selain ditujukan langsung terhadap STK, terapi juga harus diberikan terhadap
keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya STK. Oleh karena itu sebaiknya
terapi STK dibagi atas 2 kelompok, yaitu :
1. Terapi langsung terhadap STK.
a. Terapi konservatif.
1. Istirahatkan pergelangan tangan.
2. Obat anti inflamasi non steroid.
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3
minggu.
4. lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg
atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil,
suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan
operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan
setelah diberi 3 kali suntikan.
5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
6. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah
satu penyebab STK adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3
bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati
bila diberikan dalam dosis besar.
7. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan
tangan.
b. Terapi operatif.
Tindakan operasi pacta STK disebut neurolisis nervus medianus pada
pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak
mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau hila terjadi gangguan
sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada STK bilateral

biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun
dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain 16 menyatakan bahwa
tindakan operasi mutlak dilakukan hila terapi konservatif gagal atau bila ada
atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah
hilangnya sensibilitas yang persisten.
Biasanya tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka dengan
anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara
endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara
dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan
operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti
cedera pada safar. Beberapa penyebab STK seperti adanya massa atau anomali
maupun tenosinovitis pacta terowongan karpal lebih baik dioperasi secara
terbuka.
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK.
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus ditanggulangi,
sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK kembali. Pada keadaan di
mana STK terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian
ataupun pencegahan.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya STK atau
mencegah kekambuhannya antara lain 3:
Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral
Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan
dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari
dan telunjuk.
Batasi gerakan tangan yang repetitif.
Istirahatkan tangan secara periodik.
Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu untuk
beristirahat.
Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara teratur.
Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering
mendasari terjadinya STK seperti: trauma akut maupun kronik pada pergelangan
tangan

dan

daerah

sekitarnya,

gagal

ginjal,

penderita

yang

sering

dihemodialisa,myxedema akibat hipotiroidi, akromegali akibat tumor hipofise,


kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis,
tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat
menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal.
PROGNOSA
Pada kasus STK ringan, dengan terapi konservatif pacta umumnya prognosa
baik. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya
melakukan pada penderita yang sudah lama menderita STK penyembuhan post
ratifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri
yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot- otot
yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan STK
setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan.
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka
dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini:
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus
medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi STK yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema,
perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas
yang persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat
adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia,
disestesia dan ganggaun trofik. Sekalipun prognosa STK dengan terapi konservatif
maupun operatif cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada.
Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi
kembali.

VIII. Kesimpulan

IX.

Daftar Pustaka

Adams. 2006. Anatomi Fisiologi. Cambridge Communication Limited. Eds. 2. Jakarta: EGC.

Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes Neurologi. Ed : ke-8. Jakarta: Penerbit Erlangga.
http://catalog.nucleusinc.com/imagescooked/38025W.jpg
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-nananurqot-5202-3-bab2.pdf
http://www.klikdokter.com/tanyadokter/read/2010/04/30/8932/kesemutan--carpal-tunnelsyndromehttp://medchrome.com/wp-content/uploads/2010/05/brachialplexus.gif&imgrefurl=http://medchrome.com/basic-science/anatomy/brachialplexus-and-itsinjury/&usg=__comtVtq0RPcKcrSJwYUCnOMhpSE=&h=462&w=600&sz=19&hl
=id&start=5&zoom=1&tbnid=O9UhKIW8xMVahM:&tbnh=104&tbnw=135&ei=E
TXXTpC3LMidmQXLk6ztCw&prev=/search%3Fq%3DPlexus%2BBrachialis
%26um%3D1%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26sa%3DX%26rls
%3Dorg.mozilla:en-US:official%26tbm%3Disch&um=1&itbs=1
http://neurology.multiply.com/journal/item/33
http://www.drdidispog.com/2011/01/tangan-kesemutan-pada-wanita-hamil
Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Ngoerah, I Gusti. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Airlangga University
Press.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Prose-Prose Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta:
EGC.
Putz, Reinhard. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Ed. 22. Jakarta: EGC.
Snell, Richard. S. 2006. Anatomi Klinik. Ed. 6. Jakarta: EGC.

You might also like