You are on page 1of 70

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah

metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media
pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus
diperhatikan dalam memili media pembelajaran, antara lain tujuan pembelajaran, jenis
tugas dan respons yang diharapkan siswa

jyasau setekag oenbekaharab

berkabgsybgm dab jibtejs oenbekaharab ternasuk karakteristik siswa. Meskipun


demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah
sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan
belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan minat dan keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran
akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan
isi pelajaran pada saat itu.
Tak bisa dipungkiri, dewasa ini media telah menjadi bagian dari kehidupan
kita. Di negara maju, media telah mempengaruhi hampir sepanjang waktu hidup
seseorang. Bahkan seorang insinyur ternama Amerika Serikat, B. Fuller mengatakan
bahwa media telah menjadi "orang tua ketiga" bagi anak (guru adalah orang tua
kedua). Meskipun perkembangannya di Indonesia belum mencapai taraf seperti itu,

namun kecenderungan ke arah itu sudah mulai tampak. Dalam dunia pendidikan dan
pembelajaran, peranan media juga tidak bisa diabaikan.
Sebagai salah satu komponen pembelajaran, media tidak bisa luput dari
pembahasan sistem pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media seharusnya
merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Namun kenyataanya bagian inilah yang masih sering terabaikan dengan
berbagai alasan. Alasan yang sering muncul antara lain: terbatasnya waktu untuk
membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya,
dll. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru telah membekali diri dengan
pengetahuan dan keterampilan dalam hal media pembelajaran. Sesungguhnya betapa
banyak jenis media yang bisa dipilih, dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan
kondisi waktu, biaya maupun tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Setiap jenis
media memiliki karakteristik tertentu yang perlu kita pahami, sehingga kita dapat
memilih media yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan.

B.

Deskripsi Singkat
Modul ini merupakan panduan bagi peserta diklat untuk membantu

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang media pembelajaran, sehingga


tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan demikian peserta diklat dapat
mengimplementasikannya di sekolahnya masing-masing yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi yang ada di sekolahnya. Modul yang sedang Anda baca ini
merupakan salah satu bahan ajar pada Diklat guru-guru mata pelajaran di madarasah,
baik Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs.), maupun Madrasah
Aliyah (MA). Topik yang dibahas dalam modul ini adalah tentang Media
Pembelajaran. Sebagai seorang guru, Anda memang perlu mempelajari modul ini,

karena pemahaman Anda tentang media pembelajaran akan sangat membantu tugas
Anda sehari-hari sebagai pengajar. Modul ini juga akan dilengkapi dengan
rangkuman, latihan dan tes formatif untuk mengukur sejauh mana pemahaman peserta
diklat tentang isi bahan ajar ini.

C. Relevansi/Manfaat
Materi di dalam bahan ajar ini dapat bermanfaat bagi peserta diklat untuk
menambah wawasan, pemahaman, dan pengetahuan tentang Media Pembelajaran.
Selain itu peserta diklat dapat meningkatkan keterampilannya dalam memilih jenis
media yang tepat untuk topik dan tujuan pembelajaran tertentu serta memanfaatkan
beberapa program media dalam pembelajaran secara. benar.

D. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diklat diharapkan mampu
memahami bahwa media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam
keberhasilan proses pembelajaran.

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah selesai pembelajaran, peserta diharapkan mampu :
- Mendeskripsikan kaitan antara belajar, sumber belajar dan media belajar.
- Menjelaskan pengertian media pembelajaran dan perkembangannya.
- Menjelaskan manfaat media pembelajaran
- Mengklasifikasikan jenis-jenis media beserta contoh masing-masing.
- Menjelaskan karakteristik beberapa jenis media

- Memilih jenis media yang tepat untuk topik dan tujuan pembelajaran tertentu.
- Memanfaatkan beberapa program media dalam pembelajaran secara. benar.

E. Petunjuk Pembelajaran Modul


Modul ini diperuntukkan bagi peserta diklat pada khususnya dan pemerhati
pendidikan pada umumnya. Adapun petunjuk pembelajaran bahan ajar ini adalah
peserta diklat dapat membacanya terlebih dahulu sebelum mata diklat Media
Pembelajaran. Hal tersebut dimungkinkan agar peserta diklat memiliki pandangan
awal mengenai apa sesungguhnya yang akan ditampilkan dalam mata diklat ini.
Sehingga pada saat diklat berlangsung dapat tercipta suatu diskusi yang lebih menarik
dalam pengkajian materi ini. Sebelum mempelajari materi diklat ini, peserta harus
memahami konsep belajar sebagai prasyarat pengetahuan sehingga alur berpikirnya
dapat lebih terarah serta memudahkan peserta untuk memahami isi materi ini.
Modul ini terdiri dari enam bagian.
BAB I, Pendahuluan
BAB II. Belajar, sumber belajar dan media belajar.
BAB III. Manfaat media pembelajaran.
BAB IV. Jenis-jenis media dan karakteristiknya.
BABIV. Pemilihan dan pemanfaatan media.
Bab VI. Penutup
Bab I terdiri atas latar belakang, deskripsi singkat, relevansi/manfaat, tujuan
pembelajaran serta petunjuk pembelajaran bahan ajar. Bab II sampai bab V
merupakan materi pokok bahan ajar dimana di dalam setiap babnya terdapat uraian
materi, rangkuman, latihan dan tes formatif yang dapat peserta gunakan untuk
menguji kemampuan. Bila peserta belum mampu menjawab sebagian besar dari soal

yang ditampilkan dalam latihan maupun tes formatif maka peserta dapat mengulangi
lagi dalam mempelajarinya agar setiap kompetensi yang diharapkan dalam setiap
babnya dapat peserta penuhi. Pada Bab VI terdapat kesimpulan, serta kunci jawaban
latihan dan tes formatif dari setiap bab.

BAB II
BELAJAR, SUMBER BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Kompetensi: Menjelaskan kaitan antara belajar dengan sumber belajar


Menjelaskan hubungan antara media dengan sumberbelajar
Menjelaskan pengertian media pembelajaran
Menguraikan perkembangan konsepsi media pembelajaran

A. Hakekat Belajar dan Sumber Belajar


Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan kita sehari- hari. Di
masyarakat, kita sering menjumpai penggunaan istilah belajar seperti: belajar
membaca, belajar bernyanyi, belajar berbicara, belajar matematika. Masih banyak lagi
penggunaan istilah, bahkan termasuk kegiatan belajar yang sifatnya lebih umum dan
tak mudah diamati, seperti: belajar hidup mandiri, belajar menghargai waktu, belajar
berumah-tangga, belajar bermasyarakat, belajar mengendalikan diri, dan sejenisnya.
Kalangan awam pun mengetahui makna berbagai istilah belajar tersebut.
Sebagai seorang guru, Anda tidak cukup hanya memahami makna belajar
sebagaimana masyarakat awam. Mengapa? Karena memang tugas utama Anda
sebagai guru adalah membuat orang belajar. Jadi, apa sebenarnya belajar itu ?
Belajar, merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal
batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha yang dilakukan
seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya.
Dengan demikian, hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang
relatif permanen pada diri orang yang belajar. Tentu saja, perubahan yang diharapkan
adalah perubahan ke arah yang positip.

Jadi, sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar adalah
terjadinya perubahan perilaku pada diri orang tersebut. Perubahan perilaku tersebut,
misalnya, dapat berupa: dari tidak tahu sama sekali menjadi samar-samar, dari kurang
mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi terampil, dari anak pembangkang
menjadi penurut, dari pembohong menjadi jujur, dari kurang taqwa menjadi lebih
taqwa, dll. Jadi, perubahan sebagai hasil kegiatan belajar dapat berupa aspek kognitif,
psikomotor maupun afektif.
Kegiatan belajar, sering dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Begitu eratnya
kaitan itu, sehingga keduanya sulit dipisahkan. Dalam percapakan sehari-hari kita
secara spontan sering mengucapkan istilah kegiatan "belajar-mengajar menjadi satu
kesatuan. Bahwa kedua kegiatan tersebut berkaitan erat adalah benar. Namun,
benarkah bahwa agar terjadi kegiatan belajar harus selalu ada orang yang mengajar?
Benar pulakah bahwa setiap kegiatan mengajar pasti selalu menghasilkan kegiatan
belajar ? Jawabannya : belum tentu. Artinya, dalam setiap kegiatan belajar tidak harus
selalu ada orang yang mengajar. Kegiatan belajar bisa saja terjadi walaupun tidak ada
kegiatan mengajar. Begitu pula sebaliknya, kegiatan mengajar tidak selalu dapat
menghasilkan kegiatan belajar.
Ketika Anda menjelaskan pelajaran di depan kelas misalnya, memang terjadi
kegiatan mengajar. Tetapi, dalam kegiatan itu tak ada jaminan telah terjadi kegiatan
belajar pada setiap siswa yang Anda ajar. Kegiatan mengajar dikatakan berhasil hanya
apabila dapat mengakibatkan/menghasilkan kegiatan belajar pada diri siswa. Jadi,
sebenarnya hakekat guru mengajar adalah usaha guru untuk membuat siswa belajar.
Dengan kata lain, mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi
kegiatan belajar.

Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar


para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan
kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika si
belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat
"mewakili" belajar untuk siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah
belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang
mengajar.
Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan
materi pelajaran. Meskipun menyajikan materi pelajaran memang merupakan bagian
dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara lain
yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya
dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif
dengan berbagai sumber belajar yang ada. Guru hanya merupakan salah satu (bukan
satu-satunya) sumber belajar bagi siswa. Selain guru, masih banyak lagi
sumber-sumber belajar yang lain. Lalu, apa sebenamya sumber belajar itu?
Pada hakekatnya, alam semesta ini merupakan sumber belajar bagi manusia
sepanjang massa. Jika Anda sependapat dengan asumsi ini, maka pengertian sumber
belajar merupakan konsep yang sangat luas meliputi segala yang ada di jagad raya ini.
Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar
adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan
untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meliputi
pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan/latar.
Pesan, adalah ajaran atau informasi yang akan disampaikan oleh komponen
belajar lain yang dapat berupa ide, fakta, ajaran, nilai dan data. Dalam sistem

persekolahan, maka pesan ini berupa seluruh mata pelajaran yang disampaikan kepada
siswa.
Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah
dan penyaji pesan. Contohnya: guru, dosen, pustakawan, petugas laboratorium,
instruktur, widyaiswara, pelatih olah raga, tenaga ahli dan masih banyak lagi, bahkan
termasuk siswa itu sendiri.
Bahan merupakan perangkat lunak (software) yang mengandung pesan-pesan
belajar, yang biasanya disajikan menggunakan peralatan tertentu. Contonya: buku
teks, modul, transparansi (OHT), kaset program audio, kaset program video, program
slide, film.
Alat, adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk menyajikan
pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya: OHP, Tape recorder, Video player,
proyektor slide, proyektor film, komputer.
Teknik, yaitu prosedur atau langkah-langkah-tertentu yang disiapkan dalam
menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan pesan.
MisaInya: demonstrasi, diskusi, praktikum, pembelajaran mandiri, sistem pendidikan
terbuka/jarak jauh, tutorial tatap muka, dll.
Sedangkan latar/ lingkungan adalah situasi di sekitar terjadinya proses belajar
mengajar dimana pembelajar menerima pesan. Lingkungan dibedakan menjadi dua
macam, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non-fisik. Contoh lingkungan fisik:
gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, aula, pasar, kebun, bengkel, pabrik, dll.
Contoh lingkungan non-fisik : tata ruang belajar, ventilasi udara,

cuaca,

kebisingan/ketenangan lingkungan belajar, dll. Ditinjau dari tipe atau asal usulnya,
sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua :

1). Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yaitu sumber
belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Sumber belajar
semacam ini sering disebut bahan pembelajaran. Contohnya adalah: buku pelajaran,
modul, program audio, program slide suara, transparansi (OHT)
2). Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources
by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk
keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran. Contohnya: pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama,
olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film, sawah, terminal, surat kabar,
siaran televisi, dan masih banyak lagi yang lain.
Jadi, begitu banyaknya sumber belajar yang ada di seputar kita yang semua itu
dapat kita manfaatkan untuk keperluan belajar. Sekali lagi, guru hanya merupakan
salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang ada. Bahkan guru hanya salah satu
sumber belajar yang berupa orang, selain petugas perpustakaan, petugas laboratorium,
tokoh-tokoh masyarakat, tenaga ahli/terampil, tokoh agama, dll.
Oleh karena setiap anak merupakan individu yang unik (berbeda satu sama
lain), maka sedapat mungkin guru memberikan perlakuan yang sesuai dengan
karakteristik masing-masing siswa. Dengan begitu maka diharapkan kegiatan
mengajar benar-benar membuahkan kegiatan belajar pada diri setiap siswa. Hal ini
dapat dilakukan kalau guru berusaha menggunakan berbagai sumber belajar secara
bervariasi dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk
berinteraksi dengan sumber-sumber belajar yang ada.
Hal yang perlu perhatian adalah, agar bisa terjadi kegiatan belajar pada siswa,
maka siswa harus secara aktif melakukan interaksi dengan berbagai sumber belajar.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar hanya mungkin terjadi jika ada interaksi

10

antara siswa dengan sumber-sumber belajar. Dan inilah yang seharusnya diusahakan
oleh setiap pengajar dalam kegiatan pembelajaran.

B. Media Pembelajaran
Peran guru adalah menyediakan, menunjukkan, membimbing dan memotivasi
siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada.
Bukan hanya sumber belajar yang berupa orang , melainkan juga sumber-sumber
belajar yang lain. Bukan hanya sumber belajar yang sengaja dirancang untuk
keperluan belajar, melainkan juga sumber belajar yang telah tersedia. Semua sumber
belajar itu dapat kita temukan, kita pilih dan kita manfaatkan sebagai sumber belajar
bagi siswa kita.
Wujud interaksi antara siswa dengan sumber belajar dapat bermacam-macam.
Cara belajar dengan mendengarkan ceramah dari guru memang merupakan salah satu
wujud interaksi tersebut. Namun belajar hanya dengan mendengarkan saja, patut
diragukan efektifitasnya. Belajar hanya akan efektif jika si belajar diberikan banyak
kesempatan untuk melakukan sesuatu, melalui multi-metode dan multi-media.
Melalui berbagai metode dan media pembelajaran, siswa akan dapat banyak
berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki siswa.
Barang kali perlu direnungkan kembali ungkapan populer yang mengatakan : Saya
mendengar saya lupa, Saya melihat saya ingat, Saya berbuat maka saya bisa.
Kalau kita amati lebih cermat lagi, pada mulanya media pembelajaran
hanyalah dianggap sebagai alat untuk membantu guru dalam kegiatan mengajar
(teaching aids). Alat bantu mengajar yang mula-mula digunakan adalah alat bantu
visual seperti gambar, model, grafis atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu

11

dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta


mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar.

1. Pengertian Media Pembelajaran


Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari
"medium" yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang
komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasamya juga merupakan proses
komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media
pembelajaran.
Banyak ahli yang memberikan batasan tentang media pembelajaran. AECT
misalnya, mengatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Gagne mengartikan media sebagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.
Senada dengan itu, Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan
perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Bagaimana hubungan media
pembelajaran dengan media pendidikan ?
Media pendidikan , tentu saja media yang digunakan dalam proses dan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pada hakekatnya media pendidikan juga merupakan
media komunikasi, karena proses pendidikan juga merupakan proses komunikasi.
Apabila kita bandingkan dengan media pembelajaran, maka media pendidikan
sifatnya lebih umum, sebagaimana pengertian pendidikan itu sendiri. Sedangkan
media pembelajaran sifatnya lebih mengkhusus, maksudnya media pendidikan yang
secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang telah

12

dirumuskan secara khusus. Tidak semua media pendidiikan adalah media


pembelajaran, tetapi setiap media pembelajaran pasti termasuk media pendidikan.
Apa pula bedanya dengan alat peraga, alat bantu guru (teaching aids), alat
bantu audio visual (AVA), atau alat bantu belajar yang selama ini sering juga kita
dengar? Pada dasamya, semua istilah itu dapat kita masukkan dalam konsep media,
karena konsep media merupakan perkembangan lebih lanjut dari konsep-konsep
tersebut.
Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta,
konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/ konkrit. Alat bantu
adalah alat (benda) yang digunakan oleh guru untuk mempermudah tugas dalam
mengajar. Audio-Visual Aids (AVA) mempunyai pengertian dan tujuan yang sama
hanya saja penekanannya pada peralatan audio dan visual. Sedangkan alat bantu
belajarpenekanannya pada fihak yang belajar (pembelajar). Semua istilah tersebut,
dapat kita rangkum dalam satu istilah umum yaitu media pembelajaran.
Satu konsep lain yang sangat berkaitan dengan media pembelajaran adalah
istilah sumber belajar. Bagaimana kaitan antara media belajar dengan sumber belajar?
Sebagaimana telah dibahas di muka, sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas
daripada media belajar. Sumber belajar bisa berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik
clan latar/lingkungan. Apa yang dinamakan media sebenarnya adalah bahan dan alat
belajar tersebut. Bahan sering disebut perangkat lunak software, sedangkan alat juga
disebut sebagi perangkat keras hardware. Transparansi, program kaset audio dan
program video adalah beberapa contoh bahan belajar. Bahan belajar tersebut hanya
bisa disajikan jika ada alat, misalnya berupa OHP, Radio kaset clan Video player. Jadi
salah satu atau kombinasi perangkat lunak (bahan) dan perangkat keras (alat)

13

bersama-sama dinamakan media. Dengan demikian, jelaslah bahwa media


pembelajaran merupakan bagian dari sumber belajar.
Dengan demikian, kalau saat ini kita mendengar kata media, hendaklah kata
tersebut diartikan dalarn pengertiannya yang terakhir, yaitu meliputi alat bantu guru
dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan
belajar ( siswa ). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal
tertentu, bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa.

2. Perkembangan Konsepsi Media Pembelajaran


Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk
memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu
kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh
bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis
buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku tersebut berjudul Orbis
Sensualium Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitikan pertama kali pada tahun 1657.
Penulisan buku itu dilandasi oleh suatu konsep dasar bahwa tak ada sesuatu dalam
akal pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu melalui penginderaan. Dari sinilah para
pendidik mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat memberikan
rangsangan dan pengalaman belajar secara menyeluruh bagai siswa melalui semua
indera, terutama indera pandang-dengar.
Kalau kita amati lebih cermat lagi, pada mulanya media pembelajaran
hanyalah dianggap sebagai alat untuk membantu guru dalam kegiatan mengajar
(teaching aids). Alat bantu mengajar yang mula-mula digunakan adalah alat bantu
visual seperti gambar, model, grafis atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu

14

dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta


mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar.
Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi
dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran.
Usaha-usaha untuk membuat pelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus dilakukan.
Dalarn usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi 11. Tingkatan pengalaman belajar
dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian
dikenal dengan nama "Kerucut Pengalaman" (Cone of Experience) dari Edgar Dale.
Ketika itu, para pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman itu, sehingga
pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang paling sesuai
untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa.

abstrak
verba (1)
simbol visual (2)
radio (3)
film (4)
tv

(5)

karya wisata (6)


demonstrasi (7)
partisipasi (8)
observasi (9)
/Z ~Pengalaman langsung kongkrit (10)
Gambar 1: Kerucut pengalaman Edgar Dale

15

Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi muiai mempengaruhi penggunaan


alat audio visual. Dalarn pandangan teori komunikasi, alat audio visual berfungsi
sebagai alat penyalur pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Begitupun
dalarn dunia pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu
guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar. Sayangnya, waktu
itu faktor siswa, yang merupakan komponen utama dalam pembelajaran, belurn
mendapat perhatian khusus.
Baru pada tahun 1960-an, para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai
komponen utama dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat itu teori Behaviorisme BF.
Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Teori
ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah Iaku siswa
sebagai hasil proses pembelajaran. Produk media pembelajaran yang terkenal sebagai
hasil terod ini adalah diciptakannya teaching machine (mesin pengajaran) dan
Programmed Instruction (pembelajaran terprogram).
Pada

tahun

1965-70,

pendekatan

sistern

(system

approach)

mulai

menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan


sistern ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalarn proses
pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru,
melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah
merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar.
Dengan demikian, kalau saat ini kita mendengar kata media, hendaklah kata tersebut
diartikan dalarn pengertiannya yang terakhir, yaitu meliputi alat bantu guru dalam
mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar
(siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu,
bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika program media

16

itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan
oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.
Peranan media yang semakin meningkat ini sering menimbulkan kekhawatiran
bagi guru. Namun sebenamya hal itu tak perlu terjadi, seandainya kita menyadari
betapa masih banyak dan beratnya peran guru yang lain. Memberikan perhatian dan
bimbingan secara individual kepada siswa, merupakan tugas penting guru yang
terkadang kurang mendapat perhatian. Hal ini mungkin karena waktu yang ada telah
banyak tersita untuk tugas menyajikan mated pelajaran. Kondisi semacam ini akan
terus terjadi selama guru masih menganggap bahwa dirinya merupakan sumber
belajar utama (apalagi satu-satunya sumber) bagi siswa. Padahal, jika guru bisa
memanfaatkan berbagai media belaiar secara baik, maka guru dapat berbagi peran
dengan media. Percayakanlah sebagian peran kita kepada media pembelajaran.
Dengan begitu, peran guru akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajran.
Tanggungjawab utama manajer pembelajaran adalah menciptakan kondisi sedemikian
rupa agar siswa dapat belajar. Proses kegiatan akan terjadi jika siswa dapat
berinteraksi dengan berbagai sumber belajar. Untuk itu guru bisa lebih banyak
menggunakan

waktunya

untuk

menjalankan

fungsinya

sebagai

penasehat,

pembimbing, motivator dan fasilitator dalam kegiatan belajar.

Rangkuman

Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan kita sehari- hari. Di
masyarakat, kita sering menjumpai penggunaan istilah belajar seperti: belajar
membaca, belajar bernyanyi, belajar berbicara, belajar matematika. Masih banyak lagi
penggunaan istilah, bahkan termasuk kegiatan belajar yang sifatnya lebih umum dan

17

tak mudah diamati, seperti: belajar hidup mandiri, belajar menghargai waktu, belajar
berumah-tangga, belajar bermasyarakat, belajar mengendalikan diri, dan sejenisnya.
Belajar, merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal
batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha yang dilakukan
seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya.
Dengan demikian, hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang
relatif permanen pada diri orang yang belajar. Tentu saja, perubahan yang diharapkan
adalah perubahan ke arah yang positip.
Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan
materi pelajaran. Meskipun menyajikan materi pelajaran memang merupakan bagian
dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara lain
yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya
dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif
dengan berbagai sumber belajar yang ada. Guru hanya merupakan salah satu (bukan
satu-satunya) sumber belajar bagi siswa. Selain guru, masih banyak lagi
sumber-sumber belajar yang lain. Lalu, apa sebenamya sumber belajar itu?
Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar
adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan
untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meliputi
pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan/latar.
Ditinjau dari tipe atau asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi
dua :
1). Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design); 2). Sumber belajar
yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization)

18

Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari
medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang
komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasamya juga merupakan proses
komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media
pembelajaran.
Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta,
konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/ konkrit. Alat bantu
adalah alat (benda) yang digunakan oleh guru untuk mempermudah tugas dalam
mengajar. Audio-Visual Aids (AVA) mempunyai pengertian dan tujuan yang sama
hanya saja penekanannya pada peralatan audio dan visual. Sedangkan alat bantu
belajarpenekanannya pada fihak yang belajar (pembelajar). Semua istilah tersebut,
dapat kita rangkum dalam satu istilah umum yaitu media pembelajaran.
Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk
memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu
kemudian bertambah dengan adanya buku. Sekitar pertengahan abad 20 usaha
pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi dengan peralatan audio, maka lahirlah
peralatan audio visual pembelajaran. Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi muiai
mempengaruhi penggunaan alat audio visual. Dalarn pandangan teori komunikasi, alat
audio visual berfungsi sebagai alat penyalur pesan dari sumber pesan kepada
penerima pesan. Begitupun dalarn dunia pendidikan, alat audio visual bukan hanya
dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur
pesan belajar. Baru pada tahun 1960-an, para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai
komponen utama dalam kegiatan pembelajaran. Pada tahun 1965-70, pendekatan

19

sistern (system approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan


dan pengajaran. Pendekatan sistern ini mendorong digunakannya media sebagai
bagian integral dalarn proses pembelajaran.

Latihan
1. Apakah yang dimaksud dengan belajar?
2. Sebutkan pengertian umum dari media!
3. Apa pengertian alat peraga?

Tes Formatif
1. Berikut ini adalah sumber belajar menurut AECT, kecuali ..............................
A. pesan
B. orang
C. media
D. bahan/peralatan
E. lingkungan
2. Berikut

ini

adalah

sumber

belajar

ditinjau

dari

tipe

atau

asalnya,

kecuali........................
A. sumber belajar yang dirancang
B. sumber belajar yang difungsikan
C. sumber belajar yang dimanfaatkan
D. learning resources by designed
E. learning resources by utilization
3. Pengertian media pembelajaran menurut AECT adalah segala sesuatu yang
digunakan orang untuk ......................................

20

A. komunikasi dengan sumber belajar


B. memperoleh informasi
C. mencapai tujuan belajar
D. memberikan informasi
E. menyalurkan pesan

21

BAB III
PEMILIHAN DAN PEMANFAATAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN

Kompetensi: Setelah selesai mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat menjelaskan
pemilihan media, menguraikan kriteria pemilihan media, menjelaskan
prinsip umum pemanfaatan media, serta menjelaskan manfaat umum
dan khusus, serta manfaat praktis media dalam pembelajaran

A. Pemilihan Media
Sebelum kita gunakan, media harus kita pilih secara cermat. Memilih media yang
terbaik untuk tujuan pembelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah. Pemilihan itu
rumit dan sulit, karena harus mempertimbangkan berbagai faktor.
1. Model pemilihan media
Anderson (1976) mengemukakan adanya dua pendekatan/model dalam
proses pemilihan media pembelajaran, yaitu: model pemilihan tertutup dan
model pemilihan terbuka. Pemilihan tertutup terjadi apabila alternatif media
telah ditentukan "dari atas" (misalnya oleh Dinas Pendidikan), sehingga mau
tidak mau jenis media itulah yang harus dipakai. Kalau toh kita memilih, maka
yang kita lakukan lebih banyak ke arah pemilihan topik/pokok bahasan mana
yang cocok untuk dimediakan pada jenis tertentu. Misalnya saja, telah
ditetapkan bahwa media yang digunakan adalah media audio. Dalam situasi
damikian, bukanlah mempertanyakan mengapa media audio yang digunakan,
dan bukan media lain? Jadi yang harus kita lakukan adalah memilih topik-topik
apa saja yang tepat untuk disajikan melalui media audio. Untuk model pemilihan
terbuka, lebih rumit lagi.

22

Model pemilihan terbuka merupakan kebalikan dari pemilihan tertutup.


Artinya, kita masih bebas memilih jenis media apa saja yang sesuai dengan
kebutuhan kita. Alternatif media masih terbuka luas. Proses pemilihan terbuka
lebih luwes sifatnya karena benar-benar kita sesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi yang ada. Namun proses pemilihan terbuka ini menuntut kemampuan
dan keterampilan guru untuk melakukan proses pemilihan. Seorang guru kadang
bisa melakukan pemilihan media dengan mengkombinasikan antara pemilihan
terbuka dengan pemilihan tertutup.
2. Mengapa perlu pemilihan media?
Media pada

hakekatnya

merupakan

salah

satu komponen

sistem

pembelajaran. Sebagai komponen, media hendaknya merupakan bagian integral


dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara menyeluruh. Akhir dari
pemilihan media adalah penggunaaan media tersebut dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan media
yang kita pilih.
Apabila kita telah menentukan alternatif media yang akan kita gunakan
dalam pembelajaran, maka pertanyaan berikutnya adalah sudah tersediakah
media tersebut di sekolah atau di pasaran? Jika sudah tersedia, maka kita tinggal
meminjam atau membelinya saja. Itupun jika media yang ada memang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah kita rencanakan, dan terjangkau
harganya. Jika media yang kita butuhkan temyata belum tersedia, mau tak mau
kita harus membuat sendiri program media sesuai keperluan tersebut.
Jadi, pemilihan media itu perlu kita lakukan agar kita dapat menentukan
media yang terbaik, tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran
didik. Untuk itu, pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur yang

23

benar, karena begitu banyak jenis media dengan berbagai kelebihan dan
kelemahan masing-masing.

B. Kriteria Pemilihan Media


Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan
didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan
jenis media maupun pemilihan topik yang dimediakan, akan membawa akibat
panjang yang tidak kita inginkan di kemudian hari. Banyak pertanyaan yang harus
kita jawab sebelum kita menentukan pilihan media tertentu. Secara umum, kriteria
yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran diuraikan
sebagai berikut.
1. Tujuan
Apa tujuan pembelajaran (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang ingin
dicapai? Apakah tujuan itu masuk ranah kognitif, afektif, psikomotor, atau
kombinasinya? Jenis rangsangan indera apa yang ditekankan: apakah
penglihatan, pendengaran, atau kombinasinya? Jika visual, apakah perlu gerakan
atau cukup visual diam? Jawaban atas pertanyaan itu akan mengarahkan kita
pada jenis media tertentu, apakah media realia, audio, visual diam, visual gerak,
audio visual gerak dan seterusnya.
2. Sasaran didik
Siapakah sasaran didik yang akan menggunakan media? bagaimana karakteristik
mereka, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang sosialnya, bagaimana
motivasi dan minat belajarnya? dan seterusnya. Apabila kita mengabaikan
kriteria ini, maka media yang kita pilih atau kita buat tentu tak akan banyak
gunanya. Mengapa? Karena pada akhirnya sasaran inilah yang akan mengambil

24

manfaat dari media pilihan kita itu. Oleh karena itu, media harus sesuai benar
dengan kondisi mereka.
3. Karakteristik media yang bersangkutan
Bagaimana karakteristik media tersebut? Apa kelebihan dan kelemahannya,
sesuaikah media yang akan kita pilih itu dengan tujuan yang akan dicapai? Kita
tidak akan dapat memilih media dengan baik jika kita tidak mengenal dengan
baik karakteristik masing-masing media. Karena kegiatan memilih pada
dasamya adalah kegiatan membandingkan satu sama lain, mana yang lebih baik
dan lebih sesuai dibanding yang lain. Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis
media tertentu, pahami dengan baik bagaimana karaktristik media tersebut.
4. Waktu
Yang dimaksud waktu di sini adalah berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih, serta berapa lama waktu
yang tersedia/yang kita memiliki, cukupkah? Pertanyaan lain adalah, berapa
lama waktu yang diperlukan untuk menyajikan media tersebut dan berapa lama
alokasi waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran? Tak ada gunanya kita
memilih media yang baik, tetapi kita tidak cukup waktu untuk mengadakannya.
Jangan sampai pula terjadi, media yang telah kita buat dengan menyita banyak
waktu, tetapi pada saat digunakan dalam pembelajaran temyata kita kekurangan
waktu.
5. Biaya
Faktor biaya juga merupakan pertanyaan penentu dalam memilih media.
Bukankah penggunaan media pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Apalah artinya kita menggunakan media,
jika akibatnya justru pemborosan. Oleh sebab itu, faktor biaya menjadi kriteria

25

yang harus kita pertimbangkan. Berapa biaya yang kita perlukan untuk
membuat, membeli atau menyewa media tersebut? Bisakah kita mengusahakan
biaya tersebut/apakah besarnya biaya seimbang dengan tujuan belajar yang
hendak dicapai? Tidak mungkinkah tujuan belajar itu tetap dapat dicapai tanpa
menggunakan media itu, adakah alternatif media lain yang lebih murah namun
tetap dapat mencapai tujuan belajar? Media yang mahal belum tentu lebih
efektif untuk mencapai tujuan belajar dibandingkan media sederhana dan murah.
6. Ketersediaan
Kemudahan dalam memperoleh media juga menjadi pertimbangan kita. Adakah
media yang kita butuhkan itu di sekitar kita, di sekolah atau di pasaran? Kalau
kita harus membuatnya sendiri, adakah kemampuan, waktu tenaga dan sarana
untuk membuatnya? Kalau semua itu ada, pertanyaan berikutnya adalah
tersediakah sarana yang diperlukan untuk menyajikannya di kelas? Misalnya,
untuk menjelaskan tentang proses terjadinya gerhana matahari memang lebih
efektif disajikan melalui media video. Namun karena di sekolah tidak ada video
player, maka sudah cukup bila digunakan alat peraga gerhana matahari.
7. Konteks penggunaan
Konteks penggunaan maksudnya adalah dalam kondisi dan strategi bagaimana
media tersebut akan digunakan. Misalnya: apakah untuk belajar individual,
kelompok kecil, kelompok besar atau masal? Dalam hal ini kita perlu
merencanakan strategi pembelajaran secara keseluruhan yang akan kita gunakan
dalam proses pembelajaran, sehingga tergambar kapan dan bagaimana konteks
penggunaaan media tersebut dalam pembelajaran.

26

8. Mutu Teknis
Kriteria ini terutama untuk memilih/membeli media siap pakai yang telah ada,
misalnya program audio, video, grafis atau media cetak lain. Bagaimana mutu
teknis media tersebut, apakah visual jelas, menarik, dan cocok? Apakah
suaranya jelas dan enak didengar? Jangan sampai hanya karena keinginan kita
untuk menggunakan media saja, lantas media yang kurang bermutu kita
paksakan penggunaannya.

C. Prinsip-prinsip Pemanfaatan Media


Setelah kita menentukan pilihan media yang akan kita gunakan, maka pada
akhimya kita dituntut untuk dapat memanfaatkannya dalam proses pembelajaran.
Media yang baik, belum tentu menjamin keberhasilan belajar siswa jika kita tidak
dapat menggunakannya dengan baik. Untuk itu, media yang telah kita pilih dengan
tepat harus dapat kita manfaatkan dengan sebaik mungkin sesuai prinsip-prinsip
pemanfaatan media. Ada beberapa prinsip umum yang perlu kita perhatikan dalam
pemanfaatan media pembelajaran, yaitu:
1. Setiap jenis media, memiliki kelebihan dan kelemahan
Tidak ada satu jenis media yang cocok untuk semua proses pembelajaran dan
dapat mencapai semua tujuan belajar. lbaratnya, tak ada satu jenis obat yang
manjur untuk semua jenis penyakit.
2. Penggunaan beberapa macam media secara bervariasi memang diperlukan
Namun harap diingat, bahwa penggunaan media yang terlalu banyak sekaligus
dalam suatu kegiatan pembelajaran, justru akan membingungkan siswa dan tidak
akan memperjelas pelajaran. Oleh karena itu gunakan media seperlunya, jangan
berlebihan.

27

3. Penggunaan media harus dapat memperlakukan siswa secara aktif. Lebih baik
menggunakan media yang sederhana yang dapat mengaktifkan seluruh siswa
daripada media canggih namun justru membuat siswa kita terheran-heran pasif.
Sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam penyusunan
rencana pembelajaran. Tentukan bagian materi mana saja yang akan kita sajikan
dengan bantuan media. Rencanakan bagaimana strategi dan teknik penggunaannya.
Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan atau sekedar
pengisi waktu kosong saja. Jika siswa sadar bahwa media yang digunakan hanya
untuk mengisi waktu kosong, maka kesan ini akan selalu muncul setiap kali guru
menggunakan media. Penggunaaan media yang sembarangan, asal-asalan, atau
"daripada tidak dipakai", akan membawa akibat negatif yang lebih buruk. Harus
senantiasa dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaaan media.
Kurangnya persiapan bukan saja membuat proses pembelajaran tidak efektif dan
efisien, tetapi justru mengganggu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini terutama
perlu diperhatikan ketika kita akan menggunakan media elektronik.

D. Manfaat Umum dan Khusus Media dalam Pembelajaran


Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar
interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih
efektif dan efisien. Tetapi secara. lebih khusus ada beberapa manfaat media yang
lebih rinci. Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa
manfaat media dalam pembelajaran, yaitu:
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
Setiap guru mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu
konsep materi pelajaran tertentu. Dengan bantuan media, penafsiran yang

28

beragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa


secara seragam. Setiap siswa yang melihat atau mendengar uraian suatu materi
pelajaran melalui media yang sama, akan menerima informasi yang persis sama
seperti yang diterima oleh siswa-siswa lain. Dengan demikian, media juga
dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa di manapun
berada.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan informasi
melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun
manipulasi. Materi pelajaran yang dikemas melalui program media, akan lebih
jelas, lengkap, serta menarik minat siswa. Dengan media, materi sajian bisa
membangkitkan rasa keingintahuan siswa dan merangsang siswa bereaksi baik
secara fisik maupun emosional. Singkatnya, media pembelajaran dapat
membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak
monoton, dan tidak membosankan.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat membantu guru dan siswa
melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran.
Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah
kepada siswa. Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga
bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapi juga siswanya.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Keluhan yang selama ini sering kita dengar dari guru adalah, selalu kekurangan
waktu untuk mencapai target kurikulum. Sering terjadi guru menghabiskan
banyak waktu untuk menjelaskan suatu materi pelajaran. Hal ini sebenarnya

29

tidak harus terjadi jika guru dapat memanfaatkan media secara maksimal.
Misalnya, tanpa media seorang guru tentu saja akan menghabiskan banyak
waktu untuk mejelaskan sistem peredaran darah manusia atau proses terjadinya
gerhana matahari. Padahal dengan bantuan media visual, topik ini dengan cepat
dan mudah dijelaskan kepada anak. Biarkanlah media menyajikan materi
pelajaran yang memang sulit untuk disajikan oleh guru secara verbal. Dengan
media, tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu
dan tenaga seminimal mungkin. Dengan media, guru tidak harus menjelaskan
materi pelajaran secara berulang-ulang, sebab hanya dengan sekali sajian
menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien,
tetapi juga membantu siswa menyerap materi pelajaran lebih mendalam dan
utuh. Bila hanya dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa
mungkin kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi jika hal itu diperkaya
dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan, atau mengalami sendiri
melalui media, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik.
6. Media memungkinkan proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan pembelajaran secara lebih leluasa, kapanpun dan
dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. Program-program
pembelajaran audio visual, termasuk program pembelajaran menggunakan
komputer, memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara
mandiri, tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Penggunaan media akan

30

menyadarkan siswa betapa banyak sumber-sumber belajar yang dapat mereka


manfaatkan dalam belajar. Perlu kita sadari bahwa alokasi waktu belajar di
sekolah sangat terbatas, waktu terbanyak justru dihabiskan siswa di luar
lingkungan sekolah.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positip siswa terhadap materi dan proses
belajar
Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga
mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari
sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan. Kemampuan siswa untuk belajar dari
berbagai sumber tersebut, akan bisa menanamkan sikap kepada siswa untuk
senantiasa berinisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Dengan memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi menjadi
satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan
seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagi peran dengan media. Dengan
demikian, guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian
kepada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa,
pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain.

E. Manfaat Praktis Media dalam Pembelajaran


Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton
tersebut, kita. masih dapat menemukan banyak manfaat-manfaat praktis yang
lain. Manfaat praktis media pembelajaran antara lain:
1. Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit

31

Arus listrik misalnya dapat dijelaskan melalui media grafis berupa


simbol-simbol dan bagan. Demikian pula materi pelajaran yang rumit dapat
disajikan secara lebih sederhana dengan bantuan media. Misalnya materi yang
membahas rangkaian peralatan elektronik atau mesin dapat disederhanakan
melalui bagan skema yang sederhana.
2. Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu
Sesuatu yang terjadi di luar ruang kelas, bahkan di luar angkasa dapat
dihadirkan di dalam kelas melalui bantuan media. Demikian pula beberapa
peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, dapat kita sajikan di depan siswa
sewaktu-waktu. Dengan media pula suatu peristiwa penting yang sedang terjadi
di benua lain dapat dihadirkan seketika di ruang kelas.
3. Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia
Obyek-obyek pelajaran yang terlalu kecil, terlalu besar atau terlalu jauh, dapat
kita pelajari melalui bantuan media. Demikian pula obyek berupa
proses/kejadian yang sangat cepat atau sangat lambat, dapat kita saksikan
dengan jelas melalui media, dengan cara memperlambat, atau mempercepat
kejadian. Misalnya, proses perkembangan janin dalam kandungan selama
sembilan bulan, dapat dipercepat dan disaksikan melalui media hanya dalam
waktu beberapa menit saja. Sebaliknya, ketika anak belajar teknik menendang
bola atau melakukan smash permainan bulu tangkis yang sangat cepat, dapat
dipelajari dengan cara memperlambat gerakan tersebut melalui bantuan media
(slow motion). Media juga dapat menyajikan obyek pelajaran berupa benda
atau peristiwa langka dan berbahaya ke dalam kelas. Peristiwa terjadinya
gerhana matahari total yang jarang sekali terjadi, dapat disaksikan oleh siswa
setiap saat melalui media rekaman. Terjadinya gunung meletus yang berbahaya

32

dapat pula disaksikan siswa di kelas melalui media. Informasi pelajaran yang
disajikan dengan media yang tepat akan memberikan kesan mendalam dan
lebih lama tersimpan pada diri siswa.

RANGKUMAN

Memilih media yang terbaik untuk tujuan pembelajaran bukanlah pekerjaan


yang mudah. karena harus mempertimbangkan berbagai faktor, seperti model
pemilihan media dan mengapa pemilihan media itu perlu.
Menurut Anderson (1976) ada dua pendekatan dalam proses pemilihan media
pembelajaran, yaitu: model pemilihan tertutup dan model pemilihan terbuka.
Pemilihan tertutup terjadi apabila alternatif media telah ditentukan sedangkan
pemilihan terbuka kita bebas menentukan jenis media apa saja yang sesuai dengan
kebutuhan kita.
Pemilihan media perlu kita lakukan agar kita dapat menentukan media yang
terbaik, tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran didik. Untuk itu,
pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur yang benar, karena begitu
banyak jenis media dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Memilih media hendaknya didasarkan atas kriteria tertentu. Secara umum,
kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran adalah
tujuan, sasaran didik, karakteristik media yang bersangkutan, waktu, biaya,
ketersediaan, konteks penggunaan, serta mutu teknis.
Ada beberapa prinsip umum yang perlu kita perhatikan dalam pemanfaatan
media pembelajaran, yaitu: setiap jenis media memiliki kelebihan dan kelemahan,

33

penggunaan beberapa macam media secara bervariasi diperlukan, penggunaan media


harus dapat memperlakukan siswa secara aktif
Secara umum manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar
interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif
dan efisien. Secara khusus, Kemp dan Dayton (1985) mengidentifikasi manfaat media
dalam pembelajaran, yaitu: penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih
interaktif, efisiensi dalam waktu dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil belajar
siswa, media memungkinkan proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja, media dapat menumbuhkan sikap positip siswa terhadap materi dan proses
belajar, serta mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Sedangkan manfaat praktis media pembelajaran antara lain: media dapat
membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit, media juga dapat
mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu, serta media dapat membantu
mengatasi keterbatasan indera manusia.

LATIHAN

1. Anderson (1976) mengemukakan adanya dua pendekatan/model dalam proses


pemilihan media pembelajaran, yaitu: model pemilihan tertutup dan model
pemilihan terbuka. Apa perbedaan diantara keduanya?
2. Mengapa pemilihan media perlu kita lakukan?
3. Apakah manfaat praktis media dalam pembelajaran?

34

TES FORMATIF

1. Dalam memilih media kita hendaknya didasarkan atas kriteria tertentu. Secara
umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran
adalah sebagai berikut, kecuali....

a. tujuan
b. pendidik
c. karakteristik media
d. waktu
e. biaya
2. Secara khusus, Kemp dan Dayton (1985) mengidentifikasi manfaat media dalam
pembelajaran yaitu, kecuali....
a. penyampaian materi pelajaran dapat divariasikan
b. meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
c. media memungkinkan proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja
d. media dapat menumbuhkan sikap positip siswa terhadap materi dan proses
belajar
e. mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
3. Peristiwa terjadinya gerhana matahari total yang jarang sekali terjadi, dapat
disaksikan oleh siswa setiap saat melalui media rekaman. Ini adalah salah satu
manfaat praktis media dalam pembelajaran dalam hal....
a. media dapat membantu mengatasi keterbatasan biaya
b. media dapat membantu mengatasi keterbatasan kreativitas

35

c. media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera


d. media dapat membantu mengatasi keterbatasan ruang
e. media dapat membantu mengatasi keterbatasan waktu

36

BAB IV
JENIS MEDIA DAN KARAKTERISTIKNYA

Kompetensi: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat membandingkan


klasifikasi media yang dikemukakan beberapa ahli dan menjelaskan
karakteristik

media

yang

tidak

diproyeksikan,

media

yang

diproyeksikan, media audio, serta media video.

A. Klasifikasi Media Pembelajaran


Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai dari yang
paling sederhana dan murah sampai media yang paling canggih dan mahal
harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan ada media yang
diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung
dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk
keperluan pembelajaran. Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya
tidak banyak jenis media yang biasa digunakan oleh guru di sekolah.
Beberapa media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memanfaatkan
adalah media cetak (buku) dan papan tulis. Selain itu, banyak juga sekolah yang
telah memanfaatkan jenis media lain seperti gambar, model, overhead projektor
(OHP) dan obyek-obyek nyata. Sedangkan media lain seperti kaset audio, video,
VCD, slide (film bingkai), serta program pembelajaran komputer masih jarang
digunakan meskipun sebenamya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru.
Meskipun demikian, sebagai seorang guru alangkah baiknya Anda mengenal
beberapa jenis media pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar mendorong

37

kita untuk mengadakan dan memanfaatkan media tersebut dalam kegiatan


pembelajaran di kelas.
Ada berbagai cara dan sudut pandang untuk menggolongkan jenis media.
Rudy Bretz (1971), misalnya, mengidentifikasi jenis-jenis media berdasarkan tiga
unsur pokok, yaitu: suara, visual dan gerak. Berdasarkan tiga unsur tersebut, Bretz
mengklasifikasikan media ke dalam delapan kelompok, yaitu: (1) media audio, (2)
media cetak, (3) media visual diam, (4) media visual gerak, (5) media audio semi
gerak, (6) media semi gerak, (7) media audio visual diam, serta (8) media audio
visual gerak.
Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi sepuluh golongan sebagai
berikut:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Golongan Media
Audio
Cetak
Audio cetak
Proyeksi visual diam
Proyeksi audio visual diam
Visual gerak
Audio visual gerak
Obyek fisik
Manusia dan lingkungan
Komputer

Contoh dalam Pembelajaran


Kaset audio, siaran radio, CID, telepon
Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide)
Film bingkai (slide) bersuara.
Film bisu
Film gerak bersuara, video NCD, televisi
Benda nyata, model, spesimen
Guru, pustakawan, laboran
CAI (pembelajaran berbantuan komputer) dan CBI
(pembelajaran berbasis komputer)

Sementara

itu,

Schramm

(1985)

menggolongkan

media

atas

dasar

kompleksnya suatu media. Atas dasar itu, Schramm membagi media menjadi dua
golongan yaitu: media besar (media yang mahal dan kompleks) dan media kecil
(media sederhana dan murah). Termasuk media besar misalnya: film, televise, dan
video NCD, sedangkan yang termasuk media kecil misalnya: slide, audio,
transparansi, dan teks. Selain itu Schramm juga membedakan media atas dasar

38

jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan serentak), media kelompok
(liputannya seluas ruangan tertentu), dan media individual (untuk perorangan).
Termasuk media masal adalah radio dan televisi. Termasuk media kelompok
adalah: kaset audio, video, OHP, dan slide. Sedangkan yang termasuk media
individual adalah: buku teks, telepon, dan program komputer pembelajaran (CAI).
Sebagian ahli lain mengelompokkan media berdasarkan pada tingkat teknologi
yang digunakan, mulai dari media dengan teknologi rendah hingga yang
menggunakan teknologi tinggi. Jika media digolongkan atas dasar tingkat teknologi
yang

digunakan,

maka

penggolongan

media

sangat

dipengaruhi

oleh

perkembangan teknologi. Media tertentu akan dapat mengalami perubahan dalam


penggolongannya. Misalnya, pada tahun 1950-an, media televisi dikategorikan
media paling tinggi. Tetapi kemudian pada tahun 1970-an kategori tersebut
bergeser dengan hadirnya media komputer. Pada masa tersebut, komputer
digolongkan pada media dengan teknologi yang paling tinggi. Tetapi dewasa ini
media komputer tergeser kedudukannya dengan adanya program computer
conferencing melalui internet. Kondisi seperti ini akan terus berlangsung sejalan
dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Sementara itu, dari sekian banyak jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran, Henich dkk (1996) membuat klasifikasi media yang lebih sederhana
sebagai berikut: (1) media yang tidak diproyeksikan, (2) media yang
diproyeksikan, (3) media audio, (4) media video, (5) media berbasis komputer, dan
(6) multi media kit.
Dari beberapa pengelompokkan media tersebut, kita dapat melihat bahwa
hingga kini belum ada suatu pengelompokkan media yang mencakup segala aspek,
khususnya untuk keperluan pembelajaran. Pengelompokkan yang ada, dilakukan

39

atas bermacam-macam kepentingan. Masih ada pengelompokan yang dibuat oleh


ahli lain. Namun apapun dasar yang digunakan dalam pengelompokan itu,
tujuannya sama yaitu agar orang lebih mudah mempelajarinya.
Sebagai seorang guru, sebaiknya Anda mengikuti perkembangan teknologi
khususnya yang berkaitan dengan media pembelajaran. Sehingga paling tidak kita
dapat lebih mengenalnya. Beberapa jenis media tentu pernah Anda gunakan,
beberapa jenis yang lain mungkin juga sudah Anda kenal meskipun belum pernah
menggunakannya dalam pembelajaran. Jenis media mana yang akan kita gunakan,
sangat tergantung pada kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan.

B. Karakteristik Media
Setiap jenis media, mempunyai karakteristik (kekhasan) tertentu, yang
berbeda-beda satu sama lain. Masing-masing media tentu memiliki kelebihan dan
kelemahan. Tidak semua jenis media yang disebutkan di atas akan dibahas di sini.
Untuk mempermudah pembahasan, kita akan menggunakan pengelompokkan
media seperti yang dikemukakan oleh Henich. Namun karena pertimbangan
praktis, maka jenis media yang akan dibahas di sini hanya dipilih beberapa media
yang biasa digunakan dalam pembelajaran.

1. Media yang tidak diproyeksikan


Kelompok media ini sering disebut sebagai media pameran (displayed media).
Jenis media yang tidak diproyeksikan antara lain; realia, model, dan grafis.
Ketiga jenis media ini dapat dikategorikan sebagai media sederhana yang
penyajiannya tidak memerlukan tenaga listrik. Walaupun demikian media ini

40

sangat penting bagi siswa karena mampu menciptakan kegiatan pembelajaran


menjadi lebih hidup dan lebih menarik.
(a). Media realia
Media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber
belajar. Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam
ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat
langsung (observasi) benda nyata tersebut ke lokasinya. Realia dapat digunakan
dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya, tidak perlu
dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan
aslinya. Ciri media realia yang asli adalah benda yang masih dalam keadaan
utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya, dan dapat
dikenali sebagai wujud aslinya. Media realia sangat bermanfaat terutama bagi
siswa yang tidak memiliki pengalaman terhadap benda tertentu. Misalnya untuk
mempelajari binatang langka, siswa diajak melihat badak yang ada di kebun
binatang. Selain observasi dalam kondisi aslinya, penggunaan media realia juga
dapat dimodifikasi. Modifikasi media realia bisa berupa: potongan benda
(cutaways), benda contoh (specimen), dan pameran (exhibid).
Cara potongan (cutaways) adalah benda sebenarnya tidak digunakan secara
utuh atau menyeluruh, tetapi hanya diambil sebagian saja yang dianggap penting
dan dapat mewakili aslinya. Misalnya binatang langka hanya diambil bagian
kepalanya saja. Benda contoh (specimen) adalah benda asli tanpa dikurangi
sedikitpun. Yang dipakai sebagai contoh untuk mewakili karakter dari sebuah
benda dalam jenis atau kelompok tertentu. Misalnya beberapa ekor ikan hias
dari jenis tertentu, yang dimasukkan dalam sebuah toples berisi air untuk
diamati di dalam kelas. Pameran (exhibit) menampilkan benda-benda tertentu

41

yang dirancang seolah-olah berada dalam lingkungan atau situasi aslinya.


Misalnya senjata-senjata kuno yang masih asli ditata dan dipajang seolah-olah
mengambarkan situasi perang pada jaman dulu.
Secara teori, penggunaan media realia ini banyak kelebihannya, misalnya
dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Namun dalam prakteknya
banyak benda-benda nyata yang tidak mudah dihadirkan dalam bentuk yang
sebenarnya yang disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan tertentu. Oleh
karena itu perlu ada jenis media lain sebagai penggantinya, seperti dijelaskan
berikut ini.
(b). Media model
Media model diartikan sebagai benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang
merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya.
Penggunaan model sebagai media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk
mengatasi kendala tertentu untuk pengadaan realia. Model suatu benda dapat
dibuat dengan ukuran yang lebih besar, lebih kecil atau sama dengan benda
sesungguhnya. Model juga bisa dibuat dalam wujud yang lengkap seperti
aslinya, bisa juga lebih disederhanakan hanya menampilkan bagian/ciri yang
penting. Contoh model adalah: candi borobudur, pesawat terbang atau tugu
monas yang dibuat dalam bentuk mini.
(c). Media grafis
Media grafis tergolong jenis media visual yang menyalurkan pesan lewat
simbol-simbol visual. Grafis juga berfungsi untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep
yang mudah terlupakan jika hanya dijelaskan melalui penjelasan verbal saja.
Banyak konsep yang justru lebih mudah dijelaskan melalui gambar daripada

42

menggunakan kata kata verbal. Ingat ungkapan "Satu gambar berbicara seribu
kata".
Semua media grafis, baik itu berupa gambar, sketsa bagan, grafik atau media
visual yang lain harus dibuat dengan memperhatikan prinsip-prinsip umum.
Sebagai salah satu media visual, grafis harus diusahakan memenuhi
ketentuan-ketentuan agar menghasilkan visual yang komunikatif. Untuk lebih
mudah diingat, ketentuan tersebut dinyatakan dalam akronim "VISUALS"
(singkatan dari Visible, Interesting, Simple, Useful, Accurate, Ligitimate, dan
Structured). Secara singkat prinsip umum pembuatan visual itu dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Visible berarti mudah dilihat oleh seluruh sasaran didik yang akan
memanfaatkan media yang kita buat. Interesting artinya menarik, tidak monoton
dan fidak membosankan. Simple artinya sederhana, singkat, dan tidak
berlebihan. Useful maksudnya adalah visual yang ditampilkan harus dipilih yang
benar-benar bermanfaat bagi sasaran didik. Jangan menayangkan tulisan terlalu
banyak yang sebenamya kurang penting. Accurate artinya isinva harus benar
dan tepat sasaran. Jika pesan yang dikemas dalam media visual salah, maka
dampak buruknya akan sulit terhapus dari ingatan siswa. Legitimate adalah
bahwa visual yang ditampilkan harus sesuatu yang sah dan masuk akal. Visual
yang tidak logis atau tidak lazim akan dianggap janggal oleh anak. Structured
maksudnya visual harus terstruktur atau tersusun dengan baik, sistematis, dan
runtut sehingga mudah dipahami pesannya.
Media grafis banyak jenisnya, misalnya: gambar/foto, sketsa, bagan,
diagram, grafik, poster, kartun dan sebagainya. Berikut ini dijelaskan beberapa
diantara jenis grafis tersebut.

43

1). Gambar/foto
Gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai dalam pembelajaran.
Gambar/foto sifatnya universal, mudah dimengerti, dan tidak terikat oleh
keterbatasan bahasa. Beberapa kelebihan media gambar/foto antara lain:
sifatnya konkrit
dapat mengatasi batasan ruang, waktu dan indera
harganya relatif murah serta mudah dibuat dan digunakan dalam
pembelajaran di kelas.
Selain kelebihan, gambar/foto juga memiliki kelemahan, antara lain:
hanya menekankan pada persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya
dapat terlihat oleh

sekelompok siswa.

jika gambar terlalu kompleks, akan kurang efektif untuk tujuan pembelajaran
tertentu.
Agar lebih bermanfaat dalam pembelajaran, maka gambar/foto hendaknya
memenuhi persyaratan berikut :

otentik, artinya dapat menggambarkan obyek/peristiwa seperti jika siswa


melihat langsung

sederhana, artinya harus menunjukkan dengan jelas bagian-bagian pokok dari


gambar tersebut
ukurannya proporsional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran
sesungguhnya

benda/obyek yang digambar. Caranya antara lain dengan

mensejajarkan gambar/foto tersebut dengan benda lain yang sudah dikenal


siswa. Memadukan antara keindahan dengan kesesuaiannya untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
2). Sketsa

44

Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan
bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Selain dapat menarik perhatian siswa,
sketsa dapat menghindarkan verbalisme dan memperjelas pesan. Sketsa dapat
dibuat langsung oleh guru, karena itu harganya pasti murah (bahkan bisa tanpa
biaya). Satu-satunya hambatan yang sering dikemukakan adalah guru tidak bisa
menggambar. Padahal setiap orang pasti memiliki kemampuan dasar
mengganbar, dan itu sudah cukup sebagai modal membuat sketsa untuk
memperjelas sajian kita.
3). Diagram/skema
Diagram/skema merupakan suatu gambar sederhana yang menggunakan
garis-garis dan simbol-simbol. Diagram menggambarkan struktur dari obyek
tertentu secara garis besar. Diagram menunjukkan hubungan yang ada antara
komponennya atau sifat-sifat proses yang ada di sana. Isi diagram pada
umumnya berupa petunjuk untuk memahami komponen dan mekanisme kerja
peralatan tertentu. Misalnya kalau kita membeli peralatan elektronik, biasanya
disertai sebuah diagram mengenai komponen alat tersebut, fungsi, dan cara
pengoperasian.
menyederhanakan

Jika

digunakan

sesuatu

yang

dalam
kompleks

pembelajaran,
sehingga

diagram

dapat

bisa

membantu

memperjelas penyajian guru. Kelebihannya diagram dapat menyajikan materi


yang luas dan kompleks menjadi lebih padat dan sederhana. Namun untuk bisa
memahami diagram, siswa harus memiliki atar belakang tentang materi yang
didiagramkan. Diagram yang baik haruslah:
benar datanya
rapi
diberi judul dan penjelasan seperlunya

45

ukurannya cukup dan dapat dilihat oleh siswa dalam jumlah yang diinginkan
penyusunannya disesuaikan dengan pola membaca yang umum (dari kiri ke
kanan).
4). Bagan/chart
Fungsi bagan/chart yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep yang
sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa. Bagan mampu memberikan ringkasan
butir-butir penting dari suatu penyajian. Dalam bagan/chart sering dijumpai
bentuk grafis yang lain seperli gambar, diagram, kartun atau lambang verbal.
Agar menjadi media yang baik, bagan hendaknya dibuat:
secara sederhana
lugas
tidak berbelit-belit
up to date.
Ada beberapa macam bentuk bagan, yaitu: bagan pohon, bagan arus dan bagan
garis waktu. Bagan pohon biasanya digunakan untuk menunjukkan sifat,
komposisi atau hubungan antar kelas (strata). Contoh bagan pohon yang paling
mudah ditemukan di sekolah adalah bagan tentang struktur organisasi OSIS.
Bagan arus untuk menggambarkan hubungan atau langkah-langkah suatu
kegiatan. Sedangkan bagan garis waktu untuk menggambarkan hubungan antara
peristiwa dengan waktu secara kronologis.
5). Grafik
Grafik merupakan gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol
verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Grafik
digunakan untuk menjelaskan perkembangan atau perbandingan suatu obyek
yang saling berhubungan. Grafik biasanya disusun berdasarkan prinsip

46

matematika dan menggunakan data komparatif. Ada beberapa. bentuk grafik,


antara lain: grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, dan grafik gambar.
Beberapa kelebihan grafik dalam pembelajaran antara lain:
memungkinkan kita mengadakan analisis, penafsiran dan perbandingan antar
data-data yang disajikan, baik dalam ukuran, jumlah, pertumbuhan, maupun
arah tertentu
bermanfaat untuk mempelajari hubungan kuantitatif antar beberapa data
penyajian pesannya cepat, jelas, menarik, ringkas, dan logis.
Semakin rumit data yang akan disajikan akan semakin efektif bila disajikan
melalui grafik. Grafik yang baik haruslah:
jelas untuk dilihat dan dibaca siswa
hanya menyajikan satu ide/pokok masalah
menggunakann warna-warna kontras dan harmonis
dibuat secara ringkas dan diberikan judul
sederhana, menarik, teliti dan mampu "berbicara sendiri" (begitu siswa
membaca, langsung mengerti maksudnya).

2. Media yang diproyeksikan


(a). Transparansi OHP
Berbeda dengan media-media visual terdahulu yang tidak memerlukan alat
penyaji, transparansi OHP visualnya diproyeksikan ke layar menggunakan
proyektor. Media ini terdiri dari dua perangkat, yaitu perangkat lunak (software)
dan perangkat keras (hardware). Perangkat lunaknya berupa transparansi yang

47

disebut OHT (overhead transparancy). Sedangkan perangkat lunaknya adalah


OHP (overhead projector). Beberapa kelebihan media transparansi OHP adalah:

tidak memerlukan ruangan gelap, sehingga aktivitas belajar siswa dapat


berjalan seperti biasa

praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas dan ruangan, dan bisa
disajikan tanpa layar khusus (dapat langsung ke dinding kelas)

memberi kemungkinan siswa mencatat informasi yang ditayangkan


bisa disajikan dengan berbagai variasi yang menarik sehingga tidak
membosankan

transparansi dapat dicopy dan dibagikan kepada siswa sebagai hand out

dapat dipakai guru sebagai pointer (pokok-pokok materi)

dapat dipakai berulang-ulang

guru dapat mengatur, mengurutkan, dan merevisi materi yang akan disajikan

guru bebas mengatur waktu, kecepatan, dan teknik penyajiannya

mudah pembuatannya, tulisan dapat dihapus, ditambah, atau dikurangi serta


mudah pengoperasiannya

visual yang disajikan jauh lebih menarik dibandingkan kalau hanya digambar
di papan tulis

guru dapat bertatap muka (tidak perlu membelakangi siswa) sambil


menggunakan OHP

lebih bersih dan sehat jika dibandingkan dengan menggunakan kapur dan
papan tulis

Meskipun banyak kelebihannya media ini juga memiliki kelemahan yang perlu
diperhatikan, yaitu:
tergantung pada adanya aliran listrik

48

urutan penyajianya mudah kacau jika sebelumnya tidak dipersiapkan secara


sistematis
bagi sekolah-sekolah tertentu, pengadaan peralatannya masih dirasakan
mahal
bila rusak, misalnya lampunya putus, suku cadangnya sulit diperoleh,
khususnya untuk sekolah yang jauh dari kota besar
untuk jenis OHP tertentu, tidak mudah dibawa kemana-mana.
Oleh karena media OHP ini sudah banyak dimiliki dan digunakan oleh banyak
sekolah, maka pemanfaatan media ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian
akhir modul ini.
(b). Film Bingkai/slide
Film bingkai/slide adalah suatu film transparan yang umumnya berukuran 35
mm. Dalam satu paket program film bingkai berisi beberapa bingkai film yang
terpisah satu sama lain. Sebagai suatu program, maka durasi (lama putar) film
bingkai sangat bervariasi, tergantung jumlah bingkai filmnya. Waktu yang
diperlukan untuk menayangkan setiap bingkai juga bervariasi. Film bingkai ada
juga yang dilengkapi dengan paralatan audio, sehingga selain gambar, juga bisa
menyajikan suara. Film bingkai yang dilengkapi dengan audio dinamakan film
bingkai suara atau slide suara. Dalam beberapa hal, manfaat film bingkai ini
sebenarnya hampir sama dengan transparansi OHP, hanya saja kualitas visual
yang dihasilkan jauh lebih bagus. Dengan demikian potensi dan kelebihan yang
ada pada transparansi OHP juga dimiliki oleh film bingkai. Kelemahan media
ini dibandingkan OHP adalah biaya produksi dan peralatannya lebih mahal.
Pengoperasiannya juga kurang praktis. Untuk menyajikan film bingkai ini
diperlukan alat yang disebut proyektor slide. Karena faktor kemahalan dan

49

kurang praktis tersebut, maka penggunaan media ini kurang populer di sekolah.
Apalagi saat ini sudah ada program komputer yaitu Power Point yang lebih
murah dan lebih praktis penggunaannya.
3. Media Audio
Media audio yang dibahas di sini khusus kaset audio karena media inilah yang
paling sering digunakan di sekolah. Program kaset audio termasuk media yang
sudah memasyarakat hingga ke pelosok pedesaan. Program kaset audio merupakan
sumber yang cukup ekonomis karena biaya yang diperlukan untuk pengadaan dan
perawatan cukup murah. Beberapa kelebihan program audio adalah:
materi pelajaran yang sudah terekam tak akan berubah, jika diperlukan bisa
digandakan berkali-kali sesuai jumlah yang dibutuhkan.
untuk jumlah sasaran yang banyak, biaya produksi dan penggandaannya relatif
murah
jika diperlukan, rekaman dapat dihapus dan kasetnya masih dapat dipergunakan
peralatan penyajinya (tape recorder) juga termasuk murah bila dibandingkan
dengan peralatan audio visual lainnya

pengoperasian dan perawatannya juga mudah, tempat perbaikannya mudah


ditemukan di sekitar sekolah

program kaset audio dapat menyajikan kegiatan, materi pelajaran dan sumber
belajar yang berasal dari luar kelas/sekolah seperti: hasil wawancara, rekaman
peristiwa, dan dokumentasi sehingga dapat memperkaya pengalaman belajar
siswa.
Program audio sangat cocok untuk menyajikan materi pelajaran yang bersifat
auditif, seperti pelajaran bahasa asing dan seni suara. Program audio mampu
menciptakan suasana yang imajinatif dan membangkitkan sentuhan emosional bagi

50

siswa. Dalam pelajaran sejarah misalnya, kita tidak mungkin memperoleh suara
asli patih Gajahmada. Melalui program audio, secara imajinatif kita bisa
menghadirkan suara tokoh Gajahmada yang gagah berani dan patriotik. Program
ini bisa digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan afektif kepada
siswa sehingga memberikan kesan mendalam di hati siswa. Adapun kelemahannya
adalah:
daya jangkaunya terbatas, tidak bisa didengarkan secara masal (kecuali disiarkan
melalui radio)
jika jumlah sasarannya sedikit dan hanya sekali pakai, maka biaya produksi
manjadi mahal
cenderung verbalistik karena semua informasi hanya disajikan melalui suara,
sehingga sulit dipergunakan untuk menyajikan materi yang bersifat sangat
teknis, praktek, dan eksak.
4.

Media video
Media video merupakan salah satu jenis media audio visual. Jenis media audio

visual lain misalnya film. Tetapi yang akan dibicarakan di sini hanyalah media
video, karena media inilah yang sudah banyak dikembangkan untuk keperluan
pembelajaran. Sebagian besar fungsi film sudah bisa digantikan oleh media video.
Biaya produksi dan perawatan video juga lebih murah. dibandingkan film.
Pengoperasianyapun jauh lebih praktis. Sehingga tak heran bila media video saat
ini lebih populer dan diminati dibandingkan media film. Oleh sebab itu saat ini
media video telah banyak diproduksi untuk keperluan pembelajaran.
Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran di sekolah bukan lagi sesuatu
yang aneh. Saat ini banyak sekolah yang telah memiliki dan memanfaatkan
program video pembelajaran di sekolah. Media video memiliki banyak kelebihan

51

dibanding OHP, slide, dan audio. Sebagai media audio visual, video dapat
menampilkan suara, gambar, dan gerakan, sekaligus. Sehingga media ini efektif
untuk menyajikan berbagai topik pelajaran yang sulit disampaikan melalui
informasi verbal.
Kemampuan video untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak
siswa melanglang buana walaupun dibatasi oleh dinding ruang kelas. Obyek-obyek
yang terlalu kecil, terlalu besar atau obyek langka dan berbahaya dapat dihadirkan
ke ruang kelas. Bahkan video dapat menghadirkan obyek yang hanya ada di lain
benua dan luar angkasa. Singkatnya, media ini mampu "membawa dunia ke dalam
kelas" .
Pesan yang dapat disajikan melalui video dapat bersifat fakta (obyek, kejadian,
atau informasi nyata), dapat pula bersifat fiktif. Pada mata pelajaran yang banyak
mempelajari keterampilan motorik, media video sangat diperlukan. Dengan
kemampuanya untuk menyajikan gerakan lambat (slow motion), maka media ini
akan memudahkan siswa mempelajari prosedur gerakan tertentu secara lebih rinci
dan jelas.
Sekarang, media ini biasanya dikemas dalam bentuk VCD (video compact
disc). Beberapa tahun lalu, media ini masih dianggap terlalu mahal untuk
digunakan di sekolah. Tetapi saat ini harganya sudah terjangkau oleh masyarakat
hingga ke lapisan bawah. Harga satu keping VCD hampir sama dengan kaset audio.
Dengan demikian, media video ini layak kita jadikan sebagai salah satu pilihan
untuk dimanfaatkan secara. maksimal dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Meskipun demikian, akhir-akhir ini kehebatan program video masih
terkalahkan oleh program pembelajaran berbantuan komputer. Media komputer
memiliki hampir semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu

52

menampilkan teks, gerak, suara, dan gambar, komputer juga dapat digunakan
secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang disambung dengan
internet dapat memberikan keleluasan belajar menembus ruang dan waktu serta
menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas. Oleh karena itu media
komputer dapat dimasukkan dalam kelompok multimedia.
Pada modul ini media komputer memang tidak kita bahas lebih jauh lagi.
Sebab untuk membahasnya diperlukan kondisi yang lebih khusus. Namun tidak
lama lagi, setiap kali membahas media pembelajan, media ini mau tak mau akan
menjadi media yang harus kita bahas lebih mendalam. Tidak lama lagi penggunaan
media

komputer

dalam

pembelajaran

diperkirakan

semakin

mendesak.

Perkembangan media pembelajaran memang akan terus berlanjut, seiring dengan


pesatnya kemajuan iptek terutama bidang tekologi komunikasi dan informasi.
Untuk itu sebagai pendidik, kita perlu mengikuti perkembamgan itu.

RANGKUMAN

Ada berbagai cara dan sudut pandang dalam menggolongkan jenis media.
Apapun dasar yang digunakan dalam pengelompokan itu, tujuannya sama yaitu agar
orang lebih mudah mempelajarinya. Rudy Bretz (1971), mengidentifikasi jenis-jenis
media berdasarkan tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual dan gerak. Berdasarkan tiga
unsur tersebut, Bretz mengklasifikasikan media ke dalam delapan kelompok, yaitu:
(1) media audio, (2) media cetak, (3) media visual diam, (4) media visual gerak, (5)

53

media audio semi gerak, (6) media semi gerak, (7) media audio visual diam, serta (8)
media audio visual gerak.
Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi sepuluh golongan sebagai
berikut: (1) audio, (2) cetak, (3) audio cetak, (4) proyeksi visual diam, (5) proteksi
audio visual diam, (6) visual gerak, (7) audio visual gerak, (8) obyek fisik, (9)
manusia dan lingkungan, serta (10) komputer.
Schramm (1985) menggolongkan media atas dasar kompleksnya suatu media,
yaitu: media besar (media yang mahal dan kompleks) dan media kecil (media
sederhana dan murah). Selain itu Schramm juga membedakan media atas dasar
jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan serentak), media kelompok
(liputannya seluas ruangan tertentu), dan media individual (untuk perorangan).
Henich dkk (1996) membuat klasifikasi media sebagai berikut: (1) media yang
tidak diproyeksikan, (2) media yang diproyeksikan, (3) media audio, (4) media video,
(5) media berbasis komputer, dan (6) multi media kit.
Media yang tidak diproyeksikan sering disebut sebagai media pameran (displayed media). Jenis media yang tidak diproyeksikan antara lain: realia, model, dan
grafis. Media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber
belajar. Pemanfaatan media realia dapat juga dilakukan dengan cara mengajak
observasi. Selain observasi, penggunaan media realia juga dapat dimodifikasi berupa:
potongan benda (cutaways), benda contoh (specimen), dan pameran (exhibid). Media
model diartikan sebagai benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan
representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Media grafis tergolong
jenis media visual yang menyalurkan pesan lewat simbol-simbol visual. Media grafis
banyak jenisnya, misalnya: gambar/foto, sketsa, bagan/chart, diagram, grafik, poster,
kartun dan sebagainya.

54

Contoh media yang diproyeksikan adalah transparansi OHP dan film


bingkai/slide. Media transparansi OHP terdiri dari dua perangkat, yaitu perangkat
lunak (software) yang disebut OHT (overhead transparancy) dan perangkat keras
(hardware) yang disebut OHP (overhead projector). Film bingkai/slide adalah suatu
film transparan. Dalam satu paket program film bingkai berisi beberapa bingkai film
yang terpisah satu sama lain. Film bingkai ada juga yang dilengkapi dengan paralatan
audio, sehingga selain gambar, juga bisa menyajikan suara. Film bingkai yang
dilengkapi dengan audio dinamakan film bingkai suara atau slide suara. Media audio
yang paling sering digunakan di sekolah adalah kaset audio. Program audio sangat
cocok untuk menyajikan materi pelajaran yang bersifat auditif, seperti pelajaran
bahasa asing dan seni suara.
Media video merupakan salah satu jenis media audio visual. Media video
sudah banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran. Sebagian besar fungsi
film sudah bisa digantikan oleh media video. Sekarang, media ini biasa dikemas
dalam bentuk VCD.
Media komputer memiliki hampir semua kelebihan yang dimiliki oleh media
lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara, dan gambar, komputer juga dapat
digunakan secara interaktif. Komputer yang disambung dengan internet dapat
memberikan keleluasan belajar yang hampir tanpa batas. Oleh karena itu media
komputer dapat dimasukkan dalam kelompok multimedia.

LATIHAN
1. Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Beberapa dasar digunakan
para ahli dalam mengelompokkan media. Untuk tujuan apakah para ahli melakukan
pengelompokkan tersebut?

55

2. Dari sekian banyak jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran,
Henich dkk (1996) membuat klasifikasi media yang lebih sederhana. Ke dalam
kelompok apa saja media dikelompokkan menurut mereka?
3. Yang termasuk dalam media yang tidak diproyeksikan adalah realia, model, dan
grafis. Apakah perbedaan diantara ketiga jenis media itu?

TES FORMATIF
1. Ada berbagai cara dan sudut pandang dalam menggolongkan jenis media. Rudy
Bretz (1971), mengidentifikasi jenis media berdasarkan tiga unsur pokok, yaitu:
suara, visual dan gerak. Berdasarkan tiga unsur tersebut, Bretz mengklasifikasikan
media ke dalam delapan kelompok diantaranya, kecuali...
a.

media audio

b.

media cetak

c.

media audio cetak

d.

media visual diam

e.

media visual gerak.

2. Contoh media proyeksi audio visual diam sebagai salah satu dari sepuluh
pengelompokkan media yang dilakukan oleh Anderson (1976) adalah....
a. kaset audio
b. film bingkai (slide) bersuara
c. film gerak bersuara
d. spesimen
e. CBI (pembelajaran berbasis komputer).
3. Yang termasuk ke dalam media grafis sebagai salah satu jenis media yang tidak
diproyeksikan adalah

56

a.

gambar/foto

b.

bagan/chart

c.

poster

d.

film bingkai/slide

e.

kartun.

4. Beberapa kelebihan media transparansi OHP adalah, kecuali....


a. tergantung pada adanya aliran listrik
b.

memberi kemungkinan siswa mencatat informasi yang ditayangkan

c.

dapat dipakai berulang-ulang

d.

guru bebas mengatur waktu, kecepatan, dan teknik penyajiannya

e.

guru dapat bertatap muka (tidak perlu membelakangi siswa) sambil


menggunakan OHP.

5. Beberapa kelemahan film bingkai/slide diantaranya seperti biaya produksi dan


peralatannya yang mahal serta pengoperasiannya yang kurang praktis sehingga
menyebabkan penggunaan media ini kurang populer di sekolah, apalagi sejak
adanya program komputer....
a. Microsoft Word
b. Microsoft Excel
c. Internet Explorer
d. Microsoft outlook
e. Microsoft Power Point.

57

BAB V
PEMBUATAN DAN PENYAJIAN MEDIA TRANSPARANSI

Kompetensi: Setelah selesai mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat mengetahui
perangkat media transparansi, teknik pembuatan transparansi, serta
teknik penyajian transparansi

Sejauh ini, papan tulis dianggap sebagai media yang paling praktis dan murah,
sehingga setiap ruang kelas hampir pasti memilikinya. Tetapi papan tulis memiliki

58

berbagai kelemahan misalnya dalam hal keterbatasan jangkauan, kurangnya daya


tarik, dan hanya dapat dipakai secara langsung (tidak bisa dipersiapkan sebelumnya).
Sementara penggunaan proyektor slide atau film, meskipun dipandang dapat
mengatasi kelemahan papan tulis tersebut, namun biayanya mahal dan kurang praktis
pengoperasiannya. Penggunaan OHP bisa dianggap sebagai "jalan tengah" antara
media tradisional papan tulis dengan media audio visual modern lainnya.
Karena berbagai keterbatasan, modul ini tidak mungkin membicarakan
pemanfaatan semua jenis media. Dengan pertimbangan praktis, bagian ini hanya akan
membahas pembuatan dan penyajian media transparansi OHP. Diantara beraneka
macam media yang telah kita bicarakan, media transparansi agaknya merupakan
media yang cukup populer penggunaannya di sekolah. Hampir semua sekolah telah
memiliki peralatan OHP, namun pemanfaatannya belum maksimal. Oleh karena itu,
jenis media ini sengaja dibahas secara lebih detail dalam modul ini.
Dibandingkan dengan media pembelajaran modern lainnya (slide, film, video),
OHP merupakan "alat bantu mengajar tatap muka sejati". Anggapan ini bisa
dimaklumi, sebab untuk menggunakan OHP tata letak ruang kelas tetap seperti biasa,
guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Selain itu,
dengan ruang kelas yang tidak perlu gelap, aktivitas siswa dapat berlangsung seperti
biasa, dapat saling melihat dan tetap dapat sambil mencatat. Keadaan seperti ini
membuat aktivitas belajar tidak terganggu.

A. Perangkat Media Transparansi


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, media transparansi terdiri dari
perangkat keras (OHP) dan perangkat lunak (OHT). Untuk mengenal lebih jauh,
masing-masing perangkat dijelaskan secara singkat sebagai berikut.

59

1. Overhead proyektor (OHP)


Dalam kelompok peralatan proyeksi, OHP merupakan peralatan yang paling
sederhana. Peralatan OHP hanya menggunakan sistem optik (lensa-lensa) dan
elektronik (kipas pendingin dan lampu proyektor). Ada beberapa model atau
bentuk OHP, tetapi pada dasarnya memiliki prinsip kerja yang sama.
Perbedaannya adalah beberapa fasilitas tambahan dan variasinya. Bentuk OHP
yang biasa dipakai di sekolah pada umumnya terdiri atas lampu, reflektor dan
kipas pendingin ditempatkan dalam kotak bagian bawah. Hal ini menyebabkan
bentuk dan ukurannya menjadi besar, sehingga mengurangi kepraktisannya.
Namun bentuk OHP yang demikian memiliki kelebihan yaitu lebih tahan untuk
dinyalakan lebih lama, karena udara panas akibat nyala lampu dapat
dihembuskan ke luar oleh kipas pendingin. Ada jenis OHP lain yang dirancang
agar lebih praktis dan mudah di bawa kemana-mana. Bentuk OHP ini lebih
ramping dan bersifat portable.
Pada OHP jenis tersebut, lampu proyektor dipasang menjadi satu dengan lensa.
Tipe ini tidak dilengkapi dengan kipas pendingin. Jadi tidak diperlukan lagi
bagian kotak besar seperti pada jenis OHP yang pertama. Karena itu, OHP jenis
ini lebih tipis, ringan dan jika dilipat hanya setebal tas sehingga lebih mudah
dibawa kemana-mana. Meskipun demikian, jenis OHP ini akan cepat panas
sehingga jika terlalu lama dinyalakan lampunya mudah putus.
2. Overhead transparancy (OHT)
OHT sering disebut transparancy film atau transparansi. Terbuat dari bahan
plastik tembus cahaya sehingga visual dapat diproyeksikan. Lembaran plastik
biasanya berukuran 26,5 x 21 cm. Ada beberapa kualitas plastik yang bisa
digunakan, mulai dari yang mahal dan bermerk khusus hingga yang paling

60

murah, bahkan bisa saja menggunakan plastik seperti yang dipakai untuk taplak
meja. Di atas transparansi itu, guru bisa menyiapkan tulisan jauh sebelum
penyajian atau bisa langsung menulis sambil mengajar.

B. Teknik Pembuatan Media Transparansi


Ada dua cara yang dapat Anda lakukan untuk menghasilkan transparansi, yaitu:
1. Dengan cara mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu, antara lain:
a. Mencetak dengan bantuan komputer, baik dengan full color (berwarna)
maupun mono colour (hitam). Hal ini bisa menggunakan plotter maupun
laser ink jet printer
b. Membuat gambar/tulisan dalam selembar kertas atau mengambil dari buku,
lalu difotocopy dalam plastik transparansi khusus
c. Melalui proses fotografi yang dicetak dalam film transparansi., dan masih ada
cara-cara lain

2. Membuat sendiri secara manual


Cara ini dapat dilakukan sendiri oleh guru dengan cepat, sederhana dan murah.
Secara singkat , teknik pembuatannya dijelaskan sebagai berikut :
a. Siapkan bahan dan peralatan yang diperlukan, yaitu: plastik transparansi
(sesuai kualitas yang dikehendaki), OHT pen (marker pen) atau spidol
pemanen, minyak penghapus (eceton), kapas dan alat bantu tulis lain yang
diperlukan. Bila diperlukan sediakan pula bingkai OHT.

61

b. Siapkan draft yang akan ditrasparansikan dengan pensil pada kertas, lalu
dijiplak ke dalam transparansi. Sesuaikan ketentuan ukurannya dengan
bidang proyeksi.
OHT dapat dibuat dalam beberapa bentuk dan teknik sajian, misalnya: bentuk
tunggal, tumpang tindih (overlay), bentuk ibuka-tutup (masking), bentuk yang
diberikan lapisan transparansi berwarna.
Selain itu, dalam membuat rancangan visual dalam transparansi, perlu juga
diperhatikan perhatikan beberapa tips berikut.
Gunakan huruf dengan ukuran minimal 0,6 cm. Jika Anda mengunakan huruf
yang lebih kecil dari itu, maka hasil tayangan akan sulit terbaca oleh siswa yang
duduk di belakang
Luas bidang transparansi yang ditulisi jangan melebihi ukuran 18x22 cm. Jika
melebihi, maka akan ada sebagian tulisan yang tidak tampak dalam tayangan
Sebaiknya dalam satu lembar transparansi tidak lebih dari enam baris tulisan.
Setiap baris maksimal berisi enam kata. Jika lebih dari itu, transparansi akan
terlihat terlalu "ramai"
Dalam satu lembar transparansi usahakan hanya berisi satu topik permasalahan.
Setiap transparansi agar diberi judul. Jika satu lembar transparansi belum cukup
untuk menuangkan satu topik tertentu, bisa disambung pada transparansi yang
lain dengan diberi judul yang sama
Bila transparansi diberi bingkai, maka pada ruang bingkai dapat diberi catatan
kecil yang dianggap perlu
Lembar transparansi sebaiknya tidak hanya berisi tulisan, tetapi dikombinasikan
dengan gambar, bagan, grafik, foto, skema atau simbol-simbol visual lain, agar

62

lebih menarik dan tidak membosankan. Tulisan dan gambar diusahakan


proporsional/seimbang
Agar tayangan lebih menarik, gunakan variasi warna dan bentuk huruf. Namun
pemakaian wama jangan berlebihan, maksimal empat warna agar tidak terlalu
ramai.

C. Teknik Penyajikan Transparansi OHP


Untuk dapat menyajikan media transparansi dengan baik, ada baiknya Anda
perhatikan saran-saran berikut:
a. Susunlah semua transparan yang akan Anda sajikan dengan rapi. Untuk
memudahkan urutan sajian, sebaiknya setiap lembar transparan diberi nomor
urut, mulai transparan pertama sampai terakhir berdasarkan urutan sajian
b. Letakkan transparan terlebih dahulu di atas OHP dengan baik, kemudian baru
nyalakan lampunya
c. Periksa arah cahaya, apakah posisi tayangan sudah tepat pada layar. Arah tayang
yang tidak tepat akan membentuk efek keystone (menyempit pada salah satu
sisinya). Jika mungkin, posisi layar bagian atas dibuat agak ke depan
d. Aturlah letak posisi transparansi dan ketepatan fokusnya sehingga memperoleh
hasil visual yang baik
e. Penerangan dalam ruangan tetap seperti biasa (kecuali jika ada cahaya kuat yang
masuk ke ruang, maka lampu di dekat layar bisa dimatikan)
f. Gambar/tulisan yang tertayang pada layar harus dapat terlihat dengan mudah
oleh seluruh siswa. Siswa harus dapat melihat dengan bebas tanpa terhalang
oleh guru atau siswa lain

63

g. Selama penyajian, tetaplah menghadap ke arah siswa. Hindari membaca tulisan


pada layar (kecuali ketika mengontrol ketepatan fokus dan posisi tayangan)
h. Jangan menunjuk-nunjuk tulisan/gambar yang ada di layar, tetapi tunjuklah
tulisan/gambar pada transparan di OHP
i. Tunjukkan bagian materi yang sedang Anda bicarakan. Sebaiknya tidak
menunjuk tulisan dengan menggunakan jari tetapi gunakan alat tunjuk, misalnya
pensil yang runcing
j. Jika dianggap perlu, tutuplah sebagian permukaan transparan menggunakan
kertas, kemudian dibuka berangsur-angsur sesuai materi yang dijelaskan. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu mengarahkan perhatian siswa pada pokok
pembicaraan atau untuk memancing rasa keingintahuan (penasaran) siswa
terhadap bagian tulisan yang masih tertutup. Sebagai variasi, Anda juga bisa
menggunakan trasparansi bentuk overlay, masking atau billboarding
k. Bila diperlukan, Anda bisa menulis pada transparans untuk memperjelas sajian,
atau menambahkan penjelasan yang baru saja Anda ingat. Sebaiknya tambahan
penjelasan tersebut ditulis pada lembar plastik kosong yang ditumpangkan di
atas tranparans yang sedang disajikan. Dengan demikian transparan aslinya
tidak tercoret-coret sehingga masih dapat digunakan lagi pada kesempatan lain
l. Segera matikan OHP jika tayangan tidak diperlukan lagi. Hal ini untuk
menghindari OHP yang terIalu panas yang dapat merusak lampu. Harap
diperhatikan bahwa kerusakan OHP yang paling sering terjadi adalah putus
lampunya. Lebih-lebih untuk tipe OHP yang tidak menggunakan kipas
pendingin.
m. Simpanlah lembar-lembar transparans ke dalam map. Setiap lembar sebaiknya
dilapisi selembar kertas untuk memisahkan dengan lembar lainnya agar tulisan

64

tidak cepat rusak dan tidak lengket ketika diambil. Pemberian kertas pemisah,
juga dimaksudkan agar transparan mudah terbaca pada saat dipilih-pilih
sebelum penayangan.

RANGKUMAN

Penggunaan OHP bisa dianggap sebagai "jalan tengah" antara media tradisional papan
tulis dengan media audio visual modern lainnya. Media OHP merupakan media yang
cukup populer penggunaannya di sekolah. Hampir semua sekolah telah memiliki
peralatan OHP, namun pemanfaatannya belum maksimal. Media transparansi terdiri
dari perangkat keras (OHP) dan perangkat lunak (OHT). Ada dua cara yang dapat
Anda lakukan untuk menghasilkan OHT, yaitu: dengan cara mengambil dari bahan
cetak dengan teknik tertentu dan membuat sendiri secara manual. OHT dapat dibuat
dalam beberapa bentuk dan teknik sajian, misalnya: bentuk tunggal, tumpang tindih
(overlay), bentuk buka-tutup (masking), bentuk yang diberikan lapisan transparansi
berwarna.

LATIHAN

1. Mengapa penggunaan OHP bisa dianggap sebagai "jalan tengah" antara media
tradisional papan tulis dengan media audio visual modern lainnya?

65

2. Dibandingkan dengan media pembelajaran modern lainnya, OHP merupakan "alat


bantu mengajar tatap muka sejati".
3. Ada berapa cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan transparansi?
Bagaimanakah itu?
4. Sebutkan teknik-teknik penyajian OHT.

BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN

66

Pada hakekatnya, alam semesta ini merupakan sumber belajar bagi manusia
sepanjang massa. Jika Anda sependapat dengan asumsi ini, maka pengertian sumber
belajar merupakan konsep yang sangat luas meliputi segala yang ada di jagad raya ini.
Jadi, begitu banyaknya sumber belajar yang ada di seputar kita yang semua itu
dapat kita manfaatkan untuk keperluan belajar. Sekali lagi, guru hanya merupakan
salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang ada. Bahkan guru hanya salah satu
sumber belajar yang berupa orang, selain petugas perpustakaan, petugas laboratorium,
tokoh-tokoh masyarakat, tenaga ahli/terampil, tokoh agama, dll.
Hal yang perlu perhatian adalah, agar bisa terjadi kegiatan belajar pada siswa,
maka siswa harus secara aktif melakukan interaksi dengan berbagai sumber belajar.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar hanya mungkin terjadi jika ada interaksi
antara siswa dengan sumber-sumber belajar. Dan inilah yang seharusnya diusahakan
oleh setiap pengajar dalam kegiatan pembelajaran.
Media merupakan salah satu komponen pembelajaran,oleh karena itu media
tidak bisa luput dari pembahasan sistem pembelajaran secara menyeluruh.
Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian
guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Banyak jenis media yang bisa dipilih,
dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan kondisi waktu, biaya maupun tujuan
pembelajaran yang dikehendaki. Setiap jenis media memiliki karakteristik tertentu
yang perlu kita pahami, sehingga kita dapat memilih media yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan.
Melalui berbagai metode dan media pembelajaran, siswa akan dapat banyak
berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki siswa.
Barang kali perlu direnungkan kembali ungkapan populer yang mengatakan : Saya
mendengar saya lupa, Saya melihat saya ingat, Saya berbuat maka saya bisa.

67

Media pendidikan , tentu saja media yang digunakan dalam proses dan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pada hakekatnya media pendidikan juga merupakan
media komunikasi, karena proses pendidikan juga merupakan proses komunikasi.
Apabila kita bandingkan dengan media pembelajaran, maka media pendidikan
sifatnya lebih umum, sebagaimana pengertian pendidikan itu sendiri. Sedangkan
media pembelajaran sifatnya lebih mengkhusus, maksudnya media pendidikan yang
secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang telah
dirumuskan secara khusus. Tidak semua media pendidiikan adalah media
pembelajaran, tetapi setiap media pembelajaran pasti termasuk media pendidikan.
Sebagai bagian dari sumber belajar, media harus dapat kita manfaatkan secara
maksimal untuk membantu siswa mencapai tujuan belajamya. Alangkah minimnya
pengalaman belajar anak didik kita, jika mereka hanya memperoleh informasi dari
sumber-sumber yang terbatas. Guru memang salah satu sumber belajar bagi siswanya,
tetapi bukan satu-satunya. Masih banyak sumber belajar lain yang dapat kita
manfaatkan untuk membuat siswa kita belajar. Peran penting guru adalah
mengupayakan agar setiap siswanya dapat berinteraksi dengan sebanyak mungkin
sumber belajar.
Pemanfaatan media pada dasamya dimaksudkan untuk membantu agar kegiatan
pembelajaran lebih efektif mencapai tujuan dan efisien dalam hal tenaga, waktu dan
beaya. Sayangnya, masih ada yang beranggapan bahwa penggunaan media akan
menambah pekerjaan guru yang waktunya telah habis untuk mengejar target
kurikulum. Anggapan demikian sebenamya tak perlu terjadi.

B. SARAN

68

Anda telah mempelajari pembahasan tentang media pembelajaran. Setelah


selesai mempelajari modul ini, tentunya Anda telah memahami apa itu media
pembelajaran. Anda juga telah mengenal jenis dan karakteristik beberapa media
pembelajaran. Selain itu, berbagai manfaat penggunaan media juga telah Anda
ketahui. Bahkan, Anda juga sudah mengetahui bagaimana memilih media yang tepat,
sekaligus teknis pemanfaatannya. Masalahnya sekarang adalah, maukah kita
memanfaatkan media tersebut? Sebagai seorang guru, Anda memang tidak cukup
hanya mengetahuinya. Lebih penting dari itu, Anda dituntut untuk dapat
mengaplikasikan pengetahuan itu dalam kegiatan pembelajaran demi keberhasilan
belajar anak didik kita.
Peran guru adalah menyediakan, menunjukkan, membimbing dan memotivasi
siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada.
Bukan hanya sumber belajar yang berupa orang , melainkan juga sumber-sumber
belajar yang lain. Bukan hanya sumber belajar yang sengaja dirancang untuk
keperluan belajar, melainkan juga sumber belajar yang telah tersedia. Semua sumber
belajar itu dapat kita temukan, kita pilih dan kita manfaatkan sebagai sumber belajar
bagi siswa kita.
Dengan adanya sumber belajar yang bervariasi maka diperlukan pemilihan dan
pemanfaatan media pembelajaran yang ada. Oleh karena itu seorang guru harus terus
berinovasi dan kreatif dalam menggunakan media pembelajaran. Dengan penggunaan
media pembelajaran yang tepat , akan sangat membantu dalam keberhasilan proses
pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.

69

70

You might also like