You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan salah satu jenis trauma yang
mempunyai angka morbiditas

dan mortalitas

tinggi yang memerlukan

penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok ) sampai fase lanjut.


Pada kasus luka bakar ini harus diperhatikan berbagai aspek, karena pada
kasus luka bakar memerlukan biaya yang sangat besar, perlu perawatan yang
lama, perlu operasi berulang kali, bahkan meskipun sembuh bisa menimbulkan
kecacatan yang menetap, sehingga penanganan luka bakar sebaiknya dikelola oleh
tim trauma yang terdiri dari tim spesialis bedah (bedah plastik, bedah toraks,
bedah anak), intensitas, spesialis penyakit dalam (khususnya hematologi,
gastroenterologi, ginjal dan hipertensi), ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan
psikolog, namun celakanya seringkali menimpa orang-orang yang tidak mampu.
Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya
sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini
disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk
kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu
tubuh akibat pendinginan).
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas
(scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian
besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali
menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak
dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.

Prognosis dan penangangan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar; dan penanganan sejak fase awal sampai
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan
kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan
pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan luka bakar pada anak?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan luka bakar pada anak

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cedera Luka Bakar


Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh
energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek
baik memanaskan atau mendinginkan. Luka bakar (combustio) adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001).
Luka bakar merupakan ruda paksa yang disebakan oleh tehnis. Kerusakan
yangterjadi pada penderita tidak hanya mengenai kulit saja, tetapi juga organ lain.
Penyebab ruda paksa tehnis ini berupa api, air, panas, listrik, bahkan kimia radiasi,
dll. Luka bakar adalah suatu keadaan dimana integritas kulit atau mukosa terputus
akibat trauma api, air panas, uap metal, panas, zat kimia dan listrik atau radiasi.
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah
(frosh bite). (Mansjoer 2000 : 365).
Apabila luka bakar digolongkan berdasarkan usia pasien dan jenis cedera
maka polanya adalah:
1. Toddler lebih sering menderita luka bakar akibat tersiram air panas.
2. Anak-anak yang lebih besar lebih cenderung mengalami luka bakar akibat
api.
3. 20% dari semua kasus pediatrik dapat disebabkan oleh penganiaan anak
(Herndon dkk,1996).
4. Anak-anak yang bermain korek api atau pemantik api menyebabkan 1 dari
10 kasus kebakaran rumah.
Luasnya destruksi jarinang ditentukan dengan mempertimbangkan intensitas
sumber panas, durasi kontak atau pajanan, konduktifitas jariangan yang terkena,
dan kecepatan energi panas meresap kedalam kulit. Pajanan singkat terhadap

panas berintensitas tinggi akibat api dapat mengakibatkan luka bakar yang sama
dengan luka bakar akibat pajanan lama terhadap panas berintensitas dalam air
panas.( wong,2008)
2.2 Etiologi
Menurut penyebabnya, luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis, meliputi
hal-hal berikut ini :
1. Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya:teko
atau minuman).
2. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak.
3. Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yang disebabkan
oleh merokok di tempat tidur.
4. Benda panas (misalnya radiator).
5. Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari).
6. Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.
Mungkin tidak jelas adanya kerusakan kulit, tetapi biasanya terdapat titik
masuk dn keluar. Luka bakar tersengat listrik dapat menyebabkan aritmia
jantung dan pasien ini harus mendapat pemantauan jantung minimal
selama 24 jam setelah cedera.
7. Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang
sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas. Antidot untuk zat kimia
harus diketahui dan digunakan untuk menetralisir efeknya.
8. Cedera inhalasi terjadi akibat pajanan gas panas, ledakan, dan luka bakar
pada kepala dan leher, atau tertahan pada ruangan yang dipenuhi asap.
2.3 Patofisiologi
Kulit adalah organ terbesa dari tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolic,
tetapi kulit melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup dimana
dapat terganggu akibat suatu cedera luka bakar. Suatu cedera luka bakar akan
mengganggu fungsi kulit, seperti berikut ini :
1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman.
2. Gangguan sensasi yang memberikan

informasi

tentang

lingkungan.
3. Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan air.

kondisi

Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas.
Jaringan lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu di atas 1150F (460C).
Luasnya kerusakan bergantung pada suhu pemukaan dan lama kontak. Sebagai
contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak
selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9 0C dapat
menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis dan dermis sehingga terjadi
cedera derajat-tiga (full-thickness injury). Sebagai manifetasi dari cedera luka
bakar panas, kulit akan melakukan pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan
pembentukan oksigen rekatif yang menyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan serta viskositas plasma meningkat
dengan menghasilkan suatu formasi mikrotombus.
Cedera
dimanifestasikan

luka

bakar

dengan

dapat

adanya

menyebabkan
demam,

keadaan

peningkatan

hipermetabolik

laju

metabolism,

peningkatan ventilasi, peningkatan curah jantung, peningkatan glokoneogenesis,


serta meningkatkan katabolisme otot visceral dan rangka. Pasien membutuhkan
dukungan komprehensif, yang berlanjut sampai penutupan luka selesai.
2.4 Klasifikasi
Respon luka bakar terhadap tubuh bergantung pada kondisi kedalaman dan
luas dari cedera luka bakar. Semakin dalam dan semakin luas cedera akan dapat
memengaruhi respons sistemik baik system kardiovaskuler, pernapasan, kondisi
cairan-elektrolit, urinarius, dan gastrointestinal.

2.4.1 Kedalaman luka bakar


Derajat kedalaman luka bakar dapat digolongkan sebagai (1) derajat pertama
yaitu luka bakar supersial (2) derajat kedua yaitu luka bakar partial-thickness (3)
derajat tiga yaitu full-thickness, dan (4) derajat empat yaitu luka bakar yang
merusak tulang, otot, dan jaringan dalam, serta luka bakar akibat sengatan arus
listrik yang menyebabkan robeknya jaringan.

Derajat kedalaman berdampak pada waktu penyembuhan, kebutuhan rawat


inap dan intervensi bedah, serta potensi untuk pengembangan bekas luka.
Meskipun klasifikasi akurat tidak selalu memungkinkan awalnya, penyebab, dan
karakteristik fisik luka bakar sangat membantu dalam kategori dan penetapan
rebcana intervensi yang akan dilaksanakan. Table 10.1 memudahkan dalam
penilaian dari karakteristik klasifikasi berdasarkan kedalaman luka bakar.
Deskripsi
Luka bakar

Gambar klinis

Ilustrasi

derajat

pertama
Derajat dua, jaringan
luka bakar dengan lesi
superficial

dengan

karakteristik luka bakar


partial-thickness.
Derajat dua, dengan
karakteristik luka bakar
partial-thickness dalam
Derajat tiga, dengan
karakteristik luka bakar
full-thickness.
Derajat empat, dengan
luka

bakar

yang

merusak otot.

Untuk membedakan derajat 2 dan derajat 3 pada awalnya bias sangat sulit.
Sebagai contoh, luka bakar full-thickness biasanya dengan tampilan warna putih
atau merah setelah bula pecah. Hal ini juga terjadi pada luka bakar partialthickness dalam. Penilaian estimasi derajat kedalaman luka bakar sangat
diperlukan dalam 24-72 jam pertama sebagai indicator awal untuk peerencanaan
intervensi selanjutnya. Penilaian lainnya dari kedalamaan luka bakar dengan
menilai karakteristik luka bakar yang dapat dilihat pada table 10.2.

2.5 Karakteristik luka bakar


Klasifikasi

Etiologi

Luka bakar
superficial

Terbakar
matahari

Luka bakar
partialthicness.

Pajanan air
panas.

Luka bakar
partialthicness
dalam.

Pajanan air
panas, kontak
langsung
dengan api
atau minyak
panas.

Luka bakar
fullthicness.

Pajanan air
panas, kontak
langsung

Penampilan
Terbatas di
epidermis, terdapat
eritema, tetapi
tidak segera timbul
lepuh.
Meluas ke
epidermis dan ke
dalam lapisan
dermis, serta
menimbulkan bula
dalam beberapa
menit.
Meluas ke seluruh
dermis. Namun,
daerah di
sekitarnya biasanya
mengalami luka
bakar derajat kedua
superfisial yang
nyeri.
Meluas ke
epidermis, dermis,
dan jaringan

Sensasi
Nyeri

Karakteristik
Waktu penyembuhan
Bekas luka
Penyembuhan terjadi
Tidak menimbulkan jaringan
secara spontan dalam 3- parut, biasanya tidak timbul
4 hari.
komplikasi.

Sangat nyeri.

7-20 hari.

Luka bakar ini biasanya


sembuh tanpa meninggalkan
jaringan parut, komplikasi
jarang terjadi, walaupun
mungkin timbul infeksi
sekunder pada luka.

Nyeri dengan
tekanan
partial.

Penyembuhan beberpa
minggu. Memerlukan
tindakan debridement
untuk membuang
jaringan yang mati.
Biasanya ditemukan
tandur kulit.

Folikel rambut mungkin utuh


dan akan tumbuh kembali.
Pada luka bakar ini selalu
terjadi pembentukan jaringan
parut.

Saraf rusak
sehingga luka
tidak terasa

Luka bakar jenis ini


mungkin memerlukan
waktu berbulan-

Luka bakar derajat ketiga


membentuk jaringan parut dan
jaringan tampak seperti kulit

dengan api,
minyak
panas, uap
panas, agen
kimia, dan
listrik
tegangan
tinggi.

subkutis. Kapiler
dan vena mungkin
hangus dan aliran
darah ke daerah
tersebut berkurang.

nyeri kecuali
dengan
tekanan dalam.
Namun, daerah
di sekitarnya
biasanya nyeri
seperti pada
luka bakar
derajat kedua.

bulanuntuk sembuh dan yang keras. Resiko tinggi


diperlukan pembersihan untuk terjadinya kontraktur.
secara bedah dan
penanduran.

2.6 Luas luka bakar


Penilaian luas luka bakar dilakukan dengan presentase total luas permukaan
tubuh (TBSA) yang disebabkan oleh cedera. Penilaian estimasi yang akurat dari
TBSA sangat penting untuk intervensi selanjutnya. Penilaian luas luka bakar dapat
menggunakan (1) metode Lund dan Browder. (2) metode rumus sembilan (Rules of
Nines). Atau (3) metode telapak tangan.
Metode Lund and Browder, metode yang lebih tepat untuk memperkirakan
luas permukaan tubuh yang terbakar adalah metode Lund and Browder yang
mengakui bahwa presentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomik,
khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut pertumbuhan. Dengan membagi
tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi
luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian tubuh tersebut. Kita bisa memperoleh
estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika
pasien tiba di rumah sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua, serta ketiga pasca
luka bakar karena garis demarkasi biasanya baru tampak sesudah periode tersebut.
Estimasi dengan metode Lund dan Browder sangat akurat dan efektif dilakukan pada
anak-anak.
Tabel. Penialain luas luka bakar dengan metode Lund and Browder.
Area

Kepala
Leher
Dada dan
abdomen
depan
Dada dan
abdomen
belakang
Bokong
kanan
Bokong kiri

Lahir-1
tahun

5-9
tahun

10-14
tahun

19
2
13

1-4
tahu
n
17
2
13

Dewasa

11
2
13

15
tahu
n
9
2
13

13
2
13

13

13

13

13

13

13

2,5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

7
2
13

2nd

3nd

TBSA

Genitalia
Lengan atas
kanan
Lengan atas
kiri
Lengan
bawah kanan
Lengan
bawah kiri
Telapak
tangan kanan
Telapak
kanan kiri
Paha kanan
Paha kiri
Kaki kanan
Kaki kiri
Kaki kanan
Kaki kiri
Total

1
4

1
4

1
4

1
4

1
4

1
4

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

5.5
5.5
5
5
3.5
3.5

6.5
6.5
5
5
3.5
3.5

8
8
5.5
5.5
3.5
3.5

8.5
8.5
6
6
3.5
3.5

9
9
6.5
6.5
3.5
3.5

9.5
9.5
7
7
3.5
3.5

Rumus sembilan (Rule of Nines), estimasi luas permukaan tubuh yang


terbakar disederhanakan dengan menggunakan rumus sembilan. Rumus sembilan
merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem
tersebut menggunakan presentase dalam kelipatan sembilan terhadap permukaan
tubuh yang luas.
Metode Telapak Tangan. Pada banyak pasien dengan luka bakar yang
menyebar, metode yang dipakai untuk memperkirakan presentase luka bakr adalah
metode telapak tangan (palm method). Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk
menilai luas luka bakar (Amirsyehbani, 2001).

2.7 Penatalaksanaan
a. Fase Akut atau Intermediet Perawatan Luka Bakar
Pada fase akut ini dilakukan perawatan luka umum seperti:
1) Pembersihan Luka
Hidroterapi dengan perendaman total dan bedside bath adalah terapi rendaman
disamping tempat tidur. Selama berendam, pasien didorong agar sedapat mungkin
bergerak aktif. Hidroterapi merupakan media yang sangat baik untuk melatih
ekstremitas dan membersihkan luka seluruh tubuh.
2) Terapi Antibiotik Topikal
Ada tiga preparat topikal yang sering digunakan yaitu silver sulfadiazin, silver
nitrat, dan mafenide asetat.
3) Penggantian balutan
Dalam mengganti balutan, perawat harus menggunakan APD. Balutan atau kasa
yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa menimbulkan sakit jika
sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bial pasien dibiarkan berandam
selama beberapa saat dalam bak rendaman. Pembalut sisanya dapat dilepas
dengan hati-hati memakai forseps atau tangan yang menggunakan sarung tangan
steril. Kemudian luka dibersihkan dan didebridemen untuk menghilangkan debris,
setiap preparat topikal yang tersisa, eksudat, dan kulit yang mati. Selama
penggantian balutan ini, harus dicatat mengenai warna, bau, ukuran, dan
karakteristik lain dari luka.
4) Debridemen

Tujuannya adalah untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri


dan benda asing sehingga pasien dilindungi dari invasi bakteri dan untuk
menghilangkan jaringan yang sudah mati. Debridemen ada 3 yaitu:
a. Alami : jaringan mati akan memisahkan diri secara spontan
b. Mekanis : penggunaan gunting bedah dan forsep untuk memisahkan dan
mengangkat jaringan mati
c. Bedah : tindakan operasi dengan melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit
sampai mengupas kulit yang terbakar
5) Graft Pada Luka Bakar
Adalah pencacokan kulit. Selama proses penyembuhan luka akan terbentuk
jaringan granulasi. Jarinagn ini akan mengisi ruangan ditimbulkan oleh luka,
membentuk barier yang merintangi bakteri dan berfungsi sebagai dasar untk
pertumbuhan sel epitel.
6) Dukungan Nutrisi
Nutrisi

yang

diberikan

adalah

TKTP

untuk

membantu

mempercepat

penyembuhan luka.
Kebutuhan metabolik dan katabolisme yang tinggi pada luka bakar berat
membuat kebutuhan nutria sangat penting dan sering kali sulit dipenuhi. Diet
harus menyediaka kalori yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
metabolic dan protein untuk menghindari peecahan protein.
Diet tinggi protein dan tinggi kalori di anjurkan setelah resolusi ileusparalitik.
Akan tetapi, banyak anak memilki nafsu makan buruk dan tidak mampu
memenuhi kebutuhan energy hanya dengan pemberian makanan secara oral.
Sebagian besar anak dengan luka bakar ayng lebih dari 22% TSBA memerlukan
tambahan makanan melalui selang.
7) Terapi penggantian cairan

Tujuan terapi cairan adalah mengkompensasi kehilngan air dan natrium pada area
trauma dan ruang interstitial,mengganti kekurangan natrium, mengemblikan
volume sirkulasi memberikankan perfusi yang adekuat dan meningkatkan fungsi
ginjal.
Penggantian cairan diperlukan selama 24 jam pertama karena perpindahan cairan
tengah terjadi. Banyak formul yang digunakan untuk menghitung kebutuhan
ini,dan formula yang dipakai bergantung pada pilihan praktisi. Larutan kristaloid
digunakan selama fase awal terapi. Keadekuatan resusitasi cairan ditentukan oleh
parameter, misalnya tanda-tanda vital (terutama frekuensi nadi), volume haluaran
urin, keaekuatan pengisian kapiler dan status snsorium. Setelah periode 24 jam
pertama, secara teoritis terjadi sumbat kapiler dan permiabelitas kapiler membaik.
Larutan koloid seperti albumin, plasmalit atau plasma segera beku bermanfaat
dalam mempertahankan volume plasma. Meski demikian, anak dengan cedera
luka bakar biasanya memerlukan cairan lebih dari perhitungan rumatan dan
penggantian volume.
b. Fase Rehabilitasi
Meskipun aspek jangka panjang pada perawatan luka bakar berada pada tahap
akhir, tetapi proses rehabilitasi harus segera dimulai segera setelah terjadinya luka
bakar sama seperti periode darurat. Fase ini difokuskan pada perubahan citra diri
dan gaya hidup yang dapat terjadi. Kesembuhan luka, dukungan psikososial dan
pemulihan aktifitas fungsional tetap menjadi prioritas. Fokus perhatian terus
berlanjut pada pemeliharaan keseimbangan cairan dan elekrolit serta perbaikan
status nutrisi. Pembedahan rekonstruksi pada bagian anggota tubuh dan fungsinya
yang terganggu mungkin diperlukan. Untuk perawatan lanjutan dapat
bekerjasama dengan fisioterapi agar dapat melatih rentang gerak (Smeltzer, 2001,
1918).
Tindakan penyelamatan jiwa, meliputi hal berikut:

1. Pastikan dan pertahankan jalan nafas yang memadai dengan menggunakan


oksigen lembab melalui sungkup atau, jika perlu, intubasi nasotrakhea
( terutama jika penderita mengalami luka bakar atau jika luka bakar
bertambah di ruang tertutp). Sebelum edema muka dan laring menjadi jelas.
Jika dicurigai ada hipoksia atau keracunan karbon monoksida, harus diberikan
oksegen 100%.
2. Resusitasi cairan intravena : anak dengan luka bakar lebih dari 15% luas
permukaan

tubuh

memerlukan

resusitasi

cairan

intravena

untuk

mempertahankan perfusi yang memadai. Semua penderita dengan inhalsi,


tanpa melihat luasnya luas permukaan tubuh yang terbakar, memerlukan jalur
intravenna untuk mengendalikan masuknya cairan. Semua cedera elektrik dan
tegangan tinggi memerlukan jalur intravena untuk melakukan deuresis alkali
pasca jika terjadi cedera otot dan mioglobinuria. Larutan ringer laktat, 10-20
ml/kg/jam ( dapat digunakan larutan salin normal jika tidak ada ringer laktat),
di infuskan sampai dapat dihitung penggantian cairan yang sesuai.
3. Evaluasi cedera yang menyertai, yang sering terjadi pada penderita dengan
riwayat luka bakar elektrik tegangan tinggi, terutama jika jatuh dari
ketinggian. Dapat terjadi cedera tulang belkang, tulang dan organ thorak arau
intra-abdomen. Ada resiko amata tinggi kelainan jantung, seperti takikardi
atau fibriasi ventrikel akibat konduktifitas voltage elektrik tinggi.
4. Penderita dengan luka bakar lebih besar dari 15% luas permukaan tubuh tidak
boleh diberi cairan peroral (pada awalnya). Karena penderita ini tidak dapat
mengalami ileus dan mungkin memerlukan pemasangan pipa nasogastrik
diruang gawat darurat untuk mencegah erjadinya aspirasi.
5. Semua luka haruss di bungkus dengan haduk steril sampai diputuskan
melakukan terapi rawat jalan atau dirujuk ke fasilitas perawatan yang lebih
sesuai (Behrman,1999).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian awal
1. Kaji status pernapasan.
2. Kaji luas cedera luka bakar berdasarkan presentase area permukaan tubuh
yang terkena.
3. Kaji kedalaman cedera luka bakar :
a. Luka bakar superfisial di epidermis.
Permukaan merah kering.
Pucat jika di tekan dan kembali normal jika tekanan dilepas.
Nyeri.
b. Luka bakar ketebalan parsial (derajat kedua).
Lepuh, basah.
Merah muda atau merah belang.
Pucat jika ditekan dan kembali normal jika tekanan dilepas.
Sangat nyeri.
c. Luka bakar ketebalan penuh (derajat ketiga)
Liat, kasar.
Permukaan kasar, kering.
Coklat, cokelat kemerahan, merah, atau hitam.
Tidak pucat jika ditekan.
Nyeri bervariasi, sering kali nyeri hebat.
4. Kaji adanya butkti-bukti cedera penyerta :
a. Periksa mata untuk mengetahui ada tidaknya cedera atau iritasi.
b. Periksa nasofaring untuk mengetahui ada tidaknya edema atau
kemerahan.
c. Periksa adanya rambut hangus, termasuk rambut hidung.
d. Kaji adanya cedera lain (mis, memar, fraktur, cedera internal).
5. Observasi adanya bukti-bukti distres pernafasan.
6. Kaji kebutuhan terhadap kebutuhan obat nyeri.
7. Timbang berat bnadan anak pada saat masuk rumah sakit, ukur tanda-tanda
vital.
8. Kaji tingkat kesadaran.

9. Dapatkan riwayat cedera luka bakar, terutama waktu cedera, sifat agen
penyebab kebakaran, durasi kontak, apah cedera terjadi di area tertutup, obat
yang diberikan.
10. Dapatkan riwayat yang berkaitan dengan kondisi sebelum terbakar, berat
badan, penyakit yang ada sebelumnya, adanya alergi, imunisasi tetanus.
11. Bantu dalam prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya jumlah darah,
urinalisis, kultur luka, hematokrit.
Pengkajian terus menerus.
1.
2.
3.
4.
5.

Pantau tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah.


Ukur masukan dan keluaran.
Pantau infus intravena, observasi adanya bukti-bukti hidrasi berlebihan.
Kaji sirkulasi pada area perifer dari luka bakar.
Kaji adanya bukti-bukti pemulihan, stabilitas penutup sementara atau graft

kulit, infeksi.
6. Observasi adanya bukti-bukti komplikasi pneumonia, sepsis luka, ulkus
curling (stres), disfungsi sistem syaraf (halusinasi, perubahan kepribadian,
delirium, kejang, perubahan pada sensorium), hipertensi.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera termal.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma kulit.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kulit yang gundul, adanya
organisme patogen, dan perubahan respons imun.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan katabolisme dam metabolisme, kehilangan nafsu makan.
3.3 Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
Diagnosa

Tujuan Dan
Kriteria Hasil

Intervensi

Rasionalisasi

Kerusakan
integritas kulit

Tujuan: pasien
menunjukkan

1. Cukur rambut
sampai kira-kira 5

1. Untuk
menghilangkan

berhubungan
dengan cedera
termal

tanda-tanda
penyembuhan
luka

cm dari tepi luka


dan area sekitar
luka dengan segera

Kriteria hasil:
luka sembuh
tanpa tanda-tanda
kerusakan atau
inflamasi

2. Bersihkan luka
dan kulit sekiarnya
dengan seksama
dan angkat debris
jaringan yang
mengalami
devitalisasi
3. Jaga pasien
untuk tidak
menggaruk dan
mengorek luka
4. Pertahankan
perawatan luka

reservoir untuk
infeksi
2. Untuk
menurunkan resiko
infeksi dan untuk
meningkatkan
proses
penyembuhan luka
3. Untuk
mempertahankan
proses
penyembuhan luka
4. Untuk
menghindari
kerusakan jaringan
yang sedang
berepitelisasi dan
bergranulasi

5. Diet tinggi kalori 5. Untuk memenuhi


dan protein
kebutuhan protein
dan kalori yang
6. Pantau tanda dan
meningkat
gejala infeksi pada
dikarenakan
luka
peningkatan
metabolisme dan
7. Balut jari-jari
katabolisme.
tangan dan kaki
secara terpisah
6. Untuk
mematikan
pengenalan dan
terapi yang tepat
7. Untuk mencegah
perlekatan jaringan
akibat kontak yang
lama
Nyeri
berhubungan
dengan trauma
kulit.

Tujuan: pasien
mengalami
penuurunan nyeri
sampai tingkat
yang dapat

1. Beri posisi
ekstensi
2.Implementasikan
latihan fisik aktif

1. Untuk
meminimalkan
nyeri akibat latihan
fisik yang
dilakukan untuk

Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kulit
yang gundul,
adanya
organisme
patogen, dan
perubahan
respons imun.

diterima anak

dan pasif

Kriteria hasil:
anak
menunjukkan
pengurangan
nyeri sampai
tingkat yang
dapat diterima
anak

3. Redakan iritasi

Tujuan: pasien
tidak
menunjukkan
tanda-tanda
infeksi luka

1. Pertahankan
teknik cuci tangan
yang seksama oleh
tim medis dan
pengunjung

Kriteria hasil:

2. Lakukan
pengangkatan
krusta dan lepuhan

1. Kemugkinan
sumber infeksi
dihilangkan
2. Luka
menunjukkan
tanda-tanda
infeksi minimal
atau tidak ada
tanda-tanda
infeksi

mendapatkam
kembali posisi
ekstensi
2. Untuk
meminimalkan
pembentukan
kontraktur
3. Untuk mencegah
peningkatan nyeri

3. Oleskan preparat
antimikroba topical
dan pasang balutan
pada luka sesuai
indikasi
4. Kaji data dasar
dan lakukan
serangkaian biakan
luka
5. Pantau dengan
cermat apakah ada
tanda-tanda sepsis
dan infeksi
(disorientasi,
takipnea, suhu di
atas 39,5C,
hipotermia, distensi
abdomen atau ileus
intestinal,
perubahan pada
penampilan luka

1. Untuk
meminimalkan
pajanan terhadap
agen infeksius
2. Untuk
mengeliminasi
reservoir bagi
organism
3. Untuk
mengendalikan
proliferasi bakteri
4. Untuk
memastikan adanya
peningkatan atau
penuruan flora luka

Resiko
ketidakefektifan
termoregulasi
berhubungan
dengan
kehilangan panas
dan gangguan
pada mekanisme
pertahanan kulit
untuk
mempertahankan
suhu tubuh

Tujuan: pasien
mempertahankan
pengaturan panas
yang normal
Kriteria hasil:
suhu tubuh pasien
tetap dalam batas
normal sesuai
usianya

1. Kaji keadaan
kulit untuk
mendeteksi
kedinginan,
perubahan warna,
dan pengisian
kapiler
(akrosianosis,
warna bantalan
kuku, dan bercakbercak)

1. Untuk
mengidentifikasi
penyesuaian
vascular akibat
kehilangan panas
2. Untuk
mengidentifikasi
kecenderungan
yang sig ifikan

2. Pantau tandatanda vital,


terutama suhu

3. Untuk
mengidentifikasi
tanda-tanda
kehilangan panas

3. Pantau apakah
ada kedingina dan
menggigil

4. Untuk
mempertahankan
suhu tubuh

4. Hindari pajanan
terhadap prosedur
yang menimbulkan
stress dingin
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
peningkatan
katabolisme dam
metabolism,
kehilangan nafsu
makan

Tujuan: pasien
mendapat nutrisi
yang optimum

1. Sediakan
makanan tinggi
kalori dan protein

Kriteria hasil:
pasien
mengkonsumsi
nutrisi dengan
jumlah yang
memadai dan
mempertahankan
berat badan
sebelum
mengalami luka
bakar

2. Sediakan
makanan yang
disukai pasien
3. Berikan
makanan dan
lingkungan yang
menarik
4. Temani anak
saat makan
5. Berikan
pemberian
makanan enteral
tambahan sesuai
program

1. Untuk
menghindari
pemecahan protein
dan memenuhi
kebutuhan kalori
yang meningkat
2. Untuk
menstimulasi selera
makan
3. Untuk
mendorong napsu
makan
4. Untuk
menciptakan
suasana makan
seperti di rumah
5. Untuk memenuhi
kebutuhan yang

6. Timbang berat
badan per minggu

telah
diperhitungkan

7. Catat dengan
akurat asupan dan
haluaran

6. Untuk memantau
status nutrisi

7. Untuk
8. Pantau diare atau mengevaluasi
konstipasi dan
kecukupan asupan
lakukan terapi
makanan
segera
8. Untuk
menghindari
intoleransi
makanan

You might also like