Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
dan mortalitas
Prognosis dan penangangan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar; dan penanganan sejak fase awal sampai
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan
kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan
pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan luka bakar pada anak?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan luka bakar pada anak
BAB II
PEMBAHASAN
panas berintensitas tinggi akibat api dapat mengakibatkan luka bakar yang sama
dengan luka bakar akibat pajanan lama terhadap panas berintensitas dalam air
panas.( wong,2008)
2.2 Etiologi
Menurut penyebabnya, luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis, meliputi
hal-hal berikut ini :
1. Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya:teko
atau minuman).
2. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak.
3. Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yang disebabkan
oleh merokok di tempat tidur.
4. Benda panas (misalnya radiator).
5. Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari).
6. Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.
Mungkin tidak jelas adanya kerusakan kulit, tetapi biasanya terdapat titik
masuk dn keluar. Luka bakar tersengat listrik dapat menyebabkan aritmia
jantung dan pasien ini harus mendapat pemantauan jantung minimal
selama 24 jam setelah cedera.
7. Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang
sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas. Antidot untuk zat kimia
harus diketahui dan digunakan untuk menetralisir efeknya.
8. Cedera inhalasi terjadi akibat pajanan gas panas, ledakan, dan luka bakar
pada kepala dan leher, atau tertahan pada ruangan yang dipenuhi asap.
2.3 Patofisiologi
Kulit adalah organ terbesa dari tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolic,
tetapi kulit melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup dimana
dapat terganggu akibat suatu cedera luka bakar. Suatu cedera luka bakar akan
mengganggu fungsi kulit, seperti berikut ini :
1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman.
2. Gangguan sensasi yang memberikan
informasi
tentang
lingkungan.
3. Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan air.
kondisi
Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas.
Jaringan lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu di atas 1150F (460C).
Luasnya kerusakan bergantung pada suhu pemukaan dan lama kontak. Sebagai
contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak
selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9 0C dapat
menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis dan dermis sehingga terjadi
cedera derajat-tiga (full-thickness injury). Sebagai manifetasi dari cedera luka
bakar panas, kulit akan melakukan pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan
pembentukan oksigen rekatif yang menyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan serta viskositas plasma meningkat
dengan menghasilkan suatu formasi mikrotombus.
Cedera
dimanifestasikan
luka
bakar
dengan
dapat
adanya
menyebabkan
demam,
keadaan
peningkatan
hipermetabolik
laju
metabolism,
Gambar klinis
Ilustrasi
derajat
pertama
Derajat dua, jaringan
luka bakar dengan lesi
superficial
dengan
bakar
yang
merusak otot.
Untuk membedakan derajat 2 dan derajat 3 pada awalnya bias sangat sulit.
Sebagai contoh, luka bakar full-thickness biasanya dengan tampilan warna putih
atau merah setelah bula pecah. Hal ini juga terjadi pada luka bakar partialthickness dalam. Penilaian estimasi derajat kedalaman luka bakar sangat
diperlukan dalam 24-72 jam pertama sebagai indicator awal untuk peerencanaan
intervensi selanjutnya. Penilaian lainnya dari kedalamaan luka bakar dengan
menilai karakteristik luka bakar yang dapat dilihat pada table 10.2.
Etiologi
Luka bakar
superficial
Terbakar
matahari
Luka bakar
partialthicness.
Pajanan air
panas.
Luka bakar
partialthicness
dalam.
Pajanan air
panas, kontak
langsung
dengan api
atau minyak
panas.
Luka bakar
fullthicness.
Pajanan air
panas, kontak
langsung
Penampilan
Terbatas di
epidermis, terdapat
eritema, tetapi
tidak segera timbul
lepuh.
Meluas ke
epidermis dan ke
dalam lapisan
dermis, serta
menimbulkan bula
dalam beberapa
menit.
Meluas ke seluruh
dermis. Namun,
daerah di
sekitarnya biasanya
mengalami luka
bakar derajat kedua
superfisial yang
nyeri.
Meluas ke
epidermis, dermis,
dan jaringan
Sensasi
Nyeri
Karakteristik
Waktu penyembuhan
Bekas luka
Penyembuhan terjadi
Tidak menimbulkan jaringan
secara spontan dalam 3- parut, biasanya tidak timbul
4 hari.
komplikasi.
Sangat nyeri.
7-20 hari.
Nyeri dengan
tekanan
partial.
Penyembuhan beberpa
minggu. Memerlukan
tindakan debridement
untuk membuang
jaringan yang mati.
Biasanya ditemukan
tandur kulit.
Saraf rusak
sehingga luka
tidak terasa
dengan api,
minyak
panas, uap
panas, agen
kimia, dan
listrik
tegangan
tinggi.
subkutis. Kapiler
dan vena mungkin
hangus dan aliran
darah ke daerah
tersebut berkurang.
nyeri kecuali
dengan
tekanan dalam.
Namun, daerah
di sekitarnya
biasanya nyeri
seperti pada
luka bakar
derajat kedua.
Kepala
Leher
Dada dan
abdomen
depan
Dada dan
abdomen
belakang
Bokong
kanan
Bokong kiri
Lahir-1
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
19
2
13
1-4
tahu
n
17
2
13
Dewasa
11
2
13
15
tahu
n
9
2
13
13
2
13
13
13
13
13
13
13
2,5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
7
2
13
2nd
3nd
TBSA
Genitalia
Lengan atas
kanan
Lengan atas
kiri
Lengan
bawah kanan
Lengan
bawah kiri
Telapak
tangan kanan
Telapak
kanan kiri
Paha kanan
Paha kiri
Kaki kanan
Kaki kiri
Kaki kanan
Kaki kiri
Total
1
4
1
4
1
4
1
4
1
4
1
4
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
5.5
5.5
5
5
3.5
3.5
6.5
6.5
5
5
3.5
3.5
8
8
5.5
5.5
3.5
3.5
8.5
8.5
6
6
3.5
3.5
9
9
6.5
6.5
3.5
3.5
9.5
9.5
7
7
3.5
3.5
2.7 Penatalaksanaan
a. Fase Akut atau Intermediet Perawatan Luka Bakar
Pada fase akut ini dilakukan perawatan luka umum seperti:
1) Pembersihan Luka
Hidroterapi dengan perendaman total dan bedside bath adalah terapi rendaman
disamping tempat tidur. Selama berendam, pasien didorong agar sedapat mungkin
bergerak aktif. Hidroterapi merupakan media yang sangat baik untuk melatih
ekstremitas dan membersihkan luka seluruh tubuh.
2) Terapi Antibiotik Topikal
Ada tiga preparat topikal yang sering digunakan yaitu silver sulfadiazin, silver
nitrat, dan mafenide asetat.
3) Penggantian balutan
Dalam mengganti balutan, perawat harus menggunakan APD. Balutan atau kasa
yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa menimbulkan sakit jika
sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bial pasien dibiarkan berandam
selama beberapa saat dalam bak rendaman. Pembalut sisanya dapat dilepas
dengan hati-hati memakai forseps atau tangan yang menggunakan sarung tangan
steril. Kemudian luka dibersihkan dan didebridemen untuk menghilangkan debris,
setiap preparat topikal yang tersisa, eksudat, dan kulit yang mati. Selama
penggantian balutan ini, harus dicatat mengenai warna, bau, ukuran, dan
karakteristik lain dari luka.
4) Debridemen
yang
diberikan
adalah
TKTP
untuk
membantu
mempercepat
penyembuhan luka.
Kebutuhan metabolik dan katabolisme yang tinggi pada luka bakar berat
membuat kebutuhan nutria sangat penting dan sering kali sulit dipenuhi. Diet
harus menyediaka kalori yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
metabolic dan protein untuk menghindari peecahan protein.
Diet tinggi protein dan tinggi kalori di anjurkan setelah resolusi ileusparalitik.
Akan tetapi, banyak anak memilki nafsu makan buruk dan tidak mampu
memenuhi kebutuhan energy hanya dengan pemberian makanan secara oral.
Sebagian besar anak dengan luka bakar ayng lebih dari 22% TSBA memerlukan
tambahan makanan melalui selang.
7) Terapi penggantian cairan
Tujuan terapi cairan adalah mengkompensasi kehilngan air dan natrium pada area
trauma dan ruang interstitial,mengganti kekurangan natrium, mengemblikan
volume sirkulasi memberikankan perfusi yang adekuat dan meningkatkan fungsi
ginjal.
Penggantian cairan diperlukan selama 24 jam pertama karena perpindahan cairan
tengah terjadi. Banyak formul yang digunakan untuk menghitung kebutuhan
ini,dan formula yang dipakai bergantung pada pilihan praktisi. Larutan kristaloid
digunakan selama fase awal terapi. Keadekuatan resusitasi cairan ditentukan oleh
parameter, misalnya tanda-tanda vital (terutama frekuensi nadi), volume haluaran
urin, keaekuatan pengisian kapiler dan status snsorium. Setelah periode 24 jam
pertama, secara teoritis terjadi sumbat kapiler dan permiabelitas kapiler membaik.
Larutan koloid seperti albumin, plasmalit atau plasma segera beku bermanfaat
dalam mempertahankan volume plasma. Meski demikian, anak dengan cedera
luka bakar biasanya memerlukan cairan lebih dari perhitungan rumatan dan
penggantian volume.
b. Fase Rehabilitasi
Meskipun aspek jangka panjang pada perawatan luka bakar berada pada tahap
akhir, tetapi proses rehabilitasi harus segera dimulai segera setelah terjadinya luka
bakar sama seperti periode darurat. Fase ini difokuskan pada perubahan citra diri
dan gaya hidup yang dapat terjadi. Kesembuhan luka, dukungan psikososial dan
pemulihan aktifitas fungsional tetap menjadi prioritas. Fokus perhatian terus
berlanjut pada pemeliharaan keseimbangan cairan dan elekrolit serta perbaikan
status nutrisi. Pembedahan rekonstruksi pada bagian anggota tubuh dan fungsinya
yang terganggu mungkin diperlukan. Untuk perawatan lanjutan dapat
bekerjasama dengan fisioterapi agar dapat melatih rentang gerak (Smeltzer, 2001,
1918).
Tindakan penyelamatan jiwa, meliputi hal berikut:
tubuh
memerlukan
resusitasi
cairan
intravena
untuk
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian awal
1. Kaji status pernapasan.
2. Kaji luas cedera luka bakar berdasarkan presentase area permukaan tubuh
yang terkena.
3. Kaji kedalaman cedera luka bakar :
a. Luka bakar superfisial di epidermis.
Permukaan merah kering.
Pucat jika di tekan dan kembali normal jika tekanan dilepas.
Nyeri.
b. Luka bakar ketebalan parsial (derajat kedua).
Lepuh, basah.
Merah muda atau merah belang.
Pucat jika ditekan dan kembali normal jika tekanan dilepas.
Sangat nyeri.
c. Luka bakar ketebalan penuh (derajat ketiga)
Liat, kasar.
Permukaan kasar, kering.
Coklat, cokelat kemerahan, merah, atau hitam.
Tidak pucat jika ditekan.
Nyeri bervariasi, sering kali nyeri hebat.
4. Kaji adanya butkti-bukti cedera penyerta :
a. Periksa mata untuk mengetahui ada tidaknya cedera atau iritasi.
b. Periksa nasofaring untuk mengetahui ada tidaknya edema atau
kemerahan.
c. Periksa adanya rambut hangus, termasuk rambut hidung.
d. Kaji adanya cedera lain (mis, memar, fraktur, cedera internal).
5. Observasi adanya bukti-bukti distres pernafasan.
6. Kaji kebutuhan terhadap kebutuhan obat nyeri.
7. Timbang berat bnadan anak pada saat masuk rumah sakit, ukur tanda-tanda
vital.
8. Kaji tingkat kesadaran.
9. Dapatkan riwayat cedera luka bakar, terutama waktu cedera, sifat agen
penyebab kebakaran, durasi kontak, apah cedera terjadi di area tertutup, obat
yang diberikan.
10. Dapatkan riwayat yang berkaitan dengan kondisi sebelum terbakar, berat
badan, penyakit yang ada sebelumnya, adanya alergi, imunisasi tetanus.
11. Bantu dalam prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya jumlah darah,
urinalisis, kultur luka, hematokrit.
Pengkajian terus menerus.
1.
2.
3.
4.
5.
kulit, infeksi.
6. Observasi adanya bukti-bukti komplikasi pneumonia, sepsis luka, ulkus
curling (stres), disfungsi sistem syaraf (halusinasi, perubahan kepribadian,
delirium, kejang, perubahan pada sensorium), hipertensi.
Tujuan Dan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasionalisasi
Kerusakan
integritas kulit
Tujuan: pasien
menunjukkan
1. Cukur rambut
sampai kira-kira 5
1. Untuk
menghilangkan
berhubungan
dengan cedera
termal
tanda-tanda
penyembuhan
luka
Kriteria hasil:
luka sembuh
tanpa tanda-tanda
kerusakan atau
inflamasi
2. Bersihkan luka
dan kulit sekiarnya
dengan seksama
dan angkat debris
jaringan yang
mengalami
devitalisasi
3. Jaga pasien
untuk tidak
menggaruk dan
mengorek luka
4. Pertahankan
perawatan luka
reservoir untuk
infeksi
2. Untuk
menurunkan resiko
infeksi dan untuk
meningkatkan
proses
penyembuhan luka
3. Untuk
mempertahankan
proses
penyembuhan luka
4. Untuk
menghindari
kerusakan jaringan
yang sedang
berepitelisasi dan
bergranulasi
Tujuan: pasien
mengalami
penuurunan nyeri
sampai tingkat
yang dapat
1. Beri posisi
ekstensi
2.Implementasikan
latihan fisik aktif
1. Untuk
meminimalkan
nyeri akibat latihan
fisik yang
dilakukan untuk
Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kulit
yang gundul,
adanya
organisme
patogen, dan
perubahan
respons imun.
diterima anak
dan pasif
Kriteria hasil:
anak
menunjukkan
pengurangan
nyeri sampai
tingkat yang
dapat diterima
anak
3. Redakan iritasi
Tujuan: pasien
tidak
menunjukkan
tanda-tanda
infeksi luka
1. Pertahankan
teknik cuci tangan
yang seksama oleh
tim medis dan
pengunjung
Kriteria hasil:
2. Lakukan
pengangkatan
krusta dan lepuhan
1. Kemugkinan
sumber infeksi
dihilangkan
2. Luka
menunjukkan
tanda-tanda
infeksi minimal
atau tidak ada
tanda-tanda
infeksi
mendapatkam
kembali posisi
ekstensi
2. Untuk
meminimalkan
pembentukan
kontraktur
3. Untuk mencegah
peningkatan nyeri
3. Oleskan preparat
antimikroba topical
dan pasang balutan
pada luka sesuai
indikasi
4. Kaji data dasar
dan lakukan
serangkaian biakan
luka
5. Pantau dengan
cermat apakah ada
tanda-tanda sepsis
dan infeksi
(disorientasi,
takipnea, suhu di
atas 39,5C,
hipotermia, distensi
abdomen atau ileus
intestinal,
perubahan pada
penampilan luka
1. Untuk
meminimalkan
pajanan terhadap
agen infeksius
2. Untuk
mengeliminasi
reservoir bagi
organism
3. Untuk
mengendalikan
proliferasi bakteri
4. Untuk
memastikan adanya
peningkatan atau
penuruan flora luka
Resiko
ketidakefektifan
termoregulasi
berhubungan
dengan
kehilangan panas
dan gangguan
pada mekanisme
pertahanan kulit
untuk
mempertahankan
suhu tubuh
Tujuan: pasien
mempertahankan
pengaturan panas
yang normal
Kriteria hasil:
suhu tubuh pasien
tetap dalam batas
normal sesuai
usianya
1. Kaji keadaan
kulit untuk
mendeteksi
kedinginan,
perubahan warna,
dan pengisian
kapiler
(akrosianosis,
warna bantalan
kuku, dan bercakbercak)
1. Untuk
mengidentifikasi
penyesuaian
vascular akibat
kehilangan panas
2. Untuk
mengidentifikasi
kecenderungan
yang sig ifikan
3. Untuk
mengidentifikasi
tanda-tanda
kehilangan panas
3. Pantau apakah
ada kedingina dan
menggigil
4. Untuk
mempertahankan
suhu tubuh
4. Hindari pajanan
terhadap prosedur
yang menimbulkan
stress dingin
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
peningkatan
katabolisme dam
metabolism,
kehilangan nafsu
makan
Tujuan: pasien
mendapat nutrisi
yang optimum
1. Sediakan
makanan tinggi
kalori dan protein
Kriteria hasil:
pasien
mengkonsumsi
nutrisi dengan
jumlah yang
memadai dan
mempertahankan
berat badan
sebelum
mengalami luka
bakar
2. Sediakan
makanan yang
disukai pasien
3. Berikan
makanan dan
lingkungan yang
menarik
4. Temani anak
saat makan
5. Berikan
pemberian
makanan enteral
tambahan sesuai
program
1. Untuk
menghindari
pemecahan protein
dan memenuhi
kebutuhan kalori
yang meningkat
2. Untuk
menstimulasi selera
makan
3. Untuk
mendorong napsu
makan
4. Untuk
menciptakan
suasana makan
seperti di rumah
5. Untuk memenuhi
kebutuhan yang
6. Timbang berat
badan per minggu
telah
diperhitungkan
7. Catat dengan
akurat asupan dan
haluaran
6. Untuk memantau
status nutrisi
7. Untuk
8. Pantau diare atau mengevaluasi
konstipasi dan
kecukupan asupan
lakukan terapi
makanan
segera
8. Untuk
menghindari
intoleransi
makanan