You are on page 1of 33

REFERAT

PERAN ANTIOKSIDAN TERHADAP


PENCEGAHAN PENYAKIT JANTUNG
KORONER

LAB/SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSD dr. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013

Latar Belakang
Penyakit jantung koroner atau CAD (Coronary
artery disease) adalah suatu penyakit jantung
yang terutama disebabkan karena
penyempitan arteri koronaria akibat proses
aterosklerosis atau spasme atau kombinasi
keduanya. Manifestasi klinik PJK yang klasik
adalah angina pektoris. Angina pektoris ialah
suatu sindroma klinis di mana didapatkan sakit
dada yang timbul pada waktu melakukan
aktivitas karena adanya iskemik miokard. Hal
ini menunjukkan bahwa telah terjadi > 70%
penyempitan arteri koronaria.

Hasil survei yang dilakukan Departemen


Kesehatan RI menyatakan bahwa
prevalensi PJK di Indonesia dari tahun ke
tahun terus meningkat. Bahkan sekarang
(tahun 2000-an) dapat dipastikan,
kecenderungan penyebab kematian di
Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke
penyakit kardiovaskular (antara lain PJK)
dan degeneratif.1
Penyebab PJK multifaktor, namun telah
terbukti salah satu faktor penyebab utama
adalah dislipidemi dan peningkatan
oksidasi kolesterol LDL.

Kemajuan ilmu biologi molekuler


memunculkan peran oksidan dan antioksidan.
Pada keadaan normal terjadi keseimbangan
antara keduanya di dalam tubuh. Beberapa
penelitian terakhir mengindikasikan faktor
pemicu penyakit di sebut stres oksidatif, yang
terjadi karena peningkatan jumlah radikal
bebas sehingga kemampuan pertahanan
tubuh melalui sistem antioksidan berkurang.
Keadaan ini dipengaruhi oleh spesies oksigen
reaktif (ROS). ROS merupakan molekul oksidan
relatif tinggi, bersifat sangat tidak stabil
sehingga cepat bereaksi dengan molekul lain.
ROS terjadi baik secara endogen maupun
eksogen, melalui aktifitas metabolik reguler,
aktifitas gaya hidup dan diet.iv-6

Antioksidan merupakan agen protektif


yang menonaktifkan spesies oksigen reaktif
(ROS) sehingga secara signifikan dapat
mencegah kerusakan oksidatif. Antioksidan
secara alami berada dalam sel manusia
(endogen), diantaranya adalah superokside
dismutase (SOD), katalase (CAT), dan
gluthathion peroksidase (GPx). Gluthathion
peroksidase merupakan salah satu
antioksidan endogen yang berperan dalam
perlindungan terhadap peroksidasi lipid.
Pada keadaan stres oksidatif kerja
gluthathion peroksidase akan meningkat.6-7

Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini adalah Bagaimana
peran antioksidan untuk pencegahan CAD
.

Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mempelajari dan
mengetahui bagaimana peran penggunaan antioksidan
untuk pencegahan CAD
Manfaat Penulisan
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan
kasus ini diantaranya :
Memperkokoh landasan teoritis ilmu kedokteran di bidang
ilmu penyakit dalam, khususnya mengenai penyakit
jantung koroner (PJK)
Sebagai bahan informasi bagi pembaca yang ingin
memahami lebih lanjut topik-topik yang berkaitan dengan
peran antioksidan terhadap PJK.

KERANGKA KONSEP
Dislipidemia
Dislipidemia

Asam
Asam lemak
lemak
bebas
bebas
Antioksidan
Antioksidan
ROS
ROS

TNFTNF- alfa
alfa

Stress
Stress
oksidativ
oksidativ
ee

PEMBAHASAN

DEFINISI
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah

penyakit jantung akibat penyempitan atau


penyumbatan pembuluh darah koroner.
Salah satu faktor utama adalah akibat
proses aterosklerosis.
Penyempitan atau penyumbatan ini dapat
menghentikan aliran darah ke otot jantung
yang sering ditandai dengan rasa nyeri

KLASIFIKASI
PJK dibagi menjadi
Angina pektoris stabil (APS)
rasa tidak enak di dada, rahang, bahu,

punggung ataupun lengan, yang biasanya


oleh kerja fisik atau stres emosional dan
keluhan ini dapat berkurang bila istirahat
atau dengan obat nitrogliserin
Sindroma Koroner Akut (SKA)
Angina pektoris tidak stabil (UAP, unstable

angina pectoris)
Infark miokard akut (IMA)

KLASIFIKASI

sindrom koroner akut (SKA) dibagi menjadi


Angina pektoris tidak stabil (UAP, unstable angina

pectoris)
angina yang masih baru dalam 2 bulan, frekuensi cukup sering,

lebih dari 3 kali per hari.


angina yang bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu
serangan angina muncul lebih sering dan lebih lama ( >20
menit), dan lebih sakit dadanya
serangan angina pada waktu istirahat

Infark miokard akut (IMA)


Nyeri angina yang umumnya lebih berat dan lebih lama (30

menit atau lebih)


berupa Non ST elevasi infark miokard (NSTEMI) dan ST elevasi
miokard infark (STEMI)

Faktor Risiko
Yang Dapat Diubah
Hipertensi
Meningkatknya tekanan

darah
Mempercepat timbulnya
aterosklerosis
Hiperkolesterolemia
HDL dan LDL

Merokok
Diabetes Melitus
Obesitas dan kurang

akitivitas fisik
Stres

Yang Tidak Dapat


Diubah
Umur
Jenis kelamin
Laki laki >

perempuan

Genetik

Hipertensi
1. Meningkatkan tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat
untuk jantung sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri.
Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya hipertensi.
2. Mempercepat timbulnya arterosklerosis
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menambah
beban pembuluh darah arteri. Arteri mengalami proses
pengerasan menjadi tebal dan kaku sehingga mengurangi
elastisitasnya. Tekanan darah yang tinggi dan menetap juga
akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding
pembuluh darah arteri koronaria sehingga memudahkan
terjadinya pengendapan plak pada arteri koroner.

Hiperkolesterolemia
Kenaikan kadar kolestrol berbanding
lurus
dengan
peningkatan
terjadinya
serangan PJK. Peningkatan LDL (Low
Density Lipoprotein) dan penurunan HDL
(High Density Lipoprotein) merupakan
faktor resiko yang penting pada PJK. Ketika
terjadi kadar LDL yang tinggi, LDL dapat
terakumulasi
pada
subendotel
dan
mengalami modifikasi yang pada akhirnya
akan menyebabkan kerusakan tunika
intima dan menginisiasi terbentuknya plak
aterosklerosis.6

Merokok
Zat-zat toksik dalam rokok yang masuk ke peredaran
darah akan menyebabkan penyempitan pembuluh
darah. Racun nikotin dari rokok akan menyebabkan
darah
menjadi
kental
sehingga
mendorong
percepatan pembekuan darah. Platelet dan fibrinogen
meningkat
sehingga
sewaktu-waktu
dapat
menyebabkan terjadinya trombosis pada pembuluh
koroner yang sudah menyempit. Selain itu, rokok
dapat meningkatkan oksidasi LDL, menurunkan kadar
HDL, menyebabkan kerusakan endotel akibat stres
oksidatif dalam kandungan rokok. Nikotin dalam asap
rokok dapat menstimulasi aktivitas saraf simpatis
sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah. 6

Diabetes Melitus
Pada pasien diabetes, terbentuknya plak
aterosklerosis dicetuskan oleh disfungsi
endotel, terganggunya aktivitas
antifibrinolitik, serta meningkatnya
fagositosis LDL oleh makrofag.6

Obesitas dan kurang akitivitas fisik


Obesitas dapat meningkatkan beban
jantung, ini berhubungan dengan PJK
terutama karena pengaruhnya pada
tekanan darah, kadar kolestrol darah dan
juga diabetes. Melakukan aktivitas fisik
atau olah raga secara teratur dapat
menurunkan berat badan sehingga lemak
tubuh berkurang serta secara bersamaan
mengendalikan kadar kolesterol dan
tekanan darah, aktivitas fisik dapat
meningkatkan sensitivitas insulin serta
merangsang pengeluaran NO.6

Stres
Stres dapat memicu pengeluaran
hormon adrenalin dan katekolamin yang
tinggi yang dapat membuat spasme arteri
koroner sehingga suplai darah ke otot
jantung terganggu.

Patogenesis aterosklerosis
Disfungsi endotelium menyebabkan endotel tidak lagi
memiliki barier yang dapat menghambat masuknya
lipoprotein ke dalam pembuluh darah arteri. Peningkatan
permeabilitas dari endotel membuat LDL masuk ke
intima,selanjutnya LDL akan terakomodasi di ruang
subendotel dengan berikatan dengan matriks ekstraseluler
yaitu proteoglikan. LDL tersebut akan dioksidasi oleh ROS
(Reactive Oxygen Species) dan pro enzym yang dihasilkan
oleh makrofag dan sel otot pembuluh darah sehingga menjadi
mLDL (modified LDL). mLDL ini akan merangsang
rekrutmen dari leukosit ke ruang sub intima (terutama
monosit dan limfosit T) melalui 2 cara yaitu (1) ekspresi
LAM ( leukocyte adhesion molecule) pada pada
permukaan endotel non adhesi, (2) signal kemoatraktan [MCP
1, IL 8, interferon inducible protein 10). 6

Monosit
berdiferensiasi
menjadi
makrofag dan memakan mLDL melalui
reseptor scavenger (pada makrofag) dan
membentuk sel busa (foam cell). Sel
busa menghasilkan beberapa faktor yang
dapat merekrut sel otot. Sebagai contoh sel
busa menghasilkan platelet derived growth
factor
(PDGF)
yang
menyebabkan
terjadinya migrasi sel otot dari internal
elastic lamina ke ruang sub intima, tempat
dimana sel otot bereplikasi.

Sel busa juga melepaskan sitokin


dan faktor pertumbuhan seperti TNF ,
IL-1, Fibroblast growth factor, dan TGF
yang akan menstimulasi sel otot
berproliferasi
dan
menghasilkan
protein matriks ekstraseluler (kolagen
dan elastin) dan lebih lanjut mencetuskan
pelepasan sitokin yang mendorong dan
mempertahankan inflamasi pada lesi.
Adanya
sel otot yang menghasilkan
kolagen akan membentuk fibrous cap.

jika fibrous cap tebal maka plak tersebut


akan jarang ruptur yang sering kita sebut
plak stabil, tetapi apabila fibrous cap tipis
akan cenderung menyebabkan ruptur dari
plak. 6

Patogenesis aterosklerosis

Pemeriksaan

Laboratorium
CKMB
meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan

mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal


dalam 2-4 hari
Troponin
Troponin T dan Troponin I. Enzim ini meningkat setelah 2

jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam


10-24 jam dan troponin T masih dapat dideteksi setelah
5-14 hari, sedangkan troponin I setelah 5-10 hari.
Mioglobin
dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai

puncak dalam 4-8 jam


Ceratinin Kinase (CK)

Penanganan kegawatdaruratan (Guideline AHA 2010)


Tatalaksana awal:
Oksigen

4L/ menit (saturasi dipertahankan > 90%).


Aspirin 160mg (dikunyah).
Nitrat diberikan 5mg SL (dapat diulang 3x) lalu drip bila masih nyeri.
Morfin iv bila nyeri tidak teratasi dengan nitrat. 11
Tatalaksana lanjut sesuai indikasi dan kontraindikasi (jangan menunda

reperfusi).
Anti

iskemik: nitrat, B-bloker, Ca antagonis.


Anti platelet oral: aspirin, clopidogrel.
Anti koagulan: heparin (UFH, LMWH).
Terapi tambahan: Ace inhibitor/ ARB, Statin.
Dosis heparin (UFH) sebagai co-terapi: Bolus iv 60 u/ kg BB maksimum
4000u, dosis maintenance drip 12u/ kg BB selama 24 48 jam dengan
maksimum 1000 u/ jam dengan target aPTT 50 70s. Monitoring aPTT 3, 6,
12, 24 jam setelah terapi dimulai. LMWH dapat digunakan sebagai
alternative UFH pada pasien-pasien berusia < 75 tahun dengan fungsi ginjal
baik (kreatinin < 2,5 mg/dl pada laki-laki atau < 2 mg/ dl pada wanita).

Komplikasi
Aritmia supraventrikular
Gagal jantung
Kelainan fungsi ventrikel kiri terjadi pada

lebih dari separuh pasien dengan infark


miokard
Sistole prematur ventrikel
Depolarisasi prematur yang jarang dan

sporadik terjadi pada hampir semua pasien


dengan infark dan tidak memerlukan terapi

Peran Antioksidan pada


Penyakit Jantung Koroner
Peran penting radikal bebas (ROS) dalam proses

aterosklerosis adalah keterlibatannya dalam proses


oksidasi LDL, serta menginduksi terjadinya inflamasi. LDL
teroksidasi akan memicu timbulnya disfungsi endotel dan
proses inflamasi akan mengakibatkan aktivasi migrasi
monosit ke dalam intima, yang berlangsung secara terus
menerus dan kompleks sehingga menyebabkan terjadinya
aterosklerosis. Terjadinya aterosklerosis akan
mempersempit pembuluh darah dan menyebabkan
penyakit jantung koroner.
Antioksidan merupakan agen protektif yang menonaktifkan
spesies oksigen reaktif (ROS) sehingga secara signifikan
dapat mencegah kerusakan oksidatif, disfunsi endotel,
proses inflamasi, dan migrasi monosit ke dalam intima.
Sehingga, proses aterosklerosis bisa dicegah.

Penutup
Antioksidan dapat mencegah PJK dengan

memghambat proses aterosklerosis.


Dengan demikian, Untuk mencegah PJK
bisa dilakukan dengan Konsumsi buah dan
sayur yang mengandung vitamin
antioksidan.

TERIMA
KASIH

You might also like