Professional Documents
Culture Documents
OLEH : KELOMPOK II
RAHMANI
FAJRI
SURATMAN KAYANO
HERMANSYAH
ASUHAN KEPERAWATAN
GIZI BURUK/KURANG
I.
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada
kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup.
Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh
kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau
gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition)
yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik
secara berlebihan ke dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika
tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk
diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi.
Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi
dihabiskan dan nutrisi serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi tanbahan metabolic
yang meningkat.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan
masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan
kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik.
Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan
protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus
dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan,
berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan
pemeriksaan laboratorium
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat
akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita
sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus
TBC, batukpilek
Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.
C. KLASIFIKASI
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi
MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur
anak sebagai berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% : marasmus (MEP berat)
Keterangan
Gizi Baik(%)
Gizi Kurang(%)
Gizi Buruk(%)
BB/U
80-100
60-80
<60
TB/U
95-100
85-95
<85
BB/TB
90-100
70-90
<70
LLA/U
85-100
70-85
<70
LLA/TB
85-100
75-85
<75
yang kurang.
2. Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein
dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan
kalori. Penyebabnya adalah:
Intake protein yang buruk.
Infeksi suatu penyakit.
D. PATOFISIOLOGI
Kondisi KKP akan memberikan pengaruh terhadap banyak sistem
organ. Diet protein diperlukan untuk membentuk asam amino yang
disintesis memiliki berbagai fungsi fisiologis untuk tubuh. Energy yang
esensial untuk keperluan biomekanis da fungsi mekanis yang terdapat pada
mikronutrient diperlukan pada banyak fungsi metabolic di dalam tubuh
sebagai komponen dan kofaktor dari proses enzim.
Gangguan pekembangan, gangguan kognitif, atau gangguan psikologi,
serta perubahan respon imum merupakan faktor signifikan yang
menyebabkan terjadinya KKP. Perubahan respon imun berhubungan
dengan individu yang menderita AIDS dan keganasan. Penurunan
hipersensitivitas, penurunan kadar T limfosit, gangguan respon limfosit,
gangguan fagositosis, penurunan komplemen dan sitokrit merupakan
respon yang terjadi pada penurunan imunitas. Perubahan fungsi imun ini
memberikan predisposisi terjadinya penyakit berat dan kronis, terutama
pada diare akibat infeksi menyebabkan gangguan nutrisi. (shashidhar,
2009).
Pada beberapa studi, anak dengan KKP menggambarkan banyak
perubahan pada perkembangan otak seperti lambatnya pertumbuhan besar
otak, berat otak yang kurang, penipisan kortek serebri, pernurunan jumlah
neuron, insufisiensi mielen, dan perubahan dendrite pada sum-sum tulang
belakang (benitez, 1999). Perubahan patologis lainnya adalah degenerasi
lemak pada hati dan jantung, atrofi pada usus halus, dan penurunan volume
intravaskuler yang memberikan resiko hiperaldosteronisme (shashidhar,
2009).
Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan perotein, vitamin A,
vitamin C, dan vitamin E karena keempat elemen ini merupakan nutrisi
yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja
terjadi Karena defisiensi Vitamin A dan protein. Pada retina, terdapat sel
batang dan sel kerucut. Sel batang berfungsi membedakan cahaya terang
dan gelap. Sel batan atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu
protein. Pada retina, terdapat sel batang dan sel kerucut. Sel
batang
berfungsi membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin
ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai
sel rodopsin, makasel tersebut akan terurai. Sel tersebut. Mengumpulkan
lagi pada cahaya gelap. Inilah yang disebut Adaptasi rodopsin.adaptasi in
butuh waktu. Jadi, rabun senja kecil terjadi karena kegagalan atau
kemunduran adaptasi rodopsin (Abayomi, 2004).
Turgor atau elastisitas kulit jelek Karena sel kekurangan air
(dehidrasi). Refleks patella negarif
myosin pada tendo patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari
kekurangan protein, Cu, dan Mg seperti pada gangguan neurotransmitter.
Pada anak kwashiorkor didapatkan gejala khas yaitu pitting edema.
Pitting edema adalah edema yang jika di tekan, sulit kembali seperti
semula. Pitting edema disebabkan oleh kurangnya protein sehingga tekanan
onkotik intravascular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi
ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke
intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensasi dari
ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi
protein juga defisiensi malnutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada
intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membrane
sel. Untuk kembalinya membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel
yang rapat. Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena
pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (Muller, 2005).
Kondisi KKP memberikan berbagai masalah keperawatan.
PENYIMPANGAN KDM
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah
terangsang. Pada tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
2. Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi
badan lebih rendah dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini
tidak mencolok atau mungkin tersamar bila dijumpai edema anasarka.
3. Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan
maupun berat. Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat
dalam, kemudian muka, lengan, tungkai, rongga tubuh, dan pada
stadium lanjut mungkin edema anasarka.
4. Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan
subkutan tipis dan lembek.
5. Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare.
Diare
terdapat
pada
sebagian
besar
penderita,
yang
selain
penyakit.
Penyebab tidak langsung: Kurangnya ketahanan pangan
keluarga (keluarga untuk menghasilkan atau mendapatkan
makanan), kualitas perawatan ibu dan anak, buruknya
sering
buang
air
besar,
mudah dicabut)
Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema
palpebra
Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,
(bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha).
Inspeksi
Lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau
kaki
Lihat warna rambut, kering dan mudah dicabut
Mata cekung dan pucat
Pada marasmus terlihat pergerakan usus
Auskultasi
dengar denyut jantung apakah terdengar bunyi S1, S2, S3 serta
S4
bagaimana dengan tekanan darahnya
dengarkan juga bunyi peristaltik usus
bunyi paru paru terutama weezing dan ronchi
Perkusi
perut apakah terdengar adanya shitting duilnees
bagaimana bunyinya pada waktu melakukan perkusi
Palpasi
Rasional
a. Jelaskan
kepada
keluarga a. Meningkatkan
tentang penyebab malnutrisi,
pemahaman
keluarga
kebutuhan nutrisi pemulihan,
tentang penyebab dan
susunan menu dan pengolahan
kebutuhan nutrisi untuk
makanan
sehat
seimbang,
pemulihan klien sehingga
tunjukkan contoh jenis sumber
dapat meneruskan upaya
makanan
ekonomis
sesuai
terapi dietetik yang telah
status sosial ekonomi klien
diberikan
selama
b. Tunjukkan cara pemberian
hospitalisasi.
makanan per sonde, beri b. Meningkatkan partisipasi
kesempatan keluarga untuk
keluarga
dalam
melakukannya sendiri.
pemenuhan
kebutuhan
c. Laksanakan
pemberian
nutrisi klien, mempertegas
roborans sesuai program terapi.
peran keluarga dalam
d. Timbang berat badan, ukur
upaya pemulihan status
lingkar lengan atas dan tebal
nutrisi klien.
lipatan kulit setiap pagi.
c. Roborans meningkatkan
nafsu
makan,
proses
absorbsi dan memenuhi
defisit yang menyertai
keadaan malnutrisi.
d. Menilai
perkembangan
masalah klien.
2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat
Tujuan: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai
standar usia.
Kriteria : Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar
usia.
Intervensi:
Intervensi
Rasional
a. Ajarkan
kepada
orang
tua a. Meningkatkan
pengetahuan keluarga
fisik
tentang keterlambatan
dan
tugas-tugas
pertumbuhan dan
diet pemulihan
c. Lakukan pengukuran antropo-
pemulihan malnutrisi
perkembanga anak.
minuman sesuai program terapi b. Diet khusus untuk
tingkat
diprogramkan secara
bertahap sesuai dengan
kebutuhan anak dan
kemampuan toleransi
sistem pencernaan
c. Menilai perkembangan
masalah klien.
d. Stimulasi diperlukan
untuk mengejar
keterlambatan
perkembangan anak dalam
aspek motorik, bahasa dan
personal/sosial.
Rasional
merubah
posisi
terjadinya infeksi
sesering mungkin.
dekubitus
b. Anjurkan keluarga lebih sering b. Agar kulit anak tetap
mengganti pakaian anak bila
mencegah terjadinya
tetap kering
infeksi pada kulit
c. Kolaborasi dengan dokter untuk c. Untuk mengatasi masalah
pengobatan lebih lanjut
Rasional
perubahan
tersembunyi)
b. Kaji status nutrisi
c. Identifikasi
individu
beresiko
terhadap
warna
lebih
dini
yang
infeksi
nosokomial
sampai di rumah
Intervensi:
Intervensi
Rasional
anak,
penyebab
akibat
yang
yang
banyak
pengetahuan dan
pemahaman orang tua
tentang penyakit anak.
c. Membantu memulihkan
kondisi anak
d. Dapat membantu
mempertahankan status
gizi anak dengan
pengetahuan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry, 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC.
Shwartz, William M.2005. Pedoman Kinis Pediatri. Jakarta : EGC.
Williams .2005. Basic Nutrition & Diet Thetapy. St. Louis : Westline Industrial
Drive.
http://witrilegina.blogspot.com/2008/09/askep-malnutrisi-under.html
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/02/gizi-buruk.htm