You are on page 1of 8

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Manuskript :

PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS TIPE II TIDAK


TERKONTROL PADA WANITA USIA 35 TAHUN DENGAN
RIWAYAT KELUARGA MENDERITA DIABETES MELITUS

Disusun Oleh

Meta Sakina, S.Ked ( 1018011076)

Bandar Lampung, April 2015


Mengetahui dan Menyetujui
Dosen pembimbing

(dr. TA Larasati, M.Kes)

PENATALAKSANAAN PASIEN WANITA USIA 35 TAHUN DENGAN


DIABETES MELITUS TIPE II TIDAK TERKONTROL DENGAN
RIWAYAT KELUARGA MENDERITA DIABETES MELITUS

MANUSKRIP KASUS PEMBINAAN KELUARGA

OLEH:
Meta Sakina, S.Ked (1018011076)

Pembimbing :
dr. TA. Larasati, M.Kes

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

DIABETES MELITUS TYPE 2 UNCONTROLLED MANAGEMENT ON 35 YEARS OLD


WOMAN WITH FAMILY HISTORY OF DIABETES MELITUS

META SAKINA
1018011076

ABSTRACT

Background: Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia
that occurs due to abnormal insulin secretion, insulin action or both. Based on data from the International
Diabetes Federation (IDF) in 2011, there were 329 million people worldwide suffer from type 2 diabetes
with deaths reaching 4.6 million people. Indonesia, in 2011, was ranked the world's tenth the number of
patients with T2DM as many as 6.6 million people in 2030 and is projected to occupy the ninth position
with an estimated 10.6 million people. DM if not handled properly will result in the onset of complications
in various organs such as the eyes, heart, kidney, leg veins, nerves etc.

Objective: family doctor-based services EBM on 35 years old women with diabetes mellitus (DM) type II
is not controlled with overweight and with family history of diabetes melitus, identification of risk factors
and clinical and management based on patient and family-centered approach.

Methods: Case Report with primary data obtained through anamnesis (autoanamnesis and alloanamnesis),
physical examination and laboratory tests in the clinic. Home visits, family and psychosocial complete data
as well as the environment. Based on a holistic assessment of the initial diagnosis, the process and the end
of quantitative and qualitative studies.

Results: Obtained internal factors such as the gender: female, overweight, patients' knowledge about
diabetes are lacking, often not taking medication on schedule, family history of diabetes mellitus, patients
move lightly and just stay home External Factors: support of family members is less.

Conclusion: Improved quality of life at the time following an intervention by WHOQOL-BREF scale. The
role of the family is very important in the care and treatment of sick family members. Family influence the
onset of a disease and heal an illness. In intervention for patients not only in terms of looking at the clinical
but also the psychosocial, by thriving required examination and handling of holistic, comprehensive and
sustainable

Keywords: Metabolic syndrome, Family Medical Care

LATAR
BELAKANG
PENATALAKSAAN
PASIEN WANITA 35 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II
TIDAK TERKONTROL DENGAN RIWAYAT KELUARGA MENDERITA DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (ADA 2013; Perkeni, 2011). Secara klinis
terdapat dua tipe DM, yaitu DM Tipe 1 (DMT1) Meta
yang disebabkan
oleh kurangnya insulin secara absolut akibat
Sakina
proses autoimun dan DM Tipe 2 (DMT2) yang umumnya
mempunyai latar belakang kelainan dalam resistensi
1018011076
insulin (Smeltzer, 2008).
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2011, terdapat 329 juta orang di dunia
menderita DMT2 dengan kematian mencapai 4,6 juta orang. Indonesia, pada tahun 2011, menduduki peringkat
Abstrak6,6 juta orang dan pada tahun 2030 diproyeksikan
kesepuluh dunia dengan jumlah penderita DMT2 sebanyak
Latar
Belakang
:
Diabetes
Melitus
(DM)
merupakan
kelompok
penyakit
dengan karakteristik
menempati posisi kesembilan dengan perkiraan sebanyak 10,6
juta orang
(IDF,metabolik
2011).
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Berdasarkan data
International
DiabetesWHO,
Federation
(IDF)menempati
tahun 2011,
terdapat
juta orang
dunia menderita
Survei
yang dilakukan
Indonesia
urutan
ke-4329
dengan
jumlahdipenderita
DiabetesDMT2
Melitus
dengan
kematian
mencapai
4,6
juta
orang.
Indonesia,
pada
tahun
2011,
menduduki
peringkat
(DM) terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari totalkesepuluh
penduduk,
dunia dengan
penderita
DMT2
sebanyak
6,6diabetes.
juta orang
dan pada
2030 diproyeksikan
diperkirakan
padajumlah
tahun 2025
terdapat
12,4 juta
pengidap
Sedangkan
daritahun
data Departemen
Kesehatan,
menempati
posisi
kesembilan
dengan
perkiraan
sebanyak
10,6
juta
orang.
DM
jika
tidak
ditangani
jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama
daridengan
seluruh
baik akan
mengakibatkan
timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal,
penyakit
endokrin
(Shahab, 2006).
pembuluh darah kaki, syaraf dan lain-lain
Diabetes melitus tipe 2 adalah bentuk paling umum dari diabetes. Diabetes merupakan masalah suatu penyakit
Tujuan
: Penerapan
pelayanan
dokter
keluarga
yang
berbasis
pada
wanita
dengan
Diabetes
Melitus
yang
menyebabkan
glukosa
darah
meningkat
lebih
tinggi
dari EBM
normal
(ADA,
2013).
Salah
satu pengobatan
(DM)
Tipe
II
tidak
terkontrol
dengan
berat
badan
berlebih
dan
riwayat
diabetes
melitus
di
keluarga,
medikamentosa pada diabetes adalah dengan obat antidiabetik baik tunggal maupun kombinasi. Penggunaan
identifikasi
faktortepat
resiko
danmenimbulkan
klinis serta penatalaksanaan
patient
centered
dansering
familyterjadi
approach.
obat
yang kurang
akan
efek samping. berdasarkan
Salah satu efek
samping
yang
adalah
hipoglikemik (Buchanan, 2003).
Metode : Studi adalah Case Report. Data primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis dan
alloanamnesis),
pemeriksaan
fisik dan yang
tes laboratorium
di klinik.
Kunjungan
rumah,
melengkapi
data
Diabetes
merupakan
penyakit metabolic
dapat menimbulkan
banyak
komplikasi.
Salah
satunya adalah
keluarga
dan
psikososial
serta
lingkungan.
Penilaian
berdasarkan
diagnosis
holistik
dari
awal,
proses
dan
kaki diabetik. Kaki diabetic atau kelainan kaki adalah sumber utama morbiditas dan sering menyebabkan rawat
inap
untuk
diabetes.Ulserasi,
infeksi, gangren, dan amputasi yang signifikan komplikasi penyakit,
akhir
studipenderita
secara kuantitatif
dan kualitatif.
diperkirakan menelan biaya miliaran dolar setiap tahun (Robert G, et al. 2006).
Hasil: Didapatkan faktor internal berupa gender : perempuan, berat badan berlebih, pengetahuan pasien
Gejala
DM yang
bervariasi
yangsering
dapatminum
timbul obat
secara
perlahan-lahan
sehingga
menyadari
akan
mengenai
DM masih
kurang,
tidak
sesuai jadwal,
riwayatpenderita
keluargatidak
menderita
diabetes
adanya perubahan seperti minum yang lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang
melitus, Faktor eksternal: Tidak ada pelaku rawat, dukungan anggota keluarga kurang,
menurun, gejala tersebut berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olah raga, pengobatan sampai orang
tersebut memeriksakan kadar gula darahnya (Slamet, 2006). DM jika tidak ditangani dengan baik akan
mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh darah
Kesimpulan:
Peningkatan
kualitas
kaki,
syaraf dan lain-lain
(David
J, et al.hidup
2011).pada saat setelah dilakukannya intervensi berdasarkan skala
WHOQOL-BREF. Peran keluarga amat penting dalam perawatan dan pengobatan anggota keluarga yang
sakit. Keluarga
mempengaruhi timbulnya suatu penyakit dan sembuhnya suatu penyakit. Dalam melakukan
TUJUAN
PENULISAN
intervensi
terhadap
hanyayang
memandang
hal klinis
tetapi
jugadengan
terhadapDiabetes
psikososialnya,
Penerapan pelayanan pasien
doktertidak
keluarga
berbasis dalam
EBM pada
wanita
lansia
Melitus oleh
(DM)
Tipe
II
tidak
terkontrol
dengan
aktivitas
ringan,
identifikasi
faktor
resiko
dan
klinis
serta
penatalaksanaan
karnanya diperlukan pemeriksaan dan penanganan yang holistik, komperhensif dan berkesinambungan
berdasarkan patient centered dan family approach.
Kata kunci: Diabetes Melitus, Pelayanan Kedokteran Keluarga.
ILUSTRASI KASUS
Ny. EJ, 35 tahun, seorang guru TK yang telah dinyatakan terkena penyakit kencing manis selama 1 (satu) tahun
datang ke Puskesmas Kedaton pada tanggal 25 Maret 2015 dengan keluhan badan terasa lemas sejak 4 hari
terakhir. Badan pasien terasa sangat tidak bertenaga walau makan sudah banyak. Pasien mengaku cepat sekali
merasa lapar dan pola makan 3-4 kali sehari. Sejak 4 (empat) bulan yang lalu, kedua kaki dan ujung jari-jari
tangan pasien mulai sering terasa kesemutan dan pasien mengabaikannya.
Pasien mengatakan pernah mendapatkan luka pada gusi yang sulit sembuh. Dokter gigi yang merawat pasien
menyarankan untuk mengecek gula darah dan ternyata hasilnya tinggi. Dengan perawatan yang baik, luka
tersebut sudah membaik.
Dalam keluarga, diketahui ibu pasien menderita penyakit kencing manis disertai gangguan paru dan berencana
melakukan terapi insulin dalam waktu dekat, adik laki-laki pasien juga menderita manis. 6 dari 8 orang saudara
kandung ibu pasien diketahui menderita kencing manis dan 3 diantaranya telah meninggal akibat kencing manis
disertai komplikasi pada paru-paru. Selain itu, tidak ada yang menderita penyakit kencing manis.
Selama ini pasien mengaku mengkomsumsi obat metformin 3x500mg dan glibenklamd 1x5mg secara teratur
yang diberikan oleh dokter. Namun meskipun obat dikonsumsi teratur setiap harinya, pasien mengaku kadang

tidak melanjutkan obatnya bila obat habis dan tidak pernah mengecek gula darahnya. Hal ini dikarenakan pasien
kadang merasa sehat dan tidak ada yang mengingatkannya mengenai penyakitnya. Pasien mengaku jauh dari
suami, ibu korban sakit-sakitan, hanya ada satu anaknya yang belum mengerti terhadap penyakitnya,pasien
terbiasa mengurus keperluannya seorang diri. Meskipun demikian, pasien mengaku hubungannya dengan
anggota keluarga cukup baik.
Selama ini pasien mengaku sudah berusaha mengatur pola makannya. Pasien sudah berusaha mengurangi
makanan berupa nasi atau bahan makanan yang berasal dari umbi-umbian. Pasien juga sudah mengkonsumsi
gula khusus untuk pederita kencing manis. Pasien mengatakan ketika ia merasakan badannya lemas, pasien
langsung meminum secangkir teh manis. Pasien juga jarang berolahraga, begitu juga dengan anggota keluarga
yang lain. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan tidak ada anggota keluarga yang merokok. Pasien
memiliki akses ke balai pengobatan cukup dekat, yang biasanya 15 menit ditempuh dengan motor pribadi
pasien.
Saat ini pasien tinggal di bangunan TK tempat pasien bekerja bersama ibunya, adik dan anaknya. Pendapatan
dalam keluarga berasal dari pasien dan adiknya yang bekerja sebagai guru. Penghasilan yang didapatkan cukup
untuk malangsungkan hidup sehari-hari.
Data Okupasi dan Tempat Kerja
Pasien sehari-hari bekerja sebagai guru TK dan memiliki pekerjaan sambilan sebagai guru ngaji dan guru les
SMP-SMA panggilan. Pasien bekerja mulai pukul 08.00-18.00 WIB setiap hari senin sampai dengan sabtu. Pagi
hari pukul 08.00 pasien mengajar di TK, siang pukul 12.00 pasien mengajar les dan sore pukul 16.00 pasien
mengajar ngaji. Suami pasien bekerja sebagai karyawan di Batam dan pulang hanya saat hari raya dan liburan
panjang. Pasien dalam mengerjakan pekerjaan rumah dibantu oleh adiknya yang berusia 20 tahun seperti
mencuci dan membersihkan rumah, Hari minggu pasien tidak menerima panggilan mengajar karena hari libur
pasien beristirahat, jika tidak ada panggilan untuk mengajar les setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya
pasien mengasuh ibunya yang berusia 58 tahun yang sedang sakit kencing manis disertai TB. Dilakukan
intervensi terhadap faktor eksternal dan internal, dengan melakukan sebanyak 3x kunjungan rumah. Intervensi
meliputi konseling terhadap pasien dan keluarganya.

Metode
Studi ini adalah Case Report. Data primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis),
pemeriksaan fisik dan tes laboratorium di puskesmas. Kunjungan rumah, melengkapi data keluarga, data
okupasi dan psikososial serta lingkungan. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses dan akhir
studi secara kuantitatif dan kualitatif.
HASIL
Data Klinis
Pemeriksaan Fisik :
Keluhan badan terasa lemas dan sering kesemutan pada ujung kaki. Kekhawatiran keluhan terus berlanjut dan
tidak bisa sembuh. Harapan bisa terlepas dari obat dan hidup normal seperti biasanya.
Penampilan normal, tampak sakit sedang. Berat badan 68 kg, tinggi badan 155 cm., IMT 28,33 (normal).
Tekanan darah 110/80mmHg, nadi 80x/menit, frekwensi napas 18x/menit, suhu 37,00C. Mata, telinga, hidung
dan mulut dalam batas normal. Tenggorokan, leher, abdomen, paru, dan jantung, KGB dalam batas normal.
Ekstremitas superior dekstra et sinistra dalam batas normal. Ekstremitas inferior dekstra tertera dalam batas
normal.

Pemeriksaan Khusus :
Pemeriksaan neuropati sensorik : sensibilitas raba (kapas/monofilament) (-)/(-).
Pemeriksaan penunjang : Gula dasar sewaktu pada saat pasien datang ke klinik adalah 521 mg/dl
Data Keluarga
Bentuk keluarga : Extended Family
Genogram :

Gambar 1. Genogram Ny.EJ

Hubungan Antar Keluarga

Gambar 2. Family Mapping Ny.E


Family Apgar Score
Adaptation
:2
Partnership
:1
Growth
:2
Affection
:2
Resolve
:1
Total Family Apgar score 8 (nilai 8-10, fungsi keluarga sehat)

Data Lingkungan Rumah


Tinggal dengan ibu, satu anak, adik. Tinggal di dalam satu rumah yang berukuran 6m x 8m tidak bertingkat,
memiliki 1 kamar tidur, seluruh anggota keluarga tidur dalam satu kamar. Lantai keramik, dinding tembok dan
penerangan dan ventilasi cukup. Rumah terlihat bersih, Penataan barang di dalam rumah kurang teratur dan
berantakan di lantai. Rumah sudah menggunakan listrik, Mereka tinggal di daerah lingkungan yang jarak antara
rumah cukup berdekatan.
Sumber air minum dari PAM, limbah dialirkan ke got, memiliki satu kamar mandi dan satu jamban yang sangat
dekat dengan dapur. Bentuk jamban jongkok.. Lantai kamar mandi licin dan tidak terdapat pegangan.
Diagnostik Holistik Awal
Aspek 1. Aspek personal : Keluhan badan terasa lemas dan sering kesemutan pada ujung kaki. Kekhawatiran
kadar gula tinggi membuat keluhan terus berlanjut hingga mengganggu aktivitas. Harapan kadar gula terkontrol,
bisa terlepas dari obat dan hidup normal seperti biasanya. Persepsi pasien penyakit ini tidak akan bisa
disembuhkan.
Aspek 2. Diagnosis klinis awal:
Diabetes Melitus dengan neuropati perifer (Non-insulin-dependent diabetes mellitus with neurological
complications) (ICD X: E114)
Family History of Diabetes Melitus (ICD X: Z833)
Aspek 3. Aspek resiko internal: kegemukan, gender : perempuan, pengetahuan pasien mengenai DM masih
kurang, sering minum obat tidak teratur, riwayat keluarga menderita deiabetes mellitus.
Aspek 4. Aspek resiko eksternal: dukungan anggota keluarga kurang,
Skala fungsional : derajat 2 yaitu mampu melakukan perawatan diri, tapi tidak dapat melakukan pekerjaan
berat
INTERVENSI
Nonfarmakologi :
1. Konseling kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit DM, komplikasi serta rencana tatalaksananya
2. Pemberian kuesioner WHOQOL-BREF (World Health Organization Quality Of Life-bref) untuk menilai
kualitas hidup sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi.
3. Konseling dan motivasi pasien untuk minum obat dan control teratur untuk memeriksa GDP dan GD2PP
tiap bulan.
4. Memotivasi untuk control HbA1c dan profil lipid setiap 6 (enam) bulan secara gratis di Puskesmas.
5. Edukasi konseling untuk melakukan pemeriksaan penunjang lain untuk deteksi dini faktor risiko dan
komplikasi (misal : urinalisa, ureum, kreatinin, EKG, rontgen thorax)
6. Memotivasi pasien dan keluarga untuk konseling di bagian gizi puskesmas mengenai makanan apa saja
yang diperbolehkan, harus dibatasi dan dihindari.
7. Konseling dan motivaasi mengenai perlunya dukungan dari semua anggota keluarga terhadap perbaikan
penyakit pasien
8. Meminta anggota keluarga untuk melakukan pengawasan terhadap makanan pasien, dan aturan minum obat
pasien
9. Konseling kepada keluarga pasien (ibunya) mengenai DM disertai TB dan rencana tatalaksananya
10. Memotivasi ibu pasien untuk minum obat paket secara teratur dan tetap mengkontrol kesehatannya ke
puskesmas
11. Konseling kepada keluarga pasien (anak dan adiknya) untuk menjaga pola makannya karena memiliki
keturunan DM.
12. Konseling kepada seluruh anggota keluarga pasien untuk rajin berolahraga minimal sekali dalam seminggu
13. Konseling kepada keluarga untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit
14. Konseling kepada anggota keluarga mengenai faktor risiko yang ada pada mereka dan pentingnya
melakukan deteksi dini antara lain pemeriksaan gula darah
15. Memotivasi pasien dan ibu pasien untuk mengikuti program puskesmas terkait penyakit tidak menular
kronis (polanis) di puskesmas.
Farmakologi : Metformin 3x500mg. Glibenklamid 1x2,5 mg. Vitamin B complex.

You might also like