You are on page 1of 2

RINGKASAN

CHOIRUL AMALIA, H24080024. Perancangan dan Pengukuran Kinerja Rantai


Pasokan Sayuran dan Perusahaan dengan Pendekatan Analytic Network Process serta
Data Envelopment Analysis (Studi Kasus: PT Saung Mirwan, Bogor). Di bawah
bimbingan MUHAMMAD SYAMSUN DAN ALIM SETIAWAN S.
Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang utama di
Indonesia. Salah satu produk hortikultura yang memiliki prospek di masa mendatang
yaitu sayuran. Mengingat karakteristik produk pertanian yang mudah rusak, maka
perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis manajemen rantai pasokan untuk
sayuran. Dengan demikian kinerja rantai pasokan produk sayuran diharapkan akan
meningkat sehingga dapat meningkatkan produktivitas serta daya saing produk
sayuran di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengkaji struktur rantai
pasokan produk sayuran, 2) Menentukan bobot metrik pengukuran kinerja dengan
Analytic Hierarchy Process dan Analytic Network Process, dan 3) Mengukur kinerja
perusahaan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA).
Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer
didapatkan melalui wawancara dan pengisisan kuisioner oleh para Manajer di PT
Saung Mirwan (Pemasaran, Kemitraan, dan Pengemasan dan Processing) dan pakar
sayuran. Data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data informasi dari PT Saung
Mirwan seperti gambaran umum perusahaan dan manajemen rantai pasok sayuran di
perusahaan. Kuisioner diuji dengan menggunan metode pairwise comparison untuk
menentukan bobot prioritas. Pengolahan data menggunakan software Microsoft
Excell, Super Decisions, dan Frontier Analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis AHP prioritas utama pada
proses bisnis terdapat pada tahap perencanaan (plan) yang mempunyai bobot sebesar
0.41620. Untuk parameter kinerja, mutu adalah prioritas utama yang mempunyai
bobot sebesar 0.43822. Sedangkan untuk atribut kinerja, reliabilitas adalah prioritas
utama dengan bobot sebesar 0.40017 dan untuk metrik pengukuran kinerja, prioritas
utama dengan bobot sebesar 0.15759 adalah kinerja pengiriman.
Pada analisis ANP yang menjadi prioritas utama adalah plan pada proses
bisnis dengan bobot 0.27308, mutu pada parameter kinerja dengan bobot sebesar
0.40226, reliabilitas pada atribut kinerja dengan bobot sebesar 0.33310, dan kinerja
pengiriman pada metrik pengukuran kinerja dengan bobot sebesar 0.14957. Hasil
prioritas utama pada masing-masing hirarki atau jaringan adalah sama, tetapi
memiliki bobot yang berbeda.
Terdapat perbedaan pada hasil AHP dan hasil ANP yaitu berupa bobot
masing-masing elemen dan tingkat prioritas pada cluster atribut kinerja dan metrik
pengukuran kinerja. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan timbal balik atau
ketergantungan (feedback) pada ANP yang tidak terdapat pada AHP. Pada AHP level
atas hanya mempengaruhi elemen-elemen yang ada pada level di bawahnya. Pada
AHP level bawah tidak mempengaruhi elemen-elemen yang ada di atasnya karena
bersifat hirarki sehingga penilaian hanya terpaku pada hirarki dari atas ke bawah.
Sedangkan pada ANP, elemen-elemen pada level bawah dapat mempengaruhi
elemen-elemen yang ada pada level di atasnya sehingga level dalam ANP disebut
i

dengan cluster karena terdapat hubungan ketergantungan baik antara elemen satu
dengan yang lain maupun antara cluster satu dengan yang lain. Pada ANP tidak
hanya membandingkan elemen, tetapi juga membandingkan antar cluster.
Analisis dengan menggunakan DEA dilakukan setelah diperoleh hasil ANP.
Pengukuran kinerja PT Saung Mirwan dilakukan terhadap sepuluh komoditas sayuran
yang mempunyai tingkat permintaan tertinggi dari sekitar 80 komoditas sayuran.
Sepuluh sayuran tersebut yaitu : caysin, bawang bombay, tomat TW, tomat Rianto,
Lettuce head, Lettuce romaine, paprika hijau, jamur champ, daun bawang, dan
seledri. Hasil pengolahan data menggunakan DEA adalah tingkat efisiensi dari
sepuluh komoditas tersebut. Tingkat efisiensi dari sepuluh komoditas tersebut yaitu :
Lettuce head 100%, caysin 100%, tomat TW 97.27%, seledri 96.93%, bawang
bombay 94.98%, daun bawang 93.10%, jamur champ 91.93%, tomat Rianto 89.38%,
Lettuce romaine 89.33%, dan paprika hijau 79.28%. Hal yang dapat dilakukan oleh
perusahaan pada kinerja produk yang memiliki tingkat efisiensi kurang dari 100%
yaitu dengan cara meningkatkan output seperti kinerja pengiriman, pemenuhan
pesanan, dan kesesuaian dengan standar mutu dan meningkatkan atau menurunkan
input seperti siklus pemenuhan pesanan, lead time pemenuhan pesanan, fleksibilitas
pasokan, biaya SCM, siklus cash-to-cash, dan persediaan harian.

ii

You might also like