Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Nefritis lupus, salah satu dari manifestasi paling serius dari lupus
erimatosus sistemik (SLE). Lupus eritematosus sistemik (systemic lupus
erythematosus, atau SLE) adalah penyakit autoimun sistemik idiopatik yang
berbeda dari penyakit autoimun lainnya dalam hal keberagaman manifestasi
klinis, perbedaan perjalanan penyakit, dan dasar anomali imunologisnya. SLE
dapat melibatkan seluruh sistem organ. Biasanya pada nefritis lupus muncul
dalam 5 tahun setelah diagnosis. Nefritis lupus tampak jelas secara histologis pada
kebanyakan pasien dengan lupus erimatosus sistemik, bahkan mereka yang tidak
menunjukkan manifestasi klinis penyakit ginjal.6
Secara histologis, ginjal terpengaruh sampai derajat tertentu pada pasien
lupus erimatosus sistemik (SLE). Perkiraan prevalensi keterlibatan ginjal secara
klinis pada pasien lupus erimatosus sistemik (SLE) berkisar antara 30-90% pada
studi-studi yang sudah dipublikasikan. Prevalensi sesungguhnya dari nefritis lupus
klinis pada pasien lupus erimatosus sistemik (SLE) kemungkinan sekitar 50%,
lebih sering pada anak-anak dan etnis tertentu. Lupus erimatosus sistemik (SLE)
lebih sering pada orang kulit hitam dan ras hispanik. Nefritis lupus yang berat
terutama lebih sering ditemukan pada orang kulit hitam dan ras Asia dibandingkan
ras lain. Karena prevalensi lupus erimatosus sitemik lebih tinggi pada wanita
( rasio wanita : pria= 9:1 ), nefritis lupus juga lebih sering dijumpai pada wanita.
Kebanyakan pasien dengan lupus erimatosus sistemik (SLE) terkena nefritis lupus
pada awal perjalanan penyakitnya. Lupus erimatosus sistemik lebih sering terjadi
pada wanita di dekade tiga kehidupannya, dan nefritis lupus juga sering terjadi
pada pasien usia 20-40 tahun.7
Selama 4 dekade terakhir, perubahan dari manamejen nefritis lupus telah
meningkatkan kemungkinan hidup pasien, saat ini rata-rata 10 year survival rate
dari lupus erimatosus sistemik (SLE) telah melebihi 90%, sebelum tahun 1995,5year survival rate kurang dari 50%, penurunan mortalitas terkait SLE dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Nefritis lupus adalah komplikasi ginjal pada lupus erimatosus sitemik
(SLE). Lupus erimatosus sistemik (SLE) adalah penyakit reumatik autoimun
yang ditandai adanya inflamasi tersebar luas yang mempengaruhi setiap organ
atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi
autoantibodi dan kompleks imun sehingga mengakibatkan kerusakan
jaringan. Diagnosis nefritis lupus ini ditegakkan bila pada lupus erimatosus
sistemik (SLE) terdapat tanda-tanda proteuniria dalam jumlah lebih atau sama
dengan 1gram/24jam atau dengan hematuria (>8 eritrosit/LPB) atau dengan
penurunan fungsi ginjal sampai 30%.10
Nefritis lupus merupakan suatu proses inflamasi ginjal yang disebabkan
oleh sistemik lupus erimatosus, yaitu suatu penyakit autoimun, selain ginjal,
SLE juga dapat merusak kulit, sendi, system saraf dan hampir semua organ
dalam tubuh.12
Di dapatkan
insidensi penyakit ginjal akut sebesar 10%, bedasarkan data dari Asia,
keterlibatan renal berkisar antara 6-100% secara keseluruhan.13
Perkiraan prevalensi keterlibatan ginjal secara klinis pada pasien Sle
berkisar antara 30-90% pada studi-studi yang sudah di pulikasikan. Prevalensi
sesungguhnya dari nefritis lupus klinis pada pasien SLE kemungkinan sekitar
50%. SLE lebih sering ditemukan pada orang yang berkulit hitam dan ras
Asia dibandingkan denganras lain, karena prevalensi SLE lebih tinggi pada
wanita (rasio wanita:pria=9:1) nefritis lupus juga sering dijumpai pada
wanita. Kebanyakan pasien dengan lupus erimatosus sistemik (SLE) terkena
nefritis lupus pada awal perjalanan penyakitnya. Lupus erimatosus sistemik
lebih sering terjadi pada wanita di dekade tiga kehidupannya, dan nefritis
lupus juga sering terjadi pada pasien usia 20-40 tahun. Anak dengan SLE
memiliki risiko penyakit ginjal lebih tinggi daripada dewasa dan lebihsering
mengalami cedera akibat penyakit agresif dan toksisitas akibat pengobatan.
Selama 4 dekade terakhir, perubahan dari manamejen nefritis lupus telah
meningkatkan kemungkinan hidup pasien, saat ini rata-rata 10 year survival
rate dari lupus erimatosus sistemik (SLE) telah melebihi 90%, sebelum tahun
1995,5-year survival rate kurang dari 50%. Penurunan mortalitas terkait SLE
dapat merupakan kontribusi diagnosis lebih awal (termasuk kasus ringan),
perbaikan pengobatan spesifik dan kemajuan ilmu kedokteran secara umum.11
komplikasi
pengobatan
dan
komorbiditas
seperti
penyakit
sehingga
disebut
sebagai
pauci-immune
necrotizing
glomerulonefritis.4
Patofisiologi terjadinya Lupus Nefritis, Gambaran klinis kerusakan
glomerolus dihubungkan dengan letak lokasi terbentuknya deposit kompleks
imun. Deposit pada mesangium dan subendotel terletak proksimal terhadap
membrane basalis glomerulus sehingga mempunyai akses dengan pembuluh
darah. Deposit pada daerah tersebut ini akan mengaktifkan komplemen yang
kemudian membentuk kemoatraktan C3a dan C3a. Selanjutnya terjadi influx
sel neutrofil dan sel mononuclear. Deposit pada mesangium dan subendotel
secara histopatologis memberikan gambaran mesangial, proliferative fokal,
dan proliferative difus; secara klinis memberikan gambaran sedimen urin
yang aktif (ditemukan eritrosit, leukosit,silinder sel, dan granula), proteinuria,
dan sering disertai penurunan fungsi ginjal. Sedangkan deposit pada subepitel
tidak mempunyai hubungan dengan pembuluh darah karena dipisahkan oleh
membrane basalis glomerulus sehingga tidak terjadi influx neutrofil dan sel
mononuclear. Secara
histopatologis
memberikan
gambaran
nefropati
anti-nRNP.
Kadar komplemen serum menurun pada saat fase aktif SLE, terutama
pada nefritis lupus tipe proliferatif. Kadar C3 dan C4 serum sering
sudah
dibawah
normal
sebelum
gejala
lupus
bermanifestasi.
terapi
lebih
tepat
tetapi
beberapa
ahli
tidak
H. DIAGNOSIS
Diagnosis lupus eritematosus sistemik didasarkan pada kriteria klinis dan
laboratorium. Kriteria yang dikembangkan oleh American College of.
Rheumatology (ACR). Pada diagnosis klinis NL ditegakan bila pada pasien
SLE (minimal terdapat 4 dari kriteria ARA) didapatkan protein urea 1gr/24
jam dengan atau hematuria (>8 eritrosit/LPB) dengan atau penurunan fungsi
ginjal sampai 30% sedangkan diagnosis pasti nefritis lupus ditegakan dengan
10
biopsi ginjal. Protein uria umumnya di peruksa dengan cara mengukur jumlah
secara kuantitatif dengan mengumpulkan urin selama 24 jam. Cara lain yang
lebih praktis dan sekarang banyak mulai dilakukan ialah mengukur rasio
protein dengan kreatinin pada sample urin sewaktu (ekskresi kreatinin normal
1000mg/24jam /1,75m2; rasio protein keatinin normal ,0,2). Pemeriksaan ini
lebih mudah dikerjakan terutama diperiksa menilai perubahan jumlah protein
setelah dilakukan pengobatan.
Kriteria ARA
1. Ruam Malar
2. Ruam Diskoid
3. Foto sensitif
4. Ulkus di mulut
5. Artritis/artralgia
6. Serositis
a. Efusi perikardial
b. Efusi paru
7. Kelainan ginjal
a. Proteinuria (>0.5 gr//24 jam)
b. Cellular cast
8. Kelainan neurologis
9. Kelainan darah
a. Anemia hemolitik
b. Leukopenia (< 4000)
c. Limfopenia (<1500)
d. Trombositopenia (<100.000)
10. Sero-imunologi
a. Anti ds DNA
b. Anti Sm
c. Sel LE
d. VDRL
11. ANA
11
spesifik
Kelas II : Nefritis lupus mesangial proliferatif mungkin
memerlukan pengobatan bila proteinuria lebih dari 1000 mg/hari.
Pertimbangkan prednison dosis rendah sampai moderat (mis. 20-40
siklofosfamid intravena.
Berikan siklofosfamid intravena secara bulanan selama 6
bulan dan setelahnya tiap 2-3 bulan tergantung respons
klinis. Durasi terapi yang umum adalah 2-2,5 tahun.
Turunkan dosis bila klirens kreatinin <30 mL/menit.
14
prognosis yang baik. Nefritis lupus kelas III dan IV hampir seluruhnya akan
menimbulkan penurunan fungsi ginjal. Pada nefritis lupus kelas III yang
keterlibatan glomerolus 50%, dimana prognosis kelompok ini menyerupai
prognosis nefritis lupus kelas IV yaitu buruk. Nefritis lupus kelas V memiliki
prognosis yang cukup baik sama dengan nefropati membranosa primer,
sebagian kecil akan menimbulkan sindrom nefrotik yang berat.19
Prognosis bergantung kepada bentuk dari nefritis lupus. Pasien dapat
sembuh sementara dan kemudian timbul kembali gejala akut dari lupus.
Beberapa kasus berkembang menjadi gagal ginjal kronik.14
18
BAB III
KESIMPULAN
Nefritis lupus adalah komplikasi ginjal pada SLE. Penyakit SLE dpapat
ditemukan pada semua umur, tapi paling sering pada usia 20-40 tahun dan 90%
adalah wanita. Keterlibatan ginjal paling sering ditemukan sekitar 60% pada
pasien dewasa, walaupun pada awal SLE kelainan ginjal didapatkan 35-50 kasus.
Diagnosis klinis NL ditegakan bila pada pasien SLE (minimal terdapat 4
dari kriteria ARA) didapatkan protein urea 1gr/24 jam dengan atau hematuria
(>8 eritrosit/LPB) dengan atau penurunan fungsi ginjal sampai 30% sedangkan
diagnosis pasti nefritis lupus ditegakan dengan biopsi ginjal.
Pada penatalaksanaan penting diperhatikan adalah fokus pada strategi
terapi yang bertujuan untuk mengurang progresifitas penyakit ginjal, menghambat
perkembangan penyakit vaskuler, menghambat kambuhnya penyakit dan
mengurangi efek samping pengobatan. Pengobatan pada NL bertujuan untuk
terjadinya induksi dan mencegah terjadinya relaps. Namun disadari pula
maintenance pengobatan jangka panjang dengan steroid dan cytotoxic agent
sering disertai dengan terjadinya efek samping dan morbiditas. Rata-rata kejadian
relaps masih>40% dalam waktu 5 tahun.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Ardoin SP, Pisetsky DS. Development in the scientific understanding of
lupus.Arthritis Research & Therapy 2008, 10:218
2. Belmont MH. Lupus Clinical Overview. In: James K, Blaire M, eds.
Nephritis Lupus. 5th ed. New York, PA: McShane; 2006: 123-58.
3. Bertias G, Sidiropoulos P, Boumpas DT. 2000. Systemic Lupus
Erythematosus:
Treatment
Renal
Invelotment.
Rheumatology.
20
21