You are on page 1of 2

PENGEBORAN Sumur Geothermal

oleh: Ashadi

Walau pada dasarnya sama namun proses pengeboran konvensional di industri migas (minyak dan
gas) tidak begitu saja dapat diaplikasikan untuk pengeboran sumur geothermal. Dimana
perbedaannya dan apa implikasinya?
Proses pengeboran sumur geothermal pada dasarnya serupa dengan proses pengeboran pada
sumur minyak/gas, baik ditinjau dari tahapan proses, teknologi/alat-alat, serta ahli pengeborannya
(SDM). Alat-alat yang digunakan mulai dari Rig Equipment, Drilling Tools, hingga Casing &
accessories sebenarnya dibawa dari industri oil & gas dengan sedikit penyesuaian. Pun demikian
dengan SDM di lapangan (crew lapangan), mayoritas berasal dari dunia migas.
Jenis sumur di geothermal berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Sumur produksi
Sumur produksi dapat berupa produksi uap (steam) maupun air panas (brine)
Sumur injeksi
Sumur injeksi berfungsi untuk menginjeksikan kembali brine setelah energy (panas) nya di
ekstraksi (brine injector) ataupun untuk menginjeksikan air sisa dari proses di power plant yang
disebut dengan condensate (condensate injector) ke dalam field gothermal
Sumur delineasi (pemantauan)
Sumur delineasi digunakan untuk melakukan pemantauan terhadap suatu area (field) geothermal.
Pada sumur ini tidak dilakukan produksi ataupun injeksi
Ada dua tantangan utama dalam pengeboran sumur geothermal sekaligus yang membedakannya
dari pengeboran di sumur migas, yaitu dalam hal temperature dan loss circulation.
Loss circulation terjadi karena target dalam suatu sumur geothermal merupakan rekahan-rekahan
(fracture) yang terkoneksi ke suatu heat source. Ketika fracture tersebut terlintasi dalam proses
pengeboran, kemungkinan besar lumpur pengeboran (mud) akan masuk ke dalam fracture-fracture
tersebut alih-alih kembali ke permukaan (loss circulation). Kondisi loss circulation ini secara
teknis memberikan beberapa dampak negatif pada proses pengeboran dan perlu ditanggulangi.
Dari sisi temperature, target dari sumur panas bumi merupakan fracture yang memiliki temperatur
tinggi, karena temperature inilah yang merupakan energi yang ingin diekstraksi. Semakin tinggi
temperatur yang diperoleh maka akan semakin ekonomis suatu sumur geothermal.
Akan tetapi, ditinjau dari proses pengeborannya akan semakin menantang karena teknologi
pengeboran yang dibawa dari industri migas sebenarnya didesain untuk temperatur yang relatif
lebih rendah, dan hal ini seringkali menjadi hambatan.
Dengan semakin bertambahnya lapangan-lapangan geothermal akan dikembangkan, kedua
tantangan di atas justru merupakan suatu peluang baik bagi ahli pengeboran (engineer) maupun
pelaku bisnis.
Akibat teknologi dari dunia migas tidak mampu menghadapai pengeboran pada temperatur yang
tinggi, trend sekarang mulai bermunculan teknologi-teknologi yang khusus diciptakan untuk
sumur geothermal. Saat ini industry geothermal masih ibarat Blue Ocean karena belum banyak

pelaku bisnis yang memiliki spesialisasi di bidang ini. Bagi engineer, semakin dibutuhkan ahliahli pengeboran yang memahami seluk beluk pengeboran sumur geothermal, dan sebagai catatan
saat ini belum banyak jumlahnya di Indonesia maupun dunia.
Sekian.

You might also like