Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Ny. K
Umur
: 39 tahun
: Ciebereum, Sukabumi
Pekerjaan
: TKI di malaysia
: Pasien mengeluh terdapat benjolan dan nyeri pada lubang anus sejak 8
bulan SMRS
RPS
terdapat lendir terkadang disertai darah. Keluhan hilang timbul sehinga pasien
tidak berobat. 8bulan SMRS pasien merasakan terdapat benjolan yang keluar dari
lubang anusnya. benjolan berukuran kecil. Keluhan disertai BAB seperti kotoran
kambing disertai lendir dan darah berwarna merah segar yang bercampur dengan
feses, tidak menetes. Pasien juga mengeluh sering kembung, nyeri perut saat BAB
dan perasaan tidak puas setelah BAB. Pasien merasakan berat badannya terasa
menurun karena pasien merasa kebesaran menggunakan pakaian yang biasanya
pas digunakan pasien.
3 bulan SMRS keluar cairan dari vagina berwarna kecoklatan dan berbau
1 bulan SMRS pasien tidak dapat BAB dan buang angin sama sekali sehingga
pasien di operasi di pasang bag pada perut kirinya. Sebelum dilakukan operasi
pasien sudah menjalani beberapa macam tes di rumah sakit Malaysia.setelah
semua prosedur selesai pasien di rujuk ke indonesia dan membawa berkas dari RS
malaysia.
RPD : Belum pernah mempunyai keluhan yang sama seperti ini sebelumnya.
Riwayat Dm disangkal
Riwayat Hipertensi disangkal
RPK :
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
BB
TB
IMT
: 120/80 mmHg
: 80 x/menit, reguler, isi cukup
: 20 x / menit
: 36,3 0 C
: 42 kg
: 155 cm
: 17. 5 (underweight)
Kepala
: Normocephal
Mata
pupil isokor.
Hidung
: Pembesaran (-)
Deviasi trachea
Inspeksi
Palpasi
dan kiri
Perkusi
Auskultasi
II murni
Abdomen
- Inspeksi
(+),
hepatomegali
(-),
Akral
Edema
RCT
: Hangat
: -/: < 2 detik
Inguinal
Tidak terdapat pembesaran pada daerahn inguinal
Status Lokalis
Anus : inspeksi : tampak benjolan berbentuk bulat dengan ukuran 2x2 cm
menutupi seluruh lubang anus, darah (-), pus (-), bau (+)
Palpasi : teraba benjolan konsistensi keras, nyeri tekan (+)
Rectal Toucher
-
Pemeriksaan Penunjang
Hasil
Hemoglobin
10,3 g/dl
Leukosit
10.800
Hematokrit
30,7 %
Trombosit
525.000
Nilai Normal
tissue koloniks
pas digunakan pasien. 3 bulan SMRS keluar sekret dari vagina berwarna
kecoklatan dan berbau
1 bulan SMRS pasien tidak dapat BAB dan flatus (-), colostomy (+). Riwayat
sering mengkonsumsi makanan yang berlemak dan dari kecil tidak suka makan
sayur, jarang makan buah
Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
:
: 120/80 mmHg
: 80 x/menit, reguler, isi cukup
: 20 x / menit
: 36,3 0 C
Status Lokalis
Anus : inspeksi : tampak benjolan berbentuk bulat dengan ukuran 2x2 cm
menutupi luabng anus, darah (-), pus (-), bau (+)
Palpasi : teraba benjolan, konsistensi keras, nyeri teka (+)
Rectal Toucher
-
Penunjang
Lab :
Hemoglobin
10.800
sampai ke
Diagnosis Banding
-
Polip
Hemoroid
Rencana Penatalaksanaan
Tirah baring
Kemoterapi
Analgetik : Ketorolac 2 x 1 (IV)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Colorectal
2.1.1 Struktur
Colon dimulai dari perbatasan ileum terminal-caecum, sepanjang 90-150
cm, sampai perbatasan sigmoid-rectum. Terdiri dari caecum, colon ascendens,
Fisiologi
Pertukaran air dan elektrolit
Colon menyerap air, natrium, klorida, dan asam lemak rantai pendek, serta
mensekresikan kalium dan bikarbonat. Hal ini membantu mempertahankan
keseimbangan cairan dan mencegah dehidrasi. Kemampuan ini hilang pada
pasien dengan ileostoma, sehingga lebih mudah terjadi dehidrasi. Fungsi
utama rectum adalah sebagai resevoir dan menahan 1200cc cairan.
Motilitas colon
Pola kontraksi colon adalah pergerakan retrograd, kontraksi segmental, dan
pergerakan massa. Pergerakan massa akan menyebabkan perpindahan isi
colon ke arah anus. Motilitas colon dipengaruhi oleh emosi, hormon, dan diet.
Flora colon
Bakteri yang paling banyak pada colon adalah bakteri anaerob Bacteroides.
Escherichia coli dan enterobacteria lainnya adalah bakteri aerob. Bakteri colon
berperan penting dalam produksi vitamin K. Supresi flora normal dengan
antibiotik broad-spectrum dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih dari
patogen, khususnya Clostridium difficile.
Gas colon
99% gas di colon adalah nitrogen, oksigen, carbon dioksida, hidrogen, dan
metana. Gas dalam usus berasal dari udara yang tertelan, fermentasi
karbohidrat dan protein oleh bakteri dalam lumen usus, dan difusi ke lumen
usus dari darah. Dalam sehari, volume flatus sekitar 600cc.1
Etiologi & faktor risiko
Etiologi tumor colorectal belum diketahui secara pasti, namun diketahui
bahwa proliferasi neoplastik pada mukosa colorectal berhubungan dengan
perubahan kode genetik, pada germ line atau mutasi somatik yang didapat.
Faktor herediter
Faktor herediter merupakan salah satu faktor risiko. Diperkirakan bahwa
10-15% carcinoma colorectal merupakan kasus familial, seperti pada Familial
adenomatous Polyposis (FAP) dan sindroma Lynch.
Usia
Usia merupakan faktor risiko dominan untuk carcinoma colorectal.
Insidensi meningkat diatas 50 tahun. Namun individu pada usia berapapun
meningkatkan
risiko
terjadinya
adenoma
dan
carcinoma. Tingginya kadar growth hormon dan insulin like growth factor-1
akan meningkatkan risiko. Irradiasi pelvis dapat meningkatkan risiko
carcinoma recti.
sel
yang tak terkontrol. DCC merupakan tumor supressor gene dan kehilangan
kemampuannya dalam mendegenerasi keganasan. Tumor supressor gene p53
merupakan protein yang penting untuk menginisiasi apoptosis sel yang
mempunyai kerusakan genetik yang tidak dapat diperbaiki.1,3
10
11
12
Carcinoma recti lebih sering pada laki-laki, sedangkan carcinoma colon lebih
sering pada wanita. Penyakit ini berhubungan dengan usia dan terjadi lebih sering
pada usia diatas 50 tahun.1,2
Predileksi
Sekitar 75% carcinoma colorectal ditemukan di rectosigmoid. 2
Tabel 1. Predileksi carcinoma colorectal2
Letak
Caecum dan colon ascendens
Colon transversum
Colon descendens
Rectosigmoid
Persentase
10
10
5
75
13
Colon kanan
Vegetative
Colon kiri
Stenotik
ulseratif
Rectum
Infiltratif
Ulseratif
Kaliber viskus
Besar
Isi viskus
Setengah cair
Fungsi utama
Absorbsi
Tabel 3. Gejala klinis 2
Kecil/pipih
Setengah padat
Penyimpanan
Vegetatif
Besar
Padat
Defekasi
Colon kiri
Obstruksi
Karena obstruksi
Rectum
Proktitis
Tenesmus
Aspek klinis
Nyeri
Colon kanan
Colitis
Karena
Defekasi
penyusupan
Diare atau diare konstipasi
Obstruksi
Darah pada faeces
berkala
Jarang
Samar
Tenesmus
terus
progresif
menerus
Hampir selalu
Tidak jarang
Samar
atau Makroskopis
makroskopis
(atau Normal
Faeces
Normal
Dispepsi
Memburuknya
diare)
Sering
Hampir selalu
keadaan umum
Anemia
Hampir selalu
Pemeriksaan penunjang
Perubahan bentuk
Jarang
Lambat
Jarang
Lambat
Lambat
Lambat
14
15
16
Pencitraan
a. X-ray foto polos dan colon in loop
X-ray foto polos dan colon in loop memiliki peranan penting dalam
mengevaluasi pasien yang diduga menderita carcinoma colorectal. Foto polos
abdomen (supine, tegak, dan LLD) berguna untuk mendeteksi pola gas usus
yang menunjukkan adanya obstruksi. Colon in loop berguna untuk
mengevaluasi gejala obstruktif. Colon in loop dengan double contrast sensitif
untuk mendeteksi massa yang berdiameter lebih besar dari 1 cm. Deteksi
massa yang kecil sangat sulit, sehingga colonoscopy lebih disukai untuk
mengevaluasi massa colon yang nonobstruksi.
Gambar 8. Colon in loop carcinoma colorectal8
b. CT scan
Computed Tomography (CT) digunakan untuk staging carcinoma
colorectal, karena kesensitivitasnya dalam mendeteksi metastasis.
c. CT Colonografi (Virtual colonoscopy)
Virtual colonoscopy menggunakan CT helical dan rekonstruksi 3 dimensi
untuk
mendeteksi
lesi
colon
intralumen.
Untuk
memaksimalkan
faeces,
penyakit
divertikula,
lipatan
haustrae,
artefak,
dan
17
18
Tumor marker seperti CEA, CA 19-9, dan CA-50 digunakan untuk pasien
carcinoma colorectal. Carcinoembrionic antigen (CEA) yang paling umum
digunakan, sedangkan CA 19-9 dan CA-50 tidak rutin digunakan. CEA dapat
meningkat pada 60-90% pasien dengan carcinoma colorectal. Namun CEA
bukan merupakan tes skrining yang efektif untuk keganasan. CEA tidak
spesifik karena dapat meningkat juga pada pasien dengan carcinoma selain
carcinoma colorectal.
Tes serum
Pemeriksaan fungsi hepar seperti alkali fosfatase, SGPT, SGOT, SGGT,
dan LDH dapat memprediksi kemungkinan metastasis ke hepar.
Biopsi
Biopsi dilakukan melalui endoskopi. Hasil patologi dari biopsi dapat
mendeskripsikan tipe sel dan gradasi tumor. Tipe sel yang paling sering
didapat pada carcinoma colorectal adalah adenocarcinoma (95%).
Biopsi nodus limfatikus sentinel
Teknik ini digunakan pada beberapa keganasan, biasanya pada carcinoma
mammae dan melanoma. Tujuan biopsi ini adalah untuk mengidentifikasi
nodus limfatikus pertama yang sering menjadi tempat pertama metastasis.
Pada colorectal carcinoma, teknik ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
staging. Pemeriksaan yang intensif dengan potongan histopatologi yang
multipel, imunohistokimia, dan reverse transcriptase polymerase chain
reaction (RT-PCR) dapat mendeteksi mikrometastasis pada pasien yang
diketahui N0 pada teknik konvensional.1,4,6
2.7 Diagnosis
Diagnosis carcinoma colorectal ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Kepastian diagnosis ditentukan berdasarkan
pemeriksaan patologi anatomi.2
2.8. Diagnosis banding
Tabel 4. Diagnosis banding 2
Colon kanan
Apendicular abscess
Colon tengah
Ulcus pepticum
Colon kiri
Colitis ulcerative
Rectum
Polip
Massa
Carcinoma gaster
Polip
Prokitis
19
periappendicular
Abscess hepar
Diverticulitis
Fissura ani
Amuboma
Hepatocellular
Endometriosis
Haemorrhoid
Enteritis regionalis
carcinoma
Carcinoma ani
Cholecystitis
Kelainan pancreas
Kelainan
saluran
empedu
2.9. Klasifikasi
American Joint Committee on Cancer memakai sistem TNM. Sistem ini
memisahkan dan mengidentifikasi berdasarkan kedalaman dari invasi tumor
(T), status nodus limfatikus regional (N) dan ada tidaknya metastase (M)
a.Sistem TNM
Tabel 5. Klasifikasi carcinoma colorectal berdasarkan sistem TNM3
Stadium 0
Stadium I
Tis
T1
N0
N0
M0
M0
Stadium II
T2
T3
N0
N0
M0
M0
Stadium III
T4
Semua T
N0
N1
M0
M0
Semua T
N2,N3
Semua N
M0
M1
Stadium IV
Tumor Primer
20
Dalamnya infiltrasi
Prognosis hidup
setelah 5 tahun
97%
80%
65%
A
B
C
C1
35%
C2
D
<5%
T2, N0, M0
Stage IIA T3, N0, M0
Stage IIB T4, N0, M0
Stage IIIA T1, N1, M0
T2, N1, M0
Stage IIIB T3, N1, M0
T4, N1, M0
Stage IIIC Any T, N2, M0
Stage IV Any T, Any N, M1
2.10 Histopatologi
Hasil histopatologi biasanya didapatkan dari analisis jaringan yang diambil
dari biopsi ataupun pembedahan. Tipe yang paling umum adalah adenocarcinoma,
yang didapatkan pada 95% kasus. Tipe lain yang lebih jarang adalah lymphoma
dan squamous cell carcinoma. Karsinoma pada colon kanan (colon ascendens dan
caecum) biasanya exophytic, di mana tumor tumbuh keluar dari dinding usus,
maka jenis ini sangat jarang menyebabkan obstruksi usus dan biasanya muncul
dengan gejala awal anemia. Sedangkan karsinoma pada colon kiri seringnya
sirkumferential, dan dapat menyebabkan obstruksi usus3.
Gambar 2.6 Gambaran histologis dari karsinoma colon dengan
pewarnaan HE3
Pada pemeriksaan histopatologi adenocarcinoma adalah tumor ganas
epitelial, berasal dari kelenjar epitel dari mukosa colorectal. Tumor ini akan
menginvasi mukosa, menginvasi muscularis mucosa, submucosa, lalu ke
muscularis propria. Sel tumor memiliki struktur tubular yang irregular, inti yang
beragam, berlumen banyak, dan stroma yang sedikit. Terkadang, sel tumor
menginvasi jaringan intersistial dan menghasilkan banyak mucus. Pada
pemeriksaan mikroskopis tampak sebagai daerah-daerah yang kosong, ini disebut
mucinous (colloid) adenocarcinoma, dan merupakan jenis yang berdiferensiasi
buruk. Jika mucus tertahan di dalam sel dan mendorong intinya ke tepi maka akan
memberikan gambaran Signet ring cell. Berdasarkan arsitektur kelenjarnya,
22
terjadi.
Penyebaran
ke
peritoneal
mengakibatkan
carcinomatosis
24
25
26
colectomy;
A+BF
hemicolectomy
kanan;
A+BG
27
28
berguna
untuk
mengurangi
kemungkinan
metastasis,
29
30
Karsinoma colon :
Menghilangkan nyeri dan palliative, ditargetkan pada deposit tumor jika menekan
struktur vital atau menyebabkan sakit.
Karsinoma rectal
Biasanya diberikan sebelom pembedahan (neoadjuvant) pada tumor yang tumbuh
keluar dari rectum atau telah menyebar ke nodus limfatikus, dengan tujuan
menurunkan resiko rekurensi.
Adjuvant, jika tumor menyebabkan perforasi dari rectum atau karsinoma sudah
menyebar ke nodus limfatikus.
Palliative, untuk mengurangi ukuran tumor untuk meringankan gejala.
Immunoterapi3
Bacillus Calmette-Gurin (BCG) sedang diteliti sebagai campuran
adjuvant untuk terapi colorectal3.
Vaksin3,4
Pada November 2006, vaksin baru, TroVax bekerja dengan meningkatkan
immunitas pasien untuk melawan penyakit.
Tabel 7. Terapi carcinoma colorectal menurut stadium1
Stadium
Stadium 0
Terapi
Eksisi lokal secara komplit melalui
(Tumor In Situ)
Stadium 1
endoskopi
Reseksi colon atau rectum
histologi
yang
beresiko
Stadium 2
tinggi)
Reseksi colon atau rectum
histologi
Stadium 3
tinggi)
Adjuvant
imunoterapi.
Stadium 4
Reseksi radikal
Adjuvant kemoterapi
yang
kemoterapi,
beresiko
radioterapi
31
(Metastasis jauh)
2.13. Prognosis
Prognosis tergantung dari ada tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi
penyebaran carcinoma dan tingkat keganasan sel tumor. Bila disertai diferensiasi
sel tumor yang buruk, maka prognosisnya sangat buruk. 2 Angka harapan hidup
pada stadium awal adalah 5 kali lipat lebih besar dari stadium akhir. CEA juga
secara langsung berhubungan dengan prognosis dari penyakit
2.14 Follow-up
U.S. National Comprehensive Cancer Network dan American Society of Clinical
Oncology memberikan panduan untuk follow-up karsinoma colon :
Pemeriksaan fisik setiap 3 sampai 6 bulan selama 2 tahun., lalu setiap 6
bulan selama 5 tahun.
CT-scan dada, abdomen, dan pelvis dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan secara rutin selama 3 tahun pertama pada pasien dengan
resiko tinggi terjadi rekurensi.
Colonoscopy dapat dilakukan 1 tahun setelahnya, kecuali belum dilakukan
pada sebelum pembedahan karena adanya massa yang menghalangi.
Dalam kasus tersebut sebaiknya dilakukan setelah 3 Sampai 6 bulan.
PET or ultrasound scanning, chest X-rays, pemeriksaan darah lengkap
atau tes fungsi hati tidak disarankan3.
32
DAFTAR PUSTAKA
1) Brunicardi, Andersen, Billiar, Dunn, Hunter, Pollock. 2005. Colon,
rectum, and anus. In Schwartzs Principles of Surgery. 8th edition. USA:
McGraw-Hill. P 1057-70.
2) Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, appendiks, kolon, dan
anorektum. Dalam Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 64653.
3) Townsend, Beauchamp, Evers, Matton. 2004. Colon and rectum. In
Sabistons Textbook of Surgery. 17th edition. 2004. Philadelphia: Elsevier
Saunders. P 1443-65.
4) Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Tumors of the colon. In Maingotss
Abdominal operation. 10th edition. 2001. Singapore: McGraw-Hill. P
1281-1300
5) Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Rectal Cancer. In Maingotss Abdominal
operation. 10th edition. 2001. Singapore: McGraw-Hill. P1455-99
6) Wikipedia. 2007. Cancer colorectal. http://www.wikipedia.org.
7) Mayoclinic.
2006.
Colon
http://health.yahoo.com/topic/other/other/article/mayoclinic/
8) GE.2007.
Carcinoma
cancer.
colorectal
http://www.medcyclopaedia.com/library/topics/
33
34