Professional Documents
Culture Documents
Sedangkan pasal 327 mengenai seseorang yang atas biaya sendiri atau biaya orang lain, langsung atau
tidak langsung, membantu menyewakan, memuat, atau mengasuransikan kapal, yang ia tahu
disediakan untuk perdagangan budak belian.
Berlakunya pasal 324-327 KUHP tentang perdagangan budak ini, menurut surat penjelasan (memorie
van teolichting) pada rancangan KUHP Belanda, juga meliputi peristiwa pengangkutan orang-orang yang
dikatakan kuli-kuli, dengan pura-pura mengadakan kontrak perburuhan, dimana peristiwa tersebut
sebenarnya terdapat perdagangan budak belian.
Adapun pasal 324-327 KUHP tentang perdagangan budak dipandang tidak perlu lagi dan dicabut, hal ini
berdasarkan pasal V UU No. 1 Tahun 1946.
Berdasarkan Kepres No. 88/2002-RAN Penghapusan Trafiking Perempuan dan Anak adalah: segala
tindakan pelaku trafiking yang mengandung salah satu atau lebih tindakan perekrutan, pengangkutan
antar daerah dan antar negara, pemindah tanganan, pemberangkatan, penerimaan dan penampungan,
sementara atau di tempat tujuan, perempuan dan anak. Dengan cara ancaman, penggunaan kekerasan
verbal dan fisik, penculikan, penipuan, tipu muslihat, memanfaatkan posisi kerentanan (misal: ketika
seseorang tidak memiliki pilihan lain, terisolasi, ketergantungan obat, jebakan hutang dan lain-lain),
memberikan atau menerima pembayaran atau keuntungan, dimana perempuan dan anak digunakan
untuk tujuan pelacuran dan eksploitasi seksual (termasuk phaedopili), buruh migran legal maupun
illegal, adopsi anak, pekerjaan jermal, pengantin pesanan, pembanti rumah tangga, mengemis, industri
pornografi, pengedaran obat terlarang, dan penjualan organ tubuh serta bentuk-bentuk eksploitasi
lainnya.
Adapun faktor penyebab perempuan dan anak menjadi korban trafiking:
Kemiskinan
Tingkat pendidikan yang rendah
Kesempatan kerja
Mitos penciptaan yang menganggap perempuan sebagai pembantu laki-laki
Mitos kecantikan yang menguatkan stereotype tertentu kepada perempuan
Mitos perempuan sebagai ibu bangsa yang mengedepankan tanggung jawab ibu, beban ganda
perempuan dalam keluarga. Mitos-mitos tersebut membawa dampak antara lain: perempuan sebagai
objek pola konsumsi, perempuan sebagai buruh murah, perempuan sebagai buruh migran, tubuh
perempuan sebagai mekanisme komoditi seksual, dan perempuan sebagai objek perdagangan seksual.
2. Penculikan (Mensenroof)
Yang dinamakan penculikan menurut pasal 328 yaitu:
Barang siapa membawa pergi seorang dari tempat kediamannya atau tempat tinggalnya sementara,
dengan maksud untuk menempatkan orang itu secara melawan hukum di bawah kekuasaannya atau
kekuasaan orang lain, atau untuk menempatkan dia dalam keadaan sengsara.
Unsur-unsur yang terdapat pada pasal 328 di atas, yaitu:
a. Perbuatan membawa pergi.
b. Yang dibawa pergi orang.
c. Membawa pergi itu harus dilakukan dengan maksud menempatkan orang itu secara melawan hukum
atau dalam keadaan sengsara.
Pada pasal 329 dijelaskan perihal pengangkutan seseorang yang telah berjanji akan bekerja di suatu
tempat tertentu, dengan sengaja dan melanggar hukum ke tempat lain. Sedangkan pasal 330 ayat 1,
mengenai seseorang yang belum dewasa, yang dilepaskan dari kekuasaan yang sah atau dari penjagaan
oleh orang yang diberi wewenang untuk itu. Lain halnya pada pasal 330 ayat 2, dimana penculikan
terhadap anak kecil (Kidnapping) dengan adanya akal tipu, kekerasan, atau ancaman kekerasan.
Perihal melarikan perempuan (schaking) dijelaskan dalam pasal 332. Dimana, pasal 332 ke-1 tentang
melarikan perempuan belum dewasa dengan persetujuan si perempuan itu sendiri tanpa seizin orang
tua atau wali, berbeda dengan pasal 332 ke-2, bahwa pelarian perempuan itu dilakukan dengan akal
tipu, kekerasan, atau ancaman kekerasan.
Dari kedua bagian pasal 332 tersebut terdapat kesamaan dalam unsur kesalahannya (berupa
kesengajaan) yaitu memiliki atau menguasai perempuan itu di dalam atau di luar perkawinan. Istilah
memiliki itu harus diartikan sebagai bersetubuh dengan perempuan itu, meskipun hanya satu kali.
Adapun si pelaku melarikan perempuan untuk dinikahi, dengan pernikahan menurut aturan BW, maka
tidak ada hukuman pidana sebelum dinyatakan pernikahannya batal.
Pasal 332 KUHP tersebut termasuk golongan delik aduan, dimana penuntutan hanya dapat dilakukan
karena adanya pengaduan dari pihak korban. Adapun syarat-syaratnya, sebagai berikut:
a. Melarikan perempuan dewasa, hak pengaduan berada pada: perempuan itu sendiri atau orang yang
dapat menjadi wali nikah perempuan itu.
b. Melarikan perempuan belum dewasa, hak pengaduan berada pada: perempuan itu sendiri atau
suaminya .
3. Penahanan
Tindak pidana ini menurut pasal 333 KUHP, yaitu barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum
merampas kemerdekaan (menahan) orang atau meneruskan tahanan itu dengan melawan hak.
Istilah dari kata menahan dan meneruskan penahanan dari pasal di atas, adalah:
a. Menahan; menunjukkan aflopende-delicten (delik yang sekilas atau sekejap).
b. Meneruskan penahanan; menunjukkan voor tdurende delicten (delik yang selalu/ terus-menerus
diperbuat) .
Unsur-unsur dari pasal 333, yaitu:
a. Perbuatan menahan/ merampas kemerdekaan.
b. Yang ditahan orang.
c. Penahanan terhadap orang itu untuk melawan hak.
d. Adanya unsur kesengajaan dan melawan hukum.
Pasal 333 KUHP ini hanya melindungi kemerdekaan badan seseorang, bukan kemerdekaan jiwa. Jadi,
harus adanya perbuatan yang menyentuh badan seseorang yang ditahan, misalnya diikat tangannya
sehingga sulit bergerak.
Pada pasal 334, mengandung unsur kesalahan berupa culpa (kelalaian) dalam menahan orang dengan
melanggar hukum. Misalnya, peristiwa yang terjadi dalam suatu pabrik seorang buruh masih ada dalam
suatu kamar yang dikunci dari luar oleh seorang petugas yang mengira bahwa kamar itu sudah kosong.
4. Pemaksaan
Tindak pidana ini disebutkan dalam pasal 335 yang menyatakan:
a. Barang siapa dengan melanggar hukum memaksa orang lain, supaya melakukan, tidak melakukan
atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang
tak menyenangkan, atau dengan memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun
perlakuan yang tak menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain.
b. Barang siapa memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu
dengan ancaman pencemaran atau pencemaran tertulis.
Dalam hal tersebut pada (b) merupakan jenis delik aduan. Dari pasal 335 KUHP, kini tampak tidak
disebutkan unsur kesengajaan, terutama yang meliputi unsur melanggar hukum. Maka, tidaklah perlu
dalam tindak pidana, ini si pelaku tahu bahwa perbuatannya melanggar hukum .
Adapun unsur-unsurnya, sebagai berikut:
a. Perbuatan memaksa.
b. Yang dipaksa orang.
c. Pemaksaan dilakukan dengan ancaman pencemaran atau ancaman kekerasan.
5. Pengancaman
Tindakan pidana ini oleh pasal 336 dirumuskan sebagai mengancam dengan:
a. Kekerasan di muka umum dengan kekuatan bersama terhadap orang atau barang.
b. Suatu kejahatan yang mendatangkan bahaya bagi keselamatan umum untuk orang atau barang.
c. Perkosaan perempuan untuk bersetubuh (Verkrachting)
d. Perkosaan lain yang melanggar kesusilaan.
e. Suatu kejahatan terhadap nyawa orang lain.
f. Penganiayaan berat.
g. Pembakaran.
Beberapa bentuk pengancaman di atas, harus diucapkan sewaktu kehadiran orang yang diancam atau
ancaman itu telah disampaikan kepada orang yang diancam.
C. Akibat Hukum Kejahatan Terhadap Orang
Bentuk-bentuk hukuman atau sanksi untuk segala jenis kejahatan atas kemerdekaan orang sesuai yang
DAFTAR PUSTAKA
Moeljatno. 2003. KUHP. Jakarta: Bumi Aksara.
Soesilo, R. 1991. KUHP dan Penjelasan-Penjelasannya. Politeia: Bogor.
Prodjodikroo, Wirjono. 2003. Tindak-Tindak Pidana tertentu di Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Syarifin, Pipin. 2000. Hukum Pidana di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Kartanegara, Satochid. Kumpulan Kuliah Hukum Pidana, Bagian 1. Balai Lektur Mahasiswa.
Diposkan oleh Manage Qolbu di 05.47