Professional Documents
Culture Documents
Lumpur pemboran menurut API (American Petroleum Institute) didefinisikan sebagai fluida
sirkulasi dalam operasi pemboran berputar yang memiliki banyak variasi fungsi, dimana
merupakan salah satu factor yang berpengaruh terhadap optimalnya operasi pemboran. Oleh
sebab itu sangat menentukan keberhasilan suatu operasi pemboran
Secara umum, lumpur pemboran dapat dipandang mempunyai empat komponen atau fasa, yaitu ;
a. fasa cair (air atau minyak); 75% lumpur pemboran menggunakan air.Istilah oil-base
digunakan bila minyaknya lebih dari 95%.
b. reactive solids, yaitu padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid (clay); dalam hal
ini clay air tawar seperti bentonite mengisaqp (absorb) air tawar dan membentuk lumpur.
c. inert solids (zat padat yang tak bereaksi); ini dapat berupa Barite (BaSO4) yang digunakan
untuk menaikkan densitas lumpur. Selain itu, juga berasal dari formasi-formasi yang dibor dan
terbawa lumpur, seperti chert, pasir atau clay-clay non swelling, sehingga akan menyebabkan
abrasi atau kerusakan pompa.
d. fasa kimia; merupakan bagian dari system yang digunakan untuk mengontrol sifat-sifat
lumpur, misalnya dalam disperson (menyebarkan partikel-partikel clay) atau flocculation
(pengumpulan partikel-partikel clay). Efeknya terutama tertuju pada peng koloid an clay yang
bersangkutan. Zat-zat kimia yang mendispersi (menurunkan viskositas/mengencerkan)
misalnya : Quebracho, phosphate, sodium tannate, dll. Sedangkan zat-zat kimia untuk menaikkan
viskositas, misalnya : C.M.C, starch, dan beberapa senyawa polimer.
Jenis Jenis Lumpur Lemboran
ZABA dan DOHERTY (1970) mengklasifikasikan lumpur bor terutama berdasarkan fasa
fluidanya : air (water base), minyak (oil base) atau gas, sebagai berikut :
I. Fresh Water Muds (lumpur air tawar)
a. Spud
b. Natural atau Native (alamiah)
c. Bentonite treated
d. Phospate treated
b.
a.
Spud Mud, adalah lumpur yang digunakan pada pemboran awal atau bagian atas bagi
conductor casing. Fungsi utamanya adalah untuk mengangkat cutting dan membuka lubang di
permukaan.
b.
Natural Mud, yaitu dibentuk dari pecahan-pecahan cutting dalam fasa cair, sifat-sifatnya
bervariasi tergantung formasi yang di bor. Lumpur ini digunakan untuk pemboran yang cepat
seperti pemboran pada surface casing.
c.
Bentonite treated Mud, yaitu mencakup sebagian besar dari tipe-tipe air tawar. Bentonite
adalah material paling umum yang digunakan untuk koloid inorganic yang berfungsi mengurangi
filtrate loss dan mengurangi tebal mud cake. Bentonite juga menaikkan viscositas.
d.
Phospate treated Mud, yaitu mengandung polyphospate untuk mengontrol viscositas gel
strength dan juga dapat mengurangi filtrate loss serta mud cake dapat tipis.
e.
Organic colloid treated Mud, terdiri dari penambahan pregelatinized starch atau
carboxymethyl cellulose pada lumpur yang digunakan untuk mengurangi filtration loss pada
fresh water mud.
f. Red Mud, yaitu mendapatkan warnanya dari warna yang dihasilkan oleh treatment dengan
cautic soda dan gueobracho (merah tua). Jenis lumpur ini adalah alkaline tannate treatment
dengan penambahan polyphospate untuk lumpur dengan pH dibawah 10.
g.
Calcium Mud, yaitu lumpur yang mengandung larutan calcium (di sengaja). Calcium bisa
ditambah dengan bentuk slake lime (kapur mati), semen, plaster (CaSO4) atau CaCl2.
Salt Water Mud
Lumpur ini digunakan terutama untuk membor garam massive (salt dome) atau salt stringer
(lapisan formasi garam) dan kadang-kadang bila ada aliran air garam yang terbor. Filtrate lossnya besar dan mud-cake-nya tebal bila tidak ditambah organic colloid, pH lumpur dibawah 8,
karena itu perlu presentative untuk menahan fermentasi starch. Jika salt mudnya mempunyai pH
yang lebih tinggi, fermentasi terhalang oleh basa. Suspensi ini bisa diperbaiki dengan
penggunaan attapulgite sebagai pengganti bentonite. Adapun jenis-jenis lumpur salt water mud
adalah : Unsaturated salt water mud, Saturated salt-water mud dan Sodium-Silicate muds.
Oil-In-Water Emultion Muds (Emultion Mud)
Pada lumpur ini, minyak merupakan fasa tersebar (emulsi) dan air sebagai sebagai fasa kontinu.
Jika pembuatannya baik, filtratnya hanya air. Sebagai dapat digunakan baik fresh maupun salt
water mud. Sifat-sifat fisik yang dipengaruhi emulsifikasi hanyalah berat lumpur, volume filtrat,
tebal mud cake dan pelumasan. Segera setelah emulsifikasi, filtrate loss berkurang.
Keuntungannya adalah bit yang lebih tahan lama, penetration rate naik, pengurangan korosi pada
drillstring, perbaikan pada sifat-sifat lumpur (viskositas dan tekanan pompa boleh/dapat
dikurangi, water loss turun, mud cake tipis) dan mengurangi balling (terlapisnya alat oleh
padatan lumpur) pada drillstring. Viskositas dan gel lebih mudah dikontrol bila emulsifiernya
juga bertindak sebagai thinner.
Fresh water oil-in-water emulsion muds adalah lumpur yang mengandung NaCl sampai 60,000
ppm. Lumpur emulsi ini dibuat dengan menambahkan emulsifier (pembuat emulsi) ke water
base mud diikuti dengan sejumlah minyak yang biasanya 5 25% volume. Jenis emulsifier
bukan sabun lebih disukai karena ia dapat digunakan dalam lumpur yang mengandung larutan Ca
tanpa memperkecil emulsifiernya dalam hal efisiensi. Emulsifikasi minyak dapat bertambah
dengan agitasi (diaduk).
Oil Base Dan Oil Base Emulsion Mud
Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinunya. Komposisinya diatur agar kadar
airnya rendah (3 5% volume). Relatif lumpur ini tidak sensitif terhadap kontaminan. Tetapi
airnya adalah kontaminan karena memberi efek negatif bagi kestabilan lumpur ini. Untuk
mengontrol viskositas, menaikkan gel strength, mengurangi efek kontaminasi air dan
mengurangi filtrate loss, perlu ditambahkan zat-zat kimia.
Manfaat oil base mud didasarkan pada kenyataan bahwa filtratnya adalah minyak karena itu
tidak akan menghidratkan shale atau clay yang sensitif baik terhadap formasi maupun formasi
produktif (jadi ia juga untuk completion mud). Kegunaan terbesar adalah pada completion dan
work-over sumur. Kegunaan lain adalah untuk melepaskan drillpipe yang terjepit, mempermudah
pemasangan casing dan liner.
Oil base emulsion dan lumpur oil base mempunyai minyak sebagai fasa kontinu dan air sebagai
fasa tersebar. Umumnya oil base emulsion mud mempunyai manfaat yang sama seperti oil basemud, yaitu filtratnya minyak dan karena itu tidak menghidratkan shale/clay yang sensitif.
Perbedaan utamanya adlah bahwa air ditambahkan sebagai tambahan yang berguna (bukan
kontaminan). Air yang teremulsi dapat antara 15 50% volume, tergantung densitas dan
temperatur yang diinginkan (dihadapi dalam pemboran). Karena air merupakan bagian dari
lumpur, maka lumpur ini dapat mengurangi bahaya api, dan pengontrolan flow propertinya dapat
seperti water base mud.
Gaseous Drilling Fluid
Digunakan untuk daerah-daerah dengan formasi keras dan kering. Dengan gas atau udara
dipompakan pada annulus, salurannya tidak boleh bocor.
Keuntungan cara ini adalah penetration rate lebih besar, tetapi adanya formasi air dapat
menyebabkan bit balling (bit dilapisi cutting/padatan) yang merugikan. Juga tekanan formasi
yang besar tidak membenarkan digunakannya cara ini. Penggunaan natural gas membutuhkan
pengawasan yang ketat pada bahaya api. Lumpur ini juga baik untuk completion pada zone-zone
dengan tekanan rendah.
Suatu cara pertengahan antara lumpur cair dengan gas adalah aerated mud drilling dimana
sejumlah besar udara (lebih dari 95%) ditekan pada sirkulasi lumpur untuk memperendah
tekanan hidrostatik (untuk lost circulation zone), mempercepat pemboran dan mengurangi biaya
pemboran.
Additive Lumpur Pemboran
Additive lumpur pemboran adalah material-material yang ditambahkan untuk merawat lumpur
agar sesuai sifat-sifatnya dengan yang dibutuhkan. Sifat-sifat yang dibutuhkan tersebut yaitu
material pemberat lumpur, material pengental lumpur, material pengencer lumpur, filtration loss
control agent dan lost circulation material.
Material Pemberat Lumpur
Material yang ditambahkan untuk menaikkan berat jenis lumpur atau disebut juga dengan weight
material. Seperti : Barite atau Barium Sulfate, Calcium Carbonate untuk oil base mud dan
Galena.
Kapasitas untuk menahan fluida yang merupakan fungsi dari densitas, aliran (laminer atau
turbulen), viskositas. Umumnya kecepatan 100-120 fpm.
2. Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string. Panas dapat timbul akibat gesekan bit dan
drill string yang kontak dengan formasi.
3. Memberi dinding pada lubang bor dengan mud cake. Lumpur akan membuat mud cake atau
lapisan zat padat tipis di permukaan formasi yang permeable (lulus air).
4. Mengontrol tekanan formasi. Tekanan fluida formasi umumnya adalah di sekitar 0.465 psi/ft
kedalaman. Diaman Persamaannya yaitu :
Pm = 0.052. m. D
Dimana :
Pm = tekanan static lumpur, psi
m = densitas lumpur, ppg
D
= kedalaman, ft
5. Membawa cutting dan material-material pemberat dapat menjadi suspensi bila sirkulasi
lumpur dihentikan sementara.
6. Melepaskan pasir dan cutting di permukaan
Kemampuan lumpur untuk menahan cutting selama sirkulasi dihentikan terutama tergantung dari
gel strength. Bahwa cutting/pasir harus dibuang dari aliran lumpur, karena sifatnya yang sangat
abrasive (mengikis) pada pompa, fitting dan bit. Untuk ini biasanya kadar pasir maksimal boleh
ada sebesar 2%.
7. Menahan sebagian berat drill pipe dan casing (Bouyancy effect)
8. Mengurangi efek negatif pada formasi
9. Mendapatkan informasi (mud log, sample log)
Dalam pemboran, lumpur kadang-kadang dianalisa untuk diketahui apakah mengandung
hidrokarbon atau tidak (mud log), sedangkan sample log adalah menganalisa daripada cutting
yang naik ke permukaan, untuk menentukan formasi apa yang di bor.
10. Media logging
Pada penentuan adanya minyak atau gas serta zone-zone air dan juga untuk korelasi dan maksudmaksud lain, diadakan logging (pemasukan sejenis alat antara lain alat listrik atau gamma
ray/neutron), seperti electric logging, yang mana memerlukan media penghantar arus listrik di
lubang bor.
Sifat-Sifat Lumpur Pemboran
Komposisi dan sifat-sifat lumpur sangat berpengaruh pada pemboran. Perencanaan casing,
drilling rate dan completion dipengaruhi oleh lumpur yang digunakan saat itu. Berikut sifat-sifat
lumpur, yaitu :
Densitas dan Sand Content
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting karena sebagai
penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan menyebabkan
lumpur hilang ke formasi (lost circulation), sedangkan apabila terlalu kecil akan menyebabkan
kick. Maka densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor.
Dalam perhitungan asumsi-asumsi yang digunakan ;
1.
2.
keterangan :
Vs
Vml
Vm
ml
mb
Apabila filtration loss dan pembentukan mud cake tidak dikontrol maka ia akan menimbulkan
berbagai masalah, baik selama operasi pemboran maupun dalam evaluasi formasi dan tahap
produksi. Mud cake yang tipis merupakan bantalan yang baik antara pipa pemboran dan
permukaan lubang bor. Mud cake yang tebal akan menjepit pipa pemboran sehingga sulit
diangkat dan diputar sedangkan filtratnya akan menyusup ke formasi dan dapat menimbulkan
damage pada formasi.
Alat yang digunakan untuk menentukan filtration loss adalah Filtration Loss LPLT.
Kontaminasi Lumpur Pemboran
Salah satu penyebab berubahnya sifat fisik lumpur adalah adanya material-material yang tidak
diinginkan (kontaminan) yang masuk kedalam lumpur pada saat operasi pemboran sedang
berjalan. Kontaminasi yang sering terjadi adalah :
1. Kontaminasi Sodium Chlorida (NaCl):
Kontaminasi ini terjadi saat pemboran menembus kubah garam (salt dome)
2. Kontaminasi Gypsum dan
3. Kontaminasi Semen
LUMPUR PEMBORAN
Lumpur pemboran dapat didefinisikan sebagai semua jenis fluida (cairan-cairan berbusa,
gas bertekanan) yang dipergunakan untuk membantu operasi pemboran dengan membersihkan
dasar lubang dari serpih bor dan mengangkatnya kepermukaan, dengan demikian pemboran
dapat berjalan dengan lancar. Lumpur pemboran yang digunakan sekarang pada mulanya berasal
dari pengembangan penggunaan air untuk mengangkat serbuk bor. Kemudian dengan
berkembangnya teknologi pemboran, lumpur pemboran mulai digunakan. Selain lumpur
pemboran, digunakan pula gas atau udara sebagai fluida pemboran.
2.1
mengangkat serpih dari dasar sumur ke permukaan. Tetapi saat ini fungsi utama lumpur
pemboran adalah:
1.
Panas yang cukup besar terjadi karena gesekan pahat dengan formasi maka panas itu harus
dikurangi dengan mengalirkan lumpur sebagai pengantar panas kepermukaan. Semakin besar
ukuran pahat, semakin besar juga aliran yang dibutuhkan. Kemampuan melumasi dan
mendinginkan pahat dapat ditingkatkan dengan menambahkan zatzat lubrikasi (pelincir)
misalnya : minyak, detergent, grapite, asphalt dan zat surfaktan khusus, serbuk batok kelapa
bahkan bentonite juga berfungsi sebagai pelincir karena dapat mengurangi gesekan antara
dinding dan rangkaian bor.
3.
Ini adalah fungsi yang sangat penting dari lumpur bor, lumpur mengalir melalui corot pahat (bit
nozzles) menimbulkan daya sembur yang kuat sehingga dasar lubang dan ujungujung pahat
menjadi bersih dari serpih atau serbuk bor. Ini akan memperpanjang umur pahat dan akan
mempercepat laju pengeboran.
Laju sembur (jet velocity) minimum 250 fps untuk tetap menjaga daya sembur yang kuat kedasar
lubang. Laju sembur yang optimal sebaiknya harus memperhitungkan kekuatan formasi atau
daya kemudahan formasi untuk dibor (formation drillability). Kalau laju sembur terlalu besar
pada formasi yang lunak, dan akan mengakibatkan pembesaran lubang (hole enlargement)
karena kikisan semburan. Sedangkan pada formasi keras akan terjadi pengikisan pahat dan
menyianyiakan horse power
4.
dengan menambahkan attapulgite atau zat kimia yang dapat meningkatkan pendispersian
padatan. Dapat pula dengan menambahkan zatzat poliner sehingga viskositas dari filtrat (air
tapisan) meningkat, dengan demikian mobilitas filtrat didalam filter cake dan formasi akan
berkurang.
5.
Pada kondisi normal gradien tekanan normal : 0.465/ft, 0.107-ksc/ft. Berat dari kolom lumpur
yang terdiri dari fase air, partikelpartikel padat lainnya cukup memadai untuk mengimbangi
tekanan formasi. Tetapi jika menjumpai daerah yang bertekanan abnormal dibutuhkan materi
pemberat khusus (misal : XCD-polimer) yang mempunyai berat jenis tinggi untuk menaikkan
tekanan hidrostatis dari kolom lumpur agar dapat mengimbangi dan menjaga tekanan formasi.
Besarnya tekanan hidrostatik tergantung dari berat jenis fluida yang digunakan dan tinggi kolom
yang dapat dihitung dengan persamaan :
Hp
dimana :
Hp
Mw
6.
= Kedalaman, ft.
Menahan Serpih / Serbuk Bor dan Padatan Lainnya Jika Sirkulasi Dihentikan
Kemampuan lumpur bor untuk menahan atau mengapungkan serpih bor pada saat tidak ada
sirkulasi tergantung sekali pada daya agarnya (gel strengt). Daya agar adalah suatu sifat fluida
thixotropis yang mempunyai kemampuan mengental dan mengagar jika didiamkan (static
condition) dan kembali lagi mencair jika diaduk atau digerakgerakkan. Sifat pengapungan atau
penahan serpih didalam lumpur sangat diinginkan untuk mencegah turunnya serpih kedasar
lubang atau menumpuk di anulus yang akan memungkinkan terjadinya rangkaian bor terjepit.
Tetapi daya agar ini tidak boleh terlalu tinggi supaya mengalirnya kembali lumpur tidak
membutuhkan tekanan awal yang terlalu besar.
7.
8.
9.
10.
2.2
Dalam suatu operasi pemboran semua fungsi lumpur pemboran haruslah berada dalam kondisi
yang baik sehingga operasi pemboran dapat berlangsung dengan baik. Hal ini dapat dicapai
apabila sifat lumpur selalu diamati dan dijaga secara kontinyu dalam setiap tahap operasi
pemboran. Selain hal tersebut di atas pengukuran dan pengamatan sifat - sifat kimia juga harus
dilakukan dengan seksama.Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kestabilan sifat sifat lumpur
pemboran.
2.2.1 Berat Jenis
Sifat ini berhubungan dengan tekanan hidrostatik yang ditimbulkan oleh suatu kolom lumpur,
karenanya harus selalu di jaga guna mendapatkan tekanan hidrostatik yang sesuai dengan
tekanan yang dibor. Lumpur yang terlalu ringan akan menyebabkan enterusi fluida formasi
kedalam lubang dan hal ini akan menyebabkan kerontokan dinding lubang, kick dan blow out.
Lumpur yang terlalu berat akan dapat menyebabkan problema Lost Circulation.
2.2.2 Rheology dan Gel Strength
1. Viscositas
Viscositas adalah tahanan terhadap aliran atau gerakan yang penting untuk laminar flow. Alat
untuk mengukur viscositas lumpur ialah Marsh Funnel.
2.3
mempunyai fungsi secara individual, dan diharapkan saling bekerja secara sinergik untuk
mendapatkan sifat-sifat lumpur yang di harapkan Bahan-bahan kimia penyusun lumpur tidak
hanya berfungsi tunggal melainkan dapat berfungsi ganda. Fungsi pertama disebut primary
fungtion sedangkan fungsi keduanya disebut secondary fungtion.
Lumpur pemboran yang paling banyak digunakan adalah lumpur pemboran dengan bahan
dasar air (water base mud) dimana air sebagai fasa cair kontinyu dan sebagai pelarut atau
penahan materimateri didalam lumpur.
Empat macam komposisi atau fasa yang umum digunakan di dalam lumpur pemboran
adalah sebagai berikut :
1. Fasa cair (air atau minyak)
2. Reactive solids (padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid )
3. Inert solids (zat padat yang tidak bereaksi)
4. Fasa kimia
Dari keempat komponen ini dicampurkan sedemikian rupa sehingga didapatkan lumpur
pemboran yang sesuai dengan keadaan formasi yang ditembus.
2.3.1 Fasa Cair
Fasa cair adalah komponen utama lumpur pemboran. Fungsi dari fasa cair adalah sebagai
fasa dasar yang dapat menyebabkan lumpur dapat mengalir. Disamping itu bila bereaksi dengan
reaktif solid akan membentuk koloid yang viscositasnya tertentu sehingga lumpur dapat
mengangkat serpih bor. Fasa cair yang digunakan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan
kondisi formasi yang yang dibor. Fasa cair yang biasa digunakan adalah air tawar, air garam,
minyak dan emulsi antara minyak dan air.
2.3.2 Reactive Solids
Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya untuk membentuk koloidal. Dalam hal ini clay
air tawar seperti bentonite mengisap (absorp) air tawar dan membentuk lumpur. Istilah yield
digunakan untuk menyatakan jumlah barrel lumpur yang dapat dihasilkan dari satu ton clay agar
viskositas lumpurnya 15 cp.
Bentonite digunakan antara lain sebagai bahan dasar lumpur pemboran, pada dasarnya
Bentonite dibuat dari bahan lempung ( clay ) yang besifat Na-Monntmorillonite dan CaMonntmorillonit. Na-Monntmorillonite sangat baik digunakan sebagai bahan dasar lumpur
pemboran karena mampu mengembang ( Swelling ) sampai 8 kali jika direndam dalam air.
Kemampuan mengembang yang cukup besar, akan membentuk suatu larutan dengan viscositas
yang cukup besar, hal ini penting untuk membersihkan dasar lubang sumur dan juga membentuk
suatu lapisan dinding yang elastic yang akan melindungi dinding lubang agar tidak runtuh.
Bentonite merupakan gabungan lempung ( Clay ) yaitu kumpulan mineral dan bahan bahan
seperti illit, kaolinit, siderite dan terbanyak adalah montmorillnite ( 85 90 % ) dan logam alkali
tanah.
Untuk salt water clay (attapulgite), swelling akan terjadi baik di air tawar atau di air asin
dan karenanya digunakan untuk pemboran dengan salt water muds. Baik bentonite atau
attapulgite akan memberikan kenaikan viskositas pada lumpur. Untuk oil base mud, viskositas
dinaikkan dengan penaikan kadar air dan penggunaan asphalt.
2.3.3 Inert Solids
Inert solid adalah padatan yang tidak bereaksi dengan air dan dengan komponen lainnya
dalam lumpur, dimana material ini tidak tersuspensi. Fungsi utama dari material ini adalah
berkaitan erat dengan densitas lumpur berguna untuk menambah berat ata berat jenis dari
lumpur, yang tujuannya untuk menahan tekanan dari tekanan formasi dan tidak banyak
pengaruhnya dengan sifat fisik lumpur yang lain. Material inert ini antara lain adalah barite atau
barium sulfate (BaSO4), besi oxida (Fe2O3), calcite atau calsium sulfate (CaSO4) dan galena
(PbS), dimana kebanyakan dari zat-zat ini berfungsi sebagai material pemberat.
Inert solid dapat pula berasal dari formasi-formasi yang dibor dan terbawa oleh lumpur
seperti chert, pasir atau clay-clay non swelling, padatan seperti ini bukan disengaja untuk
menaikkan densitas lumpur dan perlu dibuang secepat mungkin (dapat menyebabkan abrasi dan
kerusakan pompa).
Sebagai contoh yang umum digunakan sebagai inert solid dalam lumpur bor, adalah :
Barite (BaSO4)
Oksida Besi (Fe2O3)
Kalsium Karbonat (CaCO3)
Galena (PbS)
2.3.4 Fasa Kimia
Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk mengontrol sifat sifat
lumpur misalnya menyebarkan partikel- partikel clay (disepertion), menggumpalkan partikel
partikel clay (flocculation) yang akan berefek pada pengkoloidan partikel clay itu sendiri.
Banyak sekali zat kimia yang dapat digunakan untuk menurunkan kekentalan, mengurangi water
loss, mengontrol fasa kolid yang disebut dengan surface active agent.
Zat kimia yang dapat menurunkan kekentalan dan mendispersi partikel clay biasa disebut
thiner. Thiner yang dapat menurunkan kekentalan atau mengencerkan partikel clay diantaranya
adalah :
1. Quobracho (dispersant)
2. Phosphate
3. Sodium Tannate (kombinasi caustic soda dan tannium)
4. Lignosulfonate
5. Lignite
Sedangkan zat-zat yang dapat menaikkan kekentalan antara lain :
1. C.M.C
2. Starch
3. Drispac
Zat-zat kimia tersebut diatas bereaksi dan mempengaruhi lingkungan sistem lumpur
tersebut, misalnya dengan menetralisir muatan muatan listrik clay, menyebabkan dispertion
dan lain sebagainya.
2.4
dasar air (water base mud) dan lumpur bor dengan bahan dasar minyak (oil base mud). Lumpur
bor berdasarkan fasa cairnya yaitu air dan minyak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Lumpur jenis ini yang paling banyak digunakan, karena biayanya relatif murah. Lumpur ini
terbagi atas fresh water mud dan salt water mud, dan apabila dilihat dari komposisinya lumpur
ini terbagi lagi sebagai berikut :
a)
20 25 lb/bbl bentonite
Lumpur ini digunakan pada awal pemboran dimana pemeliharaannya dengan cara menjalankan
desander dan desilter secara terus menerus selama sirkulasi lumpur.
b) Lignosulfonate mud
Lumpur ini adalah salah satu jenis fluida pemboran yang serba guna, dan dalam prakteknya
lumpur ini akan menajadi optimal bilamana beberapa syarat penting harus kita perhatikan, antara
lain :
Filtrat lumpur Lignosulfonat dianggap mempinya peranan merusak formasi yang produktif
Bentonite 20 25 lb/bbl
Spersene 2 lb/bbl
-
Xp 20 1 lb/bbl
c) Polimer mud
Komposisinya adalah sebagai berikut :
- Menggunakan air tawar
- 0.25 lb/bbl soda ash
- Bentonite
- Caustic soda
airnya rendah (3-5% volume). Relatif lumpur ini tidak sensitif terhadap contaminant. Tetapi
airnya adalah contaminant karena memberikan efek negatif bagi kestabilan lumpur ini. Untuk
mengontrol viskositas, gel strength, mengurangi efek kontaminasi air dan mengurangi filtrate
loss, perlu ditambahkan zat-zat kimia.
Faedah oil base mud didasarkan pada kenyataan bahwa filtratnya adalah minyak, karena itu
tidak akan menghidratkan shale atau clay yang sensitif baik terhadap formasi biasa maupun
formasi produktif. Kegunaan terbesar dari oil base nud ini adalah pada completion dan work over
sumur. Kegunaan yang lain adalah untuk melepaskan drill pipe yang terjepit , mempermudah
pemasangan casing dan liner. Oil base mud ini harus ditempatkan pada suatu tanki besi untuk
menghindarkan kontaminasi air. Rig harus dipersiapkan supaya tidak kotor dan bahaya api
berkurang.
Kerugian penggunaan oil base mud adalah :
-
solid kontrol sulit dilakukan bila dibandingkan dengan water base mud.
3.
Emulsion mud
Terbagi atas oil in water emulsion dan water in oil emulsion tergantung dari fasa apa yang
terdispersi. Fungsi lumpur ini adalah untuk menambah ROP, mengurangi filtration loss,
menambah pelumasan dan mengurangi torque, dimana lumpur ini banyak digunakan dalam
directional drilling. Komposisinya adalah lumpur dasar ditambah minyak mentah atau minyak
solar 2-15% atau lumpur dengan dasar minyak ditambahkan air 24-45% air.
2.5
diperhatikan beberapa faktor utama untuk memilih lumpur bor tersebut, yaitu :
Bahan dasar pembuatannya air tawar, air asin dan minyak.
Sifat formasi yang akan ditembus.
Problem yang akan terjadi dan yang berhubungan dengan lumpur diusahakan sekecil mungkin.
Dibutuhkan atau tidaknya peralatan pengontrol padatan yang efektif.
Kestabilan terhadap temperatur dan kontaminasi yang terjadi (misalnya semen, air tawar).
Pengaruh terhadap total biaya pemboran.
2.6
Penggumpal ( flocculants )
Floculant berfungsi untuk mengikat cutting agar mudah dipisahkan dari
lumpur. Semua floculant tersusun dari polymer, contoh :
1. PHPA : ( Partially Hidrolized Polyacril Amide )
2. SPA : ( Sodium Poly Acrilate )
Pemecah gumpalan ( deflocculants )
Bahan ini berfungsi untuk menurunkan viscositas dan pada umumnya mempunyai second
fungtion sebagai fluid loss reducer.
Pengontrol kehilangan lumpur ( fluid loss control agent )
Bahan ini berfungsi sebagai viscofier seperti cmc dan pac polymer,
sedangkan yang berfungsi sebagai thinner adalah lignite.penggunaan formulasi yang
menggunakan polymer hendaknya memeperhatikan temperatur, karena pada umumnya jenis
jenis polymer tidak tahan temperatur tinggi.
Pengental ( viscosifier )
Viscosifier adalah bahan yang digunakan untuk menaikkan viskositas yang biasanya mempunyai
secondary fungtion sebagai fluid loss reducer.
Ada dua macam viscosifier yaitu :
Pola Coating
Bahan akan menyelimuti partikel partikel shale sehingga kontaknya dengan fluida dapat
dikurangi.
Pola Osmosa
Pada pola ini mengandalkan garam garam terlarut untuk mengabsorbsi air dari dalam shale.
Detergen berfungsi untuk mencegah terjadinya balling oleh clay pada bit dan drill string. Di
samping itu juga berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan lumpur , sehingga cutting
lebih mudah diendapkan di settling pit.
Lubricant
Lubricant adalah bahan untuk mengurangi gesekan / torsi antara rangkain pipa dengan dinding
lubang dan pada umumnya di buat dari senyawa senyawa derivat fatty acid.
2.7
Kandungan Garam
Kandungan Cl ditentukan untuk mengetahui kadar garam dari lumpur. Kadar garam dari
lumpur akan mempengaruhi interprestasi logging listrik. Kadar garam yang besar aka
menyebabkan daya hantarnya besar pula. Pembacaan resistivity dari cairan formasi akan
terpengaruh. Naiknya kadar garam dari lumpur disebabkan cutting garam yang masuk kedalam
lumpur disaat menembus formasi yang mengandung garam, dengan kata lain lumpur
terkontaminasi oleh garam.
2.8
ataupun dengan segera dan cepat, dan biasanya diamati suatu fluktuasi sifat-sifat lumpur yang
tadinya normal saja menjadi naiknya yield point, naiknya daya agar, viskositas yang berlebih dan
laju tapisan yang tidak terkontrol.
Kontaminan didefinisikan semua jenis zat (padat, cairan ataupun gas) yang dapat
menimbulkan pengaruh merusak terhadap sifat-sifat fisika atau kimiawi dari fluida pemboran.
Semua jenis lumpur mempunyai satu kontaminan umum yaiut padatan berat jenis rendah (Low
Solid Gravity), baik yang berasal dari serbuk bor ataupun dari pemakaian bentonite yang terlalu
berlebihan.
2.8.1 Kontaminasi Sodium Chlorida
Kontaminasi ini terjadi saat pemboran menembus kubah garam (salt dome), lapisan garam,
lapisan batuan yang mengandung konsentrasi garam yang cukup tinggi atau akibat air formasi
yang berkadar garam tinggi dan masuk kedalam sistim lumpur. Akibat adanya kontaminasi ini,
akan mengakibatkan berubahnya sifat lumpur seperti viscositas, yield point, gel strengt dan
filtration loss. Kadang-kadang penurunan pH dapat pula terjadi bersamaan dengan kehadiran
garam pada sistim lumpur.
2.8.2 Kontaminasi Gypsum dan Anhydrit
Hanya sedikit daerah didunia dimana tidak dijumpai formasi gypsum (CaSO 4), pilihan yang
diambil dalam mengatasi ini adalah dengan mengendapkan ion Ca +2 atau merubah sisitim lumpur
kapur (dasar kalsium). Gejala mula-mula dari kontaminasi gypsum adalah viskositas yang tinggi,
daya agar tinggi dan laju tapisan bertambah.
2.8.3 Kontaminasi Semen
Kemungkinan untuk kontaminasi semen itu selalu ada pada setiap sumur pemboran. Semen
tidak menjadi kontaminan hanya jika fluida yang dipakai air jernih, air garam, lumpur kalsium
dan lumpur minyak. Parah atau tidaknya kontaminasi ini tergantung pada faktor-faktor seperti
konsentrasi padatan dalam lumpur dan keras atau lunaknya semen pada lubang.
Gejala kontaminasi semen adalah viskositas yang tinggi, yield point yang abnormal, daya agar
yang besar dan tapisan yang tidak terkontrol, ini disebabkan reaksi ion Ca +2 dari semen dengan
lempung dan tingginya pH larutan.
2.9
penembusan yang lebih cepat tanpa merusak stabilitas lubang bor. Hal ini dapat ditanggulangi
dengan pemakain bahan kimiadan cara cara mekanis seperti :
- Menjaga lumpur dengan kadar padatan rendah dengan total kumulatif
dibawah 6%.
- Partikel koloid diperkecil di bawah 1 mikron.
Lumpur ini menggunakan bentonite dengan polimer untuk mencapai hasil yang
dikehendaki dan sifat kehilangan cairan yang terkontrol. Untuk pemberat lumpur ini dapat
dipakai barite.
Jika lumpur ini dibuat dengan komposisi yang tepat dan terus dipelihara maka pemakaian
dispersane atau pengencer dapat dihindarkan. Jika koloid dan keseluruhan kandungan tetap
dijaga dalam batas batas yang dapat diterima maka pengaturan sifat sifat aliran dapat dibuat
dengan memakai sistem polyacrylate.
Lumpur tersebut memberikan beberapa keuntungan diantaranya adalah dapat memudahkan
pembersihan padatan dengan kandungan rendah, meningkatkan daya hidrolik, mempercepat laju
penembusan, pemeliharaan yang mudah sehingga secara keseluruhan membuat pelaksanaan
operasi pemboran akan berjalan lebih efisien.
Pemakaian lumpur polimer non dispersi dengan padatan rendah sering digunakan pada
operasi pemboran dengan tingkat tinggi keberhasilan yang cukup tinggi. Dengan manfaat yang
terdapat dalam lumpur tersebut maka modifikasi dari lumpur ini menjadi tipe fluida pemboran
yang layak dipergunakan.
Faktor ekonomis dari pemakaian lumpur non dispersi dengan padatan rendah menjadi salah
satu faktor yang harus dipertimbagkan, terutama pada daerah dengan kemampuan laju
penembusan formasi 1 30 ft/jam. Dengan lumpur jenis ini maka laju penembusan akan
meningkat bahkan pada formasi batuan keras, sehingga dari segi biaya pemakaian lumpur ini
lebih menguntungkan.
Untuk penggunaan lumpur ini pada formasi sedang dengan laju penembusan ( 30 50
ft/jam ), didapat keuntungan pada usia pakai pahat bor, sehingga biaya pemboran dapat lebih
rendah.
Pada laju penembusan 50 75 ft/jam penggunaan lumpur ini akan memberikan nilai
keekonomisan yang cukup baik. Dengan catatan digunakannya menara bor ( rig ) yang memiliki
alat pengontrol padatan untuk membersihkan serbuk bor.
Pada kondisi luar biasa dengan kecepatan penembusan 75 200 ft / jam, lumpur polimer
non dispersi ini tidak dapat dipergunakan karena akan menghasilkan serbuk bor dalam jumlah
besar.
Mudah dalam pembuatan dan relatif lebih sedikit menggunakan bahan kimia.
Mempunyai efek penurunan laju penembusan ( karena memiliki banyak partikel yang
berukuran < 1 mikron ).
Kerugian :
Tidak dapat dipakai pada operasi pemboran yang cepat karena terlalu banyak serbuk bor yang
dihasilkan
1. TUJUAN
1. Mengenali komponen-komponen dari lumpur pemboran
- fasa cair
- reactive solids
- inert solids
- fasa kimia
2. Memahami fungsi-fungsi lumpur
ray/neutron), seperti electric logging, yang mana memerlukan media penghantar arus listrik di
lubang bor.
4. SIFAT-SIFAT LUMPUR PEMBORAN
Komposisi dan sifat-sifat lumpur sangat berpengaruh pada pemboran. Perencanaan casing,
drilling rate dan completion dipengaruhi oleh lumpur yang digunakan saat itu. Berikut sifat-sifat
lumpur, yaitu :
1. Densitas dan Sand Content
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting karena sebagai
penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan menyebabkan
lumpur hilang ke formasi (lost circulation), sedangkan apabila terlalu kecil akan menyebabkan
kick. Maka densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor.
Dalam perhitungan asumsi-asumsi yang digunakan ;
1. volume setiap material adalah additive :
Vs + Vml = Vmb
2. jumlah berat adalah additive, maka ;
s x Vs + ml x Vml = mb x Vmb
keterangan :
Vs = volume solid, bbl
Vml = volume lumpur lama, bbl
Vm = volume lumpur baru, bbl
s = berat jenis solid, ppg
ml = berat jenis lumpur lama, ppg
mb = berat jenis lumpur baru, ppg
Sand Content yaitu tercampurnya serpihan-serpihan formasi (cutting) ke dalam lumpur
pemboran yang dapat membawa pengaruh pada operasi pemboran, karena akan menambah
densitas lumpur yang disirkulasikan, sehingga akan menambah beban pompa sirkulasi lumpur.
Oleh karena itu, setelah lumpur disirkulasikan harus mengalami proses pembersihan terutama
menghilangkan partikel-partikel yang masuk ke dalam lumpur selama sirkulasi. Alat-alat ini
biasanya disebut Conditioning Equipment, yaitu : Shale saker, degasser, desander dan desilter.
Penggambaran sand content dari lumpur pemboran adalah persen volume dari partikel-partikel
yang diameternya lebih besar dari 74 mikron. Jadi rumus yang digunakan untuk menentukan
kandungan pasir (sand content) pada lumpur pemboran adalah :
n = (Vs/Vm) x 100
dimana :
n = kandungan pasir, %
Vs = volume pasir dalam lumpur, bbl
Vm = volume lumpur, bbl
2. Viskositas dan Gel Strength
Viskositas dan gel strength merupakan bagian pokok dalam sifat-sifat rheology fluida pemboran,
yaitu viskositas sebagai keefektifan pengangkatan cutting dan gel strength digunakan pada saat
dilakukan round trip.
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Marsh Funnel. Viskositas ini adalah
jumlah detik yang dibutuhkan lumpur sebanyak 0.9463 liter (1 quart) untuk mengalir keluar dari
corong Marsh Funnel.
Penentuan harga shear stress dan shear rate yang masing-masing dinyatakan dalam bentuk
penyimpangan skala penunjuk (dial reading) dan RPM motor pada Fann VG viscometer, harus
diubah menjadi harga shear stress dan shear rate dalam satuan dyne/cm2 dan detik-1 agar
diperoleh harga viskositas dalam satuan cp (centipoise). Adapun persamaan yang digunakan :
= 5.077 x C = 1.704 x N
dimana :
= shear stress, dyne/cm2
= shear rate, detik-1
C = dial reading, derajat
N = revolution per minute RPM motor dari rotor
Untuk menentukan harga plastic viscosity (p) dan yield point (Yp), yaitu :
p = (600- 300) : (600-300) atau p = C600-C300
Yp = 300- p
dimana :
p = plastic viscosity, cp