Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
I.
Kasus(masalah utama)
Halusinasi
II.
Proses terjadinya masalah
1. Definisi
Menurut Videbeck, 2004, halusinasi merupakan gangguan sensori persepsi di mana
terjadi jika seseorang merasakan sensori persepsi yang salah tentang sesuatu, atau
merasakan suatu pengalaman yang sebenarnya tidak terjadi tetapi dianggap terjadi.
Halusinasi dapat melibatkan kelima panca indera dan sensasi tubuh. Pada awalnya klien
yang mengalami halusinasi memang benar-benar pernah merasakan halusinasi sebagai
pengalaman nyata, namun kemudian pada kondisi sakit, mereka menyadarinya sebagai
suatu halusinasi.
Sedangkan
menurut
Dictionary
of
Nursing,
2007,
halusinasi
merupakan
g. Halusinasi kinestetik; merupakan halusinasi yang terjadi jika klien sedang tidak
bergerak, namun mengatakan sensasi tubuhnya bergerak. Biasanya pergerakan
tersebut tidak biasa, misalnya merasa tubuhnya melayang di atas tanah.
3. Tanda & Gejala
a. bicara, senyum dan tertawa sendiri
b. menarik diri dan menghindar dari orang lain
dapat
bersifat
Dimetytransferase
teraktivasinya
halusinogenik
(DMP).
Akibat
neurotransmiter
otak.
neurokimia
stres
seperti
Buffofenon
berkepanjangan
Misalnya
erjadi
dan
menyebabkan
ketidakseimbangan
kepribadian
lemah
dan
tidak
bertanggungjawab
mudah
terjerumus
yang
menekan,
namun
merupakan
suatu
hal
yang
menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
e. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan.
Klien asyik dengan halusiasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri, dan harga diri yang tidak didapat di
dunia nyata.
f.
Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas
tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah aktivitas ibadah dan jarang berupaya
secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama sirkadiannya terganggu, karena ia
sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa
dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan
takdir memburuk.
5. Tahapan halusinasi klien
Stage I : disorder sleep
Fase awal seseorang
sebelum
muncul
halusinasi
masalah.
Masalah
semaki
sulit
karena
II
: comforting
moderate
level
anxiety
Halusinasi
umum
of
secara
ia
terima
sebagai sesuatu
yang
alami
kecemasan.
sering
mendatangi klien
kenyataan
Stage V : Conquering
panic level of anxiety
Klien
mengalami
gangguan
beranggapan
bahwa
bila
kecemasannya
diatur,
klien
dalam
merasa
tahap
nyaman
ada
dengan
halusinya.
Pengalaman sensori pasien menjadi sering datang dan
mengalami bias, klien merasa tidak mampu lagi
mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga jarak
antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien
mulai menarik diri dari orang lain dengan intensitas
Stage IV : Controlling
relevan
Ia
tidak
dalam
menilai lingkungannya
yang
datang.
Klien
dapat
merasakan
tidak
mendapatkan
komunikasi
terapeutik.
klien
agar
mampu
mengontrol
halusinasi,
perawat
dapat
Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya megendalikan diri terhadap halusinasi
dengan
cara
menolak
halusinasi
yang
muncul.
Pasien
dilatih
untuk
pengertian halusinasi
cara berkomunikasi
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual
dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di
pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat
masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga
bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu
tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana
yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan
dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi
instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya,
serta reaksi obat yang di berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah
pasien
yang
merupakan
penyebab
timbulnya
halusinasi
serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga,
bermain
atau
melakukan
kegiatan.
Kegiatan
ini
dapat
membantu
A. Pohon masalah
b.
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :
i.
Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari pasien
maupun keluarganya, mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia,
psikologis dan genetik yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa
disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien di besarkan.
Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan
Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi
merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,
namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
prilaku klien.
Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya
kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan sistem control oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan
manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu
tersebut cenderung menyendiri hingga proses diatas tidak terjadi, individu
tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol
dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu
kehilangan kontrol kehidupan dirinya.
iv. Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat
mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan.
Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan
sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang
berhasil.
v. Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi
diri.
IV.
Diagnosa Keperawatan
No
Diagnosa
1
Keperawatan
Risiko mencederai
diri sendiri
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi dan Rasional
a. Tujuan:
keperawatan selama 2 x 24
tempat, topic)
dirinya sendiri
b. kriteria hasil:
i.
2.
percaya diri
perasaan
R:
Beri
kesempatan
menggali
lebih
mengungkapkan
dalam
apa
yang
melakukan
tindakan/aktivitas
yang akan
lingkungan
mencederai dirinya
sendiri
hal
yang
mungkin
akan
menyebabkan
halusinasi
mengidentifikasi
aspek-aspek positif
dirinya
mengimplementasika
n dua respons
aktivitas pasien
adaptif
v. pasien akan
mengidentifikasi 2
sumber dukungan
sosial yang
bermanfaat
menguraikan rencana
pengobatan dan
diri sendiri
rasionalnya.
mendekatkan
diri
dan
mudah
untuk
menggali informasi
11. Dorong untuk mengungkapkan perasaan
saat terjadi halusinasi
R: membantu memecahkan masalah
12. Identifikasi bersama tentang cara klien
mengatasi halusinasinya
R: agar klien mampu mengalihkan/
mengatasi jika halusinasi terjadi sewaktuwaktu.
13. Diskusikan manfaat cara yang digunakan
klien dan cara baru untuk mengontrol
halusinasinya
Beri
pendidikan
kesehatan
pada
Gangguan
sensori
a. Tujuan:
persepsi halusinasi
setelah
berhubungan
4xpertemuan,
dengan
halusinasi
stimulus
perubahan
dengan cara :
klien
berkurang.
dapat
b. Kriteria hasil:
1. Klien
hubungan
interaksi
seanjutnya
Berikan
perhatian
kepada
klien
dan
dapat
halusinasinya
mengenal
bicara
memandang
dan
tertawa
tanpa
ke
kiri/ke
kanan/
perawat
percaya
klien
bahwa
perawat
akan
membantu klien
- Diskusikan dengan klien :
a. Situasi
yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi
b. Waktu
dan
frekuensi
terjadinya
senang)
beri
kesempatan
klien
mengungkapkan perasaannya
3. Identifikasi bersama klien cara tindakan
yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur,
marah, menyibukkan diri dll).
- Diskusikan manfaat cara yang digunakan
klien, jika bermanfaat ber pujian
-
Diskusikan
cara
baru
untuk
keluarga/teman/perawat
klien memilih
dari
keluarga
dalam
mengontrol halusinasinya
berhasil.
- Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi,
realita, stimulasi persepsi.
4.
Anjurkan
klien
untuk
memberitahu
biarkan
sendiri,
makan
dengan baik
Anjurkan
klien
bicara
dengan
dokter
Gangguan
tidur
pola
berhubungan
dengan
adanya
a. Tujuan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
gangguan persepsi
digunakan
berupa suara-suara
tidur
yang
membaik.
bising
atau
klien
kembali
dilakukan
sebagai
tolak
ukur
mendengung
yang
sangat
b. Kriteria Hasil:
1. Klien
mengganggu.
terbangun di malam
Rasional:
hari
2. Klien
dalam
mampu
tidur
30
menit
Obat-obatan
psikotik
DAFTAR PUSTAKA
Townsend, M.C. (1998). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman Untuk
Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles And Practice Of Psychiatric Nursing. (5th
ed). St louis: Mosby Year Book
Nanda International. 2013. Nursing Diagnoses : Definitions And Classification 2012-2014.
Jakarta : EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC
MC, closky J dan Bulaceck. 2000. Nursing Intervension Classification (NIC). Mosby :
Philadelphia
Stuart, Gail Wiscarz. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Sandra J. Sundeen:alih bahasa,
Achir Yani S. Hamid : editor dalam bahasa Indonesia. Ed.3. Jakarta: EGC
Kusmawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika