You are on page 1of 42

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 mencatat bahwa
sedikitnya 300 juta penduduk dunia mengalami obesitas secara klinis.
Prevalensi obesitas di seluruh dunia selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Di banyak Negara makmur (Jerman, Belanda, AS) terdapat banyak orang
gemuk, 30% lebih dari populasi mengidap obesitas. Malah dikuatirkan akan
menjadi suatu epedemi sedunia (Tjay dan Rahardja, 2007).
Menurut penelitian Malnick dan Kobler (2006), dibandingkan antara
tahun 1976-1980 dengan tahun 1999-2000 terdapat peningkatan prevalensi
obesitas yang meningkat dua kali lipat menjadi 30,5%.
WHO juga memprediksikan bahwa pada tahun 2015 sekitar 700 juta
yang mengalami obesitas. Prevalensi obesitas di Indonesia sendiri juga
masih tinggi. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
2007, prevalensi obesitas pada penduduk berusia 15 tahun berdasarkan
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan
23,8%) (Depkes, 2009).
Ukuran populasi obesitas adalah indeks massa tubuh (BMI), berat
badan seseorang (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badannya
(dalam meter). Seseorang dengan BMI 30 atau lebih umumnya dianggap
obesitas. Seseorang dengan BMI sama dengan atau lebih dari 25 dianggap
Overweight (WHO, 2008).
Obesitas merupakan kondisi kesehatan kronis, yang ditandai oleh
terdapat penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk
fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2013). Ketidakseimbangan antara
jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliharaan kesehatan. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus

(positive energy balance) dalam jangka waktu cukup lama, maka


dampaknya adalah terjadinya obesitas (Sartika, 2011). Namun, masih
banyak pendapat di masyarakat yang mengira bahwa anak yang gemuk
adalah sehat (Soetjiningsih, 2013).
Penyebab obesitas sangat kompleks dalam arti banyak sekali faktor
yang menyebabkan. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas
seperti

faktor

lingkungan,

genetik,

psikis,

kesehatan,

obat-obatan,

perkembangan dan aktivitas fisik. Faktor lingkungan seseorang memegang


peranan yang cukup berarti, lingkungan ini termasuk pengaruh gaya hidup
dan bagaimana pola makan seseorang (Muwakhidah dan dian, 2010).
Obesitas disebabkan oleh Peningkatan pendapatan pada kelompok
masyarakat tertentu menyebabkan perubahan dalam gaya hidup terutama
pola makan. Pola makan tradisional yang tinggi karbohidrat, tinggi serat,
dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat,
rendah serat, dan tinggi lemak. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh
kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Perbaikan tingkat
ekonomi juga menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik masyarakat
tertentu. Perubahan pola makan dan aktivitas fisik ini berakibat kepada
semakin banyaknya penduduk yang mengalami masalah obesitas (Almatsier,
2006).
Setelah dianggap masalah hanya di negara-negara berpenghasilan
tinggi, obesitas sekarang secara dramatis meningkat di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya di perkotaan (WHO,
2008).
Obesitas

yang

terjadi

sebelum

umur

tahun

mempunyai

kecenderungan tetap gemuk pada waktu dewasa, dari pada yang terjadi
sesudahnya (Nalendra dkk, 2002).
Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga
dewasa dan lansia (Arisman, 2002).

Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu


penyakit salah gizi sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi
kebutuhan (Soetjiningsih, 2013).
Obesitas pada anak-anak secara khusus akan menjadi masalah
kesehatan karena obesitas merupakan faktor risiko dari berbagai masalah
kesehatan yang biasanya dialami orang dewasa seperti diabetes mellitus,
hipertensi dan kolesterol tinggi (Muwakhidah dan dian, 2010).
Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk sejumlah penyakit
kronis, termasuk penyakit jantung dan kanker (Indonesian Nutrion
Network,2005).
Berdasarkan latar belakang di atas, mengingat prevalensi obesitas
yang terus meningkat setiap tahunya. Dan apabila tidak segera diatasi dapat
menetap sampai dewasa dan lansia serta dari berbagai tulisan mengenai
obesitas pada anak yang berlanjut sampai dewasa dapat menimbulkan
timbulnya risiko kesehatan, bahkan ada para

ahli mengatakan bahwa

semakin gemuk seseorang akan semakin banyak penyakitnya sehingga


jarang yang mencapai umur panjang (Soetjiningsih,2013). Maka peneliti
tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas
pada mahasisiwa fakultas kedokteran muhammadiyah Palembang tahun
2011-2014.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian obesitas
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang Angkatan 2011-2014?
2. Apakah ada hubungan genetik dengan kejadian obesitas pada
mahasiswa

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Muhammadiyah

Palembang Angkatan 2011-2014?


3. Apakah ada hubungan antara pola makan dengan kejadian obesitas
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang Angkatan 2011-2014?

4. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas


pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang Angkatan 2011-2014?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.

Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Angkatan
2011-2014.

1.3.2.

Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui responden menurut jenis kelamin, faktor genetik,
pola makan, aktivitas fisik pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran

Universitas

Muhammadiyah

Palembang

Angkatan 2011-2014.
2. Mengetahui angka kejadian obesitas pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
Angkatan 2011-2014 .
3. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian
obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang Angkatan 2011-2014.
4. Mengetahui hubungan genetik dengan kejadian obesitas pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang Angkatan 2011-2014.
5. Mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian
obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang Angkatan 2011-2014.

6. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian


obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang Angkatan 2011-2014.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Aspek teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan mengenai obesitas dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya obesitas. Hasil ini diharapkan menjadi
referensi bagi penelitian-penelitian yang akan datang.
1.4.2. Aspek praktis
Untuk memberi masukan bagi mahasiswa Kedokteran di
Universitas Muhammadiyah Palembang dengan IMT obesitas agar
mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
obesitas pada mahasiswa tersebut sehingga dapat menurunkan berat
badan berdasarkan faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas,
serta dapat mencegah peningkatan obesitas.
1.5

Keaslian Penelitian
Nama

Judul Penelitian

Desain

Hasil

Ranty

Penelitian
Hubungan Faktor- Analitik

Hasil

Amelya

Faktor Risiko Dan observasional

sebanyak

Seventina

Angka

anak

Kejadian

penenlitian
(38,6%)
mengalami

Obesitas Di SMPN

obesitas. Hasil uji

1 Palembang Tahun

statistik, ditemukan

2012

tidak ada hubungan


antara jenis kelamin
dengan

kejadian

obesitas sebesar p=

0,118 dan tidak ada


hubungan

anak

mengalami obesitas
dengan

pendapatan

orang tua sebesar p =


1,00 Variabel lain
yang

memiliki

hubungan,

yaitu

genetik

pola

dan

makan dengan p =
0,000 untuk genetik
dengan p = 0,000
yang

menunjukkan

bahwa

keduanya

merupakan
risiko
Manoppo

terjadinya

obesitas.
Faktor-faktor yang kasus-kontrol, Hasil penelitian pada

Jonesius E. mempengaruhi
2011

faktor

kejadian
pada

analisa

data analisa

obesitas dengan
mahasiswa statistik

fakultas kedokteran univariat,


universitas
ratulangi.

sam bivariat

multivariat

uji menunjukkan

ada

pengaruh

yang

signifikan

antara

dan asupan energi (p =

multivariate

0,0001;OR=58,537),

(regresi

frekuensi makan (p =

logistik).

0,0001;OR = 3,809),
jenis makanan (p =
0,0001;OR=20,036),
aktivitas fisik berat
(p=0,003;OR=0,974)
,riwayat

keluarga

(p=0,0001;OR=6,44
4 ) dengan kejadian
obesitas mahasiswa
Fakultas Kedokteran
Universitas

Sam

Ratulangi Manado ,
dipengaruhi

oleh

variabel

asupan

energi,

protein,

lemak

dan

karbohidrat,
frekuensi

makan,

jenis makanan dan


aktivitas fisik berat,
serta

variabel

keturunan.
Penelitian yang dilakukan kali ini berbeda dengan penelitianpenelitian sebelumnya dalam hal subyek, waktu dan tempat penelitian,
angket penelitian yang digunakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Landasan Teori
2.1.1. Definisi Obesitas
Istilah obesitas/kegemukan mengandung arti jaringan lemak di
bawah kulit yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh (staf pengajar
ilmu kesehatan anak FKUI, 2007).
Obesitas paling baik didefinisikan sebagai derajat berapapun
kelebihan lemak yang memberi risiko kesehatan (Harrison, 2003).
Secara gampang, obesitas adalah keadaan kelebihan berat badan di
atas normal (Ikawati, 2014). Akibat penimbunan jaringan lemak yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan (Robbins, 2007).
Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya pada
laki-laki melebihi 15% dan wanita melebihi 20% dari berat badan ideal
menurut umurnya (Notoatmodjo, 2007).
Tidak semua orang yang mempunyai berat badan disebut obes,
karena para atlet yang karena latihan-latihan teratur, masa otot tumbuh
dengan baik akan mempunyai berat badan rata-rata lebih dari sebanyanya
dan tidak dapat disebut obes (Soetjiningsih, 2013).
Demikian pula, anak yang mempunyai kerangka tulang lebih besar
dan otot-otot yang lebih dari biasanya,sehingga berat badan dan tingginya
diatas

rata-rata

anak

sebayanya,

juga

bukan

disebut

obes

(Soetjiningsih,2013). Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa


kelebihan berat badan tidak selalu identik dengan kegemukan. Kelebihan
berat badan (overweight) kelebihan berat badan dibandingkan berat ideal
yang terjadi akibat penimbunan jaringan lemak atau non lemak meliputi
otot, tulang, lemak, dan air (Indonesian Nutrion Network, 2005), yang
menyebabkan berat badan seseorang melebihi berat orang rata-rata.
Umumnya, kelebihan berat badan (overweight) adalah permulaan dari
kegemukan (obesitas). Obesitas sendiri didefinisikan sebagai kelebihan
lemak hebat dalam tubuh (Tapan, 2005).

2.1.2. Manifestasi Klinik


Obesitas dapat menjadi jelas pada setiap umur, tetapi obesitas
tampak paling sering pada usia 1 tahun pertama, pada usia 5-6 tahun, dan
selama remaja. Anak yang obesitasnya karena masukan kalori tinggi secara
berlebihan biasanya tidak hanya lebih berat daripada yang lain pada
kelompoknya sendiri tetapi juga lebih tinggi dan umur tulang lebih tua
(Behrman, Kliegman & Arvin, 1999). Dengan manifestasi klinik sebagai
berikut:
1. Wajah membulat, pipi tembam, dagu rangkap, leher relatif pendek
(Purnawati,2009).
2. Tanda-tanda muka tampak sering tidak sepadan (Behrman, Kliegman
dan Arvin 1999).
3. Adipositas di daerah dada laki-laki sering berkesan tumbuh payudara
dan karenanya, mungkin merupakan tanda yang memalukan
(Behrman, Kliegman dan Arvin, 1999).
4. Abdomen cenderung menggantung (Behrman, Kliegman dan Arvin.
1999).
Disertai dinding perut yang berlipat-lipat (Purnamawati I,2009)
5. Genitalia eksterna anak laki-laki tampak kecil tidak sepadan tetapi
sebenarnya

paling

sering

berukuran

rata-rata;

penis

sering

terbungkus dalam lemak pubis (Behrman, Kliegman dan Arvin,


1999).
6. Pubertas dapat terjadi awal dengan akibat bahwa akhirnya ketinggian
anak gemuk mungkin kurang dari pada tinggi akhir dari sebayanya
yang dewasa lebih lambat. Perkembangan genitalia eksterna normal
pada kebanyakan wanita, dan menarche niasanya tidak tertunda dan
mungkin maju (Behrman, Kliegman dan Arvin, 1999).
7. Kedua tungkai berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian
dalam saling menempel dan bergesekan. Akibatnya, dapat terjadi
laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau yang kurang sedap
(Purnamawati I, 2009).

10

8. Anak dengan obesitas atau kelebihan berat mengalami stress dan


kesukaran sosial dan psikologis yang berarti (Behrman, Kliegman
dan Arvin, 1999).
2.1.3. Cara Penentuan Berat Badan
Ada beberapa cara yang lebih praktis dan murah, seperti pengukuran
lipatan kulit, yang memberikan kesan mengenai lemak di bawah kulit dan
jumlah lemak tubuh total (LTT), tetapi tidak memberikan kesan mengenai
jumlah lemak di rongga perut (LPR) (Tjay dan Rahardja, 2007).
Body Mass Index (BMI) kini paling banyak digunakan untuk
menentukan besarnya massa lemak, tetapi tidak menerangkan pembagian
lemak tubuh. Padahal, suatu studi Univ. Glasgow 1998 telah memastikan
bahwa lokasi lemak, khususnya jumlah lemak di rongga perut (LRP),
berperan penting: semakin banyak LPR, semakin besar risiko akan
gangguan kesehatan (Tjay dan Rahardja, 2007).
Cara yang obyektif untuk mengukur kelebihan berat badan adalah
dengan menghitung BMI (Body Mass Index) atau Indeks Massa Tubuh
dengan rumus (Harmanto,2006).
Gambar 1. Rumus Indeks Massa Tubuh
BMI=

Berat Badan (kg)


Tinggi badan2 (m2)

Sumber : Tjay dan Rahadjda,2007. Obat-obat penting:kasiat, penggunaan dan efek-efek


sampingnya.PT Elex media komputindo kelompok gramedia, Jakarta. Indonesia hal 492494.

BMI (Body Mass Index) atau IMT (Indeks Masa Tubuh) adalah
kuosien dari perbandingan berat badan (kg) dibagi dengan kudrat tinggi
badan (m2). BMI merupakan suatu ukuran yang dpat dipercaya, murah dan
praktis untuk menilai apakah ada kelebihan berat badan. Antara BMI dan
presentase lemak dalam tubuh terdapat korelasi baik, tetapi distribusi lemak
dalam tubuh tidak dijelaskan (Tjay dan Rahardja, 2007).

11

Dengan IMT atau Body Mass Index (BMI) akan diketahui apakah
berat seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT
hanya untuk orang dewasa berumur >18 tahun atau tidak dapat diterapkan
pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Ambang batas IMT
ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas
ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang
normal :
1. Untuk laki-laki adalah :20,1-25,0
2. Untuk perempuan adalah: 18,7-23,8.
Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi kalori ataupun
tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan
satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang
digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk ketegori
kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk
kategori gemuk tingkat berat.
Berikut adalah interpretasi kategori status gizi berdasarkan IMT:
Tabel 1. Klasifikasi Berat badan dan obesitas pada orang dewasa
Berdasarkan IMT Menurut kriteria Asia Pasifik.
Klasifikasi
Underweight

IMT (Kg/m2)
< 18,5

Normal

18,5-22,9

Overweight

>23,0-24,9

Obesitas I

25,0-29,9

Obesitas II

>30

Sumber : Latihan Keterampilan Klinik 1 Blok IV Fakultas Kedokteran Muhammadiyah


Palembang, 2011 dalam: WHO WRP /IASO/ IOTF dalam The Asia-Pasific Perspective:
Redefining Obesity and its Treatment (2000)

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi


berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara
berkembang. Menurut WHO WRP/IASO/IOTF dalam The Asia-pasific
perspective Redefining Obesity and Its Treatment 2000, yang disajikan
dalam tabel 1.

12

Tabel 2. batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut :


Kurus

Kategori
Kekurangan berat badan

IMT
<17,0

tingkat berat
Kekurangan berat badan

17,0-18,4

tingkat ringan
Normal
Gemuk

Kelebihan berat badan

18,5-25,0
25,1-27,0

tingkat ringan
Kelebihan berat badan

>27,0

tingkat berat
Sumber: National Health Survey (NHS). 2005. Tracking the accelerating epidemic: Its
causes and outcomes. 2006. Melbourne: International Diabetes Institute.

Jika seseorang termasuk kategori :


1. IMT < 17,0 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0-18,4 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.
3. IMT 18,5-25,0 :keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
4. IMT 25,1-27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan
kelebihan berat badan tingkat ringan.
5. IMT >27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan
berat badan tingkat berat (National Health Survey (NHS). 2005)
Untuk anak-anak pada masa tumbuh kembang, penentuan obesitas
ditentukan menggunakan grafik CDC 2000. Dengan memasukkan data ke
grafik, dapat ditentukan posisi persentilnya. Untuk persentil 86-94
dikategorikan dalam overweight dan untuk persentil 95 dikategorikan
dalam obesitas.

13

Gambar 2. Grafik Penentuan IMT berdasarkan usia CDC 2000 untuk anak
laki-laki usia 2-20 tahun
Sumber: National center for health statistics, Centers for disease control and prevention.
CDC growth charts (cited 2008 april 29). Http://www/cdc/gov/growthcharts/

14

Gambar 3. Grafik Penentuan IMT berdasarkan usia CDC 2000 untuk anak
perempuan usia 2-20 tahun
Sumber: National center for health statistics, Centers for disease control and prevention.
CDC growth charts (cited 2008 april 29). Http://www/cdc/gov/growthcharts/

2.1.4. Etiologi

15

Obesitas merupkan penyakit dengan etiologi yang sangat kompleks


dan belum sepenuhnya diketahui (Purnamawati I, 2009).
Menurut hukum termodinamik, terjadi karena ketidakseimbangan
anatara asupan energi dan keluaran sehingga terjadi kelebihan energi yang
selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Kelebihan energi
tersebut dapat disebabkan oleh asupan energi yang tinggi atau kekurangan
energi yang rendah (Damayanti, 2000).
2.1.5.

Faktor penyebab obesitas


Obesitas hasil dari ketidakseimbangan energi (National Institutes of

Health,2014).
Masukan energi yang lebih dari yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme basal, specific dynamic action terhadap berbagai makanan
yang dimakan, pengeluaran ekskreta, pertumbuhan dan perkembangan dan
berbagai kegiatan jasmani (Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI, 1985).
Berat badan cenderung tetap sama ketika jumlah kalori yang
dimakan sama dengan jumlah kalori yang digunakan tubuh atau dibakar
(Institutes of Health,2014).
Bila kelebihan energi tersebut berlangsung terus-menerus, misalnya
500 kalori setiap hari, maka dalam waktu seminggu akan terjadi kenaikan
berat badan kira-kira 500 gram (Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI,
1985). Ada beberapa faktor yang dapat penyebab antara lain sebagai berikut
:
1. Faktor genetik
Secara genetik, umumnya obesitas cenderung bersifat menurun
(Ikawati, 2014). Anak obes biasanya dari keluarga obesitas. Bila
kedua orangtua obes, sekitar 80% anak-anak mereka menjadi obes.
Bila salah satu orangtua obes kejadianya menjadi 40% dan bila
kedua orangtua tidak obes maka prevalens obesitas akan turun
menjadi 14%. Peningkatan risiko menjadi obesitas tersebut

16

kemungkinan disebabkan oleh pengaruh gen atau fktor lingkungan


dalam keluarga (Purnamawati I, 2009).
Namun, peran genetik yang pasti untuk menimbulkan obesitas
masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya memiliki
kebiasaan makan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti
terkini

menunjukkan bahwa 20-25% kasus

obesitas

dapat

disebabkan faktor genetik (Guyton dan hall, 2008).


Keluarga umunya juga menurunkan pola makan dan gaya hidup
yang bisa berkontribusi terhadap kejadian obesitas. Misalnya orang
tua yang membiarkan anaknya makan apa saja dan bahkan
memfasilitasi anak untuk makan makanan yang enak dan berlemak.
Tentunya akan mempengaruhi perkembangan dan berat badan si
anak (Ikawati, 2014).
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin perempuan memiliki kecenderungan kuat untuk
menjadikan kelebihan energi yang dimiliki menjadi simpanan
lemak, sementara laki-laki lebih cenderung menggunakan kelebihan
energi ini untuk sintesis protein. Pola penggunaan energi ini atau
pemisahan energi pada perempuan menyebabkan keseimbangan
energi positif (energi intake lebih besar dari pada energi
expenditure) dan

penyimpanan

lemak lebih energi

efisien

dibandingkan penyimpanan protein. Kedua itu akan merangsang


pengurangan atau rasio jaringan kurus-gemuk dengan hasil RMR
(Resting Metabolic Rate) tidak meningkat dan rata-rata yang sama
seperti pada masa pertumbuhan. Menurut survey sosial ekonomi
nasional (SUSENAS) dalam Yusac (2007), pada tahun 1989 di
perkotaan terdapat 4,6 % anak laki-laki dan 8% anak perempuan
yang menderita obesitas.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun
2007, prevalensi obesitas pada penduduk berusia 15 tahun
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah 10,3% (laki-laki

17

13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi overweight pada


anak-anak usia 6-14 tahun adalah 9,5% pada laki-laki dan 6,4%
pada perempuan (Depkes, 2009).
3. Pola makan
Peran nutrisi dimulai sejak masa gestasi. Perilaku makan mulai
terkondisi dan terlatih sejak bulan-bulan pertama kehidupan yaitu
saat diasuh orangtua. Pemberian susu botol pada bayi mempunyai
kecenderungan diberikan dalam jumlah yang berlebihan sehingga
risiko menjadi obesitas menjadi lebih besar daripada ASI saja.
Akibatnya anak akan terbiasa untuk mengonsumsi makanan
melebihi kebutuhan dan berlanjut ke masa prasekolah, masa usia
sekolah, sampai masa remaja (Purnamawati I, 2009).
Keseimbangan masukan energi dan pengeluaran sangat berpengaruh
terhadap berat badan seseorang. Bila seseorang makan berlebih dan
masukan energi melebihi pengeluaranya, kebanyakan energi
berlebihan tersebut akan disimpan sebagai lemak, dan berat akan
meningkat (Guyton dan hall, 2008).
Namun, masalah sesungguhnya bukan terletak pada pola makan
yang berlebihan, melainkan pada kesalahan memilih makananya.
(Arisman, 2011).
Peranan diet, terutama diet tinggi kalori yang berasal dari
karbohidrat dan lemak. Masukan energi tersebut lebih besar
daripada

energi

yang

digunakan. Anak-anak

usia

sekolah

mempunyai kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji (junk foods


dan fast foods), yang umunya mengandung energi tinggi karena 4050%nya berasal dari lemak ( Purnamawati I, 2009)
Kebiasaan lain adalah mengkonsumsi makanan camilan yang
banyak mengandung gula sambil menonton televisi. Pilihan jenis
makanan camilan bisa dipengaruhi oleh iklan di televisi
(Purnamawati I, 2009).

18

Penelitian yang dilakukan oleh Vaneli dkk,2005 menemukan bahwa


melewatkan makan pagi pada anak-anak dapat meningkatkan risiko
overweight dan obesitas. Pada anak-anak yang melewatkan makan
pagi dilaporkan 27,5% overweight dan 9,6% obes (p=0,01 dan
p=0,04 berturut-turut) dibandingkan anak-anak yang makan pagi
(9,1% dan 4,5% berturut-turut). Sedangkan menurut penelitian yang
dilakukan dubois dkk (2006) ditemukan bahwa melewatkan makan
pagi meningkatkan risiko overweight hampir dua kali lipat dengan
odds ratio =19,1 (1,2-3,2).
Pola makan adalah bagian informasi yang memberikan gambaran
mengenai jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari oleh
seseorang dan merupakan cirri khas untuk suatu kelompok dan
merupakan ciri khas dari suatu kelompok masyarakat tertentu
(Suhardjo, 2003).
4. Faktor aktivitas fisk
Aktivitas fisik sehar-hari dipercaya menjadi salah satu faktor
munculnya obesitas pada seseorang. Suatu data menunjukkan
bahwa aktivitas fisik anak-anak cenderung menurun (Purnamawati
I, 2009).
Anak yang kurang melakukan aktivitas fisik menyebabkan tubuh
kurang menggunakan energi yang tersimpan di dalam tubuh. Oleh
karena itu, jika asupan energi berlebihan tanpa diimbangi dengan
aktivitas fisik yang sesuai secara terus menerus dapat mengaibatkan
obesitas. Padahal cara yang paling mudah dan umum dipakai untuk
meningkatkan pengeluaran energi adalah dengan melakukan latihan
fisik atau gerak badan (Damayanti, 2002).
Rendahnya aktivitas fisik yang berkaitan dengan perkembangan
teknologi menjadi penyebab langsung terjadinya obesitas pada anak.
Contohnya anak lebih suka menggunakan elevator atau escalator
daripada menggunakan tangga dari satu lantai ke lantai lain
(Debora, 2008).

19

Kecanggihan teknologi seperti televisi dan komputer menyebabkan


banyak anak-anak terpaku di depannya sehingga kurang melakukan
permainan yang melibatkan kegiatan fisik seperti bermain sepeda.
Menonton televisi bukan hanya menghabiskan kalori yang sangat
sedikit, tetapi bahkan menambah kalori karena makan camilan
selagi nonton. Serta kondisi keamanan yang kurang menjamin
sehingga orang tua tidak memperbolehkan anaknya bermain keluar
rumah melakukan kegiatan olahraga atau bermain di lapangan
(Satoto, 1998).
Suatu penelitian kohort mengatakan bahwa menonton televisi lebih
dari lima jam meningkatkan prevalens dan angka kejadian obesitas
pada anak 6-12 tahun (18%). Serta menurunkan angka keberhasilan
sembuh dari terapi obesitas sebanyak 33% (Purnamawati I, 2009).
Banyak strudi menunjukkan bahwa salah satu faktor terjadinya
obesitas pada anak terjadi karena rendahnya aktivitas fisik.
Rendahnya aktivitas fisik seperti dalam bermain play station atau
video game (Yulian Dkk,2008). The American academy of
pediatrics merekomendasikan batasan waktu menonton televisi dan
video game untuk anak-anak, yaitu 14 jam per minggu.
5. Faktor gangguan hormonal
Ketidakseimbangan

hormon

insulin

dan

glucagon

dapat

menyebabkan obesitas. Mengkonsumsi kerbohidrat yang berlebihan


dapat memacu produksi insulin yang berlebih pula, yang akan
menyebabkan pembentukan lemak yang berujung pada obesitas
(Palilingan P, 2008).
6. Faktor yang tak kalah penting adalah faktor psikologis karena dapat
mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Ada sebagian orang
makan lebih banyak sebagai respon terhadap keadaan mood negatif
seperti sedih, bosan atau marah. Sebagian lagi mungkin mengalami
gangguan makan seperti dorongan makan yang kurang terkendali
(binge eating) walaupun sudah kenyang, atau kebiasaan ngemil

20

yang sulit dihentikan. Orang-orang seperti ini sangat berisiko


terhadap kegemukan, dan perlu mendapatkan perlakuan khusus,
seperti konseling atau terapi psikologi lainnya (Ikawati, 2014).
7. Selain tiga faktor di atas, penyebab lain obesitas bisa berupa
penyakit atau penggunaan obat tertentu. Penyakit hipotiroid,
cushings syndrome, dan depresi dapat memicu makanan berlebihan.
Beberapa obat seperti steroid dan antidepresan tertentu juga
memiliki efek samping peningkatan berat badan (Ikawati, 2014).
8. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga yang berstatus ekonomi menegah keatas
memiliki kesempatan untuk mengonsumsi jenis makanan yang
mengandung nilai gizi berlebihan (seperti lemak,protein dan garam)
cukup besar. Peningkatan pendapatan masyarakat pada kelompok
social ekonomi tertentu, terutama di perkotaan, menyebabkan
adanya perubahan pola makan dan pola aktivitas yang mendukung
terjadinya peningkatan jumlah penderita overweight dan obesitas
(Almatsier, 2005).
2.1.6. Klasifiksai Obesitas
Berdasarkan etiologinya, umumnya obesitas dibagi menjadi:
1. Obesitas primer: disebabkan faktor nutrisi dengan berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi masukan makanan, yaitu masukan
makanan berlebihan dibanding dengan kebutuhan energi yang
diperlukan tubuh.
2. Obesitas sekunder: yaitu disebabkan adanya penyakit/kelainan
kongeital (mielodisplasia), endokrin (sindrom Cushing, sindrom
freulich, sindrom Mauriac, pseudoparatiroidisme, atau kondisi lain
(sindrom klinefelter, sindrom turner, sindrom down,dll.)
Menurut pathogenesis dapat dibagi dua golongan:
1. Regulatory obesity: gangguan primer berada pada pusat yang
mengatur masukan makanan.

21

2. Obesitas metabolik: kelainan pada metabolism lemak dan


karbohidrat (Mansjoer dkk, 2000).
2.1.7. Pathogenesis
Hanya sedikit 10%, obesitas disebabkan oleh kelainan organis,
misalnya hipotirosis. Faktor lainnya adalah faktor keturunan dan keadaan
tubuh yang berperan melalui mekanisme yang belum diketahui. Disamping
itu, peranan utama kegemukan ditentukan oleh gaya hidup yakni kebiasaan
makan terlalu banyak tanpa membakar semua energi yang diasup,
disamping kekurangan aktivitas/gerak badan. Penyebab obesitas pada
manusia belum diketahui dengan jelas. Pada tikus gemuk telah ditemukan
gen termutasi, yang homolognya juga dideteksi dalam jaringan lemak
manusia. Diketahui bahwa gen-ob (obese) ini mengarah ke obesitas dan
resistensi insulin. Ada korelasi positif antara BMI dan adanya gen-ob.
Ditemukan pula suatu faktor yang membuat kenyang (leptin) yang berperan
untuk berkembangnya obesitas pada tikus dengan gen-ob. Faktor ini juga
terdapat dalam darah orang biasa (tidak gemuk). Selain itu juga terdapat
faktor lapar (ghrelin) (Tjay dan Rahardja,2007).
Asupan dan pengeluaran energi tubuh diatur oleh mekanisme saraf
dan hormonal, hampir setiap individu, pada saat asupan makan meningkat,
konsumsi kalorinya juga meningkat, begitupula sebaliknya. Karena itu,
berat badan dipertahankan secara baik dalam cangkupan yang sempit dalam
waktu yang lama diperkirakan, keseimbangan yang baik ini dipertahankan
oleh internal set point dan lipostat, yang dapat mendeteksi jumlah energi
yang tersimpan (jaringan adiposa) dan semestinya meregulasi asupan
makanan supaya seimbang dengan energi yang dibutuhkan (Purnamawati I,
2009).
Skema yang dipakai untuk memahami mekanisme neurohormonal
yang meregulasi keseimbangan energi dan selanjutnya mempengaruhi berat
badan, secara garis besar, ada tiga komponen pada sistem tersebut:

22

1. Sistem aferen, menghasilkan sinyal hormonal dari jaringan adipose


(leptin), pankreas (insulin), dan perut (ghrelin).
2. Central processing unit, terutama pada hipotalamus, yang mana
intergrasi dengan sinyal aferen.
3. Sinyal efektor, membawa perintah dari pypotalamic nuclei dalam
bentuk reaksi untuk makanan dan pengeluaran energi (Purnamawati
I, 2009).
Pada keadaan energi tersimpan berlebih dalam bentuk jaringan
adiposa dan individu tersebut makan, sinyal adipose aferen (insulin, leptin,
ghrelin) akan dikirim ke unit proses sistem saraf pusat pada hipotalamus.
Disini, sinyal adipose menghambat jalur anabolisme dan mengaktifkan
jalur katabolime. Lengan efektor pada jalur sentral ini kemudian mengatur
keseimbangan energi dengan menghambat masukan makanan dan
mempromosi pengeluaran energi. Hal ini akan mereduksi energi yang akan
disimpan. Sebaliknya, jika energi tersimpan sedikit. Ketersediaan jalur
katabolisme akan disimpan dalam bentuk jaringan adipose sehingga
tercipta keseimbangan antara keduanya. Pada sinyal aferen, insulin dan
leptin mengontrol siklus energi dalam jangka waktu yang lama dengan
mengaktifkan jaras katabolisme dan menghambat jaras anabolisme.
Sebaliknya, ghrelin secara dominan menjadi mediator dalam waktu
singkat (Purnamawati I, 2009).
Hormon ghrelin menstimulasi rasa lapar melalui aksinya di pusat
makan di hipotalamus. Seintesus ghrelin terjadi dominan di sel-sel epitel
bagin fundus lambung. Sebagian kecil dihasilkan di plasenta, ginjal,
kelenjar pituitary, dan hipotalamus. Sedangkan reseptor ghrelin terdapat di
sel-sel pituitary yang mensekresikan hormon pertumbuhan, hipotralamus,
jantung, dan jaringan adipose walaupun insulin dan leptin sama-sama
berpengaruh dalam siklus energi, data yang ada menyatakan bahwa leptin
mempunyai peran yang kebih penting daripada insulin dalam pengaturan
homeostatis energi di sistem saraf pusat (Purnamawati I, 2009).

23

Sel-sel adipose berkomunikasi dengan pusat hypothalamic yang


mengontrol

selera

makan

dan

pengeluaran

energi

dengan

cara

mengeluarkan leptin, salah satu jenis sitokin. Jika terdapat energi tersimpan
yang berlimpah dalam bentuk jaringan adiposa, dihasilkan leptin dalam
jumlah besar, melintasi sawar darah otak, dan berikatan dengan reseptor
leptin. Reseptor leptin menghasilkan sinyal yang mempunyai dua efek,
yaitu menghambat jalur anabolisme dan memicu jalur katabolisme melalui
neuron yang berbeda. Hasil akhir dari leptin adalah mengurangi asupan
makanan dan mempromosikan faktor pengeluaran energi, karena itu, dalam
beberapa saat, energi yang tersimpan dalam sel-sel adipose mengalami
reduksi dan mengakibatkan berat badan berkurang. Pada keadaan ini,
equilibrium atau energy balance tercapai. Siklus ini akan terbalik jika
jaringan adipose habis dan jumlah leptin berada di bawah ambang batas
normal. Cara kerja leptin secara molekuler sangat kompleks dan belum
dapat diuraikan secara lengkap. Secara garis besar, leptin bekerj melalui
salah satu bagian jaras neural terintegrasi yang disebut leptin-melaocortin
circuit, tentang sirkuit ini penting menngingat obesitas merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang cukup serius dan pengembangan obat obesitas
tergantung sepenuhnya pada pemahaman jaras ini (Purnamawati I, 2009).
2.1.8.

Metabolisme
Semua bahan gizi yang diasup (protein, karbohidrat dan lemak)

oleh tubuh digunakan untuk memelihara jaringan serta memproduksi kalor


dan energi. Kelebihan karbohidrat yang tidak langsung dibakar atau
diubah menjadi glikogen, diubah menjadi jaringan lemak (trigliserida) yang
ditimbun dalam jaringan lemak. Lemak dalam persediaan ini tidak dapat
diubah kembali menjadi protein atau gula. Hanya dalam keadaan darurat
lemak ini digunakan sebagai bahan bakar, misalnya setelah pantang makan
untuk jangka waktu yang lama (Tjay dan Rahardja, 2007).
Menurut perkiraan, jumlah sel-sel lemak (adipocyt) dalam tubuh
sudah ditentukan pada masa kanak dan sekali terbentuk dalam jumlah besar

24

tidak akan berkurang lagi. Semakin besar asupan makanan, semakin banyak
pula lemak memasuki adiposit, yang karena itu akan terisi penuh dan
mengembang. Keadaan ini dapat disamakan dengan balon yang dalam
keadaan biasa kempis, tetapi volumenya membesar bila diisi gas(ditiup).
Penumpukan lamak khusus terjadi di sekitar organ dan di bawah kulit, yang
menyebabkan tubuh menjadi gemuk (Tjay dan Rahardja, 2007).
2.1.9.

Dampak Obesitas

Tabel 3 komplikasi medis yang berhubungan dengan obesitas


Sistem
Gastrointestinal
Metabolik

Komplikasi obesitas
Kolelitiasis, pancreatitis,hernia abdomen,GERD.
Metabolic syndrome, resistensi insulin, toleransi

endokrin

glukosa terganggu, DM tipe II,dislipidemia, sindrom

Kardiovaskuler

ovarium polikistik.
Hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal jantung
kongestif, aritmia, cor pulmonale, stroke iskemik,

Respirasi

thrombosis vena dalam, emboli paru.


Abnormalitas fungsi paru, obstructive sleep apnea,

Musculoskeletal
Ginekologi
Genitourinaria
Opthamologi
Neurologi

sindrom hipoventilasi obesitas


Osteosrthiritis, gout arthritis, low back pain
Mesnstruasi abnormal, infertilitas
Urinary stress incontinence
Katarak
Hipertensi intracranial isiopatik (pseudotumor

Kanker

cerebri)
Esophagus,

kolon,

empedu,

prostat,

payudara,

uterus, serviks, ginjal.


Sumber : Notoatmodjo S, 2007, Kesehatan Masyarakat; ilmu dan seni. Rineka cipta,
jakarta. Hal 228.

Pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya


dipaksa untuk bekerja lebih berat. Oleh sebab itu, pada umumnya lebih
cepat gerah, capai dan mempunyai kecenderungan untuk membuat
kekeliruan dalam bekerja (Notoatmodjo S, 2007).
2.1.10. Pengobatan Obesitas

25

Pengobatan mungkin termasuk campuran pengobatan perilaku,


diet, olahraga, dan kadang-kadang obat penurunan berat badan. Dalam
beberapa kasus obesitas ekstrim, operasi penurunan berat badan dapat
menjadi optimum.( Purnamawati I, 2009)
1. Memperbaiki faktor penyebab, baik berupa kelainan organis
maupun psikologis.
2. Motivasi penderita tentang perlunya menguruskan badan.
3. Memberikan
membimbing

diet

untuk

pengaturan

mempertahankan

keadaan

menguruskan
makanan
gizi

yang

tubuh,

kemudian

yang

sesuai

untuk

ideal

sesuai

dengan

pertumbuhan. Cara pengaturan diet pada obesitas remaja, kita


harus turunkan berat badan untuk mencapai berat badan yang
diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet yang diberikan
adalah sekitar 850 kkal/hari atau, kalau ingin menurunkan berat
badan 500 gram/minggu, kurangi kalorinya 500 kkal/hari. Selain
itu, anak harus didorong untuk melakukan aktivitas fisik, baik
sendiri-sendiri maupun berkelompok. Mendorong anak agar mau
melakukan interaksi dengan teman-temanya (Soetjiningsih, 2013).
Kalau terpaksa, pada remaja obes, dapat diberikan medikamentosa
seperti golongan amfetamin yang bekerja sebagai simpatomimetik
(phentermine, phenmetrazine, phendimetrazine, diethypropion,
phynypropanolamin) yang meningkatkan konsentrasi katekolamin
di otak; atau diberikan sibutramine yang bekerja sebagai
katekolaminergik

dan

memiliki

efek

serotonergik

agonis

(Soetjiningsih, 2013).
Obat lain, adalah orlistat (xenidal) merupakan inhibitor yang poten
dari pankreatik/lipase intestinal, sehingga akan meningkatkan
jumlah lemak yang keluar lewat feses. Penggunaan orlistat
dianjurkan tidak lebih dari 12 bulan. Efek samping terutama terkait
dengan masalah gastrointestinal, seperti nyeri abdomen, flatus,
borborygmi, dan olly spotting (Soetjiningsih, 2013).

26

4. Menganjurkan (merangsang) penderita untuk melakukan olahraga


yang teratur (staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI,1985).
Terapi penurunan berat badan yang sukses meliputi empat pilar,
yaitu diet rendah kalori,aktivitas fisik,perubahan perilaku dan obat-obatan
(Sugondo S, 2009).
2.1.11. Prognosis
Prognosis obesitas tergantung pada penyebab dan ada/tidak adanya
komplikasi. Pada obesitas berlanjut sampai dewasa, morbilitas dan
mortilitasnya tinggi (Soetjiningsih, 2013).

2.2 Kerangka Teori


Faktor-faktor:
Aktivitas fisik
Pola makan

Genetik
Jenis
kelamin

Obat-obatan
Pskilogis

Gangguan
hormonal
Pendapatan orang tua

27

Pengeluaran
energi

Masukan energi

Lipogenesis

dan lipolisis

Simpanan lemak di jaringan


adipose tubuh meningklat

Prevalensi

Overweight dan obesitas

Risiko komplikasi
kesehatan

= ruang lingkung penelitian


= variabel yang diteliti

2.3

Hipotesis
Ho: Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan obesitas pada
Mahasiswa

Fakultas

Kedokteran

Palembang Angkatan 2011-2014.

Universitas

Muhammadiyah

28

Ho: Tidak ada hubungan antara genetik dengan obesitas pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Angkatan
2011-2014.
Ho: Tidak ada hubungan antara pola makan dengan obesitas pada
Mahasiswa

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Muhammadiyah

Palembang Angkatan 2011-2014.


Ho: Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada
Mahasiswa

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Muhammadiyah

Palembang Angkatan 2011-2014.


H1: Ada hubungan antara jenis kelamin dengan obesitas pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Angkatan
2011-2014.
H1: Ada hubungan antara genetik dengan obesitas pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Angkatan 20112014.
H1: Ada hubungan antara pola makan dengan obesitas pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Angkatan
2011-2014.
H1: Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Angkatan
2011-2014.

BAB III
METODE PENELITIAN

29

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observational dan
menggunakan rancangan cross sectional untuk mengetahui hubungan
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang angkatan
2011-2014 hubungannya dengan jenis kelamin, genetik, pola makan dan
aktivitas fisik.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini lakukan pada bulan November 2014 sampai dengan
selesai.
3.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
3.3. Populasi dan sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
1. Populasi Target
Populasi target ini adalah semua mahasiwa fakultas kedokteran
universitas muhammadiyah Palembang.
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitia ini semua Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang angkatan 20112014 dengan jumlah keseluruhan mahasiswa angkatan 2011-2014
sebesar 312 orang.
3.3.2. Sampel dan besar sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagian
mahasiswa angkatan 2011-2014 di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

30

Estimasi besar sampel ditentukan berdasarkan nilai yang


ditetapkan oleh peneliti sendiri sebesar 5% sehingga Z=1,96, nilai p
berdasarkan RIKESDA tahun 2013 sebesar 15,4% sehingga p = 0,154
dengan nilai kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi atau persisi
(d) sebesar 5% =0,05 sehingga besar sampel yang diperlukan untuk
penelitian ini dapat ditentukan dengan rumus Sneider dan Cochran
(Sastroasmoro, 1995).
Rumus :
= z 2pQ
d2
= 1.962 0,154 (1-0,154)
0,052
= 200,19960 dibulatkan menjadi 200
Keterangan :
n = besar sampel
z = (derivate bku alfa) pada 0,05 dua arah.
P = proporsi kategori variable yang akan diteliti
Q = 1-p (estimasi diantara varian)
d = presisi (batas toleransi dari kesalahan sampling)
Dari perhitungan diatas didapatkan jumlah sampel minimal yang
diperlukan adalah 200 orang yang terdapat pada angkatan 2011-2014.
Untuk mengantisipasi kemungkinan droup out, maka diperlukan
korelasi besar sampel untuk antisipasi droup out dengan menambahkan
sejumlah subjek agar besar sampel tetap terpenuhi dengan formula:
n = n ? (1-f)
n = 200/ (1-0,1)
n = 222,22222, dibulatkan menjadi 222
Kriteria droup out pada penelitin ini adalah :
1. mahasiswa yang tidak bersedia untuk berpartisipasi
2. mahasiswa yang hadir pada pengambilan data pertama kali tetapitidak
hadir pada pengambilan data berikutnya.

31

3.3.3. Kriteria Inklusi dan ekslusi


A. Kriteria inklusi
a. Mahasiswa yang hadir saat dilakukan penenlitian.
b. Mahasiswa yang kooperatif dan bersedia menjadi responden
B.Kriteria Ekslusi
a. Mahasiswa yang memiliki cacat fisik, seperti pada gambaran tubuh
dwarfisme yang dapat membuat hasil pengukuran tinggi dan berat
badan menjadi rancu
b. Mahasiwa yang memiliki penyakit lain seperti diabetes dan hipertensi.
3.3.4. Cara Pengambilan Sampel
1. Teknik atau cara pengambilan sampel
teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah stratified
random sampling dimana sampel dipilih secara acak menggunkanan
tabel bilangan random untuk setiap strata, kemudian hasilnya dapat
digabungkan menjadi satu sampel yang terbatas dari variasi untuk
setiap strata. Pada penelitian di fakultas kedokteran universitas
muhammadiyah Palembang ini, strata yang digunakan adalah
mahasiswa angkatan 2011 sampai 2014.
2. Kerangka sampling
pengambilan sampel dari setiap kelas dengan cara:
ni : Ni x n
N
Dimana :
Ni = ukuran sampel pada stratum ke i
N = Ukuran sampel
n = ukuran sampel keseluruhan
Ni = ukuran populasi pada stratum ke i

32

Berdasarkan

persamaan

2011,2012,2013,2014

tersebut,
di

pada

fakultas

mahasiswa

kedokteran

angkatan
universitas

muhammadiyah Palembang, jumlah keseluruhan populasi adalah :312


Angkatan 2011 :63 x 222 =44,82(45)
312
Angkatan 2012: 69 x 222 =49,09(49)
312
Angkatan 2013: 89 x 222 =63,32(63)
312
Angkatan 2014: 91 x 222 =64,75(65)
312
Dari persamaaan tersebut akan didapatkan besar sampel dan masingmasing strata. Daftar dari sampling yang digunakan pada penelitaian
ini akan di sajikan dalam tabel 4.
Tabel 4. Besar populasi dan besar sampel.
No.

Angkatan

Jumlah

Jumlah

1.
2.
3.
4.

2011
2012
2013
2014

populasi
63
69
89
91

Sampel
45
49
63
65

3.4. Variabel Penelitian


3.4.1. Variabel Dependent
Variabel terikat adalah yang menjadi akibat, pada penelitian ini
variabel terikat adalah obesitas.

3.4.2. Variabel Independent


Variabel in dependent dalam penenlitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis kelamin
2. Genetik

33

3. Pola Makan
4. Aktivits Fisik
3.5.

Definisi Operasional
Batasan dalam istilah yang operasional untuk semua variabel yang ada
dalam penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Definisi operasional


Definisi
1. Jenis
kelamin

Suatu

Alat ukur
Angket

Cara ukur
Diukur

Hasil
ukur
dengan 1. Laki-laki

individu

menghitung dari 2. Perempuan

berdasarkan

angket

ciri kelamin

telah diisi

Skala
Nominal

yang

laki-laki
atau
2. Obesitas

perempuan
Obesitas

Timbangan

Diukur dengan

adalah

dan

menggunakan

> 25,00

mahasiswa

meteran

metode

kg/m2

yang

antropometri

memiliki

berdasarkan

berat badan

imt

2.tidak
obesitas
=< 25,00
kg/m2

>25,00
3. Genetik

1.obesitas =

kg/m2.
Riwayat

Angket BB Diukur

1. Ya

keluarga

dan

2. Tidak

obesitas

ayah

menghitung

yang

ibuimt

dari

TB dengan

diturunkan

yang

oleh

diisi

tua

orang

angket
telah

berdasarkan

Nominal

34

4. Pola
makan

mahasiswa

riwayat

Kebiasaan

Angket

obesitas
Angket pola

mengkonsu

kebiasaan

makan berisi

berpola

msi

makan

18 soal

makan

makanan

dengan nilai

baik, skor <

dengan

berbeda.

indikator

Untuk soal 1-

kebiasaan

3 bernilai 4,

sarapan,

soal 4-13

frekuensi

bernilai 3, dan

makan,

soal 14-18

makan juck

bernilai 2.

food,

jajan

Dengan total

di kampus,

nilai adalah

makan

50. Hasil total

camilan saat

dari penilaian

menonton

angket subjek.

1. Tidak

Ordinal

80%
2. Berpola
makan
baik, skor
80 %

tv,
mengonsum
si buah dan
.

sayur
Aktivitas Suatu

Angket

Angket

fisik

aktivitas

aktivitas.fisik

ingan 75%

selama 24 jam

waktu

, 12 jam

digunakan

energi yang

waktu kuliah

duduk/berd

dilakukan

dan 12 jam

iri,

oleh

waktu libur

waktu

mahasiswa

Hasil total

untuk

dari penilaian

aktivitas

aktivitas
fisik

atau fisik 24

keluaran

Jam

1.

R Ordinal

25%

35

angket subjek.

tertentu
2.

S
edang 40%
waktu
digunakan
duduk/berd
iri,

60%

waktu
untuk
aktivitas
tertentu
3.

B
erat Ringan
25% waktu
digunakan
duduk/berd
iri,75%
waktu
untuk
aktivitas
tertentu

3.6.

Cara Kerja/Cara Pengumpulan Data


3.6.1. Cara Kerja
Dengan Angket dan anamnesis serta melakukan pengukuran berat
badan dan tinggi badan mahasiswa fakultas kedokteran angkatan 2011-2014.
3.6.2. Cara pengumpulan data
Data yang dikumpulkan berupa data prmer, yaitu data yang
didapatkan langsung dari subjek. Data variable terikat yaitu overweight dan
obesitas pada subjek didapatkan dengan mengukur lansung tinggi badan dan
berat badan subjek. Sedangkan data variabel bebas didapkan dengan
mengggunakan kuisoner yang diisi oleh subjek (Sastroasmoro dan ismael,
2008).

36

3.7. Cara Pengolahan dan Analisa Data


Data yang diperlukan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk antara
bentuk tabel dan grafik, kemudian dilakukan penguraian secara tekstual.
Kegiatan analisis data ini meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
3.7.1 Pengolahan Data

Tahap persiapan terdiri dari beberapa kegiatan yang dapat dilakukan


sebagi berikut :
a. Editing (pengolahan data)

Merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan isian kusioner,


apakah jawaban responden sudah lengkap, jelas dan relevan.
b. Coding (pengodean data)

Merupakan kegiatan untuk meneliti kembali apakah data sudah cukup


baik, sehingga dapat diproses lebih lanjut.
c. Entry (pemasukan data)

Data-data yang telah selesai decoding/editing selanjutnya dimasukan


kedalam table yang telah tersedia.
d. Cleaning (pembersihan data)

Merupakan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada


kesalahan atau tidak .

3.7.2. Analisis Data


a.

Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran dari variabel


dependent, yaitu : Jenis kelamin, genetik, pola makan, dan aktivitas
fisik.
b.

Analisis Bivariat

37

Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara


variabel dependent dan variabel independent menggunakan uji chisquare dengan program statistic komputerisasi.
Rencanan penyajian data dengan analisi univariat
Tabel

6.

Gambaran

karakteristik

Mahasiswa

Fakultas

Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Palembang


Variabel
Jenis Kelamin
1. Laki-laki

Jumlah

Presentase(%)

2. Perempuan

Total
Tabel 7. Gambaran Genetik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang
Variabel
Genetik
1. Ya

Jumlah

Presentase(%)

2. Tidak

Total

Tabel 8. Gambaran Pola makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Palembang
Variabel
Pola makan
1. Tidak
berpola
makan baik
2.

Berpola
baik
Total

makan

Jumlah

Presentase(%)

38

Tabel 9. Gambaran Aktivitas fisik Mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Palembang
Variabel
Aktivitas Fisik

Jumlah

Presentase(%)

1. Ringan
2. Sedang
3. Berat
Total
Rencana penyajian Bivariat
Tabel 10. Tabulasi silang karakteristik Mahasiswa dengan kejadian
obesitas
Karekteristik
mahasiswa

Status Obesitas
Obesitas

Tidak

Total

Obesitas
Jenis kelamin
1.

Laki-laki

2.

Perempuan

Total
Tabel 11. Tabulasi silang genetika dengan obesitas
Genetik

Status Obesitas
Obesitas

1.

Ya

2.

Tidak

Tidak Obesitas

Total

Total
Tabel 12. . Tabulasi silang pola makan dengan kejadian obesitas
Pola Makan

Status Obesitas
Obesitas

Tidak
Obesitas

Total

39

1.

Kurang baik

2.

Baik

Total
Tabel 13. Tabulasi aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
Aktivitas fisik

Status Obesitas
Obesitas

Tidak

Total

Obesitas
1.

Ringan

2.

Sedang

3.

Berat

Total

3.8.

Alur Penelitian

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Muhhamdiyah Palembang Angkatan 2011-2014

Kriteria Inklusi
dan Eksklusi
Infomed
concent

Sampel (Random Sampling)

Pengukuran Berat
badan dan tinggi
badan

Pengisian
angket

Jenis
Kelamin

Genetik

Pola
Makan

Aktivitas
Fisik

Obesitas

Tidak
Obesitas

40

Pengumpulan data

Pengolahan dan analisis

Hasil penelitian

Gambar 4. Alur penelitian hubungan faktor-faktor penyebab kejadian obesitas dengan jenis
kelamin, pola makn, genetik dan aktivitas fisik pada Mahasiswa Kedokteran Angkatan 2011-2014
Di Universitas Muhhamdiyah Palembng.

3.9. Rencana / Jadwal Kegiatan


Rencana/jadwal kegiatan pembuatan proposal hingga sidang skripsi
dimulai dari bulan Agustus sampai dengan Januari 2014, yang terdiri dari
tahapan pengajuan judul, penentuan pembimbing dan penguji, penyusunan
proposal, seminar proposal, pengambilan data, pengolahan data, penyusunan
laporan dan sidang skripsi.
Tabel 14.

Rencana/jadwal kegiatan pembuatan proposal hingga sidang

skripsi
Rencana
Kegiatan
Pengajuan dan
Persetujuan
Judul Skripsi
Penentuan
Pembimbing
dan Penguji

Bulan
Juli

Agus
t

Sept

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

41

Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Pengambilan
dan Pengolahan
Data
Penyusunan
Laporan Skripsi
Sidang Skripsi
3.10.

Anggaran
Penelitian ini akan membutuhkan sejumlah biaya demi kelancaran

prosesnya. Berikut ini perkiraan anggaran biaya yang akan dikeluarkan


selama penelitian ini berlangsung.
a. Pembuatan proposal
a) Kertas HVS A4 70 gram 2 rim@ 32.000,00

: Rp

64.000,00

b) Pencetakan

Tinta hitam 1 kotak

: Rp

25.000,00

Tinta warna 1 kotak

: Rp

25.000,00

: Rp

50.000,00

: Rp

32.000,00

c) Biaya Internet
b. Seminar Proposal
a) Kertas HVS A4 70 gram 1 rim
b) Pencetakan

Tinta hitam 1 kotak

: Rp

25.000,00

Tinta warna 1 kotak

: Rp

25.000,00

c) Map Kertas 3 (tujuh) buah @Rp 3.000,00

: Rp

9.000,00

d) Jilid 7 (tujuh) eksemplar @Rp 3.000,00

: Rp

21.000,00

a) Biaya Fotokopi angket 220 @1000

: Rp.

220.000,00

b) Souvenir 220 @1000

: Rp

220.000,00

c. Penelitian

d. Penyusunan Laporan

42

a) Kertas HVS A4 80 gram 3 rim @Rp 35.000,00 :

Rp115.000,00

b) Pencetakan

Pencetakan Tinta hitam 2 kotak

: Rp

50.000,00

Tinta warna 1 kotak

: Rp

25.000,00

: Rp

21.000,00

d) Jilid 7 (tujuh) eksemplar @Rp 50.000,00

: Rp

350.000,00

e) Transportasi

: Rp

100.000,00

f) Cinderamata dosen pembimbing

: Rp.

400.000,00

c) Map Kertas 7 (tujuh) buah @Rp 3.000,00

Total Pengeluaran

: Rp 1.777.000,00

You might also like