You are on page 1of 11

eklampsia

A. Pengertian
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti halilintar karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat
dalam kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam
nyawa dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik , biasanya
pada pasien yang telah menderita preeklampsia . (Preeklamsia dan eklampsia
secara kolektif disebutgangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.)
Prawiroharjo 2005.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau
masa nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan
atau koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong
Tjandra & John 2008 )

Eklampsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama kehamilan. Menjelang
kejang kejang dapat didahului dengan gejalanya :

Nyeri kepala di daerah frontal

Nyeri epigastrium

Penglihatan semakin kabur

Adanya mual muntah

Pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah teransang.

Kemudian dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi berbagai
gejalanya eklampsia yaitu :
1.

Kenaikan tekanan darah

2.

Pengeluaran protein dalam urine

3.

Edema kaki, tangan sampai muka

4.

Terjadinya gejala subjektif :

Sakit kepala

Penglihatan kabur

Nyeri pada epigastrium

Sesak nafas

Berkurangnya pengeluaran urine

5.

Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma

6.

Terjadinya kejang

Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan


angiontensin, renin dan aldosteron sebagai kompensasi sehingga peredaran darah
dan metabolisme dapat berlangsung. Pada eklampsia maka terjadi penurunan
angiotensin, renin dan aldosteron tetapi dapat dijumpai edema, hipertensi dan
proteinuria.
Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :
1.

Eklampsia gravidarum

Kejadian 50% sampai 60 %

Serangan terjadi dalam keadaan hamil

2.

Eklampsia parturientum

Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %

Saat sedang inpartu

Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai


inpartu
3.

Eklampsia puerperium

Kejadian jarang 10 %

Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir

Kejang kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :


1.

Tingkat awal atau aura

Berlangsung 30 35 detik

Tangan dan kelopak mata gemetar

Mata terbuka dengan pandangan kosong

Kepala di putar ke kanan atau ke kiri

2.

Tingkat kejang tonik


Berlangsung sekitar 30 detik

Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis,
tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat tergigit.

3.

Tingkat kejang klonik

Berlangsung 1 sampai 2 menit

Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik

Konsentrasi otot berlangsung cepat

Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus

Mata melotot

Mulut berbuih

Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis

Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan

4.

Tingkat koma

Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas

Diikuti,yang lamanya bervariasi

Selama terjadi kejang kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40 c, nadi
bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.
Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.
1.

Komplikasi ibu :

Dapat menimbulkan sianosis

Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru

Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan


jantung mendadak

Lidah dapat tergigit

Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka luka

Gangguan fungsi ginjal

Perdarahan

Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus

2.

Komplikasi janin dalam rahim :

Asfiksia mendadak

Solusio plasenta

Persalinan prematuritas

Berbagai faktor yang mempengaruhi eklampsia :

Jumlah primigravida terutama primigravida muda

Distensi rahim berlebihan yaitu hidramnoin, hamil ganda dan mola hidatosa

Adanya penyakit yang menyertai kehamilan yaitu diabetes mellitus,


kegemukan

Jumlah umur ibu di atas 35 tahun

Patofisiologi eklampsia
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar
aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan
normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur
retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah
terhadap protein meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta
mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin
terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena
kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap
perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus
prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang
penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi
garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam
perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali
oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan
kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus arteriolus
ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang
menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai
50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat
terjadi oliguria atau anuria.

Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada
beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina
disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran
kehamilan . Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2
bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan
terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam
pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia.
Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa
resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi
pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada
eklampsia akan menurun.
Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia
sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial.
Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan
bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke
jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan
keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai
sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus,
sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik
dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik
menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat pulih
kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu
pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada
eklampsia.

Komplikasi eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat
dan eklampsia :
1.

Solusio plasenta

Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah,
sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat menyebabkan sebagian
plasenta dapat terlepas.
2.

Hipofibrinogenemia

Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di bawah 100
mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
3.

Hemolisis

Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas


membran sel darahmerah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan
gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
4.

Perdarahan otak

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita


eklampsia.
5.

Kelainan mata

Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu.


Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan
terjadinya apopleksia serebri.
6.

Edema paru paru

7.

Nekrosis hati

Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol


umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnya.

8.

Sindroma HELLP

Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis,


peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel
sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua
sampai beberapa hari setelah melahirkan.
9.

Kelainan ginjal

Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel


endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat
timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10. Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat
kejang - kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
11. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin

Penanganan eklampsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya
serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman
setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :

Beri obat anti konvulsan

Perlengkapan untuk penanganan kejang

Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

aspirasi mulut dan tenggorokan

baringkan pasien pada sisi kiri

posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi

berikan oksigen 4 6 liter / menit.

I.

Pengobatan eklampsia

Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan


pengobatan di rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a.

Menghindari terjadinya :

Kejang berulang

Mengurangi koma

Meningkatkan jumlah dieresis

b.

Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :

Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium

mgr

Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai 20

c.

Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:

Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah

Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2

Hindari terjadinya trauma tambahan

Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :


1.

Kamar isolasi

- Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan


- Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
- Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas

2.

Pengobatan medis

Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan dan


meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. Dengan pemberian :
- Sistem stroganof
- Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang
- Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi
sensitivitas saraf pada sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi
iskemia plasenta sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia.
- Diazepam atau valium
-

3.

Litik koktil

Pemilihan metode persalinan

Pilihan pervaginam diutamakan :


- Dapat didahului dengan induksi persalinan
-

Bahaya persalinan ringan

- Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban,


mempercepat pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala
pengeluaran.
-

Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual

Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika

Pertimbangan seksio sesarea :


- Gagal induksi persalinan pervaginam
- Gagal pengobatan konservatif

Pencegahan eklampsia
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinyadi kurangi.
Usaha usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas meningkatkan jumlah balai
pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita haiml memeriksa
diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda tanda pre eklampsia
dan mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri kehamilan sedapatnya
pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda tanda pre eklampsia
tidak juga dapat hilang. ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 )

You might also like