Professional Documents
Culture Documents
HASIL KUNJUNGAN
(SANITASI INDUSTRI PERUSAHAAN)
II.2. SANITASI INDUSTRI PERUSAHAAN
1. Penyediaan air bersih
Air bersih berasal dari PAM
2. Pemeriksaan udara ruangan
Debu
Sistem ventilasi dari perusahaan tersebut kurang, sehingga untuk
terjadinya pertukaran udara yang terjadi juga kurang, serta
banyaknya bahan-bahan yang tertumpuk menjadi tempat
terkumpulnya debu karena jarang dibersihkannya.
3. pengelolaan limbah
limbah yang sudah ada biasanya ditumpuk saja dipojok-pojok suatu
tempat, dan tidak langsung dibuang ditunggu sampai 3 bulan baru dibuang
karena perusahaan bekerja sama dengan pihak pengelolaan limbah
4. Pengukuran pencahayaan
Pencahayaan dirasakan cukup dari masing masing tempat produksi karena
tersedianya lampu yang optimum dan dapat masuknya cahaya matahari
5. Vector penyakit
Kurangnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar perusahaan sehingga
memudahkan berkembang biaknya vektor penyakit seperti serangga dan
tikus
Perusahaan
ini
tidak
memiliki
jaminan
kesehatan
untuk
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
(15.
TINJAUAN
PUSTAKA
HANYA
UNTUK
HAL
YANG
dihentikan.
Keluhan menetap (persistent)
Yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan
kerja dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industry telah banyak
dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering
dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu,
lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah.
Muskuloskeletal disorder mempengaruhi semua kelompok usia dan
sering menyebabkan cacat, gangguan, dan merugikan. Terdiri dari berbagai
penyakit yang berbeda yang menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan
pada tulang, sendi, otot, atau struktur di sekitarnya, dan mereka dapat akut
atau kronis, fokal, atau meluas (Rahmaniyah, 2007)
b Faktor Penyebab
Menurut Peter Vi (2001), faktor penyebab musculoskeletal disorders
antara lain:
1 Peregangan otot yang berlebihan (over-exertion)
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya dikeluhkan oleh
pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan yang besar,
berat.
Aktivitas berulang
Pekerjaan yang
dilakukan
secara
terus
menerus.
Seperti
Penyebab kombinasi
Kekuatan fisik
Rekayasa Teknik
Substitusi, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau
bahan baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan
menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan
Rekayasa Manajemen
Pendidikan dan pelatihan.
Pengaturan waktu kerja dan istirahat seimbang.
Pengawasan yang intensif.
Etiologi
Penyebab yang paling umum adalah regangan otot atau postur tubuh
yang tidak tepat
Faktor resiko:
1 Faktor resiko internal
Usia: keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 2555 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan
tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Hal ini terjadi karena kekuatan dan ketahanan otot mulai
sudah
2008).
Monotoni: pekerjaan sama yang dilakukan terus menerus tanpa ada
variasi lain.
Shift kerja: merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga
kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi
mencapai
kesuksesan
seharusnya
mempertimbangkan
kaidah
ergonomis, agar terjadi keserasian yang baik antara kemampuan dan batasan
manusia dengan mesin dan lingkungannya (Rogers, 2006).
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot
yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan
durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan
tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari
kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%,
maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang
dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot
menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya
terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri
otot (Meliala, 2003).
Sikap kerja tidak alamiah, yaitu sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan
terangkat,
punggung
terlalu
membungkuk,
kepala
terangkat,
dan
sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh,
maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap
kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas,
alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan pekerja.
Klasifikasi
1 LBP akut
: terjadi dalam waktu kurang dari 2 minggu
2 LBP kronik : terjadi dalam waktu 3 bulan (Rogers, 2006)
Diagnosis
1 Anamnesis: awitan, lama dan frekuensi serangan, lokasi dan penyebaran,
2
perbaikan,
coba
campuran
parasetamol
dengan
opioid.
maupun dingin.
Latihan: direkomendasikan melakukan latihan dengan stress minimal
pada punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan
bertujuan memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas
sendi dan jaringan lunak (Hills, 2004)
Prognosis
Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering
dijumpai episode nyeri berulang. Sebanyak 80% pasien mengalami
keterbatasan dalam derajat tertentu selama 12 bulan, mungkin hanya 1015% yang mengalami disabilitas berat (Bogduk, 2009).
C Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
a Definisi
Carpal Tunnel Syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di
daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan
kelelahan otot tangan.
b Epidemiologi
CTS lebih sering pada wanita, puncaknya pada usia 42 tahun (40-60
tahun). Risiko untuk menderita CTS sekitar 10% pada populasi dewasa.
c
Etiologi
Sebagian besar kasus CTS (>50%) bersifat idiopatik, tetapi berbagai
kondisi dapat berkontribusi sebagai penyebab, yaitu:
1
Faktor keturunan.
d Gambaran Klinis
Rasa baal dan kesemutan yang hilang timbul di daerah yang dipersarafi
nervus medianus.
Nyeri yang menjalar atau meluas dari pergelangan tangan ke bahu atau
3
4
e Pemeriksaan Fisik
1 Tes Provokatif
Tanda
Tinel:
Dilakukan
dengan
cara
perkusi
ringan
Pemeriksaan Sensorik
f Pemeriksaan Penunjang
1
Elektrofisiologi Diagnostik
Pencitraan
MRI
g Penatalaksanaan
1
naproxen.
Kortikosteroid.
Disuntikan
langsung
ke
carpal
tunnel
untuk
D Varises
a Definisi
Varises
terdiri
atas
vena
yang
mengembang
dan berkelok,
Etiologi
Varises sekunder disebabkan oleh insufisiensi vena profunda, vena
perforantes yang tidak kompeten, atau oklusi vena profunda.
d Gejala Klinis
Pasien dengan varises dapat mengeluh nyeri pada tungkai bawah,
terutama di daerah betis. Nyeri tersebut bersifat tumpul, seperti dipukul;
rasa nyeri itu tidak berhubungan dengan besarnya varises, malah lebih berat
sewaktu stadium awal. Nyeri yang dirasakan bertambah setelah pasien
berdiri untuk jangka waktu yang panjang dan berkurang bila berbaring
sambil tungkai ditinggikan. Selain itu, pasien juga mengadu tungkai terasa
berat, pegal atau gatal. Namun begitu, pasien mungkin tidak bergejala tetapi
mengeluh penampilan kosmetik yang buruk, terutama di kalangan wanita.
Sering kali terdapatnya edema ringan pada pergelangan kaki pada
pasien dengan varises. Bila varises tidak segera diatasi, maka penyulit akan
terjadi
e
berupa
tromboflebitis,
hiperpigmentasi,
lipodermatosklerosis,
ulserasi dan perdarahan, yaitu tanda-tanda varises yang berat (Price, 2006).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan varises terdiri atas 4 cara yang dapat dilakukan secara
tersendiri atau bersamaan tergantung pada besar dan derajat varises serta
gejala-gejala yang disebabkannya, yaitu:
Penjaminan (reassurance)
Pemakaian kaos kaki kompresi elastik
Gejala-gejala yang disebabkan oleh varises dapat dikurangi dengan
pemakaian kaos kaki elastik. Kaos kaki tersebut bisa didapatkan
dalam 3 derajat penekanan, yaitu kelas 13. Pemakaian kaos kaki
elastik dapat membantu dalam mengurangi gejala pada stadium awal
varises tetapi tidak mencegah munculnya lebih banyak varises atau
mengakibatkan hilangnya varises. Kaos kaki tersebut bertujuan untuk
baik.
Pemberian suntikan skleroterapi
Pemberian suntikan skleroterapi melibatkan administrasi larutan iritan
berupa natrium tetradesil (sodium tetradecyl, STD). Skleroterapi
dilakukan bila varises masih sedikit dan berdiameter <1 mm, atau
pasien tidak mau dioperasi. Jika STD disuntik ke dalam vena yang
kosong dan kemudian vena itu ditekan, maka lapisan endotel akan
terobliterasi. Jika vena tidak dikompresi dan kemudian vena itu terisi
darah, maka trombosis setempat akan timbul lalu menghasilkan
tromboflebitis
dengan
rekanalisasi
dan
rekurensi.
Walaupun
incompetence).
Perawatan bedah
Prinsip utama dalam perawatan bedah adalah ligasi sumber refluks
vena, biasanya percabangan safenofemoral (saphenofemoral junction,
SFJ) atau safenopopliteal (saphenopopliteal junction, SPJ), dan
penyingkiran pembuluh vena safena yang inkompeten, dengan varises
yang terkait. Ligasi SFJ atau SPJ saja berhubungan dengan angka
kekambuhan varises yang tinggi karena pembentukan semula refluks
dari GSV atau LSV pada hubungan-hubungan dengan sistem vena
profunda sehingga GSV atau LSV harus disingkirkan (stripping).
(Rasjad, 2008)
Komplikasi
Kadangkala penyulit varises dapat terjadi jika gangguan hemodinamik
vena superfisial tidak segera diatasi, antaranya tromboflebitis superfisial,
trombosis vena profunda, perdarahan, hiperpigmentasi vena, dermatitis
vena, lipodermatosklerosis, dan ulkus varikosum (Price, 2006).
Definisi
HAVS
adalah
kumpulan
gejala
vaskuler,
neurologik
dan
Pencegahan
Ada empat hal utama yang perlu diperhatikan agar pekerja terhindar
dari HAVS, yaitu modifikasi kerja untuk mengurangi paparan getaran,
evaluasi kesehatan, cara kerja sehari-hari dan pendidikan bagi pekerja.
yang tumpul akan menimbulkan getaran lebih kuat dibandingkan alatalat yang tetap dijaga ketajamannya.
Perlu ditentukan lamanya terpapar getaran dan perlu adanya waktu
Sumber-sumber Kebisingan
Sumber bising utama dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok, yaitu:
1
Bising interior: berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesinmesin gedung, misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin,
komputer, pembuka kaleng, pengkilap lantai, dan pengkondisi udara.
Tingkat Kebisingan
Menurut Keputusan Menteri negara lingkungan hidup Nomor: KEP48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan, tingkat kebisingan
adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan desibel disingkat
dB.
Alat Pengukur
Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter.
Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130 dB dengan frekuensi antara 2020.000 Hz
oleh
kebisingan
diantaranya
gangguan
pendengaran.
Pengendalian
Kebisingan dapat dikendalikan dengan:
1
2
3
3
c
Kimia
Bersihkan luka: Cukup basuh luka dengan air bersih. Jika harus
menggunakan sabun untuk membershkan kotoran di sekitar luka,
usahakan tidak mengenai bagian yang terluka, karena dapat
mengiritasi luka..
Antibiotik: Oleskan salep antibiotik pada luka. Hal ini tidak akan
membuat luka sembuh lebih cepat, tetapi penting untuk mencegah
infeksi.
Tutup luka: Bila luka cukup dalam/besar perlu dibalut dengan perban.
benar. Lakukan setiap hari sekali atau jika perban mulai kotor/basah.
Perhatikan tanda-tanda infeksi: Segera bawa ke dokter jika luka tidak
sembuh, membengkak, atau rasa sakitnya meningkat.
Ilmu
Kedokteran
Forensik.
Edisi
Kedua.