You are on page 1of 19

PANDUAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Hipoparatiroid)

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM

Anatomi Fisiologi
Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang terletak
tepat dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan
dua di kutub inferiornya. Namun, letak masing-masing paratiroid dan jumlahnya
dapat cukup bervariasi, jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di
mediastinum.
Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter,
dan tebalnya 2 millimeter serta memiliki berat 50 miligram dan memiliki gambaran
makroskopik lemak coklat kehitaman. Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama
terutama mengandung sel utama (chief cell) yang mengandung apparatus Golgi
yang mencolok plus retikulum endoplasma dan granula sekretorik yang mensintesis
dan mensekresi hormon paratiroid (PTH). Sel oksifil yang lebih sedikit namun lebih
besar mengandung granula oksifil dan sejumlah besar mitokondria dalam
sitoplasmanya Pada manusia, sebelum pubertas hanya sedikit dijumpai, dan setelah
itu jumlah sel ini meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian besar binatang dan
manusia muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil masih belum jelas,
sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang tidak lagi
mensekresi sejumlah hormon.

Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang


tersusun atas 84 asam amino yang disekresikan oleh kelenjar paratiroid berfungsi
membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh.
PTH juga berfungi mengatur tingkat kalsium dalam darah, melepaskan kalsium dari
tulang, penyerapan kalsium dalam usus, dan ekskresi kalsium dalam urin.
Saat kadar kalsium meningkat, kalsium yang banyak terikat dengan reseptor
membrane pada sel di kelenjar paratiroid akan menghambat sintesis PTH dan
sekresi dari PTH, dan ketika tingkat kalsium dalam darah jatuh terlalu rendah,
kelenjar paratiroid akan meningkatkan sintesis dan mensekresi PTH untuk mengatur
kembali kalsium dalam darah agar tetap normal.
Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus pharyngeus
ketiga dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus
keempat cenderung bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 2

kelenjar paratiroid dibagian kranial. Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus
ketiga merupakan kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang kadang menyatu dengan
kutub bawah tiroid. Akan tetapi, sering kali posisinya sangat bervariasi. Kelenjar
paratiroid bagian kaudal ini bisa dijumpai pada posterolateral kutub bawah kelenjar
tiroid, atau didalam timus, bahkan berada dimediastinum. Kelenjar paratiroid
kadang kala dijumpai di dalam parenkim kelenjar tiroid. Kelenjar paratiroid
mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone, PTH) yang bersama-sama
dengan Vit D3, dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah. Sintesis PTH
dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila kadar
kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus
halus, sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari
tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam
mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus. (R.
Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695)
Definisi
Hipoparatiroid adalah kombinasi dari gejala karena produksi hormon paratiroid
(PTH) tidak memadai (Hypo-paratiroid-isme). Hipoparatiroidisme adalah penurunan
fungsi dari kelenjar paratiroid , yang mengarah ke tingkat penurunan hormon
paratiroid (PTH). Konsekuensi hipokalsemia adalah kondisi medis serius. (
www.wikipedia.com )
Hipoparatiroidisme adalah suatu gangguan pada kelenjar paratiroid yang
disebabkan karena hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid
(Hotma Rumahorbo, 1999: 81). Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid
atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid sehingga menyebabkan gangguan
metabolisme kalsium dan fosfor. Serum kalsium menurun (bisa sampai 5 mg %),
serum fosfor meningkat (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan
umumnya sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid
pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya
kelenjar paratiroid (secara congenital).
Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang
tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering
disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi
paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar
paratiroid (secara congenital). Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat
diketahui. ( www.endocrine.com )

Klasifikasi
Dalam hal ini hipoparatiroid dapat berupa:
1. Hipoparatiroid Neonatal

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 3

Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang sedang menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam
uterus ditekan oleh maternal hiperkalsemia.
2. Simple Idiopatik Hipoparatiroid
Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa.
Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan
antibodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya
gangguan ini dapat disebabkan karena menderita hipoadrenalisme,
hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer,
hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
3. Hipoparatiroid Pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid
atau sesudah operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang
terjadi sewaktu operasi tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah
untuk kelenjar paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior.
Hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar
kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga
bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis walaupun tak khas
yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.
Etiologi
Penyebab hipoparatiroidisme paling sering terjadi adalah sekresi hormon
paratiroid yang kurang adekuat. Penyebab paling umum dari hipoparatiroidisme
adalah luka pada kelenjar-kelenjar paratiroid hilangnya jaringan paratiroid. Terdapat
tiga penyebab yang paling utama dari pasien dengan hipoparatiroid.
1. Kekurangan sekresi hormon paratiroid (PTH) (> 99% dari semua kasus)
Lebih dari 99% dari semua pasien dengan hipoparatiroid disebabkan karena
sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat. Pasien yang menderita
hipoparatiroid dengan kondisi ini hanya memiliki jaringan paratiroid yang
terlalu sedikit (atau tidak lengkap), sehingga hormon paratiroid dihasilkan tidak
memadai. Ini hampir atau selalu karena komplikasi operasi tiroid atau paratiroid
(tiroidektomi, paratiroidektomi, atau diseksi radikal leher). Hipoparatiroidisme
yang terjadi selama operasi leher mungkin bersifat sementara atau permanen
tergantung pada tingkat cedera kelenjar paratiroid.
Ada dua penyebab utama kekurangan hormone paratiroid:
Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat konginetal atau didapat
(acquired)
2. Ketidakmampuan untuk membuat bentuk aktif dari hormon paratiroid.
Kekurangan sekresi PTH tanpa alasan yang pasti disebut
hipoparatiroidisme idiopatik. Penyakit ini jarang dan dapat dikarenakan bawaan
atau diperoleh. Ini adalah bentuk penyakit yang sangat jarang ditemui.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 4

Hipoparatiroidisme dengan onset selama beberapa bulan pertama kehidupan


dapat permanen atau sementara, penyebabnya karena ibu telah
hiperparatiroidisme.
Penyebab terbesar Hipoparatiroidisme bawaan terjadi pada bayi yang
lahir dari ibu yang telah hiperparatiroidisme selama kehamilan. kalsium serum
pada janin akan persis sama seperti pada ibu, dan jika kalsium terlalu tinggi
selama kehamilan, biasanya membuat sel-sel paratiroid pada bayi akan arti
kalsium tinggi dan memutuskan untuk tidak tumbuh dan berkembang biak.
Dengan demikian, bayi-bayi dapat lahir dengan kelenjar paratiroid sangat yang
kecil atau mereka dapat lahir
3. Ketidakmampuan ginjal & tulang untuk merespon hormon paratiroid yang
diproduksi oleh kelenjar paratiroid normal.
Seperti semua pasien dengan Hipoparatiroidisme, penyakit ini ditandai
dengan hypocalcemia dan hyperphosphatemia tetapi mereka memproduksi
hormon paratiroid dengan normal. Masalah terjadi pada tulang dan ginjal yang
tidak merespon hormon paratiroid. Bahkan jika hormon paratiroid normal
diberikan melalui pembuluh darah, tubuh tidak menanggapi.
Patofisiologi
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan
fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum
meninggi (bisa sampai 9,5-12,5 mgr%).
Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid
karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama
adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar
paratiroid. Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang
berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua
berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak
anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah
yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal
ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak
pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara
sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat
dibuat segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme
tetapi kadar PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak
berespons terhadap hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat
dua bentuk: (1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital
aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak dapat meningkatkan secara normal
konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik
normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu
Manifestasi Klinis

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 5

Gejala Hipoparatiroidisme sama dengan hypocalcemia dan dapat berkisar dari


cukup ringan (kesemutan di tangan, jari, dan sekitar mulut) bentuk-bentuk yang
lebih parah (kram otot parah dari seluruh tubuh), dan kejang-kejang. Hal ini
dikarenakan kalsium yang memiliki beberapa fungsi utama di dalam tubuh kita
termasuk memberikan energi listrik untuk seluruh sistem saraf, menyediakan energi
listrik untuk kontraksi otot, dan memberikan kekuatan untuk tulang. Semua gejala
hypocalcemia disebabkan oleh disfungsi saraf dan otot-otot.
Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas system neuromuskuler yang berupa
tetanus. Tetanus merupakan hipertoni otot yang menyeluruh disertai tremor dan
kontraksi spasmodic atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya
untuk melakukan gerakan volunteer. Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala
patirasa, kesemutan, kram pada ekstrimitas dengan keadaan perasaan kaku pada
kedua tangan atau kaki. Pada keadaan tetanus yang nyata (overt), tanda-tanda
mencakup bronkospasme, spasme laring, spasme korpopedal (fleksi sendi siku serta
pergelangan tangandan ekstensi sendi karpofalangeal), disfagia, fotofobia, aritmia
jantung serta kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas iritabilitas, depresi, bahkan
delirium, perubahan pada EKG dan hipotensi juga dapat terjadi. (Brunner &
Suddarth )
Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang
disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita
(70 %) adalah tetani atau tetanic aequivalent.Tetani menjadi manifestasi sebagai
spasmus corpopedal dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari
dalam adduksi dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan
articulatio cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan
ekstensi.
.
Dalam titanic aequivalent:
1. Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis
2. Stridor laryngeal (spasme) yang bisa menyebabkan kematian
3. Parestesia/ kesemutan
5. Disfagia dan disartria
6. Kelumpuhan otot-otot
7. Aritmia jantung
Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan terdapat refleks patologis:
1. Erbs sign
Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari
otot (normal pada 6 milli-ampere)
2. Chvosteks sign
Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari
foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah.
Chvostek's sign mendeteksi laten tetanus, penyadapan dari saraf wajah kelima di

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 6

depan telinga dengan mulut pasien yang sedikit terbuka menyebabkan kontraksi
dari otot-otot wajah. Menunjukkan hasil positif apabila pengetukan yang
dilakukan secara tiba-tiba di daerah nervus fasialis tepat di depan kelenjar
parotis dan disebelah anterior telinga menyebabkan spasmeatau gerakan kedutan
pada mulut, hidung, dan mata.
3. Trousseaus sign
Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan
sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagaipada spasme
carpopedal. Trousseaus sign dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal
yang ditimbulkan akibat penyumbatan aliran darah jke lengan selama 3 menit
dengan manset tensi meter.
4. Peroneal sign
Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi
dorsofleksi dan adduksi dari kaki
Diagnosis sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas, seperti rasa
nyeri dan pegal-pegal. Oleh sebab itu, pemeriksaan akan membantu. Tetanus terjadi
pada kadar kalsium yang berkisar dari 5 hingga 6 mg/dl (1,2 hingga 1,5 mmol/L)
atau lebih rendah lagi. Kadar fosfat dalam serum meningkat, dan hasil pemeriksaan
sinar-x tulang akan memperlihatkan peningkatan densitas. Kalsifikasi akan terlihat
pada foto rontgen yang dilakukan terhadap jaringan subkutan atau basla ganglia otak
Diagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti rasa
nyeri dan pegal-pegal, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium akan membantu.
Biasanya hasil laboratorium yang ditunjukkan, yaitu:
1. Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang
berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.
2. anorganik dalam serum tinggi
3. Fosfatase alkali normal atau rendah
Foto Rontgen:
1. Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak
2. Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid
3. Density dari tulang bisa bertambah
4. EKG: biasanya QT-interval lebih panjang
Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl
(2,2-2,5 mmol/L) dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta hipokalsemia.
Dan penatalaksanaan Hipokalsemia dibedakan menjadi 2 bagian yaitu
penatalaksanaan pada kondisi akut dan kronis. Pada kondisi akut, dimana pasien
datang dengan kejang, penurunan kesadaran, spasme otot. Walaupun Apabila terjadi
hipokalsemia yang terjadi bersifat ringan (7-8 mg/dl) maka penatalaksanaan
hipokalsemia harus dilakuakan secara agresif dengan kalsium glukonas intravena.
Kalsium glukonas intravena diberikan sebagai berikut, 1 sampai 2 ampul (90 180

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 7

elemental calcium) dilarutkan dalam 50 100 mL larutan dextrose 5% yang


kemudian diberikan dalam 10 menit.
Pada kondisi hipokalsemia kronik dimana pasien hanya mengeluhkan gejala
ringan atau bahkan tanpa gejala klinis dapat diberikan preparat kalsium vitamin D
per oral. Beberapa jenis preparat kalsium terdapat dipasaran, dimana kalsiun
karbonat paling banyak digunakan. Preparat kalsium karbonat mengandung 40%
elemental calcium dengan harga relatif murah sedangkan kalsium sitrat mengandung
21%, kalsium laktat 13%, kalsium glukonat 9% elemental calcium. Selain preparat
tablet juga terdapat preparat cair, seperti kalsium glubionat yang mengandung 230
mg elemental calcium dalam 10 ml, serta kalsium karbonat cair dosis preparat
kalsium dimulai dari 1-3 gram elemental calcium yang terbagi dalam 3-4 dosis
bersama makan. Target koreksi hipokalsemia disini adalah :
1. Terkontrolnya gejala klinis
2. Mempertahankan konsentrasi kalsium serum pada kisaran normalnya (8-8,5
mg/dl)
3. Jumlah kalsium urin dalam 24 jam dibawah 300 mg/24jam
4. Produk kalsiuum fosfat dibawah 55.
Secara khusus pada hipoparatiroid dibutuhkan pemberian vitamin D atau
analog vitamin D kalsitriol, sebuah vitamin D dalam bentuk aktif dan kerja cepat
sehingga digunakan sebagai terapi inisial.pada kondisi hipoparatiroid, terapi ideal
adalah mengganti hormon tersebut. Auto dan Xenotranplantasi jaringan kelenjar
paratiroid telah dikerjakan pada saat paratiroidektomi untuk mempertahankan
fungsinya. Metode tersebut memberikan tingkat kesuksesan yang bervariasi.
Marwah etal dalam sebuah kohort perpektif menyimpulkan bahwa auto transplantasi
minimal 1 kelenjar paratiroid secara rutin secara bermakna mengurangi insiden
hipoparatiroid. Preparat hormon PTH (1-34 PTH teriparatide) juga telah dicoba
sebagai terapi pengganti.dalam beberapa penelitian termasuk uji klinis terbatas
selam 3 tahun dosis PTH sekali sampai dua kali sehari subkutan mampu
menormalkan konsentrasi kalsium serum setara kalsitriol, tetapi mempunyai
kelebihan ekskresi kalsium urin normal.
Akibat adanya iritabilitas neuromuskuler, penderita hipokalsemia dan tetanus
memerlukan lingkungan yang bebas dari suara bising, hembusan angin yang tibatiba, cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak. Trakeostomi atau ventilasi
mekanis mungkin dibutuhkan bersama dengan obat-obat bronkodilator jika pasien
mengalami gangguan pernafasan.
.Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi dihidrotakisterol (AT 10 atau
Hytakerol), atau ergokalsiferol (vitamin D2) atau koolekalsiferpol (vitamin D3)
biasanya diperlukan dan akan meningkatkan absorpsi kalsium dari traktus
gastrointestinal.
Komplikasi
1. Tetany dapat menyebabkan saluran napas terblokir, membutuhkan tracheostomy

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 8

2. Pertumbuhan terhambat, cacat gigi, dan perkembangan mental lambat dapat


terjadi jika Hipoparatiroidisme berkembang di masa kecil.
3. Pengobatan yang berlebihan dengan vitamin D dan kalsium dapat menyebabkan
hypercalcemia (kalsium darah tinggi) dan terkadang mengganggu fungsi ginjal.
4. Ada peningkatan risiko anemia pernisiosa , penyakit Addison's , katarak
pembangunan, dan itu penyakit Parkinson
Prognosis
Hipoparatiroidisme memiliki prognosis yang baik jika di diagnosis secara dini.
Apabila tidak, dapat terjadikomplikasi seperti spasme otot akut yang bisa
menyebabkan gangguan pada pernafasan, kelainan sistem otot, ligamen dan saraf,
pertumbuhan yang terhambat, malformasi gigi dan retardasi mental pada anak.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 9

WOC
Ibu hamil dalam
keadaan
hiperparatiroid

Paratiroiditis auto
imun

Tiroidektomi
(pengangkatan total
tiroid)

Imun menyerang
kelenjar paratiroid

Hilangnya kelenjar
paratiroid

Kalsium tinggi

Sel sel paratiroid


pada bayi tidak
berkembang baik

Bayi lahir dengan


kelenjar paratiroid
sangat kecil

Penurunan sekresi
hormone paratiroid

Kelenjar paratiroid
rusak

Operasi pasca
bedah
Radikal karsinoma
faring atau esofagus

Pengangkatan
kelenjar paratiroid

Putusnya aliran
darah untuk kelenjar
paratiroid

Penurunan fungsi
Kelenjar paratiroid

Penurunan sekresi
hormone paratiroid

Penurunan fungsi
Kelenjar paratiroid
Hipoparatiroid
Pasca Bedah
Penurunan sekresi
hormone paratiroid

Hipoparatiroid
Idiopatik

Hipoparatiroid
Neonatal

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 10

Hipoparatiroid

Ca dalam serum
Fosfor dalam serum
Jantung kekurangan
kalsium

Iritabilitas sistem
neuromuskuler
Tetanus (hipertoni otot
yang menyeluruh)

Aritmia Jantung

Penurunan curah
jantung
Bronkospasme
Dan spasme
laring

Sesak nafas
Suara nafas wheezing
Gagal nafas

Disfagia

Kejang dengan
penurunan kesadaran

Kram otot dan


kesemutan
Tubuh mudah
capek/lemah

Intake nutrisi
kurang

MK: resiko
Cidera

MK: Intoleransi
Aktivitas

MK: Kebutuhan
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

MK: Pola
Nafas Tidak
Efektif
www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 11

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
3.1.1. Contoh Kasus:
Tn. X usia 58 tahun datang ke rumah sakit pada tangggal 9 Mei 2012 dengan
keluhan sering mengalami kejang 1 bulan terakhir. Saat pengukuran TTV
didapatkan TD : 90/80 mmHg, suhu : 370C, nadi : 88x/menit, RR :
20x/menit dan suara nafas stridor. Hasil uji laboratorium menunjukan
kalsium 3-5 mg/dL (normalnya 8.510.5 mg/dl), kadar fosfat 6.0 mg/dL
(normalnya 2.5-4.5 mg/dL). Keluarga pasien mengatakan bahwa saat di
rumah pasien sering mengeluh sakit kepala, sulit nafas saat kejang,
kejang/kekakuan dirasakan pada muka, terkadang pada tangan dan kaki, dan
akhir-akhir ini pasien tidak mau makan dikarenakan susah menelan. Rambut
pasien terlihat tumbuh jarang dan kulit kering / bersisik. Terdapat Tanda
Chvosteks atau Trousseaus positif pada pasien. Pasien mengatakan pernah
mengalami operasi bedah leher 2 bulan yang lalu.
3.1.2. Riwayat Penyakit Dahulu: Pernah melakukan operasi pembedahan pada
leher
3.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang: Tn. X sering mengalami kejang 1 bulan
terakhir.
3.1.4. Pemeriksaan Fisik
B1 (Sistem Pernafasan): Sulit napas (Bronkospasme/spasme laring), suara
napas stridor.
B2 (Sistem Kardiovaskuler): Hipotensi 90/80 mmHg
B3 (Sistem Persyarafan): Sakit Kepala
B4 (Sistem Perkemihan): hiperfosfatemia 6,0 mg/dl
B5 (Sistem Pencernaan): Sulit menelan, disfagia
B6(Sistem Integumen dan Muskuloskeletal): Kejang otot di muka, tangan
dan kaki, Tanda Chvosteks atau Trousseaus, kulit kering atau bersisik,
rambut jarang-jarang, kaku pada ekstremitas.
3.1.5. Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium : kalsium dalam serum rendah yaitu -5 mg/dL (normalnya
8.510.5 mg/dl). Kadar fosfat dalam darah ), kadar fosfat 6.0 mg/dL
(normalnya 2.5-4.5 mg/dL).

Analisa Data

12

Data
Data Subjektif:
Mengeluh beberapa kali
sulit bernafas saat terjadi
kejang.

Etiologi
Penurunan kalsium dalam
darah

Masalah Keperawatan
MK: Pola napas tidak
efektif

Iritabilitas neuromuscular
Kejang otot pada bronkus
atau laring
Sulit bernafas

Data Subjektif:
Mengeluh sulit menelan,
tidak bias makan

Pola napas tidak efektif


Iritabilitas neuromuscular

MK: Nutrisi kurang dari


kebutuhan

Kejang otot pada faring


(spasme faring)
Sulit menelan
Disfagia

Data Subjektif:
Mengeluh kaku pada
tangan dan kaki

Intake nutrisi kurang


Tetanus laten

MK: Intoleransi aktivitas

Ekstremitas kaku
Intoleransi Aktivitas

Data Subjektif:
Mengeluh kejang di otot
tangan dan kaki.

Defisiensi Parathormon

MK: Risiko cidera

Peningkatan kadar fosfat


dlm darah & penurunan
kalsium dlm darah
Iritabilitas system
neuromuscular
Tetanus
Kejang

13

Risiko cedera
Diagnosa
1. pola nafas tidak efektif b/d spasme laring akibat aktivitas kejang.
2. Tetani otot yang b/d penurunan kadar kalsium serum (K)
3. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d intake nutrisi
inadekuat.
4. Intoleransi aktivitas b.d. kekakuan ekstremitas
5. Resiko cedera b/d resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh
hipokalsemia.
Intervensi
Diagnosa: pola nafas tidak efektif b/d spasme laring akibat aktivitas kejang.
Tujuan: Pola nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil:
1. Pola nafas efektif.
2. RR 16-20 kali permenit
3. TTV dalam batas normal.
4. Ekspansi paru mengembang.
Intervensi
Rasional
Kaji upaya pernapasan dan kualitas Pengkajian yang berulang kali sangat
suara setiap 2 jam
penting karena mungkin kondisi pasien
berubah secara drastic.
Suara stridor laring dan diam
Auskultasi untuk mendengarkan stridor menggambarkan spasme laring parsial
laring tiap 4 jam
sampai total. Dilakukan agar dapat
segera diberikan tindakan yang tepat
Baringkan
pasien
untuk Posisi yang benar akan mendorong
mengoptimalkan bersihan jalan napas ventilasi pada lobus paru bagian bawah
pertahankan dalam posisi alamiah
Dapat
meningkatkan/
banyaknya
Dorong/bantu pasien dalam nafas dan sputum dimana gangguan ventilasi dan
latihan batuk
ditambah ketidak nyaman upaya
bernafas
Memaksimalkan
bernafas
dan
Berikan oksigen tambahan sesuai menurunkan kerja nafas, memberikan
dengan kebutuhan.(kolaborasi)
kelembaban pada membran mukosa
dan membantu pengenceran sekret

Diagnosa: Tetani otot yang b/d penurunan kadar kalsium serum

14

Tujuan: Mengatasi tetani otot yang muncul


Kriteria Hasil:
- Kadar kalsium dalam serum kembali normal (8.5 to 10.5 mg per deciliter)
- Frekuensi pernapasan kembali normal
- Gas-gas dalam darah dalam batas normal
Intervensi
Rasional
1. Saat merawat klien dengan
1. Untuk mengantisipasi terjadinya
hipoparatiroid hebat, selalu
kejang
mendadak
yang
waspada terhadap spasme laring
mengganggu pernapasan klien
dan
obstruksi
pernapasan.
2. Untuk memberikan penanganan
Sipkan selalu set selang
yang cepat pada klien jika
endotrakeal, laringoskop, dan
terjadi
hipokalsemia
yang
trakeostomi saat merawat klien
mendadak.
dengan tetani akut.
3. Untuk
memberikan
suplai
2. Jika klien beresiko terhadap
kalsium dengan cepat.
hipokalsemia mendadak, seperti
setelah tiroidektomi, selalu
disiapkan cairan infus alsium
karbonat di dekat tempat tidur
klien untuk segera digunakan
jika dibutuhkan.
3. Jika selang infus harus dilepas,
biasanya hanya diklem dulu
untuk beberapa waktu sehingga
selalu tersedia akses vena yang
cepat..
Diagnosa:Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d intake
nutrisi inadekuat.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil:
- Nutrisi adekuat
- Masukan makanan dan cairan adekuat
- Energi adekuat
- BB normal
Intervensi
Rasional
1. Monitor makanan/cairan yang
1. Untuk memantau intake dan
dicerna dan hitung masukan
output dari klien.
kalori tiap hari
2. Tentukan makanan kesukaan
2. Untuk meningkatkan motivasi
dengan
mempertimbangkan
klien untuk makan.

15

budaya dan keyakinannya


3. Kolaborasi: Tentukan makanan
yang tepat sebagai program diet
4. Dorong pasien untuk memilih
makanan yang lunak

5. Dorong masukan
tinggi kalsium

makanan

3. Untuk menentukan diet yang


sesuai dengan kebutuhan klien.
4. Memudahkan
klien
untuk
menelan dan tidak memperberat
kerja usus.
5. Untuk meningkatkan kadar
kalsium dalam tubuh.

Diagnosa: Intoleransi aktivitas b.d. kekakuan ekstremitas


Tujuan: Aktivitas (ADL) kembali normal
Kriteria Hasil:
- Mampu makan sendiri
- Memakai pakaian sendiri
- Mandi
- Jalan
- Duduk
Intervensi
Rasional
1. Rencanakan
dan
monitor
1. Mempertahankan aktivitas daily
program aktivitas yang tepat.
living klien.
2. Bantu memilih aktivitas yang
2. Membiasakan klien dengan
sesuai dengan kemampuannya
aktivitas
ringan
sesuai
3. Bantu untuk memfokuskan apa
kemampuannya.
yang dapat pasien lakukan.
3. Mempertahankan kemampuan
4. Buat lingkungan yang aman
klien dalam beraktivitas sesuai
buat pasien
dengan kemampuannya.
5. Berikan reinforcement kepada
4. Untuk menghindari risiko cedera
pasien atas kemampuannya.
saat
pklien
melakukan
6. Monitor respons emosi, fisik,
aktivitasnya.
social, dan spiritual dalam
5. Menmbuhkan motivasi klien
aktivitas.
untuk
melakukan
aktivitas
sesuai kemampuan nya.
6. Melihat perkembangan pasien
secara
holistic
setelah
melakukan aktivitasnya.
Diagnosa: Resiko cedera b/d resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh
hipokalsemia.

16

Tujuan: Klien tidak mengalami cedera.


Kriteria Hasil:
1. reflek normal
2. tanda vital stabil
Intervensi
Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital dan
1. Untuk
memantau
reflek tiap 2 jam sampai 4 jam.
perkembangan keadaan umum
2. Pantau fungsi jantung secara
pasien
terus menerus/gambaran EKG.
2. Untuk
mengetahui
3. Bila pasien dalam tirah baring
perkembangan keadaan kerja
berikan bantalan pada tempat
jantung klien
tidur dan pertahakan tempat
3. Mengurangi risiko klien terjatuh
tidur dalam posisi rendah
dari tempat tidur
4. Bila aktivitas kejang terjadi
4. Untuk mengurangi risiko cedera
ketika pasien bangun dari
pada klien akibat benda-benda
tempat tidur, bantu pasien untuk
tajam disekitar klien saat terjadi
berjalan, singkirkan bendakejang.
benda yang membahayakan,
bantu pasien dalam menangani
kejang dan reorientasikan bila
perlu.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
menangani gejala dini dengan
memberikan dan memantau
5. Untuk mengantisipasi terjadinya
efektifitas cairan parenteral dan
gejala dini kejang yang dapat
kalsium.
menimbulkan risiko cedera.

Evaluasi
Dx 1 : Pola nafas efektif.
RR 16-20 kali permenit
TTV dalam batas normal.
Ekspansi paru mengembang
Dx 2 : Kadar kalsium dalam serum kembali normal (8.5 to 10.5 mg per deciliter)
Frekuensi pernapasan kembali normal
Gas-gas dalam darah dalam batas normal
Dx 3: Nutrisi adekuat, masukan makanan dan cairan adekuat, energi adekuat
BB normal
Dx 4 : Mampu makan sendiri Memakai pakaian sendiri Mandi, jalan dan duduk
Dx 5 : reflek normal,tanda vital stabil

17

PENUTUP
Kesimpulan
Hipoparatiroid adalah penurunan produksi hormone paratiroid akibat
hipofungsi kelenjar paratiroid. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
hipoparatiroid ini diantaranya adalah paratiroiditis autoimun dan juga karena
tindakan pembedahan yang menyebabkan kelenjar paratiroid mengalami
kerusakan. Sehingga terjadi kekurangan hormone paratiroid. Dan hal ini
menyebabkan terrjadinya hipokalsemia dan juga hiperfosfatemia. Karena fungsi
kelenjar paratiroid adalah menyeimbangkan produksi kalsium dan juga fosfat. Efek
dari hipokalsemia ini diantaranya terjadinya tetanus atau peningkatan tonus otot
yang menyeluruh sehingga muncul kejang, kram otot, spasme laring dan
bronkospasme yang bisa mengakibatkan pasien sesak dan muncul masalah
keperawatan pola nafas tidak efektif. kemudian efek kejang tadi bisa menyebabkan
resiko tinggi cidera karena pasien tidak sadar. Ada beberapa penatalaksanaan yang
bisa dilakukan yaitu dengan menangani hipokalsemia dan hipoparatiroidnya.
Untuk Hipokalsemia akut bisa diatasi dengan pemberian kalsium glukonas
intravena. Kalsium glukonas intravena diberikan sebagai berikut, 1 sampai 2 ampul
(90 180 elemental calcium) dilarutkan dalam 50 100 mL larutan dextrose 5%
yang kemudian diberikan dalam 10 menit. Sedangkan hipokalsemia kronik dengan
diberikan preparat kalsium vitamin D per oral.
Untuk gejala hipoparatiroid bisa dengan terapi ideal yaitu mengganti hormon
tersebut. Auto dan Xenotranplantasi jaringan kelenjar paratiroid telah dikerjakan
pada saat paratiroidektomi untuk mempertahankan fungsinya. Metode tersebut
memberikan tingkat kesuksesan yang bervariasi. Preparat hormon PTH (1-34 PTH
teriparatide) juga telah dicoba sebagai terapi pengganti.dalam beberapa penelitian
termasuk uji klinis terbatas selam 3 tahun dosis PTH sekali sampai dua kali sehari
subkutan mampu menormalkan konsentrasi kalsium serum setara kalsitriol, tetapi
mempunyai kelebihan ekskresi kalsium urin normal.
Saran
Kelenjar paratiroid adalah suatu organ dalam sistem endokrin yang berfungsi
mensekresi parathormon (PTH), senyawa tersebut
membantu memelihara
keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu hormon
paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh seseorang.
Oleh karena begitu pentingnya fungsi hormon paratiroid itu, penanganan medis
yang tepat, serta asuhan keperawatan yang segera sangat dibutuhkan untuk
menangani pasien dengan kelaiana hipoparatiroid. Karena efek penundaan
penanganan dapat berakibat buruknya prognosis dan kemungkinan berkembangnya
berbagai komplikasi

18

DAFTAR PUSTAKA
Ganong.1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Rumahorbor, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Endokrin.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Ed.8.Jakarta: EGC.

Thirta. Hipoparatiroid.http://www.scribd.com/doc/52114878/Hipoparatiroid.
Diakses tanggal 2 mei 2012
Norsaid,andry. Asuhan keperawatan hipoparatiroid.
http://www.scribd.com/doc/24155731/kel-5-hipoparatiroid.diakses tanggal 2 mei
2012

19

You might also like