Professional Documents
Culture Documents
PROBLEM-BASED LEARNING
PBL Blok Klinik
SKENARIO
Minggu ke-8
Tanggal 24 April s.d 30 April 2015
Grup H
DINAR NURITA PAMBAYUN
(145070309111036)
WANDA VEMITA
(145070309111037)
(145070309111038)
(145070309111039)
ROSA OCTARINA
(145070309111040)
(125070300111043)
(125070300111047)
REDY AMUKTI
(125070300111050)
(125070301111001)
(125070301111002)
RACHMI FARICHA
(125070301111005)
MAULIDATUL KHASANAH
(125070301111020)
(125070302111001)
RUDI NURYADI
(125070307111002)
2015DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
ISI .................................................................................................................................. 3
A. SKENARIO ............................................................................................................ 3
B. DAFTAR UNCLEAR TERM ...................................................................................... 8
C. DAFTAR CUES ...................................................................................................... 8
D. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE ............................................................................. 8
E. HASIL BRAINSTORMING ....................................................................................... 8
F. HIPOTESIS ............................................................................................................ 11
G. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE ................................................................... 12
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................................................. 27
A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 28
B. REKOMENDASI ..................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 31
TIM PENYUSUN ............................................................................................................... 34
ISI
A. SKENARIO
Tn. J berusia 65 tahun MRS selama beberapa hari dengan diagnosa mengalami
stroke di otak kirinya. Hasil antropometri menunjukkan LILA 29,5 cm dengan TL 39,4
cm. karena efek samping yang ditimbulkan oleh stroke na tidakparah, TN. J
dipulangkan dengan dibekali obat rawat jalan Plavix dan Aggrenox. Ternyata 3
minggu kemudian, Tn . J MRS lagi dengan keluhan tubuh sebelah kanan
sulitdigerakkan yang sudah dialami selama 3 hari. Hasil MRI menggambarkan terjadi
stroke baru di otak kanannya sehingga menyebabkan quadriparesis dan disfagia
berat, sehingga makanan tidak bisa masuk secara oral dan kondisi ini diperkirakan
terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama (minimal2 bln). Seteah 10 hari di RS,
Tn. J keluar rumah sakit untuk kemudian rawat jalan di Pusat Rehabilitasi Pasien
Stroke. Di tempat tersebut, Tn. J mendapatkan terapi untuk latikan menelan selama
2 bulan dengan monev kemampuan menelan berdasarkan pemeriksaan tes
menelan yang bertujuan agar Tn. J dapat menerima makanan secara oral.
B. DAFTAR UNCLEAR TERM
1. Plavix
Plavix atau Clopidogrel merupakan suatu obat golongan thienopyridine, yang
secara struktur kimia mirip dengan triclopidine (BPOM, 2009). Yang digunakan
seabgai obat pencegahan kejadian aterotrombosis pada pasien yang menderita
infark miokard, stroke, dan penyakit pada arteri perifer sehingga dapat
mencegah terjadinya serangan jantung ( R, Alan gaby , 2006; MIMS, 2014).
Dikombinasi dengan ASA (aspirin) secara medis dapat memenuhi syarat untuk
terapi trombolitik (ISO edisi 49, 2014). Tetapi Plavix lebih manjur daripada
aspirin dan biasanya digunakan dalam jangka pendek (hingga satu tahun)
(Gerstenblith, 2007). Aggrenox biasanya diberikan sehari satu kali pada waktu
yang sama, dengan atau tanpa makanan (InHealth Gazette, 2013).
2. Stroke otak kiri
Serangan berat yang mendadak yang menyebabkan kelumpuhan organ tubuh
tertentu yang mencerminkan adanya infark di vaskuler yang diakibatkan karena
kematian
sel
saraf
otak
yang
mengendalikan
daerah
tersebut
karena
(serebral palsi atau akalasia) atau obstruksi mekanis struktur peptik esofagus
(Behrman, 2000).
Tingkat keparahan dari disfagia dibagi menjadi 7, yaitu :
Level 7
Level 6
Level 5
: disfagia ringan
Level 4
Level 3
: disfagia sedang
Level 2
Level 1
4. Quadriparesis
Kelemahan (lumpuh ringan) pada 4 bagian alat gerak yang dikarenakan adanya
defisiensi neurologis yang berakibat pada gangguan motorik dan atropi otot
tubuh pada kedua tangan daan kaki ( nutrition therapy and diagnostic related
care, 2010). Terjadi pada dibagian kedua lengan dan kedua kaki (ekstremitas
bawah) (Dictionary of modern medicine, 2002). Ekstrimitas bawah biasanya
lebih terpengaruh daripada ekstrimitas bagian atas (Fletcher, 1998).
5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Rizka :
Magnetic resonace imaging adalah alat untuk mendiagnosa kondisi abnormal
dibagian
tubuh.
secara
umum
MRI
menciptakan
gambar
yang
dapat
menunjukkan perbedaan antara jaringan sehat dan tidak sehat dari organ dan
5
jaringan seluruh tubuh tanpa perlu X-ray atau radiasi. MRI ini menggunakan
medan magnet, gelombang radio, dan komputer. Pasien ditempatkan di
terowongan scanner. (Radiological society of north america, 2013). Sinyal yang
digunakan untuk menghasilkan gambar dari MRI berasal dari nuclei hidrogen
trombotik.
(Depkes,
2009).
Jika
terjadi
overdosis
pada
faring seperti basah, kumur atau kualitas suara serak; batuk atau
tersedak, dll; lanjutkan dengan 5cc atau 1 sendok teh cairan. Jika
pemeriksa mencurigai tidak adanya kesulitan faring dengan jumlah
5cc cairan, pasien dapat meminum 2 sampai 3 teguk cairan dari
cangkir
o
Bubur (Pureed)
Berikan 3cc atau sendok teh bubur atau makanan dengan
konsistensi yang telah diblender seperti saus apel, puding, kentang
tumbuk,dll. Catat observasi gejala disfagia. Jika tidak ada tanda
disfagia faring dengan jumlah 3cc, lanjutkan dengan 5cc atau 1
sendok teh konsistensi bubur. Catat observasi gejala disfagia
Dry swallowing
Pasien mengulang kegiatan menelan beberapa kali dalam interval
tertentu untuk mengeluarkan saliva walaupun tidak sedang makan.
c) Pemeriksaan tambahan :
o
electromyography
leih
sering
digunakan
untuk
penelitian
C. DAFTAR CUES
Ahli gizi diharapkan mampu memberikan diet dengan bentuk makanan yang
disebabkan
karena
aterosklorosis
hipertensi
semisal
ada
karena
adanya
aterosklorosis.
Adanya
sumbatan
lemak
10
Kulit kering, fertigo, nyeri kepala, haus ,mual , kram otot, kelumpuhan ( bag,
kiri yang lmpuh bag kanan dan sebaliknya
c. Hubungan antara quadriparesis dan disfagia berat dengan stroke otak kanan
Kesulitan dalam menelan karna salah satu akbt mual muntah. Stroke terjadi
pada bagian
otak
saraf yang
mengatur
kemampuan menelan
2. Bagaimana interaksi obat dan makanan yang dikonsumsi pasien dan apakah
efek sampingnya?
3. Bagaimana Preskripsi Diet untuk pasien?
a.
Memberikan
Tujuan
pasien
makanan
sesuai
dengan
kondisi
pasien
c.
Prinsip
d.
Rendah garam 3
jumlahnya)
Kh 60%
P 25%
L 15%
Penambahan energi 65% dri kbtuhan total
bolus : dapat diberikan secara bertahap mulai dari cair jernih , cair kental,
saring , lunak, padat, diberikan makanan cair max 500cc mmprtimbgkan
11
12
F.
HIPOTESIS
Pembuluh darah
pecah
Pembuluh darah
tersumbat
Stroke otak
kanan
Quadripares
is
Disphagia
Tes
menelan
MONEV
Terapi Diet
Preskripsi Diet
Makro
Tujua
n
Prinsi
p
Syara
t
Mikro
Jalur
Gastrotom
y
Jenis
Formula
Standart
Metode
bolus
MONEV
Perubahan bentuk
makanan secara
bertahap
Makanan cair jernih
Makanan cair kental
Makanan saring
Makanan lunak
Makanan biasa
Indikator
- Intake oral
- Keseimbang
an cairan
- Kemampuan
menelan
13
Pendarahan Intraserebral
tempat
lain
maupun
ruang
subarakhnoid
sendiri
biasanya
glukosa, oksigen dan nutrisi lain ke otak juga berkurang. Hal ini
menyebabkan mitokondria tidak mampu menghasilkan ATP sehingga
menyebabkan disfungsi seluler bahkan kematian seluler.
Pada stroke perdarahan, perdarahan intra serebral disebabkan ruptur
pembuluh darah arteri kecil akibat hipertensi. Jika perdarahan yang timbul
kecil ukurannya, maka masa darah hanya menyela di antara akson tanpa
merusak jaringan otak. Sedangkan pada perdarahan yang luas, terjadi
destruksi masa otak, penunggian tekanan intra kranial dan yang lebih
berat dapat menyebabkan herniasi otak (Mulyatsih, 2009).
Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang
terbatas. Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya
kesadaran dalam waktu 15-20 detik dan kerusakan otah yang ireversibel
terjadi setelah 7-10 menit. Perdarahan juga menyebabkan iskemia dengan
menekan pembuluh darah disekitarnya. Dengan menghambat Na+/K+ATPase, defisiensi energi menyebabkan penimbunan Na+ dan Ca+2di dalam
sel, serta meningkatkan konsentrasi K+ ekstrasel sehingga menimbulkan
depolarisasi.
Depolarisasi
menyebabkan
penimbunan
Cl-
didalam
sel,
lumen
pembuluh
darah
oleh
granulosit
kadang-kadang
Hemidefisit motorik
Hemidefisit sensorik
Penurunan kesadaran
Kelumpuhan nervus fasialis (vii) dan hipoglosus (xii) yang
bersifat sentral
o Gangguan
fungsi
luhur
seperti
kesulitan
berbahasa
mata
Gejala
stroke
berat
(sembuh
atau
menjalani
perbaikan
dalam
Sukar menelan
Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan
ringan
berbicara
feses
ataksia
Sindrom arteri basiler : quadriplegi, kelemahan otot pada wajah, lidah
dan faring
(Mulyatsih, 2009)
dan
menelan yang
menyebabkan
motorik dan muscle weakness. dalam hal ini tergantung bagian otak manakah
yang mengalami kerusakan (Nutrition and Diagnosis Related Care, 2012).
Jika terjadi infark serebral pada batang otak hingga menimbulkan lesi,
tepatnya terjadi pada bagian pons, maka dapat menimbulkan quadriparesis.
Sedangkan, jika terjadi infark serebral pada batang otak, tepatnya pada
medula lateral, maka dapat menimbulkan disfagia (Merwick, 2014; Musisi,
2015; Haydock, 2015).
Belahan otak kanan mengontrol gerakan dan funsi sensoris sisi kiri tubuh.
Jika otak kanan yang terkena stroke maka akan mengalami gangguan seperti
disfagia dan kelumpuhan pada sisi kiri tubuh. Selain itu sama seperti otak
kanan, otak kiri juga mengontrol gerakan dan fungsi sensoris sisi kanan tubuh.
Dan jika otak kiri diserang maka dapat terjadi disfagia dan kelumpuhan pada
sisi kanan tubuh (Salma, 2010).
Pada Tn.J, strok lebih dahulu terjadi pada otak kiri dan kemudian terjadi
pada otak kanan, merujuk pada fungsi otak yang mengatur gerak dan fungsi
sensoris maka Tuan J dapat mengalami kelumpuhan pada keempat alat gerak
yang disebut sebagai quadriparesis (Continuing Medical Education, 2011).
Interaksi obat dan makanan serta efek sampingnya
Plavix
efek smping umum:
pendarahan hebat,
trombotik thrombocytopenic purpura (TTP),
reaksi alergi,
fertigo,
sakit kpla ,
pusing,
mual ,
diare,
sesak nafas,
nyeri sendi,
nyeri otot,
back pain,
gelisah
17
Interaksi obat dan makanan saat ini masih belum diketahui efek obat
terhadap makanan (Continuing Medical Implementation Inc, 2009). Tidak ada
interaksi obat dan makanan dari plavix, namun terdapat interaksi obat dan herbal,
seperti bawang putih, ginkgo biloba, jahe, teh hijau. Efek dari plavix akan
meningkat ketika mengonsumsi bahan-bahan tersebut (Pocket Books, 2010 dan
Fradsen, 2014).
Hindari konsumsi dengan grape fruit juice karena plavix (clopidogrel) dapat
menghambat penyerapan cyp3a4 jika dikonsumsi dengan grape fruit juice,
mengurangi pembentukan metabolit aktif dan menurunkan manfaat terapi plavix (
Joseph I.Boullta,2004). Kafein telah dilaporkan memiliki aktivitas antiplatelet, dan
dapat meningkatkan resiko pendarahan saat digunakan dengan obat yang
meningkatkan risiko perdarahan. Kafein juga terbukti melemahkan respon
hemodinamik terhadap dipyridamole, agen rheologic yang menghambat agregasi
platelet (Sari, A I, dkk 2012).
Baik plavix dan aggrenox sebaiknya menghindari konsumsi bawang putih
dan makanan tinggi vitamin K . Konsumsi bawang putih dapat meningkatkan
efektifitas obat dalam mencegah pembekuan darah. Konsumsi makanan tinggi
vitamin K dapat mengganggu efek anti pembekuan darah dari plavix dan
aggrenox karena sifatnya sebagai koagulan (pembekuan darah).Rekomendasi
konsumsi vitamin K untuk orang dewasa rentangnya65-80 mcg. Hindrari konsumsi
makanan
tinggi
kecambah/tauge,
vitamin
>100
canola
oil,
salad
mcg/servig
oil,
seperti
soybean
oil
bayam,
brokoli,
(www.drugs.com,
www.livestrong.com).
b. Aggrenox
o efek samping ringan:
sakit kepala,
sakit perut,
diare,
o bisa menimbulkan efek smping lebh parah :
pendarahan pada otak (sakit kepala, pingsan, gelisah) dan pencernaan
a. Status gizi
BMI u/ laki-laki = (1,01xLila)-67 = 25,09
Cut off IMT untuk orang Asia, jika IMT-nya 25-29,9 maka dikatakan
obesitas (IOTF, 2000).
b. Tujuan
Mempercepat ksembuhan
Cegah komplikasi
Pertahankan cairan dan elektrolit
Memenuhi kebutuhan gizi dengan pemberian makan yang cukup
Memperbaiki keadaan kondisi pasien seperti dysfagia dan
quadriparesis
Penurunan berat badan pasien karena pada pasien dengan status
gizi obese diperlukan penuruan berat badn untuk mencegah
c. Prinsip
Rendah kolesterol
d. Syarat
1) Zat gizi Makro
o Energi
Rumus Schofield
(11,711 x BBadjusted) + 587,7 x FA x FS
(11,711 x BBadjusted) + 587,7 x 1,15 x 1,4
(rosmalina 2011)
o
Karbohidrat 60% =
o
6 /100
x 1828,5
4
L emak 20 %
= 1828,64kal
= 274,3 gr
2 /100
x 1828,5
9
= 40,63 gr
2 /100
x 1828,5
4
Protein 20%
= 91,4 gr
o
o
kolesterol <300mg
o Serat cukup untuk menghindari konstipasi sebesar 25
gram per hari
2) Mikronutrient
o Vitamin B6 40 mg, vitamin B12 50 mg, asam
folat 500mg
19
untuk mencegah terjadinya hiperhomosisteinemia dan kerusakan
endotel lebih lanjut (Wahyuningsih, 2013).
o B12 500 mcg, asam folat 500, zinc 10mg, vitamin K 6580mcgr, 40mg vitamin B6. Antintioksidan (cepat rekonstruksi dan
(patrickholford.com)
Frekuensi pemberian
dilakukan dengan menggunakan NGT/OGT, dan diberikan secara terbagi setiap 34 jam sebanyak 250-350 ml. Bolus feeding dengan formula isotonik dapat dimulai
dengan jumlah keseluruhan sesuai yang dibutuhkan sejak hari pertama,
sedangkan formula hipertonik dimulai setengah dari jumlah yang dibutuhkan pada
hari pertama.
Pemberian formula enteral secara bolus feeding sebaiknya diberikan dengan
tenang, kurang lebih selama 15 menit, dan diikuti dengan pemberian air 25-60 ml
untuk mencegah dehidrasi hipertonik dan membilas sisa formula yang masih
berada di feeding tube. Formula yang tersisa pada sepanjang feeding tube dapat
menyumbat feeding tube, sedangkan yang tersisa pada ujung feeding tube dapat
tersumbat akibat penggumpalan yang disebabkan oleh asam lambung dan protein
formula
Keuntungan:
kualitas hidup
Dapat memfasilitasi transisi ke asupan oral
Menghindari penggunaan peralatan yang mahal
Kekurangan:
pompa-dikendalikan makan
Risiko tertinggi aspirasi, refluks, distensi abdomen, diare dan mual
a) Continous Feeding :
Pemberian formula enteral dengan cara continuous drip feeding dilakukan
dengan menggunakan infuse pump. Pemberian formula enteral dengan cara ini
diberikan dengan kecepatan 20-40 ml/jam dalam 8-12 jam pertama, ditingkatkan
secara bertahap sesuai dengan kemampuan toleransi anak. Volume formula yang
diberikan ditingkatkan 25 ml setiap 8-12 jam, dengan pemberian maksimal 50100 ml/jam selama 18-24 jam. Pemberian formula enteral dengan osmolaritas
isotonik (300 mOsm/kg air) dapat diberikan sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan, sedangkan pemberian formula hipertonis (500 mOsm/kg air) harus
21
dimulai dengan memberikan setengah dari jumlah yang dibutuhkan.
Pada kasus
pemberian formula yang tidak ditoleransi dengan baik, konsentrasi formula yang
diberikan dapat diturunkan terlebih dahulu dan selanjutnya kembali ditingkatkan
secara bertahap.
Pemberian formula enteral yang telah disiapkan tidak boleh diberikan lebih
dari 4-8 jam, dan harus digantikan dengan formula enteral yang baru. Bahan
sediaan yang telah dibuka, sebaiknya disimpan di dalam refrigator dan tidak
digunakan kembali setelah 24 jam.
Keuntungan:
kebutuhan gizi
Toleransi gastrointestinal yang lebih baik karena tingkat pakan rendah
Kontrol yang lebih baik dari kadar glukosa darah akibat masukan
karbohidrat terus menerus
Kekurangan:
Lampiran fisik untuk aparat makan (dapat mempengaruhi kualitas hidup)
Beban peralatan (pompa dan memberikan set)
b) Intermitten :
Nutrisi enteral dihentikan untuk jangka waktu 4-16 jam baik siang hari atau
di malam hari. Semakin pendek periode makan, semakin tinggi tingkat mungkin
perlu untuk memenuhi kebutuhan pasien. Cocok untuk pompa dan gravitasi tetes.
Keuntungan:
o
kualitas hidup)
Memungkinkan istirahat untuk kegiatan fisik, untuk pemberian obat yang
tidak sesuai dengan feed, dan mendorong asupan oral jika berlaku.
Berguna dalam transisi dari terus-menerus untuk makan bolus, atau dari
risiko
aspirasi
jika
sulit
untuk
mempromosikan
motilitas
gastrointestinal
yang
normal
dan
Kekurangan:
Dibandingkan dengan makan terus menerus, tingkat infus yang lebih tinggi
diperlukan untuk memberikan volume yang sama pakan. Hal ini dapat lebih
ditoleransi, dengan risiko yang lebih tinggi dari masalah seperti refluks,
aspirasi, distensi abdomen, diare dan mual.
(DAA, 2011 dan Gurnida, 2010)
22
Sumber : DAA, 2011
dan
jejunustomy
diberikan
untuk
pasien
yang
memiliki
gangguan
makanan
pertama
kira-kira
40-50
ml/
jam
kemudian
yang
intermiten).
Ini
berkonsistensi
bervariasi
tinggi
antara
(seperti
pasien
dalam
individu
bolus
dan
atau
rejimen.
makan
Untuk
mencapai 10-30 mL/jam setiap 4-8 jam. Makan terus menerus pada tingkat
yang dikontrol biasanya diperlukan karena kurangnya kapasitas di usus kecil.
makanan dapat ditoleransi pada tingkat setinggi 100-120mL / jam. Beberapa
pasien mungkin memiliki toleransi yang lebih tinggi dari tingkat, selain itu
mungkin mengalami distensi abdomen atau ketidaknyamanan. Air steril harus
digunakan untuk flushing selang.
c. Gastrotomy / PEG
Pemberian pertama seperti nasogastric, kemudian ditingkat juga seperti
nasogastric. Setelah penyisipan makan melalui gastrostomy atau jejunostomy,
percobaan
pemberian
air
kadang-kadang
digunakan
untuk
memeriksa
bisa dimulai (biasanya dalam waktu 24-48 jam setelah pemasangan); ini
tergantung pada prosedur bedah (Dietitian Association of Australia, 2011)
Nasogastric
Gastrostomy
Jejunostomy
: continous feeding
24
Sumber : American Dietetic Association, 2006
25
Formula blender: Memberikan kurang lebih 1 kkal/ml dan 16% jumlah kalori
yang diberikan oleh formula tersebut berasal dari protein. Formula ini
dibuat dari makanan biasa, seperti daging, susu, buah dan sayur yang
diblender sehingga memiliki konsistensi cair.
Formula tinggi kalori: Memberikan 1,5-2 kkal/ml dan 14-17% kalori berasal
dari protein. Contoh: Magnacal dan Deliver 2.0.
Formula tinggi protein: Memberikan 1-2 kkal/ml dan lebih dari 16% kalori
berasal dari protein. Formula ini rendah sisa. Contoh: Isocal HN, Osmolite
HN.
Formula
yang
diperkaya
serat:
Memberikan
1-1,5
kkal/ml
dan
c. Formula khusus, yaitu formula yang secara khusus diberikan untuk penyakitpenyakit spesifik, seperti gagal ginjal, gagal hati.
d. Formula modular, yang terdiri dari penyiapan formula yang tersedia di
perdagangan.
Dalam kasus ini menggunakan jenis formula polimeric standart karena
26
pasien tidak mengalami masalah GIT dan tidak ada kondisi kondisi adanya
penyakit khusus.
(Ansel, 2004; Hartomo, 2004; Trive, 2005)
dalam
keadaan
menurun.
Pada
tidak
fase
ini
sadarkan
diberikan
diri
atau
makanan
Karena pasien mengalami disfagia, maka harus melihat hasil monen tes
menelan. Bila hasil monev pasien masih menunjukkan adanya disfagia, makanan
diberikan bertahap sebahai gabungan makanan NPO, peroral dan NGT sebagi
berikut :
a. NPO
b. bagian peroral (semipadat) dan bagian melalui NGT
c. bagian peroral (bentuk semi padat) dan bagian melalui NGT
d. Diet peroral (bentuk semi padat dan semi cair) dan air melalui NGT
e. Diet peroral lengkap dalam cair, saring, lunak dan biasa (Almatsier, 2004)
8. Indikator
yang
digunakan
untuk
menentukan
perubahan
bentuk
b. Derajat disfagia yang dinilai dengan skala dari American Speech-LanguageHearing Association (ASLHA) sebagai berikut:
Level
o Level 0
Keterangan
o Pasien tidak dapat diperiksa
o Proses menelan tidak fungsional
o Proses menelan yang lambat,
o Level 1
o Level 3
nutrisinya,
namun
sempurna
o Terjadi gangguan menelan yang
mengakibatkan
dapat
makan
diperlukan
o Level 4
pasien
tidak
sehingga
pengawasan
dalam
proses makan
o Proses
menelan
fungsional,
walaupun
teknik
masih
menelan
fungsional,
walaupun
masih
kadang
timbul kesulitan.
o Level 5
o Level 6
o Level 7
28
c. Kesadaran
Jika tidak sadarkan diri atau kesadaran menurun maka diberikan parenteral
dan di lanjutkan enteral.
d. Keseimbangan cairan
Dalam memberikan cairan melalui intravena dan melalui makanan enteral
harus diperhatikan dari makanan transisi yang diberikan kepada pasien. selain
itu, juga harus diperhatikan dalam memberikan cairan melalui oral untuk
membersihkan pipa untuk menyalurkan makanan enteral (Setyopranoto, 2010)
(Dietitian Association of Autralia, 2011).
e. Terapi untuk disfagia ada banyak jenisnya. salah satunya adalah sEMG
Biofeedback. indikator yang diukur sebagai outcome dari terapi ini adalah
perubabahan pada intake oral dan jumlah sesi terapi yang dilaksanakan.
kemampuan menelan tiap individu diukur menggunakan Functional Oral Intake
Scale (FOIS), ada 7 skala, yaitu :
o
Level 6: total diet oral dengan konsistensi multipel tanpa persiapan khusus
tapi dengan pembatasan makana spesifik
29
o
o
Evaluasi pasien yang diberikan makanan enteral yang berisiko aspirasi. (A)
Menjaga posisi tidur pasien dengan meninggikan tempat tidur sekitar 30-45
setiap saat selama pemberian makanan enteral.(A)
Jika memungkinkan, gunakan pipa berdiameter yang besar untuk 1-2 hari
pertama pemberian makanan enteral dan mengevaluasi residu lambung
menggunakan jarum suntik setidaknya 60 ml. (A)
Periksa residu lambung setiap 4 jam selama 48 jam pertama pada makan
pasien. Setelah makanan enteral tercapai pada tingkat tinggi dan / atau pipa
diganti dengan sump bore tube yang kecil, lalu dilakukan pemantauan residu
lambung mungkin akan menurun setiap 6-8 jam pada pasien sakit yang tidak
kritis. (C)
Namun, setiap 4 jam dilakukan pengukuran pada pasien sakit kritis. (B)
Jika
GRV
adalah>
250
mL
setelah
cek
sisa
lambung
kedua,
lalu
dan
Apabila pada pasien anak dalam kondisi akut yang menerima drip kontinyu,
GRV dapat diperiksa setiap 4 jam dan jika volume lebih besar dari
sebelumnya maka dilihat 1/2 jam . Jika menggunakan yang bolus, kemudian
GRV dapat diperiksa sebelum makan selanjutnya dapat dipantau terus
sampai kondisinya baik (C)
(Bankhead, R. et. al. 2009)
31
A. KESIMPULAN
1. Gambaran umum dari stroke kiri dan stroke kanan?
a. Patofisiologi penyakit
Penimbunan lemak yang terjadi secara lambat di arteri (plak), sehingga
memblokir/menghalangi aliran darah ke jaringan. Penyebab lain dari stroke
adalah terbentuknya bekuan darah (trombus) yang melekat pada dinding
arteri dan menyebabkan sumbatan leih berat. Bila tombus terlepas dari
dinding arteri dan ikut terbawa aliran darah menuju arteri lebih kecil dan
menyebabkan sumbatan (emboli). Hal inilah yang menyebabkan aliran darah
ke otak berkurang.
b.Sign/symptom penyakit
Tanda dan gejala stroke berdasarkan letak terjadinya pendarahan
o
o
ataksia
Sindrom arteri basiler : quadriplegi, kelemahan otot pada wajah, lidah
dan faring
pendarahan hebat,
trombotik thrombocytopenic purpura (TTP),
reaksi alergi,
32
Tidak ada interaksi obat dan makanan dari plavix, namun terdapat interaksi
obat dan herbal, seperti bawang putih, ginkgo biloba, jahe, teh hijau.
c. Aggrenox
o efek samping ringan:
sakit kepala,
sakit perut,
diare,
Mempercepat ksembuhan
Cegah komplikasi
Pertahankan cairan dan elektrolit
Memenuhi kebutuhan gizi dengan pemberian makan yang cukup
c. Prinsip
Rendah kolesterol
d. Syarat
1) Zat gizi Makro
o Energi = 1828,64kal (rosmalina 2011)
o Karbohidrat 60% = 274,3 gr
o L emak 20 %
= 40,63 gr
o Protein 20%
= 91,4 gr
o Kolesterol dibatasi : <300mg
o Serat cukup untuk menghindari konstipasi sebesar 25
gram per hari
2) Mikronutrient
o Vitamin B6 40 mg, vitamin B12 50 mg, asam folat 500mg
untuk mencegah terjadinya hiperhomosisteinemia dan kerusakan
endotel lebih lanjut (Wahyuningsih, 2013).
o B12 500 mcg, asam folat 500, zinc 10mg, vitamin K 6580mcgr, 40mg vitamin B6. Antintioksidan (cepat rekonstruksi dan
neuro protection), vitamin e 100 mg, vitamin C 75, vit a 700-900mcg
untuk homosistein
polimerik.
6) Rute pemberian
7) Jenis pemberian
8) Volume pemberian
: Bolus feeding
: Karena metode makanan yang diberikan
melalui bolus makan setiap kali pemberian makan diberikan 250 mL.
Dengan densitas (1.2) = 1828,64/1,2 = 1523,9 cc dan frekuensi
pemberian 250ml / sekali pemberian sehingga dalam sehari ada 6x
pemberian
6.
b) Continous Feeding :
c) Intermitten :
Jalur pemberian makanan enteral
Ada 4 jalur utama pemberian makanan enteral yaitu :
o
o
o
o
Nasogastric
Gastrostomy
Jejunostomy
: continous feeding
B. REKOMENDASI
Skenario klinik pada week 8 ini mampu mengingatkan kembali dan memberikan
35
DAFTAR PUSTAKA
Gangguannya.
38.Hamilton Health Scince And St. Josephs Healthcare. 2007. Medication Information
Card.
39.Setyopranoto, Ismail. 2011. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. CDK 185 Vol 38
40.Gaby, R. Aland and The Health Note. 2006. A-Z Guide to Drug-Herb-Vitamin
Interaction Revised and Expanded 2nd Edition. Healthnotes Publisher. New York
41.Nastiti, Dian. 2012. Gambaran Faktor Resiko Kejadian Stroke Pada Pasien Stroke
rawat Inap di Rumah Sakit Krakatau Medika Tahun 2011. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Masyarakat. Universitas Indonesia, Depok.
42.Food
To
Avoid
When
Taking
Plavix.
(Online)
(http://www.livestrong.com/article/329292-foods-to-avoid-when-taking-plavix/
Diakses tanggal 26 April 2015)
43.Aggrenox And Alcohol. (Online). (http:www.drugs.com/food-interactions/aspirindipyridamole-aggrenox.html Diakses Tanggal 26 April 2015)
44.Siahaan, Elfrina. 2012. Analisis Diet Stroke pada Pasien Rawat Inap di RSUD
Doloksanggul Tahun 2011. Medan :USU
45.Rosmalina, Yuniar. 2011. Perbandingan Perhitungan Energi Basal dan Energy
Expenditure pada Lansia. Jakarta : Litbang Kemenkes RI
46.Jeremy, Powel Tuck dan Hennesy. 2003. A Comparison of MUAC, BMI and Weight
Loss as Indices of Undernutrition in Acutely Hospitalized Patients. [online] dari
www.ncbi.nim.nih.gov [25 April 2015]
47.Mulyatsih, MG Enny. 2009. Pengaruh Latihan Menelan terhadap Status Fungsi
Menelan Pasien Stroke dengan Disfagia. Depok : I
48.Bay Area. 2013 Modified Barium Swallow Study. Bay Area Medical Center
49.Logemann, Jery A. 1984. Evaluation and Treatment of Swallowing Disorder.
Evansten : Northwestern Uiversity
50.Crary, Michael dkk. 2004. Functional Benefits of Dysphagia Therapy Using
Adjunctive sEMG Biofeedback. USA : University of Central Florida
51.BPOM. 2009. Potensi Interaksi OBAT Clopidogrel dan Obat Golongan Proton Pump
Inhibitors
52.Makola, Diklar M.D., MPH, Phd. 2005. Elemental and Semi-Elemental Formulars :
Are They Superior to Polymeric Formulas?. Nutrition Issues in Gastroenterology
Series #34.
53.Sir Michael Brady, Prof., FRS., FREng. 2004. Basic of MRI. Department of
Engineering Science Oxford University.
38
54.Rista D. Soetikno, Dr., Sp.Rad (K), M.Kes. 2007. Pencitraan Dysfagia. Bagian
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran/RSUP dr. Hasan Sadikin
55.Continuing Medical Implementation. 2009. Plavix patient information sheet.
Www.outoolbox.com
39
TIM PENYUSUN
A. KETUA
RACHMI FARICHA
(125070301111005)
B. SEKERTARIS
(125070301111002)
C. ANGGOTA
WANDA VEMITA
REDY AMUKTI
RUDI NURYADI
(145070309111036)
(145070309111037)
(145070309111038)
(125070300111043)
(125070300111050)
(125070302111001)
(125070307111002)
D. FASILITATOR
E. PROSES DISKUSI
1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI
41