Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perubahan ekonomi yang semakin pesat mendorong
industri mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal penjualan produk
(Hariyanto, 2009). Adapun tujuan dari pemasaran adalah membuat penjualan atau
pemanfaatan produk yang sebesar-besarnya (Supriyanto, 2010).
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk
menarik perhatian, pembelian, penggunaan dari konsumen (Sampurno, 2009). Ada
tiga jenis produk obat yang dipasarkan oleh perusahaan farmasi, yaitu obat paten,
obat branded generic dan obat generik. Obat paten adalah obat yang memiliki
kandungan zat aktif yang dilindungi oleh Undang-Undang hak paten. Obat yang
telah habis masa patennya akan diproduksi dan dipasarkan dengan nama dagang
yang disebut obat branded generic. Sedangkan obat generik adalah obat yang
diproduksi dan dipasarkan dengan menggunakan nama kimia atau INN
(International Non-proprietary Name) (Wibowo, 2009). Penggunaan obat generik
di Amerika Serikat sekitar 50% dari seluruh resep yang ada. Sementara di
Indonesia, Negara yang memiliki tingkat perekonomian lebih rendah, obat generik
hanya mempunyai pasar sekitar 7% (Wibowo, 2009). Penggunaan obat branded
generic yang melebihi penggunaan obat generik di masyarakat dapat dipengaruhi
oleh strategi pemasaran obat tersebut (Sampurno, 2009).
Obat generik dan obat branded generic sebagai suatu produk, dalam sektor
pemasaran dapat dilihat dari tiga lapisan yaitu, core product, actual product, dan
augmented product. Ketiga lapisan produk ini dapat mempengaruhi kepuasan
pasien dalam menggunakan suatu produk. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat
perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan dan
produk yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang
diharapkannya (Pohan, 2004). Setiap konsumen memiliki keinginan dan harapan
yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya. Bila kebutuhan dan harapannya
terpenuhi maka konsumen akan menjadi puas (Supriyanto, 2010).
Pengukuran tingkat kepuasan pasien dalam penggunaan suatu produk obat
dapat dilakukan dengan cara membandingkan kedua jenis produk obat (generik
dan branded generic) yang telah digunakan pasien (Pohan, 2004). Salah satunya
adalah dengan pengukuran kepuasan pasien terhadap penggunaan kaptopril
generik dan kaptopril branded generic. Kaptopril digunakan secara luas untuk
menangani hipertensi terkait dengan efeknya dalam mengontrol tekanan darah
pasien dan kemampuannya dalam mencegah penyakit komplikasi yang
disebabkan oleh hipertensi.
Kaptopril termasuk obat lini pertama dalam penanganan hipertensi.
Penggunaan kaptopril jangka panjang dikaitkan dengan efek sampingnya yang
rendah dan memiliki tingkat toleransi yang baik serta risiko efek samping yang
rendah. Selain untuk penanganan hipertensi, kaptopril dapat digunakan untuk
penanganan hipertensi dengan penyakit yang lain, misalnya hipertensi dengan
diabetes melitus, hipertensi dengan gangguan ginjal kronik, atau hipertensi
dengan penyakit jantung. (Gunawan, 2007).
Salah satu peran farmasi di rumah sakit berdasarkan standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit adalah menjamin penggunaan obat yang sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien (DirJen BinFar dan Alkes,
2006). Untuk mencapai tujuan penggunaan obat tersebut, seorang farmasis dapat
mengganti obat dengan persetujuan dokter dan/atau pasien. Salah satunya adalah
dengan menggunakan produk generik untuk pasien yang membutuhkan terapi
jangka panjang sehingga dapat meringankan beban pengobatan pasien. Dalam
melakukan penggantian jenis obat, tingkat kepuasan pasien juga merupakan salah
satu faktor yang patut dipertimbangkan. Untuk itu perlu dilakukan suatu
penelitian mengenai
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah: untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna obat kaptopril generik dan
kaptopril branded generic pada pasien umum penderita hipertensi rawat jalan di
Badan Rumah Sakit Umum Tabanan.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Penulis
dapat
mengevaluasi
kepuasan
pasien
terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk
umumnya terlebih dahulu dari actual product yang memberikan banyak informasi
kepada mereka mulai dari nama produsen, brand produk dan kemasannya
(Sampurno, 2009).
2.1.3 Augmented Product
Lapisan ketiga adalah augmented product yang memberikan layanan dan
benefit yang lebih spesifik dan berbeda kepada konsumen. Costumer relationship
management merupakan salah satu dari augment product yang dapat membina
komunikasi dan hubungan dengan konsumennya dengan layanan yang prima
(Sampurno, 2009).
2.2
Obat
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh
semua makhluk hidup untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah,
meringankan, dan menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2005). Menurut
pengertian umum obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang dapat
menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia (Katzung,
2001). Berdasarkan konteks pemasaran obat dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok yaitu:obat paten, obat branded generic, dan obat generik (Sampurno,
2009).
2.2.1
Obat Paten
Obat paten adalah obat yang memiliki kandungan zat aktif yang dilindungi
oleh Undang-Undang tentang paten. Pemilik obat paten mempunyai hak eksklusif
untuk memproduksi dan memasarkan obat patennya. Pihak lain baru boleh
memproduksi jika mendapat persetujuan atau izin dari pemilik paten tersebut.
Paten dalam hal ini biasanya berupa bahan aktif, proses teknologi dan klaim
khasiatnya. Masa berlakunya hak paten dapat berbeda antara negara yang satu
dengan negara yang lain, namun pada umumnya berkisar sekitar 20 tahun.
Meskipun demikian, perkembangan dan kemajuan teknologi dalam realitasnya
secara efektif dapat mempercepat masa berlakunya hak paten tersebut karena
hanya dalam waktu beberapa tahun akan ada penemuan-penemuan baru yang
lebih baik (Sampurno, H. 2009).
2.2.2 Obat Branded Generic
Obat branded generik adalah obat yang telah habis masa hak patennya (off
patent) yang diproduksi dan dipasarkan dengan nama dagang. Sebagian besar
Negara yang sedang berkembang memproduksi obat branded generik atau disebut
juga obat me too. Mereka tidak dapat memproduksi obat paten karena biaya
R&D (Research and Development) sangat mahal dan memerlukan kapabilitas
penelitian dengan dukungan teknologi modern yang mahal (Sampurno, H. 2009).
2.2.3 Obat Generik
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia dan INN (International Non-proprietary Names) dari WHO
untuk zat kimia yang dikandungnya. Nama generik ialah nama umum atau nama
resmi yang dipakai dan dikenal di seluruh dunia. Tujuan pemberian nama generik
ialah untuk memberikan pengertian yang sama pada semua orang terhadap suatu
zat kimia tertentu sehingga beribu-ribu zat kimia dapat dibedakan dengan jelas.
Dengan demikian, membedakan di antara obat-obat generik akan lebih mudah
walaupun
diproduksi
oleh
pabrik
yang
berlainan,
Kepuasan Pasien
Pasien adalah makhluk bio-psiko-sosio-ekonomi-budaya. Seorang pasien
10
Pasien baru akan merasa puas apabila produk yang diperolehnya sama atau
melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien
akan muncul apabila produk yang diperolehnya tidak sesuai dengan harapannya
(Pohan, 2004). Kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien
yang lebih banyak dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia). Pasien loyal
adalah sarana promosi yang murah, memiliki pasien loyal akan meningkatkan
daya jual institusi (Supriyanto, 2010).
2.3.1
Harapan
Harapan adalah keinginan akan produk atau jasa tertentu yang bersifat
Persepsi
Persepsi atau yang di masyarakat disebut kenyataan merupakan proses
akhir dari pengamatan yang diawali pleh proses pengindraan, yaitu proses
diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian diteruskan ke otak yang
diorganisasikan dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Dengan persepsi
11
2.
3.
12
2.4
Hipertensi
Hipertensi atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah sistolik seseorang 140 mm Hg dan atau tekanan
darah diastolik 90 mm Hg (JNC-7, 2004). Ada hipertensi yang tidak diketahui
sebabnya (hipertensi esensial) dan hipertensi sekunder dengan sebab yang jelas,
misalnya penyakit ginjal, penyakit renovaskular, berbagai penyakit endokrin, dan
obat-obatan (Rahardjo, 2008). Klasifikasi hipertensi oleh JNC-7 2004, untuk
pasien dewasa (umur 18 tahun) adalah berdasarkan rata-rata pengukuran dua
tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC-7 2004
SBP/DBP
Kategori JNC 7
<120/80
Normal
120-139/80-89
Prehipertensi
140-159/90-99
Hipertensi Stadium 1
160/110
Hipertensi Stadium 2
SBP: Sistolic blood presure; DBP: Diastolic blood Presure; JNC 7: The Seventh of Joint National
Comitee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure.
2.4.1 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
sistem renin angiotensin-aldosteron (SRAA), sistem saraf simpatik dan
parasimpatik, serta faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi
oleh sel endotel pembuluh darah (Gunawan, 2007). Mekanisme terjadinya
hipertensi pada SRAA adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis
13
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I, oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan penting dalam menaikkan tekanan darah dengan
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan
hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Aldosteron
menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal sehingga menyebabkan volume
darah meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat (Gunawan, 2007).
2.4.2 Komplikasi Hipertensi
Hipertensi lama atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa
kerusakan organ (jantung, otak, ginjal, mata, pembuluh darah perifer). Pada
jantung dapat terjadi hipertropi ventrikel kiri sampai gagal jantung, pada otak
dapat terjadi stroke karena pecahnya pembuluh darah serebral, pada ginjal dapat
menyebabkan penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal, pada mata dapat terjadi
retinopati hipertensif berupa bercak-bercak perdarahan pada retina dan edema
pupil. Selain itu, hipertensi juga merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosis
dengan akibat jantung koroner (angina pektoris sampai infark miokard dan stroke
iskemik). Pengendalian berbagai faktor risiko pada hipertensi sangat penting
untuk mencegah komplikasi kardiovaskuler. Faktor yang dapat dimodifikasi
adalah tekanan darah (Gunawan, 2007).
2.4.3 Penatalaksanaan Terapi
Strategi pengobatan hipertensi harus dimulai dengan perubahan gaya
hidup (non farmakologis). Modifikasi gaya hidup dapat mengurangi berlanjutnya
tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah
14
prehipertensi. Selain dapat menurunkan tekanan darah, perubahan gaya hidup juga
terbukti meningkatkan efektivitas obat antihipertensi dan menurunkan risiko
penyakit kardiovaskuler. Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan tekanan
darah adalah mengurangi kebiasaan merokok, mengurangi berat badan untuk
individu yang gemuk, dan mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to
Stop Hypertension) (Gunawan, 2007). Sedangkan untuk terapi farmakologi dapat
digunakan obat-obat golongan Diuretik, Beta Blocker, Alpha Blocker, ACE
Inhibitor, Angiotensin Reseptor Blocker, dan Calcium Channel Blocker.
2.5
Kaptopril
Kaptopril merupakan salah satu obat Hipertensi golongan Angiotensin-
15
sehingga sangat baik untuk hipertensi pada diabetes, dislipidemia, dan obesitas.
Obat ini juga sering digunakan untuk mengurangi proteinuria pada sindrom
nefrotik dan nefropati DM. Selain itu kaptopril juga sangat baik untuk hipertensi
dengan hipertrofi ventrikel kiri dan penyakit jantung koroner (Gunawan, 2007).
Beberapa brand name kaptopril adalah Capoten, Acendril, Casipril,
Farmoten, Metopril, Otoryl, Praten, Scantesin, Tensicap, Tensobon,
Vapril, dan lain-lain.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional
Alat Penelitian
Alat penelitian adalah kuesioner tertutup yang disusun berdasarkan tiga
lapisan produk yaitu core product, actual product, dan augment product.
Kuesioner yang disebarkan menggunakan skala Likert untuk memperoleh data
kuantitatif (Sampurno, 2009). Sebelum digunakan sebagai alat penelitian,
kuesioner dicobakan pada 30 responden penelitian, untuk menguji validitas dan
reliabilitasnya. Pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi syarat akan diikutsertakan
sebagai alat penelitian, sedangkan pernyataan-pernyataan yang tidak memenuhi
syarat akan digugurkan.
16
17
3.4
Prosedur Penelitian
Skor
4
3
2
1
18
mengukur
validitas
suatu
instrumen
dapat
dengan
r=
N
N
i 1
X i2
X
N
i 1
X iYi
N
i 1
N
i 1
X i iN1Yi
N
i 1
X i2
N
i 1
Xi
................................(1)
Keterangan:
r : koefesien korelasi produk moment
n : jumlah responden
x : skor tiap pertanyaan
y : skor total
Tingkat
validitas
dapat
dilihat
dengan
membandingkan
nilai
19
2. Uji reliabilitas
Hasil penelitian yang reliabel adalah jika terdapat keseragaman data
jika digunakan pada waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang
sama, akan menghasilkan data yang seragam.
Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan metode one shot (sekali
ukur). Kriteria pengujian adalah jika nilai Cronbach Alpha hitung >0,6, maka
instrumen yang diuji tersebut dapat dinyatakan telah reliabel dan memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai alat pengukur analisis , dimana nilai
Cronbach Alpha dapat dihitung dengan rumus:
K S x2 S i2
....................................................................................(2)
S x2
K 1
S
2
x
x x
x
x i
N
n 1
Keterangan :
K = jumlah pertanyaan
S x2 = variansi skor total
S i2 = total variansi butir (Sugiono, 2010)
3.4.3 Populasi dan Penentuan Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan yang menderita
penyakit hipertensi di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan, Kabupaten Tabanan
tahun 2010-2011. Sampel adalah pengguna obat kaptopril generik dan kaptopril
branded generik yang diambil berdasarkan teknik purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
20
(Sugiyono, 2010). Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pasien rawat jalan penderita hipertensi yang menggunakan kaptopril di Badan
Rumah Sakit Umum Tabanan, Kabupaten Tabanan.
2. Pernah menggunakan obat kaptopril generik dan kaptopril branded generic.
3. Sedang menunggu obat di Instalasi Farmasi Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan, Kabupaten Tabanan pada waktu penelitian berlangsung yaitu pada
jam kerja Instalasi Farmasi,
4. Merupakan pasien umum.
5. Berusia >18 tahun dengan pendidikan minimal SMA.
6. Lolos pertanyaan skrining.
7. Bersedia mengisi kuesioner dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan tabel (lampiran 3) yang dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
Z 2 xPxQ
................................................................................................(3)
d2
(1,96) 2 0,5 0,5
N
0,14 2
N
N = 49
Keterangan:
n
: jumlah sampel minimal
Z
: deviat baku alfa
P
: proporsi kategori variable yang diteliti
Q
:1P
d
: presisi (Dahlan, 2009)
21
Data penelitian
Data yang dikumpulkan merupakan data primer melalui pengamatan
secara one shot dengan penyebaran kuesioner yang terdiri dari kuesioner harapan
dan persepsi pasien. Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif/numerik
dengan skala interval. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada
pasien yang memenuhi kriteria inklusi untuk menjadi sampel penelitian
(Antari,2011). Kuesioner disusun berdasarkan tiga lapisan produk yaitu core
product, actual product, dan augment product. Penentuan sampel dilakukan
dengan metode purposive sampling (Sampurno, 2009).
3.6
Analisis Data
Analisis data penelitian:
22
Klasifikasi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Klasifikasi
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
4. Uji Beda
Uji beda dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang
signifikan dari harapan dan persepsi pasien. Sebelum dilakukan uji beda,
dilakukan uji normalitas untuk menguji apakah data uji mempunyai distribusi
normal atau tidak. Kriteria yang digunakan dalam tes ini adalah dengan
membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha
23
24
3.7
Skema Penelitian
Penyebaran kuesioner
untuk uji validitas dan
reabilitas
Uji validitas dan reabilitas
Pengambilan data
penelitian
Analisis data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tingkat kepuasan pasien terhadap penggunaan obat kaptopril
generik dan kaptoril branded generic pada penderita hipertensi di BRSU Tabanan
dilakukan untuk melihat tingkat kepuasan pasien terhadap penggunaan obat
kaptopril generik dan kaptopril branded generic. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 17 pernyataan. Kuesioner yang
digunakan disusun berdasarkan tiga lapisan produk yaitu core product, actual
product, dan augmented product. Sebelum digunakan, kuesioner dikonsultasikan
kepada para profesional kesehatan (dokter dan apoteker). Hal ini bertujuan untuk
meminta masukan serta untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut sudah layak
disebarkan kepada responden. Setelah itu, kuesioner dilakukan uji validitas dan
reliabilitasnya untuk mengetahui apakah semua pernyataan sudah valid dan
reliabel untuk digunakan dalam penelitian. Pengujian validitas dan reliabilitas
dilakukan pada 30 responden. Hasil yang diperoleh dari uji validitas dan
reliabilitas menunjukkan bahwa seluruh pernyataan valid dan reliabel. Sehingga
tidak ada pernyataan yang harus digugurkan dalam kuesioner tersebut.
4.1 Gambaran Karakteristik Responden
Data yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari 49 responden yang
telah memenuhi kriteria inklusi. Analisis karakteristik responden dalam penelitian
ini dilakukan untuk menjelaskan gambaran responden yang dibedakan
berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan.
25
26
Karakteristik Responden
Jumlah
Persentase (%)
12 orang
31 orang
6 orang
25%
63%
12%
24 orang
25 orang
49%
51%
10 orang
3 orang
7 orang
24 orang
5 orang
21%
6%
14%
49%
10%
7 orang
15 orang
9 orang
11 orang
4 orang
3 orang
4%
31%
18%
23%
8%
6%
Usia
18-30 tahun
31-50 tahun
> 50 tahun
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Pendidikan
SMA
D1
D3
S1
S2
Pekerjaan
Mahasiswa
Wiraswasta
Pegawai Swasta
PNS
Guru
Dosen
adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan
berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (Behrman, 2000). Responden
dengan jumlah paling banyak adalah responden yang berusia 31-50 tahun. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hipertensi cenderung dialami oleh
27
responden yang berusia diatas 30 tahun (Dalimartha, 2008). Responden diatas usia
50 tahun seharusnya diperoleh dalam jumlah yang lebih banyak. Namun karena
penelitian ini membutuhkan adanya kerja sama dengan responden, jumlah
responden diatas usia 50 tahun diperoleh hanya sedikit. Hal ini disebabkan karena
responden pada usia tersebut lebih susah untuk diajak bekerja sama, dalam hal ini
adalah bekerja sama untuk mengisi kuesioner.
Jumlah responden pria dalam penelitian ini adalah 24 orang (49%) dan
jumlah responden wanita adalah 25 orang (51%). Jika dilihat dari data tersebut,
jumlah responden pria dan wanita tidak berbeda jauh. Hal ini menunjukkan baik
pria maupun wanita memiliki risiko terserang hipertensi. Pada umumnya pria
lebih rentan terserang hipertensi dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan karena
wanita memiliki proteksi dari adanya hormon estrogen. Hormon estrogen
berfungsi dalam meningkatkan kadar HDL di dalam tubuh. Kadar kolesterol HDL
yang tinggi dapat mencegah terjadinya aterosklerosis yang merupakan penyebab
terjadinya hipertensi (Tambayong, 2000). Selain itu, pola hidup pria yang kurang
sehat seperti, merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat pula menjadi pemicu
terjadinya hipertensi. Jumlah responden wanita yang tidak jauh berbeda dari
responden pria pada penelitian ini dapat disebabkan apabila ditilik dari faktor usia,
ada kemungkinan responden wanita ada yang telah mengalami menopause yang
akan meningkatkan risiko hipertensi.
Pekerjaan dan tingkat pendidikan umumnya akan mempengaruhi persepsi
dan harapan seseorang terhadap suatu produk, sehingga nantinya akan
mempengaruhi tingkat kepuasan dari konsumen. Seseorang dengan pendidikan
28
tinggi dan memiliki pengetahuan cukup akan semakin kritis dalam menyampaikan
pendapatnya. Responden yang memiliki pengetahuan luas, akan lebih mudah
untuk bekerja sama dalam mengisi kuesioner. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi
jumlah pendapatan seseorang. Pendapatan berpengaruh terhadap daya beli. Daya
beli responden akan berpengaruh pada kepuasannya terhadap suatu produk
kesehatan yang dikehendaki (Trimurthy, 2008). Makin tinggi pendapatan
seseorang, makin tinggi pula daya belinya. Dan makin tinggi pula harapannya
terhadap suatu produk.
4.2 Analisis Tingkat Kepuasan Responden
Analisis tingkat kepuasan responden terhadap penggunaan suatu produk
obat dapat dilakukan dengan perhitungan skor gap. Dalam perhitungan skor gap
ini, tingkat kepuasan responden diperoleh dari skor persepsi dan skor harapan
terhadap masing-masing dimensi yang terdapat pada kuesioner. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa tingkat kepuasan responden ditentukan oleh besarnya gap
antara persepsi dan harapan. Semakin tinggi skor harapan dan semakin rendah
skor persepsi, berarti gap semakin besar (gap negatif). Jika nilai skor gap negatif
artinya produk yang diterima responden masih dibawah dari harapannya.
Sebaliknya, apabila nilai skor gap yang diperoleh menunjukkan nilai positif, maka
produk yang diterima responden sudah sesuai dengan yang diharapkannya
(Irawan, 2003).
29
Lapisan
1
2
3
4
Core
product
5
6
7
8
Rata rata Core
1
2
3
Actual
product
4
5
6
Rata rata Actual
1
Augmented
2
product
3
Rata rata Augmented
Rata rata gap generik
Kuesioner Generik
Skor
gap
Klasifikasi
-0.02*
-0.06*
0.27
0.24
0.39
0.10
0.24
0.22
0.17
0.39
0.12
0.27
0.12
0.18
0.08
0.19
0.22
0.12
0.22
0.19
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
0.18
Pernyataan
Lapisan
1
2
3
4
Core
product
5
6
7
8
Rata rata Core
1
2
3
Actual
product
4
5
6
Rata rata Actual
1
Augmented
2
product
3
Rata rata Augmented
Rata rata gap branded
Sedang
generic
p = 0,650
Skor
gap
Klasifikasi
0.29
0.18
0.31
0.20
0.24
0.22
0.14
0.16
0.22
0.22
0.20
0.29
0.06
0.10
0.16
0.16
0.16
0.35
0.02
0.07
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
0.20
Sedang
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat perbedaan hasil skor gap dari masing-masing
lapisan produk. Pada lapisan core product, nilai skor gap untuk produk branded
generic adalah 0,17 dan untuk produk generik 0,22. Core product merupakan
lapisan yang memenuhi manfaat yang dibutuhkan konsumen saat menggunakan
suatu produk obat (Reid, 2010). Pada lapisan ini, nilai kepuasan responden lebih
terhadap obat generik lebih besar daripada obat branded generic. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa walaupun obat generik memiliki harga yang lebih murah,
namun ternyata produk generik tetap memiliki kualitas yang baik pada
efektifitasnya. Pada lapisan actual product dan augmented product, nilai skor gap
produk branded generic lebih tinggi daripada produk generik. Lapisan actual
product merupakan lapisan yang mencakup tampilan dari suatu produk yang dapat
30
dijadikan sebagai alat pemasaran produk tersebut (Reid, 2010). Sedangkan lapisan
augmented product merupakan lapisan yang mencakup layanan tambahan dari
suatu produk (Lao, 2001). Untuk lapisan actual product, nilai skor gap produk
branded generic 0,19 dan produk generik 0,16. Untuk lapisan augmented product,
nilai skor gap produk branded generic 0,19 dan produk generik 0,07. Nilai
kepuasan responden yang lebih tinggi pada lapisan tersebut, dapat disebabkan
karena produsen obat branded generic mengalokasikan dana yang besar untuk
tampilan produk obatnya. Dana yang besar dapat digunakan untuk memproduksi
produk obatnya agar dapat menarik perhatian konsumen.
Nilai rata-rata total untuk produk branded generic adalah 0,18 dan produk
generik
0,20.
Untuk
melihat
tingkat
kepuasan
responden,
dilakukan
31
produk obat branded generic dan produk obat generik. Hal ini menunjukkan
bahwa walaupun ada beberapa perbedaan antara obat branded generic dan obat
generik tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi kepuasan responden dalam
menggunakan kedua obat tersebut. Kurangnya pengenalan obat generik di
masyarakat dapat menjadi sebab mengapa masyarakat lebih menganggap obat
branded generic lebih efektif dibandingkan obat generik (Wibowo, 2009). Harga
obat generik yang lebih murah membuat masyarakat tidak percaya bahwa obat
generik memiliki kualitas yang sama dengan opbat branded generic. Anggapan ini
sangat merugikan pihak pasien, karena pasien menjadi tidak efisien dalam
membeli obat. Selain itu, peresepan dari dokter yang sering memberi obat branded
generic membuat pasien terbiasa dengen obat branded generic (Spillane, 2010).
Nilai skor gap tertinggi pada keseluruhan pernyataan, dapat digunakan
untuk menunjukkan keunggulan dari suatu produk, dimana persepsi konsumen
jauh melampaui harapannya. Pada produk branded generic, nilai skor gap tertinggi
terdapat pada pernyataan nomor 1 lapisan actual product. Pernyataan tersebut
menjelaskan bahwa pasien merasa produk obat tersebut nyaman saat digunakan.
Hal ini harus dipertahankan produsen. Jika pasien nyaman menggunakan suatu
produk
obat,
maka
hal
ini
akan
meningkatkan
kepatuhannya
dalam
32
33
34
pasien, maka produsen suatu produk obat akan dapat memenuhi kepuasan pasien
dengan baik.
Tabel 4.3 Skor Harapan Responden
Kuesioner Branded generic
Kuesioner Generik
Skor
harapan
Klasifikasi
Pernyataan
1
2
3
4
Core
product
5
6
7
8
Rata Rata Core
1
2
3
Actual
product
4
5
6
Rata rata Actual
1
Augmente
2
d product
3
Rata rata Augmented
3.33*
3.33*
3.08
3.12
3.10
3.31
3.10
3.12
3.19
3.04
3.20
3.18
3.16
3.24
3.20
3.17
3.24
3.22
3.20
3.22
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
1
2
3
4
5
6
7
8
Core
product
1
2
3
4
5
6
Actual
product
1
2
3
Augmente
d product
3.19
Tinggi
Pernyataan
Lapisan
Lapisan
Skor
harapan
Klasifikasi
3.41
3.18
3.14
3.18
3.18
3.18
3.45*
3.10
3.23
3.12
3.08
3.22
3.45*
3.12
3.02
3.17
3.43*
3.43*
3.24
3.37
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
3.23
Tinggi
35
efek samping dari penggunaan suatu obat. Selain itu kemerahan pada kulit dapat
mengganggu aktivitas pasien setiap harinya. Insiden terjadinya kemerahan pada
kulit setelah menggunakan kaptopril cukup besar yaitu 4-7%.
Skor harapan tertinggi untuk produk obat generik terdapat pada lapisan
core, actual, dan augmented product. Pada lapisan core product skor tertinggi
terdapat pada pernyataan nomor 7 yang menyatakan bahwa pasien ingin setelah
mengkonsumsi obat tersebut tidak lagi mengalami susah tidur. Gangguan berupa
susah tidur merupakan hal yang sangat mengganggu bagi pasien. Karena hal
tersebut dapat menyebabkan pasien lelah saat beraktivitas keesokan harinya.
Selain itu, ,menurut literatur kurangnya tidur merupakan salah satu faktor yang
dapat meningkatkan risiko hipertensi (Angkat, 2009). Pada actual product, skor
tertinggi terdapat pada pernyataan nomor 4 yang menyatakan bahwa pasien ingin
obat yang diterima selalu dalam keadaan baik. Serta pada augmented product skor
tertinggi terdapat pada pernyataan nomor 1 dan 2 yang menyatakan bahwa pasien
mengharapkan harga yang terjangkau serta adanya informasi yang lengkap pada
produk obat tersebut. Obat generik merupakan obat yang mendapatkan subsidi
dari pemerintah, sehingga masyarakat menginginkan harga yang terjangkau dari
obat tersebut. Sehingga dapat membantu biaya pengobatannya. Namun, walaupun
pasien membeli obat generik tersebut dengan harga yang lebih murah daripada
obat branded generic, pasien tetap menginginkan kualitas yang baik dari obat
tersebut. Pasien tetap mengharapkan bahwa obat yang mereka terima selalu dalam
keadaan yang baik serta memiliki informasi yang lengkap. Pasien tidak ingin jika
harga yang murah membuat mereka mendapatkan kualitas produk yang buruk.
36
Berdasarkan hasil skor total, diperoleh hasil rata-rata skor total harapan
untuk obat kaptopril branded generic adalah 3,19 dan obat kaptopril generik 3,23.
Jika diklasifikasikan hasil rata-rata skor kedua obat tersebut termasuk dalam
klasifikasi tinggi. Hal ini menunjukkan dalam penggunaan obat generik maupun
obat branded generic responden sama-sama memiliki harapan yang tinggi.
Berdasarkan uji statistik antara harapan terhadap obat branded generic dan obat
generik diperoleh hasil 0,251. Hasil ini menunjukkan tidak ada perbedaan harapan
pasien yang signifikan terhadap penggunaan obat kaptopril branded generic dan
kaptopril generik. Menurut pasien, apapun yang membedakan antara kedua obat
tersebut, pasien tetap menginginkan tercapainya terapi. Pasien tidak ingin adanya
perbedaan antara kedua obat tersebut, membuat mereka mendapatkan hasil yang
berbeda. Berdasarkan uji statistik terhadap persepsi pasien terhadap kedua obat
tersebut diperoleh hasil 0,936. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil yang diterima
pasien dari kedua obat tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini
menjelaskan bahwa produk obat generik dan branded generic mempunyai kualitas
yang tidak berbeda bagi pasien.
Diketahuinya harapan pasien terhadap produk obat, produsen obat dapat
meningkatkan kualitas produksinya. Jadi diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan konsumen terhadap produk obatnya. Hal ini akan sangat
menguntungkan produsen obat dari segi pemasaran obatnya. Produsen obat dapat
bersaing dengan produsen obat lainnya serta dapat meningkatkan daya jual dan
kemampuannya berlaba (Supriyanto, 2010).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
kepuasan pasien umum penderita hipertensi rawat jalan di Badan Rumah Sakit
Umum Tabanan terhadap penggunaan obat kaptopril generik dan kaptopril
branded generic termasuk dalam kategori sedang pada keseluruhan lapisan
produk. Ini berarti tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada
tingkat kepuasan pasien terhadap penggunaan obat kaptopril generik dan kaptopril
branded generic.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan dari penelitian ini maka saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut.
1. Dapat dilakukan penelitian yang sama di daerah lain di Bali selain Kota
Tabanan.
2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat perbandingan antara
persepsi dan harapan pasien terhadap penggunaan obat generik atau obat
branded generic yang lain selain obat kaptopril.
37
38
DAFTAR PUSTAKA
Alving, B.M. 2004. The Seven Report of The join National Committee Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, (cited, 2011
Des,
1).
Available
from:
http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf. p. 12
Angkat, D. 2009. Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan darah Pada
Remaja Usia 15-17 Tahun di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa (Skripsi).
Fakultas Kedokteran-Universitas Sumatra Utara, Medan.
Antari, U. 2010. Perbedaan Harapan dan Persepsi Pasien Rawat Jalan Terhadap
Pelayanan kefarmasian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (Tesis). Program
Pasca Sarjana Fakultas Farmasi-Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Balitbangkes Depkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar, (cited, 2012 Jan, 10).
Available
from:
http://
www.dinkesjatengprov.go.id/download/mi/riskesdas_jateng2007.pdf
Behrman, Kliegman, and Arvin. 2000. In. Samik Wahab (Eds). Ilmu Kesehatan
Anak Nelson Ed. 15. Jakarta: EGC. hal. 1850
Bensley, J.R dan Jodi, B.R. 2003. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat.
Diterjemahkan oleh: Apriningsih dan Nova, S. Jakarta: EGC. hal. 13.
Chandra, B. 2009. Ilmu kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: EGC.
hal. 163.
Dahlan, S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Ed. 5. Jakarta:
Salemba Medika. hal. 36.
Dalimartha, S., Basuri, P., Nova, S., Mahendra, dan Rahmat, D. 2008. Care Your
self, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus. hal. 22.
DirJen BinFar dan Alkes. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas
Terbatas,
(cited,
2012
Jan,
10). Available
from:
http://
ilmufarmasis.files.wordpress.com/2011/03/ph-care-obt-ob.pdf
DirJen BinFar dan Alkes. 2006. Pharmacheutical care untuk Penyakit Hipertensi,
(cited,
2011
Des,
5).
Available
from:
http://
ilmufarmasis.files.wordpress.com/2011/03/ph-care-hipertensi.pdf
Gormer, B. 2008. Farmakologi Hipertensi, (cited, 2011 Des, 1). Available from:
http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/11/hypertensionhosppham.pdf.
39
40