You are on page 1of 4

PELESTARIAN HARA P DAN K MELALUI REKOMENDASI PEMUPUKAN BERDASARKAN

UJI TANAH DI LAHAN SAWAH D.I. YOGYAKARTA


1)

Mulud Suhardjo1), Damasus Riyanto1)., dan Abdul Syukur2)


Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)-Yogyakarta
2)
Peneliti Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta
ABSTRAK

Sejalan dengan pemantapan swasembada beras, penerapan teknologi pemupukan padi sawah semakin penting.
Hal ini disebabkan karena peningkatan produksi erat kaitannya dengan penggunaan pupuk yang semakin meningkat baik
jumlah maupun jenisnya. Namun demikian dalam beberapa tahun terakhir ini swasembada padi mulai terancam, karena
telah terjadi pelandaian produksi padi, peningkatan produksi hanya 0,11%. Saat ini penggunaan pupuk P dan K belum
rasional dan berimbang sehingga pemupukan tidak efisien dan produksi tanaman tidak optimal. Kebutuhan pupuk P
suatu tanaman tergantung status dan dinamika hara yang bersangkutan. Penelitian kalibrasi hara P dan K yang
menghubungkan status dan dinamika hara tersebut di dalam tanah dengan respon tanaman terhadap pemupukan hara P
dapat digunakan untuk menyusun rekomendasi pemupukan yang rasional dan berimbang. Hal ini telah dilaksanakan di
Galur Yogyakarta. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang diulang 3 kali. Adapun
perlakuannya adalah: metode uji tanah dosis pemupukan TSP dan KCl 25; 50; 75; 100 kg/ha; metode petani dosis
pemupukan TSP 50; 100; 150; 200 kg/ha dan KCl 75; 125; 175; 225 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji
korelasi antara produksi gabah kering panen dengan dosis rekomendasi pemupukan terbaik adalah rekomendasi
pemupukan melalui metode uji tanah yaitu sebesar 0,388 di atas rekomendasi lainnya. Hasil GKP mencapai 10 ton/ha
dengan pemupukan 75 kg TSP/KCl per ha. Sedangkan metode petani hanya mencapai 8 ton/ha dengan pemupukan 150
kg TSP dan 175 kg KCl per ha. Di samping itu serapan hara P dan K pada pemupukan melalui uji tanah lebih
sedikit/efisien pada perlakuan tersebut, sehingga terjadi pengawetan hara P dan K dan lingkungan tetap terjaga
kelestariannya.
Kata kunci: pengawetan hara P dan K, uji tanah, rekomendasi pemupukan

PENDAHULUAN
Sejalan dengan pemantapan swasembada beras, penerapan teknologi pemupukan padi sawah
semakin penting. Hal ini disebabkan karena peningkatan produksi erat kaitannya dengan penggunaan pupuk
yang semakin meningkat baik jumlah maupun jenisnya. Namun demikian dalam beberapa tahun terakhir ini
swasembada padi mulai terancam, karena telah terjadi pelandaian produksi padi, peningkatan produksi hanya
0,11% (Sri Adiningsih, 1998).
Penggunaan pupuk secara rasional dan berimbang adalah salah satu faktor kunci untuk dapat
memperbaiki dan meningkatkan produktivitas pertanian lahan sawah. Penggunaan pupuk yang rasional dan
berimbang berati harus memperhatikan kadar unsur hara di dalam tanah, jenis dan mutu pupuk, dan keadaan
pedoagroklimat, juga memperhatikan atau mempertimbangkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
pertumbuhan dan produksi optimal (Price, 1978).
Penggunaan pupuk untuk padi sawah terbukti nyata meningkatkan produksi padi, dimana telah lama
dikembangkan di Jawa dengan program Intensifikasi. Pulau Jawa telah menyumbang produksi padi 60 persen
dari produksi Nasional termasuk Wilayah Yogyakarta. Di Yogyakarta sentra produksi padi adalah di Sleman,
Bantul dan sebagian di Kulon Progo dan Gunung kidul Namun pada akhir-akhir ini produksi padi
menunjukkan kejenuhan berproduksi (pelandaian). Untuk itu telah banyak dikembangkan rekomendasi
pemupukan untuk padi sawah.
Puslittanak Bogor telah mengembangkan rekomendasi pemupukan berimbang berdasarkan uji tanah.
Bahkan telah mengusulkan tindak lanjut implementasi program pemupukan berimbang dengan metoda uji
tanah, dan juga telah menyimpulkan bahwa uji tanah (soil test) merupakan pendekatan terbaik untuk
menyusun rekomendasi pemupukan tanaman pangan (Anonim, 2000). Hal ini telah direspon oleh BPTPYogayakarta dengan melakukan pemetaan status hara P dan K di beberapa kabupaten di D.I. Yogyakarta
Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk P dan K di lahan sawah, dibeberapa kabupaten di
D.I. Yogyakarta telah dibuatkan peta status hara P dan K, namun penggunaa rekomendasi pemupukan P dan
K masih beragam. Menurut Keputusan Menteri Pertanian (SK Mentan Nomor: 01/Kpts/SR.130/1/2006
tanggal 3 Januari 2005) bahwa rekomendasi pemupukan pada lahan sawah harus mengikuti uji tanah.
Makalah ini mengemukakan hasil pengkajian rekomendasi pemupukan P berdasarkan beberapa
metoda untuk menentukan rekomendasi pemupukan hara P dan K untuk tanaman padi sawah yang efisien
sekaligus dapat melestarikan kesuburan tanahnya.

METODOLOGI
Pengkajian rekomendasi pemupukan dari beberapa metoda melalui uji kalibrasi di lapangan dengan
menggunakan percobaan petak kecil. Adapun rancangannya adalah mengunakan Rancangan Acak Kelompok
di lahan yang sudah dipetakan status haranya. Adapun perlakuannya adalah sebagai berikut:
- Rekomendasi pemupukan P dan K perlakuan berdasarkan uji tanah yang dikaji yaitu untuk pupuk P (TSP)
dengan dosis perlakuan: 25 kg/ha; 50 kg/ha; 75 kg/ha dan 100 kg/ha dan untuk pupuk K (KCl) dengan
perlakuan: 25 kg/ha; 50 kg/ha; 75 kg/ha dan 100 kg/ha.
- Rekomendasi pemupukan berdasarkan perlakuan petani
Rekomendasi pemupukan P dan K berdasarkan perlakuan petani yaitu untuk pupuk P (TSP) dengan dosis
perlakuan: 50 kg/ha; 100 kg/ha; 150 kg/ha dan 200 kg/ha dan untuk pupuk K (Kcl) dengan perlakuan: 75
kg/ha; 125 kg/ha; 175 kg/ha dan 225 kg/ha.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis tanah sebelum pengkajian menunjukkan bahwa status hara P dan K sedang sampai
tinggi baik tersedia maupun total, namun kandungan bahan organiknya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
daya sangga tanah terhadap pemupukan rendah sehingga banyak pupuk hilang, tetapi nilai KTK sedang
sampai tinggi hal ini menunjukkan bahwa lahan tersebut sangat respon terhadap pupuk yang diberikan.
Tabel 1. Hasil Analisa Tanah Sebelum Pengkajian di Lokasi Pengkajian
Sifat kimia Tanah
pH H2O
pH KCl
C-Organik (%)
N Total (%)
C/N Rasio
P2O5 Tersedia (ppm)
K2O Tersedia (ppm)
P2O5 Total (mg/100g)
K2O Total (mg/100g)
Ca (cmol/kg)
Mg (cmol/kg)
K (cmol/kg)
Na (cmol/kg)
Jumlah (Ca,Mg,K,Na)
KTK
KB (%)
Al ++ (cmol/kg)
H + (cmol/kg)
Cu (ppm)
Zn (ppm)

I
7,0
5,7
0,78
0,08
10
54
286
143,85
50,35
16,59
1,80
0,57
0,50
19,26
18,57
> 100
0,00
0,7
62
115

Lapisan tanah
II
III
6,8
5,5
1,32
0,16
8
61
305
149,89
52,36
18,10
5,80
0,60
0,67
25,17
20,61
> 100
0,00
0,2
45
69

7,2
5,8
0,36
0,05
7
38
269
83,50
42,29
17,34
7,35
0,53
0,40
25,82
20,71
> 100
0,00
0,2
40
56

IV

Komposit

7,2
5,7
0,42
0,06
7
43
341
97,58
41,29
17,55
7,08
0,66
0,47
25,76
20,31
> 100
0,00
0,4
48
63

6,4
5,2
0,376
0,15
9
71
121
122,73
43,30
17,59
8,56
0,12
0,70
24,97
21,67
> 100
0,00
0,4
42
60

Tabel 2. Hasil Analisa Tanah pada Saat Panen

Perlakuan
25 TSP
50 TSP
75 TSP
100 TSP
Perlakuan
25 KCl
50 KCl
75 KCl
100 KCl

Metode Uji Tanah


Hara P (Phosphate)
Tanah
Jaringan
Tersedia
Total (%)
Total (ppm)
(ppm)
0,44
0,25
0,23
0,28
0,18
0,15
0,28
0,17
0,15
0,32
0,21
0,18
Hara K (Kalium)
Tanah
Jaringan
Tersedia
Total (%)
Total (ppm)
(ppm)
1,18
0,81
0,66
1,2
1,79
1
1,11
0,72
0,61
1,23
0,84
0,69

Perlakuan
50 TSP
100 TSP
150 TSP
200 TSP
Perlakuan
75 KCl
125 KCl
175 KCl
225 KCl

Perlakuan petani
Hara P (Phospate)
Tanah
Jaringan
Total (%)
Total (%)
Tersedia me %
0,34
0,24
0,26
0,29
Jaringan
Total (%)
1,16
1,18
1,11
1,11

0,15
0,16
0,17
0,22
Hara K (Kalium)
Tanah

0,16
0,13
0,14
0,17

Total (%)

Tersedia me %

0,75
0,85
0,72
0,68

0,64
0,68
0,61
0,6

Analisis Korelasi dan Regresi


Hasil uji korelasi antara produksi gabah kering panen dengan dosis rekomendasi pemupukan
menunjukkan bahwa tertinggi/kedekatannya dengan produksi padi berturut-turut adalah rekomendasi
pemupukan melalui metode uji tanah untuk pupuk K yaitu sebesar 0,388 untuk uji tanah K dan 0,241 untuk
uji tanah P. sedang untuk perlakuan petabi paling kecil nilai koefisien (r) yaitu sebesar 0,032 (Tabel 3).
Tabel 3

Nilai koefisien Kerelasi Beberapa Metoda Rekomendasi Pemupukan Terhadap Poduksi Gabah Kering Panen
D.I. Yogyakarta
Metode rekomendasi pemupukan
Uji tanah P
Uji tanah K
Perlakuan petani P
Perlakuan petani K

Nilai Korelasi
0,241
0,388
0,190
0,032

Uji kalibrasi metode uji tanah dan perlakuan petani


Proporsi pupuk yang digunakan untuk tanaman pangan terutama padi telah mencapai 85% dari total
pupuk untuk sektor pertanian. Untuk itu penggunaannya harus efektif dan efisien. Beberapa metode untuk
menentukan dosis rekomendasi pemupukan P dan K telah dikembangkan dalam rangka meningkatkan
produksi padi di lahan sawah. Agar lebih tepat dan akurat perlu dikaji metode yang terbaik untuk D.I.
Yogyakarta ini.
Hasil analisis regresinya berdasarkan hasil kalibrasi di lahan sawah menunjukkan bahwa untuk
metode uji tanah untuk pupuk P (Y=0,6912 + 8,8608 X +- 17203 X), metode uji tanah K (Y=2,0504 +
4,0408 X 0,7704 X), metode ommision plot P (Y= 5,2058 + 1,728 X 0,2899 X ) dan metode ommision
plot K (Y= 3,6649 + 3,035 X 0,5596 X (Tabel 4 dan Gambar 1 dan 2).
Penggunaan pupuk P (SP-36) sebagai sumber P untuk padi sawah telah dilakukan sejak lama
bersama-sama pupuk Urea. Efisiensi pupuk P lebih rendah dari pupuk N dan K. Hasil pengkajian kalibrasi
pemupukan P berdasarkan metode uji tanah, dengan dosis 75 kg/ha menunjukkan terbaik diantara perlakuan
lainnya dan berbeda nyata yaitu hasil gabah kering panen mencapai 10 t/ha dan 7 t/ha pada uji tanah
pupuk K, perlu diketahui bahawa pada uji tanah pupuk P pupuk selain P dioptimalkan begitu juga untuk uji
tanah pupuk K, selain pupuk K dioptimalkan terlebih dahulu. Pada perlakuan petani hasil gabah kering panen
dapat mencapai 8 ton/ha, namun dosis pupuk yang diberikan masih terlalu tinggi yaitu 150 kg/ha TSP/SP36 dan 75 kg/ha KCl, hal ini kurang efisien. Di Daerah Nomporejo walaupun status hara P dan K tinggi
namun mampu merespon pemupukan yang berlebihan walaupun hasil yang dicapai menurun dengan
meningkatnya pemberian pupuk.
Metode uji tanah untuk menentukan rekomendasi pemupukan, hasil gabah kering panen
menunjukkan lebih tinggi dibandingkan dari hasil pengkajian pemupukan P berdasarkan perlakuan petani.
Namun untuk pengkajian pupuk K, perlakuan petani lebih tinggi dari metode uji tanah, kemungkinan dosis
pemupukan K yang lebih besar/banyak dari metode uji tanah. Hal ini menunjukkan bahwa metode uji tanah
dalam menentukan rekomendasi pemupukan di Yogyakarta ini dipandang lebih baik dan dapat dikembangkan
dari metode lainya baik dari segi efisiensi maupun cara melakukannya.

Gamb.1 Tanggap padi sawah terhadap pemupukan berdasarkan metode uji tanah di Nomporejo, Galur, Kulon Progo

Tabel 4 Rata-rata Hasil Gabah pada Berbagai Metode Pemupukan


Perlakuan
kg/ha
25 TSP
50 TSP
75 TSP
100 TSP

Metode uji tanah


Gabah kering panen
ton/ha
6,633 b
9,600 ab
10,958 a
7,045 ab

Perlakuan
kg/ha
50 TSP
100 TSP
150 TSP
200 TSP

Perlakuan petani
Gabah kering panen
ton/ha
6,763 b
7,146 b
8,171 a
7,361 b

25 KCl
5,449 b
75 KCl
6,242 b
50 KCl
6,666 ab
125 KCl
7,535 a
75 KCl
7,624 a
175 KCl
8,038 a
100 KCl
5,759 b
225 KCl
7,126 ab
Keterrangan: Angka-angka pada kolom yang sama, yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata dalam taraf 5%.

KESIMPULAN
1. Metode untuk menentukan rekomendasi dosis pemupukan terbaik adalah metode uji tanah, baik untuk
pupuk P maupun pupuk K.
2. Dosis pemupukan pupuk P maupun pupuk K terbaik adalah 75 kg/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Uji Tanah Sebagai Dasar Pemupukan Spesifik Lokasi. Tim Uji Tanah Proyek Pembinaan
Kelembagaan Pertanian/ARMP-II bekerjasama dengan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat,
Bogor, 2000.
Murwati, Noor Amali, dan Hj. Hayatun Fardah. 2000. Hara Tanaman Padi, Jagung, dan Kedele. Badan
Litbang Pertanian. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Banjarbaru.
.Price, G.A. 1978. Plant and Soil Analysis a system for detecting nutrient seed of crops., In Palnt nutrient,
Proc. Of the 8 th Inter, Colloqium on Plant Analysis and Feretilizer Problem. 28 Aug-1 Sep, 1978.
Aucland, New Zealand. Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Faperta
IPB Bogor.
Sri Adiningsih J. 1998. Peranan Efisiensi Penggunaan Pupuk untuk Melestarikan Swasembada Pangan.
Inovasi Teknologi Pertanian. Seperempat Abad Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan
Litbang Pertanian, Pasar Minggu, Jakarta. Hal: 151-163

You might also like