Professional Documents
Culture Documents
Mata Kuliah
Kode Mata Kuliah
Jumlah SKS
Rombel
Dosen Pengampu
I. PENDAHULUAN
Bahan Pangan diperoleh terutama dari hasil pertanian (tanaman, ternak dan
perikanan) yang dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan. Perlu
diketahui bahwa dalam bahan makanan yang kita makan terdiri dari komponenkomponen yang jumlahnya cukup banyak meskipun tidak sama untuk berbagai
jenis bahan makanan yaitu air, karbohidrat, protein dan lemak sedangkan vitamin
dan mineral jumlahnya lebih sedikit dari keempatnya. Bahan makanan dalam
bentuk segar kadar airnya dapat mencapai 60 hingga 85 %, bahan makanan ini
diperlukan apabila akan dikonsumsi segar (buah-buahan dan sayur-sayuran).
Selain itu bahan makanan tersebut mengandung banyak vitamin, yang mudah
sekali rusak jika bahan makanan tersebut diolah, sedangkan bentuk olahan
diperlukan untuk membuat beraneka ragam makanan dengan rasa berbeda
maupun bentuk yang berbeda pula. Bahan makanan yang diolah dapat dimatikan
mikroba serta enzim yang terdapat dalamnya.
Pengawetan
disimpan dalam waktu yang cukup lama, sehingga masih bisa dikonsumsi lagi
meskipun sudah tidak pada musimnya. Disamping itu teknologi pengawetan
pangan perlu diketahui oleh segenap masyarakat karena di era globalisasi ini
banyak sekali makanan - makanan awetan yang dijual di pasar, toko maupun
supermarket, tak luput pula adanya penggunaan bahan tambahan pada bahan
makanan. Kita sebagai konsumen tidak hanya dapat mengkonsumsi saja tetapi
perlu pula mengetahui bagaimana cara membuat makanan yang diawetkan.
Untuk itu pada buku petunjuk Praktikum Kimia Bahan Pangan perlu
ditambahkan cara mengolah bahan pangan serta cara pengawetannya dan
selanjutnya dapat mengetahui bagaimana cara menganalisis komposisi bahan
pangan yang terdapat didalamnya. Dalam pengolahan bahan makanan banyak
komponen yang dapat rusak karena pemanasan terutama lemak, protein maupun
vitaminnya, pengolahan yang salah dapat juga menyebabkan kerusakan komponen
bahan makanan tersebut misalnya lemak dipanaskan terlalu tinggi dapat
terhidrolisis, protein dipanaskan terlalu tinggi suhunya dapat menggumpal dan
vitamin dipanaskan dapat teroksidasi sehingga fungsi vitaminnya tidak ada.
Banyak hasil pengolahan bahan pangan yang ditambahkan vitamin dari luar
2
(sintesis) karena vitamin alaminya telah rusak. Agar bahan pangan tersebut dapat
tahan lama memang perlu ditambahkan bahan pengawet, namun pengawetan
bahan pangan dapat dengan cara dipanaskan, didinginkan, dikeringkan, diasapi,
maupun diiradiasi. Cara ini disebut dengan pengawetan secara fisis, ada yang
difermentasi dengan menggunakan enzim yang terdapat dalam bakteri
fermentative, hal ini disebut dengan pengawetan biologis misalnya tape, tempe,
anggur sedangkan pengawetan menggunakan bahan kimia (asam sitrat, natrium
benzoat, natrium nitrat/nitrit disebut dengan sendawa serta masih banyak bahan
kimia sebagai pengawet yang dapat digunakan) dikenal dengan pengawetan
kimiawi. Hal cukup penting dalam pengawetan bahan pangan adalah harus
melalui tahapan-tahapan yang harus urut yaitu persiapan (pemilihan
bahan
II. AIR
mengandung zat yang volatil maka dapat digunakan metode destilasi atau dikenal
dengan kodestilasi. Air yang jumlahnya banyak (sirup sari buah) dapat dianalisis
kadar airnya dengan destilasi sederhana.
Bahan makanan yang kadar airnya tinggi dapat diawetkan dengan
menambahkan gula sebagai pengawet alami, asam sitrat dan natrium benzoat
sebagai pengawet sintetis. Untuk membunuh bakterinya perlu pemanasan yang
cukup agar bahan pangan tersebut dapat tahan lama.
Adapun teknologi dan pengawetan bahan pangan banyak mengandung air
yang dapat dilakukanh adalah:
1. Pembuatan Manisan
Bahan dan alat-alat yang digunakan : Buah-buahan yang sudah tua tetapi masih
keras, gula pasir, asam sitrat, natrium benzoat, kapur sirih dan air bersih.
Adapun alat yang diperlukan adalah : panci email, atau stainless stell, pisau st.
stell, telenan, Waskom plastic, pengaduk plastic atau stainless stell, botol gelas
mulut lebar yang rapat tutupnya, kompor, dandang atau prestocooker dan alat
peniris.
Cara membuatnya : Bahan dipilih yang masih bagus/baik, dikupas, dipotongpotong, direndam dalam air kapur selama 15 menit/hingga keras, lalu dicuci
hingga bersih (air cucian tidak putih lagi). Bersamaan dengan ini masak air
bersih hingga mendidih. Sebagian air dapat digunakan untuk memblaching
(selama 3-5 menit) bahan makanan yang telah direndam dalam air kapur.
Yang sebagian lagi digunakan untuk membuat larutan gula dengan
perbandingan 1:1 serta tambahkan asam sitrat, natrium benzoat (untuk 1 kg
bahan atau campuran Na benzoat sebanyak 1 sendok teh) sedikit masak hingga
mendidih. Buah yang telah diblanching dimasukkan dalam wadah (botol mulut
lebar yang telah disterilkan lebih dahulu) kemudian ditambahkan larutan gula
dalam keadaan panas-panas dan jangan terlalu penuh, selanjutnya ditutup dan
masukkan dalam dandang disterilkan lagi selama 15 menit, atau dengan
prestocooker selama 5 menit. Bila waktunya telah cukup kompor diamatikan
6
2. Penentuan Kadar Air Cara Destilasi toluen (xylen atau xylol) disebut
juga Kodestilasi (AOAC,1970) digunakan untuk bahan yang volatil
Bahan Padat ditimbang setelah dipotong-potong kecil atau berupa
serbuk secukupnya, kurang lebih mengandung air 2- 5 ml
Bahan dipindahkan dalam labu destilasi, lalu ditambahkan kurang
lebih 75 100 ml toluen atau xylen atau xylol, dan pasang labu
destilasi pada alat destilasi khusus dengan penampung air yang
menguap (tabung Aufhauser) dilengkapi dengan pendingin bola.
Atur pemanasan destilasi sampai kira-kira 4 tetes toluen jatuh dari
kondensor setiap detik, jatuhnya toluen juga membawa uap air, air
akan masuk dalam penampung air, sedangkan toluen akan kembali ke
labu jika tabung penampung air penuh
Selanjutnya destilasi dilanjutkan sampai semua air dan dalam
tampungan tidak bertambah lagi (kurang lebih 1 jam)
Tabung penampung air dibaca volumenya (sudah ada skalanya) dan
dihitung % air dari berat contoh
Stark-Dean
Sterling- Bidwell
Distilasi :
Rata-rata volume air x massa jenisnya
Kadar air = ------------------------------------------------ x 100%
Rata-rata berat contoh basah
III. KARBOHIDRAT
10
sukrosa, dalam air susu disebut laktosa atau gula susu. Karbohidrat dalam bentuk
oligosakarida (jumlah monosakaridanya 3-10) seperti dekstrin, terdapat dalam
sirup pati, roti. Sedangkan polisakarida jumlah monosakaridanya lebih dari10
buah terdapat dalam serealia, umbi-umbian, selulose, yang pada umumnya berupa
serat yang tidak larut dalam air dan sukar dicerna. Selama proses pematangan,
kandungan pati dalam buah-buahan berubah menjadi gula pereduksi yang akan
berasa manis. Buah sitrus karena tidak banyak mengandung pati, ketika matang
hanya mengalami sedikit perubahan komposisi karbohidratnya. Pada hasil ternak
karbohidrat terdapat dalam bentuk glikogen yang disimpan dalam jaringan otot
dalam hati.
2. Pembuatan Selai
Bahan dan alat-alat yang digunakan : Buah-buahan yang telah masak, gula pasir,
asam sitrat/jeruk nipis, CMC/ tepung maizena, natrium benzoat. Sedangkan
alat-alat yang digunakan adalah: panci/wajan stainless stell, blender/parut
stainless stell, pengaduk stainless stell/kayu, botol mulut lebar, kompor,
dandang/ presstocooker.
11
3. Pembuatan Jelli
Bahan dan alat-alat yang digunakan : Buah-buahan yang mengandung pektin
(jambu biji, apel, blimbing wuluh, nangka, dsb) yang cukup masak, asam
sitrat, air gula pasir, natrium benzoat. Panci stainless stell,Waskom plastik,
pisau stainless stell, botol mulut lebar, kompor, dandang/autoklaf.
Cara membuatnya : Buah-buahan dikupas, dicuci bersih dan dipotong-potong
kecil-kecil. Masukkan dalam panci dan tambahkan air hingga tercelup semua
buah-buahannya, tambahkan asam sitrat sedikit. Masak hingga mendidih dan
empuk. Lalu angkat dan saringlah air sari buah-buahannya. Tambahkan gula
pasir sebanyak 65 % dan masaklah hingga kental, jangan lupa tambahkan
asam sitrat dan natrium benzoat sebagai pengawetnya. Bila sudah mendidih
dan agak kental masukkan dalam botol mulut lebar yang telah yang telah
disterilkan, hingga 1 cm
di bawah tutup, lalu tutup lagi dan sterilkan selama 15 menit. Catatan :
memasak sari buah jangan terlalu kental sekali karena bila telah dingin akan
keras.
12
Tabel 2.1 Cara penentuan kadar glukosa, fruktosa dan gula invert berdasarkan volume
thio yang digunakan
mL 0,1N Nathiosulfat
1
2
3
4
5
6
Glukosa,fruktosa,gula
invert mg C6H12O6
2,4
4,8
7,2
9,7
12,2
14,7
!
!
!
!
!
!
!
2,4
2,4
2,5
2,5
2,5
2,5
mL 0,1N Nathiosulfat
13
14
15
16
17
18
Glukosa,
fruktosa, gula
invert mg
C6H12O6
!
33,0 ! 2,7
35,7 ! 2,8
38,5 ! 2,8
41,3 ! 2,9
44,2 ! 2,9
47,1 ! 2,9
13
7
8
9
10
11
12
17,2
19,8
22,4
25,0
27,6
30,3
!
!
!
!
!
!
2,6
2,6
2,6
2,6
2,7
2,7
19
20
21
22
23
24
50,0
53,0
56,0
59,1
62,2
-
!
!
!
!
!
!
3,0
3,0
3,1
3,1
-
14
15
H2C O C R1
HOOCR1
HOOCR2
---------
HC O C R2 +
H2C OH
HOOCR3
H2C O C R3
Gliserol
asam lemak
trigliserida
air
sehingga air di dalam bahan pangan yang digoreng sebagian besar akan hilang dan
menjadi kering. Namun demikian dari minyaknya sendiri dapat mengalami
hidrolisis sehingga akan melepaskan asam lemak bebas. Apabila minyak
digunakan beberapa kali menggoreng akan lebih banyak asam lemak bebasnya
yang lepas yang lama kelamaan dapat menjadi tengik karena teroksidasi terutama
asam lemak tidak jenuh. Lemak dan minyak ini dapat memberikan rasa gurih pada
makanan yang digoreng juga memberikan aroma yang spesifik. Dalam pembuatan
roti (bakery teknology) minyak dan lemak penting dalam memberikan konstitensi
empuk, halus dan berlapis-lapis sehingga dikenal sebagai shortening. Demikian
juga dalam pembuatan es krim dapat memberikan tekstur yang lembut dan lunak.
Minyak nabati merupakan bahan pembuatan margarin (mentega tiruan) sedangkan
lemak hewani yang terdapat dalam susu merupakan bahan utama pembuatan
mentega (butter).
Pada umumnya dalam keadaan suhu ruang, lemak berwujud padat sedangkan
minyak cair. Hal ini karena asam lemak dalam trigliseridanya (lemak) kebanyakan
merupakan senyawa jenuh (ikatan antara atom C nya tunggal) sedangkan minyak
asam lemaknya sebagian besar merupakan senyawa tidak jenuh (ikatan antara
atom C nya ada yang rangkap).
Adanya lemak ataupun minyak dapat dipelajari secara mendalam lebih mudah
daripada senyawa-senyawa makronutrien yang lain. Prosedur analisisnya dapat
digunakan dengan peralatan seerhana maupun yang yang lebih mutakhir. Dalam
menentukan komposisi asam lemak sekarang sudah dapat menggunakan alat yang
dikenal dengan GC atau Gas Chromatography, dimana dengan alat ini hasilnya
lebih teliti dan cermat dengan waktu yang pendek dan jumlah contoh yang sedikit
(beberapa miligram).
Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan pada bahan makanan dapat
digolongkan dalam 3 kelompok tujuan yaitu :
1. Penentuan secara kuantitatif atau penentuan kadar minyak atau lemak yang
terdapat dalam bahan makanan atau pertanian.
2. Penentuan kualitas minyak sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan
proses ekstraksinya atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan misalnya
penjernihan (refining), penghilangan bau (deodorizing), penghilangan warna
(bleaching) dan sebagainya. Penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat
17
minyak
tersebut
misalnya
angka
iodin
menunjukkan
tingkat
18
Cara membuatnya : Kelapa dikupas, diparut dan diperas, residunya ditambah air
masak dan diperas lagi hingga jernih. Perasan dimasukkan dalam wadah yang
transparan dan dibiarkan lebih kurang 3-5 jam agar terpisah antara air, protein
dan minyaknya. Bila sudah terpisah bagian bawah (air) dikeluarkan
menggunakan slang plastik. Setelah diaduk kurang lebih 5-10 menit, lalu
dibiarkan sampai 12 jam lebih sehingga bagian atasnya akan terpisah yaitu
protein dan minyaknya. Minyak yang ada di bagian paling atas diambil dengan
pipet atau sendok. Minyak yang diperoleh disebut minyak virgin (yaitu
pemisahan minyak tanpa pemansan tetapi menggunakan enzim yang ada
dalam kelapa itu sendiri). Minyak virgin yang diperoleh disimpan dalam
tempat yang bersih. Setelah itu bagian tengah yang mengandung protein
dipanaskan dengan api kecil supaya terpisah miyak kelapanya dari protein
(blodo) dan minyak ini untuk minyak goreng. Penyimpanan minyak sebaiknya
digunakan lemari pendingin agar minyak tidak rusak.
19
Cara membuatnya : Sama dengan cara 3. Cara ke 3-4 ini hemat bahan bakar dan
pemanasan jangan terlalu tinggi.
Analisis bahan makanan yang mengandung lemak
1. Penentuan kadar lemak dan minyak dengan soxhlet
(Woodman, 1941)
-
Petroleum eter atau dietil eter yang telah mengandung minyak dipindahkan
ke dalam botol timbang yang bersih dan kering serta sudah diketahui
beratnya, kemudian eter diuapkan dengan penangas air hingga agak pekat,
lanjutkan dalam pengering oven 100oC sampai berat konstan.
Berat residu dalam botol timbang dinyatakan sebagi berat lemak atau
minyak
Kadar lemak/minyak = berat minyak yang diperoleh dibagi dengan
berat contoh x 100%
Setelah dingin larutan lemak dititrasi dengan 0,1 N larutan KOH standar
(reagensia 4) memakai indicator pp (reagensia 5). Titik akhir titrasi
tercapai apabila terbentuk warna merah muda yang tidak hilang selam
menit. Apabila cairan berwarna gelap dapat ditambahkan pelarut yang
cukup banyak dan dipakai indikator BIB (bromthymolblue) (reagensia 6)
sampai warna biru.
21
22
Masukkan batu didih ke dalam labu destilasi serta anti buih (antifoam)
sedikit, selanjutnya labu destilasi dipasang di alat destilasi dan
dipanaskan setinggi mungkin hingga diperoleh destilat sebanyak 50 ml
selama pemanasan 10 menit
23
V. PROTEIN
24
di bawah 12000 (ada yang diberi batas 10000) disebut dengan polipeptida karena
sifat-sifatnya berbeda dengan protein biasa.
Unit penyusun protein yang disebut dengan asam amino juga mempunyai
berat molekul yang berbeda-beda, dimana yang terkecil disebut glisin (berat
molekulnya 75) sampai cystine berat molekulnya 240. Asam amino memiliki 2 gugus
istimewa yaitu gugus karboksil (-COOH) dan gugus amino (-NH2) dalam molekulnya.
Untuk membentuk protein unit-unit asam amino tersebut berkaitan satu sama lain
dengan melalui ikatan peptide yaitu unsure nitrogen dari gugus amino berikatan
dengan gugus karboksil (COO-) dari asam amino yang lain dengan kehilangan satu
molekul air. Sehingga susunan antara asam amino yang menyusun protein sangat
spesifik dan khas bagi setiap jenius protein.
Protein dalam biologis biasanya terdapat dalam bentuk ikatan fisis yang
renggang ataupun ikatan kimia yang lebih erat dengan karbohidrat atau lemak. Karena
ikatan-ikatan ini maka terbentuk senyawa glikoprotein dan lipoprotein yang berperan
besar dalam penentuan sifat-sifat fisis aliran bahan misalnya pada sistem emulsi
makanan atau adonan roti.
Dengan adanya pemanasan, protein dalam bahan makanan akan mengalami
perubahan dan membentuk persenyawaan dengan bahan lain, misalnya antara asam
amino hasil perubahan protein dengan gula-gla pereduksi dapat membentuk senyawa
rasa maupun aroma makanan. Protein dalam keadaan murni tidak dapat dipanaskan
dan memiliki aroma yang tidak berarti.
Dengan perlakuan pemansan dalam bahan makanan yang berlebihan atau
perlakuan yang lain akan merusak protein (dilihat dari sudut gizinya).
Atas uraian diatas analisis protein diperlukan dalam bahan makanan dengan
tujuan :
a.
b.
c.
Bahan makanan yang mengandung protein dapat diolah dan diawetkan sebagai
berikut :
25
2. Pembuatan sarden
Bahan dan alat-alat : ikan tongkol, salem, banyar, benggol dan sebagainya,
tomat yang masak (merah), garam, lada, bawang, asam sitrat, natrium
benzoat, CMC. Botol mulut lebar, panci email, pengaduk, penyaring,
kompor, dandang/otoklaf.
Cara membuatnya : ikan dibersihkan dari isi perutnya, ekor, sirip dan
kepalanya. Kemudian dilumuri garam dan dikukus hingga masak. Air yang
keluar dibuang kemudian masukkan dalam botol yang telah disterilkan.
Saos tomat dibuat dari tomat masak direndam air mendidih, lalu diblender
dan disaring. Kemudian dimasak dengan diberi lada, bawang putih, garam,
asam sitrat dan natrium benzoat dan CMC (agar dapat merata sebaiknya
campur dengan gula pasir sedikit) hingga mendididh dan masukkan dalam
botol yang telah diberi ikan. Pengisian jangan terlalu penuh (bawah tutup)
kemudian disterilkan lagi hingga 30 menit untuk penggunaan dandang atau
15 menit untuk penggunaan otoklaf. Jika telah selesai pemanasan tutup
dirapatkan lagi dan didinginkan dengan cukup di angin-anginkan saja,
26
karena bahan dari gelas apabila masih panas dan didinginkan cepat, gelas
akan pecah. Agar lebih awet setelah ditutup lagi diisolasi dan
penyimpanannya dalam almari es.
4. Pembuatan tempe
Bahan dan alat-alat : kedelai, air bersih, ragi tempe/laru. Waskom plastik,
kantong plastik/daun pisang/daun waru, peniris, nyiru, kompor, dandang.
Cara membuatnya : Kedelai 1 kg direndam dalam air bersih semalam. Paginya
rendaman tersebut direbus setelah dicuci dan diambil bagian kedelai yang
mengembang, lama perebusan 1 jam. Kedelai matang kita tiriskan dan
didinginkan. Selanjutnya kedelai dicuci dan diremas-remas hingga pecah
kulitnya, siram dan dicuci terus sampai bersih, hingga kulit hilang sama
sekali. Kedelai kemudian dimasak sampiai empuk pakai dandang, kira-kira
30 menit. Kedelai yang telah masak ditiris dan ditebarkan di atas nyiru
(tampah) tipis-tipis, biarkan dingin dan airnya habis. Setelah itu
mencampur kedelai dengan ragi tempe kira-kira 5 sendok teh, aduk hingga
rata. Kemudian membungkus kedelai yang telah dicampur ragi tadi dengan
27
29
Tabel 4.3 Konversi dari kadar N menjadi kadar protein berbagai macam bahan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bahan
Bir, sirup, biji-bjian, ragi,
makanan ternak, buah-buahan,
teh, anggur dsb
Beras
Roti, gandum, makaroni dsb
Kacang tanah
Kedelai
Kenari
Susu kental manis
Faktor konversi
6,25
5,95
5,70
5,46
5,75
5,18
6,38
dibaca
Optical
Density
(OD)
dengan
Spektrofotometer
30
ml larutan 300 g
protein /ml
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
1,0
ml H2O
g protein /ml
1,0
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0
0
30
60
90
120
150
180
210
240
300
B. Penyiapan contoh
- Larutan protein contoh yang terlarut, diendapkan lebih dahulu dengan
amonium sulfat kristal (jumlahnya tergantung dari jenis proteinnya) kalau
perlu sampai mendekati kejenuhan amonium sulfat dalam lartan.
- Selanjutnya protein yang mengendap dipisahkan dengan sentrifus 11.000 rpm
selama 10 menit, kemudian dipisahkan supernatannya.
31
- Endapan protein kemudian dilarutkan kembali dengan buffer asam asetat (lihat
reagensia 13) pH 5,0 sampai 10 ml
- Kemudian dimabil volume tertentu dari larutan protein contoh dan lakukan
prosedur seperti A, mulai penambahan reagen Lowry B dan seterusnya
- Kadar protein dibaca dari OD yang didapat dari larutan contoh dengan
menggunakan kurve standar di atas. Jangan lupa memperhitungkan
pengencerannya.
Mineral dalam suatu bahan makanan dapat merupakan garam yang terdiri dari
garam organik (garam dari asam oksalat, garam dari asam asetat, garam dari asam
mallat dan sebagainya) dan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam
fosfat, garam karbonat, garam klorida, garam sulfat, garam nitrat dan sebagainya.
Apabila kedua garam tersebut ada, kadang-kadang ada mineral dapat sebagai
senyawa kompleks yang bersifat organis, sehingga bila ditentukan jumlah garam
mineral dalam bentuk asli sangat sulit. Oleh karena itu dilakukan penentuan garam
mineral tersebut dengan pembakaran yang dikenal dengan pengabuan. Sehingga
kadar abu masih ada hubungannya dengan mineral dalam suatu bahan.
Komponen mineral dalam suatu bahan makanan sangatlah bervariasi baik
macam maupun jumlahnya, sehingga apabila mineral yang ada dalam bahan
makanan dapat dianalisis sebagai :
Kalsium (Ca)
Diantara komponen mineral yang ada, Ca termasuk mineral yang jumlahnya
tinggi terutama pada milk (susu) dan hasil olahannya, serelia, kacang-kacangan,
ikan, telur dan buah-buahan. Adapun bahan yang kandungannya Ca sedikit adalah
gula, pati dan minyak/lemak.
Fosfor (P)
Bahan yang kaya akan P adalah milk dan hasil olahannya, daging, ikan, daging
unggas, telur, maupun kacang-kacangan.
Besi (Fe)
32
Bahan makanan yang kaya akan mineral Fe adalah tepung gandum, daging
unggas, ikan, seafood, telur. Sedangkan yang sedikit mengandung Fe adalah susu
dan hasil olahannya, buah-buahan.
Sodium (Na)
Bahan makanan yang banyak mengandung Na adalah garam yang banyak.
Digunakan sebagai ingridient (bumbu), salted food.
Potasium (K)
Mineral K banyak dimiliki oleh milk dan hasil olahannya, buah-buahan, serelia,
daging, ikan, unggas, telur dan syur-sayuran.
Magnesium (Mg)
Bahan makanan yang banyak mengandung Mg adalah kacang-kacangan, serelia,
sayur-sayuran, buah-buahan dan daging.
Mineral-mineral yang lain yang ada dalam bahan makanan adalah S (sulfur), Co
Kobalt) maupun Zn (seng) yang banyak terkandung dalam bahan makanan hasil
laut (seafood).
Dalam penentuan kandungan mineral dalam bahan makanan hasil pertanian ada
dua tahap yaitu penentuan kadar abu total (larut dan tidak larut), kedua penentuan
masig-masing komponen mineralnya.
Penentuan abu total dengan tujuan untuk :
-
Mengetahui jenis bahan yang digunakan misalnya kadar abu dapat digunakan
untuk memperkirakan kandungan buah yang digunakan untuk membuat jelli
atau marmelade, selain itu dapat juga untuk menentukan atau membedakan
fruit vinegar asli atau sintetis.
Penentuan abu total sangat berguna untuk parameter nilai gizi bahan makanan.
Apabila ada abu yang tidak lart dalam asam yang cukup tinggi, menunjukkan
adanya pasir atau kotoran lain.
Penentuan abu total dapat dilakukan dengan cara kering atau cara langsung dan
dapat pula cara basah atau tidak langsung
33
2. Penentuan kadar P
Ditimbang dengan saksama 1-2 gr contoh dan dipindahkan ke dalam gelas
piala (harus Pirex) tambahkan 7,5 ml larutan Mg-nitrat (regensia 14) dan
diaduk baik-baik.
Selanjutnya dipanaskan diatas pemanas listrik pada suhu 180oC sampai
pekat dan tak terjadi perubahan-perubahan lagi.
Kemudian dipindahkan dalam muffel pada suhu 300-400oC sampai residu
tidak berwarna hitam lagi. Didinginkan lalu ditambah lagi dengan HCl
pekat 15-30 ml dan diencerkan lagi sampai tanda.
Diambil 100 ml larutan contoh yang diperoleh dan dipindahkan ke dalam
gelas piala 250 ml.
Kedalam contoh ditambahkan NH4OH pekat sedikit berlebihan. Endapan
yang terjadi dilarutkan kembali dengan menambahkan HNO3 pekat sedikit
demi sedikit sambil diaduk hingga larutan menjadi jernih.
Larutan kemudian ditambah 15 gr amonium nitrat, kemudian dipanaskan
diatas penangas air sampai suhunya mencapai 65oC dan ditambahkan
kedalamnya 70 ml larutan molibdat (reagensia 15). Kemudian didiamkan
pada suhu tersebut selama 1 jam.
34
35
Penentuan Na
Banyaknya Na dapat ditentukan berdasarkan berat total K dan NaCl seperti
yang diperoleh (3.1) dikurangi berat KCl yang sesuai dengan berat KClO4
yang diperoleh pada (3.2)
VII. VITAMIN
38
39
Bahan tambahan pada makanan adalah bahan yang sengaja ditambahkan atau
dicampurkan pada saat pengolahan, sebagai akibat dari berbagai tahap budidaya,
pengolahan, penyimpanan atau pengemasan. Tujuan penggunaan bahan tambahan
makanan adalah :
1. Mempertahankan atau memperbaiki nilai gizi makanan. Contoh : tambahan
vitamin, iodine, zat besi, asam amino.
2. Mempertahankan kesegaran bahan, terutama untuk menghambat kerusakan
bahan oleh mikroorganisme (jamur, bakteri dan khamir). Bahan pengawet
ditambahkan dengan tujuan untuk mempertahankan kesegaran warna maupun
aroma. Misalnya: natrium nitrit (dapat mematikan bakteri, mempertahankan
warna, daging, antioksidan (mencegah ketengikan dengan vitamin C, BHT,
BHA dan sebagainya).
3. Membantu mempermudah pengolahan dan persiapan. Misalnya: bahan
pengemulsi (kuning telur, lecithin), penstabil, pengembang (ragi, bubuk roti),
pencegah lengket (anticaking untuk garam halus supaya tidak lengket).
4. Membantu memperbaiki kenampakan atau aroma makanan. Misalnya:
pewarna makanan (alamiah maupun buatan) dan aroma.
Dengan adanya teknologi yang makin maju, kadang-kadang ada pengusaha
makanan yang sengaja memanfaatkan zat-zat kimia berbahay apabila dimakan,
tetapi bagi merka sangat membantu, karena dalam usaha membuat makanan
banyak keuntungannya. Misalnya : penggunaan formalin untuk mengawetkan ikan
asin, tahu, bakso dan makanan yang lain. Formalin adalah cairan yang dapat
digunakan untuk mengawetkan jenazah, ataupun hewan yang diawetkan. Dalam
bakso yang menggunakan pengawet boraks berarti telah menyalah gunakan zat-
40
zat kimia, padahal boraks dapat digunakan untuk mengawetkan kayu maupun
bambu.
42
43
DAFTAR PUSTAKA
Astawan Made dan Mita Wahyuni Astawan, 1991, Teknologi Pengolahan Pangan
Nabati Tepat Guna, Ed.1, Jakarta :CV. Akademi Pressindo.
Gaman, P.M. dan Sherington, K.B., 1992, Ilmu Pangan. Pengantar Umum Pangan
Nutrisi dan Mikrobiologi, (Penerjemah : Murdijati Garjito, dkk) Yogyakarta :
Gadjahmada University Press.
Haryoto, 1998, Membuat Saus Tomat, (Teknologi Tepat Guna), Kanisius,
Yogyakarta.
Sarwana, B., 1989, Membuat Tempe dan Oncom, Jakarta : Penebar Swadaya.
Sudarmadji S., Bambang H., Suhardi, 1997, Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian, Liberty, Yogyakarta.
Tri Margono, 2000, Selai dan Jeli, Jakarta : Grasindo.
Winarno, F.G., 2002, Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta : PT. Gramedia.
Reagensia
1. Larutan Luff Schoorl
Diambil 25 gr CuSO4.5H2O bebas besi, dilarutkan dalam 100 ml air, 50gr
asam sitrat dilarutkan dalam 50 ml air dan 388gr soda murni (Na2CO3.10H2O)
dilarutkan dalam air mendidih 300-400 ml. Larutan asam sitratnya dituangkan
dalam larutan soda sambil digojog hati hati. Selanjutnya ditambahkan larutan
CuSO4, sesudah dingin ditambah air 1 liter. Bila terjadi kekeruhan, didiamkan
kemudian disaring.
44
4. a. Larutan KOH
KOH sebanyak 6,5 gr dilarutkan dalam akuades hingga 1 liter. Standarisasi
larutan sebagai berikut :
5. Larutan indikator pp 1%
45
7. a. Larutan HCl
Untuk membuat 10 liter larutan HCl dalam berbagai normalitas dapat
dilihat pada daftar di bawah ini
Normalitas
0,01
8,9
0,02
7,8
0,05
44,5
0,10
89,0
0,50
445,0
1,00
890,0
46
ini dan diencerkan sampai 200 ml, selanjutnya dititrasi dengan Na2S2O3 0,1
N misalnya memerlukan A ml.
-
Perhitungan :
9. a. Larutan NaOH
Disiapkan larutan alkali (1:1) dengan menambahkan akuades pada NaOH
pekat, diaduk-aduk hingga NaOH larut. Dibiarkan 1 hari hingga semua
karbonat mengendap. Tabel di bawah ini dapat dipakai untuk membuat
berbagai macam normalitas NaOH sebanyak 10 liter.
Normalitas
0,01
5,4
0,05
27,0
0,10
54,0
0,50
270,0
1,00
540,0
0,60
324,0
Oleh karena NaOH pelet sangat higroskopis sehinga kondisinya yang stabil
sukar dipertahankan, maka lebih mudah untuk menyiapkan larutan NaOH
dari larutan NaOH jenuh. Larutan NaOH jenuh mempunyai berat jenis 1,53
dan mengandung 50,1 % . Untuk mengukur larutan NaOH jenuh gunakan
gelas ukur dan jangan sekali-kali menyedot larutan tersebut melalui pipet
dengan mulut.
47
y
3,7
6,0
9,0
13,2
19,5
pH
3,6
3,8
4,0
4,2
4,4
48
25,5
20,0
14,8
10,5
8,8
4,8
24,5
30,0
35,2
39,5
41,2
45,2
4,6
4,8
5,0
5,2
5,4
5,6