You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR EDISI REVISI TAHUN 2004

Dalam kurun waktu 4 tahun setelah disusunnya Handout ini, telah terjadi perkembangan dan
peningkatan materi Program PEKERTI/AA. Mulai tahun 2002, Buku Materi PEKERTI telah
dikembangkan menjadi 16 Modul, sedangkan Buku Materi Applied Approach (AA) menjadi 12
Modul. Materi dalam handout ini sebagian besar masih diambil dari Program PEKERTI/AA,
ditambah dengan pustaka lain (dari internet).
Pada waktu yang lalu materi pelatihan lebih berfokus pada Evaluasi Hasil Belajar menggunakan
Tes atau Ujian sebagai alat ukur (asesmen). Dengan diberlakukannya Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), maka perlu pula diperhatikan bentuk asesmen menggunakan instrumen
non-tes dan Asesmen Alternatif.
Handout ini dipersiapkan bagi staf pengajar, khususnya bagi staf pengajar pada perguruan tinggi
swasta (dalam Lingkungan KOPERTIS WILAYAH IX SULAWESI) sebagai bekal untuk
melaksanakan sendiri ujian negara untuk mata kuliah yang diasuhnya.
Harapan kami, kiranya Handout ini berguna bagi staf pengajar di perguruan tinggi dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya kualitas Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
Terima kasih kepada Drs J.G.Nelwan, mantan Ketua P3AI-UNHAS yang telah menginisiasi
penyusunan materi Pengukuran, Tes dan Penilaian Hasil Belajar ini.
Mei 2004
Ketua P3AI-UNHAS
Drs Frans A.Rumate, Apt

KATA PENGANTAR EDISI REVISI TAHUN 2005


Materi Penataran Pengukuran, Tes dan Penilaian Hasil Belajar senantiasa diperbaiki dan
ditingkatkan mutunya. Dalam Edisi Revisi Tahun 2005 ini telah dikembangkan pula pengukuran
dan penilaian Praktikum yang selama ini belum banyak dikembangkan. Semoga materi
Penataran ini semakin bermutu dan semakin relevan dengan kebutuhan staf pengajar di
Perguruan Tinggi.
Juni 2005
Ketua P3AI-UNHAS
Ir Machmud Syam, DEA

DAFTAR ISI
Halaman
BAB

Kompetensi dan Tujuan Instruksional

BAB

II

Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa

BAB III

Desain Instruksional

BAB IV

Praktikum

BAB

Instrumen Non-Tes

10

BAB

VI

Asesmen Alternatif

17

BAB VII

Tes / Ujian

23

BAB VIII

Penulisan Butir Soal Esei dan Pedoman Penskoran)

28

BAB IX

Penulisan Butir Soal Objektif

BAB X

Pengadministrasian Tes

43

BAB XI

Pengolahan Skor Dan Pendekatan Penilaian

46

BAB

Analisis Soal

52

XII

34

ii

KOMPETENSI DAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran atau Tujuan Instruksional ialah kemampuan atau perilaku (behavior) yang
harus dapat ditampilkan oleh mahasiswa setelah mengikuti suatu proses pembelajaran (aktivitas
instruksional). Oleh karena itu maka belajar diartikan juga sebagai perubahan perilaku
mahasiswa. Perubahan perilaku ini terlihat pada tercapai tidaknya tujuan instruksional yang
sudah dirancang sebelumnya, yang diukur menggunakan instrumen tertentu atau melalui
pengamatan / observasi.
KepMenDikNas N0.045/U/2000:
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di
bidang pekerjaan tertentu.
Definisi lain (Competency Identification)
Competency is defined as an intellectual, attitudinal and a motor capability derived from a
specified role and setting, and stated in terms of performance as a broad class or domain
of behavior. The statements begin with present tense action verbs (evaluates, interprets,
selects, etc.). This form is used because competencies are performed
Dari definisi tersebut dapat disimak bahwa kompetensi ialah tujuan instruksional yang meliputi
ketiga ranah (domain) : kognitif, afektif dan psikomotor. Masing-Masing ranah memiliki rincian
sub ranah yang tersusun secara bertahap dan hirarkis, mulai dari sub ranah yang sederhana
sampai pada sub ranah yang kompleks; dan sub ranah yang lebih rendah menjadi dasar bagi
subdomain di atasnya.
Taksonomi Tujuan Instruksional
Taksonomi adalah usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan ciri-ciri tertentu.
BLOOM dkk. membedakan 3 jenis domain dan sub domain proses psikologis sebagai berikut:
KOGNITIF
berorientasi pada kemampuan berpikir (kemampuan intelektual)
Ranah Kognitif (Taksonomi Bloom)
Evaluasi (memecahkan masalah instr.secara sistematis)
Sintesis (menyusun Desain Instr. untuk pelatihan tertentu)
Analisis (menjabarkan PLU menjadi PLK)
Penerapan (membuat gambar kegiatan proyek
Pemahaman (membedakan fungsi meja dan kursi)
Pengetahuan (mendefinisikan manajemen)

PSIKOMOTOR
berorientasi pada keterampilan motorik (gerakan tubuh atau aktivitas fisik)
Ranah Psikomotor (Anita Harrow)
-

kreativitas
penyesuaian pola gerak
gerakan kompleks
gerakan terbiasa
gerakan terbimbing
kesiapan

Ranah Psikomotor (Dave)


- melakuka gerak dengan wajar
dan efisien
- merangkaikan berbagai gerak
- melakukan gerak dengan tepat
- memanipulasi kata menjasi gerak
- menirukan gerak

AFEKTIF
berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati.
Ranah Afektif (Bloom & Masia)
-

karakteristik (characterization), mengamalkan nilai secara konsisten


pengorganisasian (organizing), mengorganisasi nilai-nilai
penilaian (valuing), menghargai nilai-nilai yang ada
pemberian respon (responding), membuat respon terhadap nilai
penerimaan (Receiving), menerima nilai

II PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA


Menurut KepMenDikNas No.232/U/2000:
Bab V PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA, Pasal 12
(1) Terhadap kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa dilakukan penilaian secara berkala
yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh dosen.
(2) Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian
akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis, dan ujian disertasi
(3) Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A,B,C,D, dan E yang masing-masing
bernilai 4,3,2,1.
Evaluasi hasil belajar yang dilakukan sekarang ini hampir semua menggunakan ujian atau tes.
Ujian / tes hanyalah salah satu cara mengukur (asesmen) hasil belajar mahasiswa, padahal dalam
KepMenDikNas itu jelas disebutkan bahwa terhadap kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa
dilakukan penilaian secara berkala, yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan
pengamatan oleh dosen. Ujian atau tes hanya mengukur pencapaian tujuan belajar dalam ranah
kognitif. Bagaimana mengukur pencapaian hasil belajar dalam ranah Psikomotor dan Afektif,
atau secara umum, bagaimana mengukur pencapaian kompetensi tertentu yang telah
dirumuskan ?
2

Pengukuran,, Tes, dan Evaluasi


Sebelumnya perlu disamakan dulu persepsi tentang tes, asesmen dan evaluasi.
Tes atau Ujian hanyalah merupakan salah satu instrumen pengukuran yang digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar dengan menggunakan sampel pertanyaan yang jawabannya sudah
terstruktur. Apabila jawaban mahasiswa berbeda/lain dari itu, ia disalahkan. Dari hasil jawaban
mahasiswa diperoleh suatu ukuran (skor numerik) mengenai hasil belajar mahasiswa.
Asesmen ialah pengukuran menggunakan alat ukur tertentu, misalnya tes/ujian atau
menggunakan cara asesmen yang lain, misalnya penyelesaian tugas dan observasi. Dari hasil
pengukuran diperoleh data kuantitatif mengenai hal yang diukur (dalam bentuk skor berdasarkan
kriteria tertentu). Seperti halnya tes, hasil pengukuran ini belum menentukan lulus atau tidaknya
mahasiswa.
Sedangkan evaluasi ialah pengambilan keputusan berdasarkan hasil asesmen tersebut.
ISTILAH
Tes atau Ujian

KONSEP SINONIM
Alat Ukur

Pengukuran (Asesmen)

Penampilan dalam bentuk


simbol
Pertimbangan
(Pengambilan Keputusan)

Penilaian (Evaluasi)

WUJUD
Tes Hasil Belajar (THB),
Pedoman Observasi,
Skala Penilaian
Sifat, Karakter (Skor)
Nilai

Hampir semua mata kuliah hanya menggunakan tes sebagai alat ukur, pasahal sudah banyak
dikembangkan cara asesmen lain, misalnya non-tes dan asesmen alternatif (alternative
assessment).
Keabsahan (Validity) dan Keterandalan (Reliability) Alat Ukur
Dalam evaluasi hasil belajar perlu digunakan alat ukur atau instrumen yang valid (sahih, absah)
dan reliable (terandalkan). Alat untuk mengukur berat sesuatu tidak bisa menggunakan
meteran, demikian pula sebaliknya, tidak dapat menggunakan timbangan untuk mengukur
panjang suatu benda.
Sama halnya pada pengukuran hasil belajar, perlu diperhatikan validitas alat ukur (asesmen),
misalnya Tes atau Ujian digunakan pada pengukuran tujuan pada ranah Kognitif, dan Observasi
digunakan pada pengukuran tujuan instruksional pada ranah Afektif dan Psikomotor. Jadi
tidaklah absah (valid) apabila asesmen semua jenis tujuan instruksional menggunakan tes atau
ujian sebagai alat ukur.

Keterandalan (reliability) suatu alat ukur lebih mengacu pada keterulangannya (reproducibility)
hasil ukur pada pengukuran sampel berbeda dari populasi yang sama. Oleh karena itu dalam
pelatihan ini akan dibicarakan pula berbagai jenis instrumen pengukuran selain ujian atau tes.
Contoh : Pengukuran dan Penilaian
JENIS
PROFESI
Dokter Umum

Dosen (Guru)

ALAT UKUR
Termometer
Tensimeter
Timbangan
Meteran
Tes Hasil Belajar

Pedoman Observasi
Skala Sikap,
Angket (Kuesioner)

HASIL
PENGUKURAN
Suhu,
Tekanan darah
Berat badan
Tiinggi badan
Kebanyakan
pertanyaan dapat
dijawab
Mahasiswa tidak
pernah terlambat

HASIL
PENILAIAN
Pasien mengidap
penyakit darah
tinggi
Murid termasuk
5 besar dalam
kelasnya
Mahasiswa
termotivasi
untuk kuliah

Kurikulum inti program studi


Kurikulum Inti suatu Program Studi (KepMenDikNas No.045/U/2002, pasal 4 butir 1)
berisikan keterangan/penjelasan mengenai :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

nama Program Studi


ciri khas kompetensi utama sebagai pembeda antara program studi satu dengan yang lainnya
fasilitas utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan program studi
persyaratan akademis dosen
substansi kajian kompetensi utama yang dikelompokkan menurut elemen kompetensi
proses belajar mengajar dan bahan kajian untuk mencapai elemen-elemen kompetensi
sistem evaluasi berdasarkan kompetensi
kelompok masyarakat pemrakarsa kurikulum inti

Elemen Kompetensi
a. Landasan kepribadian (MPK)
b. Penguasaan ilmu dan keterampilan (MKK)
c. Kemampuan berkarya (MKB)
d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai (MPB)
e. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam
berkarya (MBB)

Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)


Adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian
mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
(Terdiri atas mk. yang relevan dengan tujuan pengayaan wawasan, pendalaman intensitas
pemahaman dan penghayatan MPK inti, contoh Bahasa Ind./Inggris, Ilmu Sosial/Budaya Dasar,
Filsafat Ilmu, Olahraga, dsb.nya)
Kelompok Matakuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)
Adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan
landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu
(Terdiri atas matakuliah yang relevan untuk memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan
kompetensi keilmuan atas dasar keunggulan kompetitif serta komparatif penyelenggaraan
program studi bersangkutan)
Kelompok Matakuliah Keahlian Berkarya (MKB)
Adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan
kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai
(Terdiri atas mk yang relevan, bertujuan untuk memperkuat penguasaan dan memperluas
wawasan kompetensi keahlian dalam berkarya di masyarakat sesuai dengan keunggulan
kompetitif dan komparatif penyelenggaraan program studi bersangkutan)
Kelompok Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB)
Adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan
perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar
ilmu dan keterampilan yang dikuasai
(Terdiri atas mk yang relevan, bertujuan untuk memperkuat penguasaan dan memperluas
wawasan perilaku berkarya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di masyarakat untuk setiap
program studi)
Kelompok Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB)
Adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami
kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
(Terdiri atas mk yang relevan dengan upaya pemahaman serta penguasaan ketentuan yang
berlaku dalam berkehidupan di masyarakat, baik secara nasional maupun global, yang membatasi
tindak kekaryaan seseorang sesuai dengan kompetensi keahliannya)

III

DESAIN INSTRUKSIONAL DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR


(AKTIVITAS INSTRUKSIONAL)

Rancangan proses belajar mengajar merupakan bagian dari kurikulum seperti terlihat pada
KepMenDikNas. Hasil rancangan ini adalah sistem instruksional yang disebut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) suatu mata kuliah atau course outlines, sedangkan
perancangannya menggunakan suatu model yang dinamakan Model Pengembangan Instruksional
(MPI) yang terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut.

1. Analisis Kebutuhan (Needs assessment)


Langkah pertama dalam merancang GBPP ialah analisis kebutuhan (needs assessment).
Analisis kebutuhan ini merupakan tugas Ketua Program Studi beserta tim dosen yang
akan menghasilkan Kurikulum Program Studi. Dalam analisis kebutuhan ini perlu
diperoleh masukan dari semua pelanggan (stakeholders). Hasil analisis kebutuhan ialah
berbagai kompetensi yang dikelompokkan dalam 5 elemen kompetensi.
a. Landasan kepribadian (MPK)
b. Penguasaan ilmu dan keterampilan (MKK)
c. Kemampuan berkarya (MKB)
d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai (MPB)
e. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian
dalam berkarya (MBB)
6

2. Merumuskan Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Semua kompetensi itu dijabarkan menjadi tujuan penampilan (performance objectives),
karena merupakan kemampuan yang harus ditampilkan Jadi kalau dilihat dari sudut
pembelajaran maka rumusan kompetensi-kompetensi itu seyogianya meliputi gabungan
dari kemampuan (perilaku) dalam ranah kognitif, psikomotor dan afektif, yang
selanjutnya dapat dirumuskan dalam tujuan instruksional mata kuliah (Tujuan
Instruksional Umum = TIU).
Taksonomi tujuan instruksional berperanan penting pada rumusan TIU. Rumusan tujuan
instruksional (TIU dan TIK) menggambarkan perilaku (behavior) yang akan ditampilkan
mahasiswa setelah mengikuti suatu proses pembelajaran. Perilaku ini terdiri atas
katakerja spesifik + objek. Katakerja spesifik ini menunjukkan jenjang tujuan
instruksional (level) menurut taksonomi tujuan instruksional, sedangkan objek adalah
ruang lingkup materi (scope) yang diajarkan pada mata kuliah itu. Dengan demikian, dari
rumusan TIU mata kuliah itu terlihat (berdasarkan level dan scope) apakah mata kuliah
tersebut sesuai untuk diajarkan pada jenjang Sarjana, Magister, DIII atau kursus pelatihan.
Review TIU :
Apakah kata kerja dalam TIU dapat diobservasi dan diukur ?
Apakah TIU telah menggambarkan perilaku umum yang hendak diperoleh mahasiswa
setelah perkuliahan berlangsung selama satu semester; atau apakah TIU sudah
merupakan tujuan matakuliah ?
Apakah kata kerja pada TIU telah menggambarkan perilaku umum tingkat kognitif,
psikomotarik dan/atau afektif jenjang tinggi ?
3. Melakukan Analisis Instruksional
Tujuan mata kuliah ini (TIU) masih terlalu umum, sehingga perlu dijabarkan menjadi
tujuan-tujuan khusus (TIK) melalui suatu kegiatan yang dinamakan Analisis
Instruksional.
Perilaku Umum (PLU) dalam TIU
Perilaku Khusus (PLK)

TIK

Setiap PLK menjadi 1 TIK


Pelaksanaannya ialah menjabarkan perilaku-perilaku (behavior) yang paling dekat dengan
TIU sampai pada perlaku yang paling jauh, dimana dosen akan mulai dengan
perkuliahannya (batas entry behavior). Apabila dijabarkan lebih jauh lagi akan ditemukan
perilaku yang sudah diajarkan pada mata kuliah lain, sehingga mata kuliah yang lain itu
menjadi prasyarat untuk mata kuliah sesudahnya.

Review Analisis Instruksional


1.
2.
3.
4.

Apakah semua PLK yang diperlukan untuk mencapai TIU telah teridentifikasi ?
Apakah semua PLK telah dijabarkan dengan baik dan relevan dengan TIU ?
Apakah semua kata kerja dalam PLK dapat diobservasi dan diukur ?
Apakah kata kerja dalam PLK telah bervariasi dari tingkat rendah sampai tinggi
dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik ?
5. Apakah sudah dipikirkan baik-baik sistematika PLK yang dituangkan dalam suatu
bagan, yakni struktur prosedural, hirarkikal, pengelompokan ?
6. Apakah sudah diberi nomor urut dalam bagan analisis instruksional, mulai dari
PLK yang pertama akan diajarkan sampai pada TIU ?
7. Apakah sudah diidentifikasi perilaku awal dan sudah ditempatkan pada bagan
analisis instruksional dengan diberi tanda garis-garis putus ?
4. Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dengan komponen ABCD.
Semua tujuan khusus yang diidentifikasi itu perlu dirumuskan dengan mempertimbangkan
A (audience), siapa mahasiswa yang mengikuti kuliah, B (behavior) perilaku yang ingin
dicapai, C (condition) dalam kondisi bagaimana atau alat bantu apa mahasiswa harus
menampilkan behavior itu, dan D (degree) sampai sejauh mana atau kriteria persyaratan
apa perilaku itu ditampilkan. Rumusan komponen ABCD ini penting, karena merupakan
patokan pada penyusunan soal ujian/tes atau jenis asesmen lain dan pada pengembangan
materi.
Kegunaan TIK :
Merupakan Dasar Pengembangan Instruksional :
Menyusun Kisi-Kisi tes
Menguji validitas isi tes
Mengembangkan materi pelajaran
Memilih metode instruksional
Merupakan ukuran keberhasilan mahasiswa
Review TIK
Apakah semua PLK yang terdapat dalam bagan analisis instruksional sudah
disempurnakan menjadi rumusan TIK ?
Apakah ada TIK yang memerlukan kelengkapan rumusan ABCD (Audience,
Behavior, Condition, Degree) ?
Apakah nomor urut PLK dalam bagan analisis instruksional sudah sama dengan
nomor urut TIK di daftar GBPP ?
Apakah TIK dapat dicapai dalam kondisi di perguruan tinggi anda ?

5. Menulis Tes Acuan Patokan.


Setelah merumuskan berbagai TIK, sudah dapat ditulis soal ujian dalam bentuk tes acuan
patokan atau bentuk asesmen lain sesuai sifat TIK. Tidak semua pencapaian TIK atau TIU
dapat diukur dengan tes atau ujian, misalnya saja mengukur tujuan instruksional dalam
ranah Psikomotor atau Afektif, apalagi mengukur Kompetensi yang merupakan gabungan
ketiga ranah tersebut. Asesmen alternative dan Pengukuran Non-tes akan dibicarakan
kemudian.
6. Menyusun Strategi Instruksional
Dari rumusan TIK ini pula dapat disusun Strategi Instruksional.
7. Langkah selanjutnya ialah mengembangkan materi
(Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan)

Mencerminkan isi/materi mata kuliah yang konsisten dengan setiap TIK


Pokok Bahasan merupakan objek dari 1 (satu)TIK
Pokok Bahasan merupakan objek dari beberapa TIK

8. Evaluasi Instruksional
Langkah terakhir melakukan evaluasi (proses) untuk memperbaiki kekurangankekurangan dalam perencanaan..
9. Hasil GBPP (sistem instruksional)

IV.

INSTRUMEN NON-TES

GBHN (TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL)


DASAR : PANCASILA
TUJUAN : Untuk meningkatkan Kualitas SDM Indonesia

yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME


berbudi pekerti luhur,
berkepribadian,
berdisiplin,
kerja keras,
tangguh,
bertanggung jawab,
mandiri,
cerdas dan terampil,
sehat jasmani dan rohani.

10

Pendidikan Nasional harus mampu


menumbuhkan dan memperdalam :
Rasa cinta tanah air
Semangat Kebangsaan
Kesetiakawanan Sosial
Rasa percaya diri
Sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif

Seperti telah diuraikan sebelumnya, Kompetensi lulusan meliputi ketiga ranah, yaitu Kognitif,
Afektif dan Psikomotor. Informasi tentang hasil belajar mahasiswa tidak hanya dapat diperoleh
melalui tes atau ujian, tetapi dapat juga diperoleh melalui alat pengukuran bukan tes seperti
pedoman observasi, skala sikap, daftar cek, catatan anekdotal, dan jaringan sosiometrik.
Pedoman observasi baik digunakan untuk kerja lapangan maupun untuk kerja laboratorium,
yang mengutamakan pengukuran hasil belajar dalam bidang kemampuan dan keterampilan
(psikomotorik), karena memberikan informasi hasil pengukuran yang lebih akurat.
11

Alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar non-tes dapat digunakan untuk pengukuran
perubahan tingkah laku dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotor, terutama yang lebih
menekankan pada apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh mahasiswa, dibanding apa yang
diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, alat ukur ini terutama berhubungan dengan
penampilan (performance) yang dapat diamati, dibanding dengan pengetahuan dan proses mental
lainnya yang tidak dapat diamati dengan indera. Alat ukur non-tes ini merupakan kesatuan
dengan alat ukur tes, karena tes atau ujian pada umumnya mengukur apa yang diketahui,
dipahami, diaplikasikan atau dapat dikuasai mahasiswa dalam tingkatan proses mental yang lebih
tinggi. Tetapi belum ada jaminan bahwa yang mereka miliki dalam kemampuan mental itu dapat
didemonstrasikan (ditampilkan) dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa alat ukur
lain yang dapat memeriksa kemampuan dan penampilan yang telah diketahui dan dimiliki itu
dalam tindakan sehari-hari.
Alat ukur keberhasilan belajar non-tes yang umum digunakan ialah :

12

You might also like