You are on page 1of 31

PENGEMBANGAN PRODUK BARU HASIL PERTANIAN

KETAN INSTAN

LAPORAN

Oleh
Armidha Aji Pramudito 121710101126
Sigit Satria Putra

121710101111

Lina Izzatul Fikri

121710101112

Utiya Listy Biyumna

121710101119

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sektor pertanian sangat potensial untuk dikembangkan karena berperan dalam
peningkatan perekonomian nasional. Potensi pertanian di Indonesia terutama komoditas padi
dapat dilihat dari luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman padi di beberapa Provinsi
yang ada di Indonesia. Data yang disajikan Anshori (2011) menunjukkan bahwa pada tahun
2010, Indonesia dapat memproduksi padi sebesar 66.411.469 ton dan sekitar 42.000 ton dari
total produksi padi adalah beras ketan. Terlepas dari produksi beras ketan, potensi lain bahan
pangan ini adalah kandungan gizinya. Beras ketan merupakan sumber karbohidrat yang besar.
Kandungan karbohidrat dalam 100 gram beras ketan putih sebesar 79,4 gram. Selain
karbohidrat, beras ketan putih mengandung (protein 6,7 g), (lemak 0,70 g), (Ca 12 g), (Fe 0,8
g), (Vit B 0,16 g), dan (air 12 g) (Direktorat Gizi, 1981).
Beras ketan (Oryza sativa L var. glutinosa) merupakan salah satu varietas padi yang
banyak terdapat di Indonesia. Pemanfaatan beras ketan umumnya masih terbatas pada produk
olahan tradisional yang membutukan waktu lama dalam proses pembuatannya. Hal tersebut
dianggap tidak efisien dan praktis, sedangkan sebagian masyarakat saat ini telah mengarah
kepada pola hidup yang modern dan instan. Pola hidup tersebut menuntut penganekaragaman
produk pangan yang mengarah pada sifat modern dan instan. Dengan demikian,
pengembangan beras ketan ke dalam agroindustri dinilai mampu membawa multiplier effect
yang cukup signifikan dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia mulai dari sektor hulu
(pertanian) hingga sektor hilir yang meliputi perindustrian dan perdagangan.
Ketan instan merupakan salah satu pengembangan produk berbasis beras ketan yang
berpotensi. Pengertian pangan instan adalah bahan pangan yang diolah dengan perlakuan
kimia maupun fisik yang akan memperbaiki karakteristik hidrasi dari suatu produk pangan,
sehingga dapat langsung dikonsumsi atau melalui pemasakan singkat (Johnson dan Peterson,
1971). Konsep produk ketan instant mengacu pada proses pemasakan beras ketan secara
tradisional yang cukup lama, sehingga produk ketan dipadukan dengan konsep makanan
instant dengan tujuan mempermudah proses pemasakan. Penggunaan teknologi instan pada
beras ketan dapat memenuhi aspek kemudahan dalam penggunaan, penyimpanan, penakaran,

distribusi, dan daya simpan yang tinggi karena kadar air yang rendah. Selain memenuhi aspek
kemudahan, keuntungan penerapan teknologi instan yang melalui beberapa proses
pengolahan dapat menurunkan nilai indeks glikemik beras ketan yang tinggi (Widowati,
2007). Mengkonsumsi ketan juga dapat menyebabkan awet kenyang karena mengandung
amilopektin yang tinggi, mencapai 90% (Indrasari et al., 2008). Berdasarkan mekanisme
hidrolisi enzimatis, amilosa dapat dihidrolisi hanya dengan satu enzim yaitu alfa-amilase.
Sedangkan amilopektin mempunyai rantai cabang, sehingga struktur yang pertama kali
dihidrolisis oleh alfa-amilase adalah bagian terluar, kemudian dilanjutkan oleh alfaglukosidase. Berat molekul amilopektin lebih besar dibandingkan amilosa. Dengan demikian
amilopektin memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna dibandingkan amilosa (Lehninger,
1982).
Berdasarkan pertimbangan tersebut, pembuatan produk ketan isntam dianggap sangat
tepat untuk memenuhi permintaan masyarakat. Berbagai produk makanan instan dalam
bidang pangan, misalnya mie instan, nasi instan, dan lain-lain telah berhasil dikembangkan
dan diterima baik oleh masyarakat. Diharapkan dengan pembuatan ketan instan akan
diperoleh keberhasilan yang sama.
1.2. Tujuan
Tujuan akhir proposal ini adalah :
1. Mengembangkan produk pangan baru berbasis beras ketan.
2. Mampu memasarkan produk ketan isntan sebagai produk hasil pertanian yang
bermutu dan sesuai dengan keinginan konsumen.
1.3. Manfaat
1. Memberikan alternatif pengolahan beras ketan dalam bentuk yang lebih mudah
dikonsumsi masyarakat sehingga meningkatkan nilai ekonomis beras ketan.
2. Menciptakan suatu usaha berbasis pertanian yang memiliki nilai keberlanjutan usaha
tinggi.
3. Meningkatkan pendapatan pelaku bisnis.
4. Menciptakan diversifikasi usaha berbasis pertanian atau dikenal agroindustri.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisis Bahan Baku


2.1.1 Beras Ketan Putih (Oryza sativa glutinosa)
Beras ketan (Oryza sativa L var. glutinosa) merupakan salah satu varietas padi yang
banyak terdapat di Indonesia dan berpotensi untuk dikembagkan. Produksi beras ketan pada
tahun 2011 mencapai 42.000 ton (Anshori, 2011). Pemanfaatan beras ketan dari segi
konsumsi umumnya masih terbatas pada produk olahan tradisional yang membutuhkan waktu
lama dalam proses pembuatannya. Pengembangan beras ketan ke dalam agroindustri dinilai
mampu membawa multiplier effect yang cukup signifikan dalam pertumbuhan perekonomian
di Indonesia mulai dari sektor hulu (pertanian) hingga sektor hilir yang meliputi perindustrian
dan perdagangan.
Butir beras ketan sebagian besar terdiri dari pati (sekitar 70-80%) yang terdapat dalam
endosperma (Direktorat Gizi, 1981). Pati beras ketan sebagian besar terususun dari fraksi
amilopektin dengan rasio perbandingan selisih kandungan amilosa dan amilopektin, yaitu 7%
amilosa dan 93% amilopektin (Juliano, 1972; Indrasari et al., 2008). Komposisi kimia beras
ketan putih dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Komposisi kimia beras ketan putih
Komponen
Karbohidrat
Protein
Lemak
Ca
Fe
Vitamin B
Air
Sumber: Direktorat Gizi (1981)

Satuan (gram)
79,4
6,7
0,70
12
0,8
0,16
12

Rasio perbandingan amilosa dan amilopektin berpengaruh terhadap sifat bahan


pangan. Pati yang banyak mengandung amilopektin tinggi, bila dimasak tidak mampu
membentuk gel yang kukuh dan pasta yang dihasilkan lebih lunak (long texture). Sifat long
texture tersebut menyebabkan kecenderungan sifat yang merenggang dan patah. Selain itu,
berdasarkan mekanisme hidrolisi enzimatis, amilosa dapat dihidrolisi hanya dengan satu
enzim yaitu alfa-amilase. Sedangkan amilopektin mempunyai rantai cabang, sehingga
struktur yang pertama kali dihidrolisis oleh alfa-amilase adalah bagian terluar, kemudian

dilanjutkan oleh alfa-glukosidase. Berat molekul amilopektin lebih besar dibandingkan


amilosa. Dengan demikian agmilopektin memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna
dibandingkan amilosa (Lehninger, 1982).
2.1.2

Na-sitrat
Natrium Sitrat atau asam sitrat merupakan zat yang digunakan sebagai pengawet

berbagai makanan dan minuman. Zat kimia tersebut dapat memodifikasi struktur protein dari
beras. Perendaman ketan dalam larutan Na-sitrat akan mengganggu dan menguraikan struktur
protein beras, sehingga butiran menjadi porous. Oleh karena itu untuk menghasilkan ketan
instan yang diinginkan, penggunaan garam sitrat dilakukan bersama dengan perlakuan
pemanasan (Gregory 1976 diacu dalam Utomo 1999). Struktur beras yang porous ini akan
lebih mudah menyerap air dan mengembang volumenya pada waktu pemasakan (Widowati et
al., 2010).
Menurut Widowati et al., (2010), perendaman beras ketan dengan Na-sitrat dapat
menyebabkan rendemen produk menurun. Perendaman dalam larutan alkali dapat
melunakkan jaringan perikap paling luar, sehingga kemungkinan ada bagian-bagian dari
beras yang keluar pada saat pemasakan yang ditandai dengan keruhnya air pemasakan. Hal
ini yang menyebabkan penurunan dari rendemen ketan instan yang dihasilkan.
2.1.3

Santan Kelapa
Santan kelapa adalah cairan putih kental yang dihasilkan dari daging kelapa yang

diparut dan kemudian diperas setelah ditambahkan air. Santan kelapa segar memiliki sifat
yang mudah rusak dan apabila terpapar udara dapat menyebabkan ketengikan. Lemak dalam
santan dihidrolisis oleh enzim lipase dan lipoksidase menjadi asam-asam lemak bebas yang
bereaksi dengan oksigen terlarut dan menghasilkan peroksida serta radikal bebas atau
kemudian terurai menjadi senyawa aldehida dan keton yang menyebabkan ketengikan
(Soetrisno, 1992). Qazuini (2008) juga menjelaskan bahwa timbulnya kelainan bau
(ketengikan) tersebut antara lain karena terbentuknya asam lemak bebas sebagai hasil
hidrolisis minyak. Disamping asam lemak bebas dihasilkan pula gliserol sebagai hasil
hidrolisis minyak. Hidrolisis ini dipacu oleh lipase yang secara alamiah ada pada bagian
jaringan yang mengandung minyak atau lemak. Aktivitas lipase dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain adalah suhu. Suhu optimum lipase ialah pada 30-40 oC. Santan dapat
bertahan kurang dari sepuluh jam dalam suhu ruang (25-30oC) dan bisa bertahan lebih dari
dua puluh empat jam dalam lemari es. Srihari et al. (2010) menjelaskan bahwa santan juga

mudah rusak jika dipanaskan pada suhu yang relatif tinggi. Hal ini tidak diinginkan, sehingga
untuk mengatasinya santan dibuat dalam bentuk bubuk kering
Santan kelapa bubuk sudah banyak digunakan untuk menggantikan santan kelapa
segar untuk bahan pangan atau minuman di skala rumah tangga dan industri pangan.
Penggunaan santan bubuk sangat efisien karena hanya melarutkannya dalam air (Srihari et
al., 2010). Dalam pengolahan pangan, santan mempunyai peranan untuk menambahkan cita
rasa gurih dengan aroma khas kelapa yang harum (adanya senyawa nonylmethylketone).
Selain itu, lemak pada santan berfungsi untuk meningkatkan palatabilitas (rasa enak dan
lezat) terhadap makanan (Muchtadi, 2008). Karakteristik santan bubuk terbuat dari campuran
skim santan cair, maltodekstrin, dan Tween 80 yang diumpankan ke spray dryer dengan suhu
udara inlet 185oC (Srihari et al., 2010).
2.1.4

Garam
Garam adalah senyawa berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan

senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti
Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, dan Calsium Chlorida. Garam dapur digunakan
sebagai pemberi rasa dan pengawet pada makanan. Garam mempunyai sifat atau karakteristik
higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C (Burhanuddin, 2001).
2.2 Pasokan Bahan Baku
Bahan baku merupakan komponen penting dalam agroindustri karena ketersediaan
bahan baku menentukan kelangsungan hidup agroindustri tersebut. Bahan baku yang
digunakan adalah beras ketan. Terdapat faktor yang mementukan pasokan bahan baku,
daiantaranya kuantitas (quantity), kualitas (quality), waktu (timing), dan harga (cost).
a. Kuantitas dan waktu
Kuantitas merupakan faktor penentu ketersediaan bahan baku, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan produksi sehari-hari. Bahan baku untuk produksi ketan instan diperoleh
dari pemasok dan pasar terbuka karena komoditas cukup seragam, serta ada toleransi yang
besar terhadap standar kualitas untuk pengolahan. Perencanaan kapasitas produksi ketan
instan sebanyak 60 kg ketan instan/hari sehingga untuk memenuhi kapasitas tersebut
dibutuhkan bahan baku beras ketan 70kg/hari dengan rendemen sebesar 90%. Produksi beras

ketan cukup tinggi dengan waktu panen sepanjang tahun, sehingga bahan baku yang
digunakan tersedia sepanjang waktu.
b. Kualitas dan harga
Kualitas bahan baku berkaitan dengan kualitas kimia, fisik, dan biologi. Penetapan
kualitas bertujuan untuk menjamin produk ketan instan memiliki kualitas yang baik dan
konsisten. Kualitas bahan baku ditetapkan sesuai dengan SNI untuk beras ketan putih. Faktor
kualitas yang ditetapkan pada bahan baku, yaitu ukuran, keseragaman, kemurnian, dan
kerusakan. Guna menjamin kualitas, diperlukan penentapan kualitas bahan baku yang harus
disepakati oleh pihak supllier dan pedagang. Harga bahan baku di pasar terbuka yaitu Rp
14.000,00-/kg, sehingga pembelian bahan baku pada pemasok diharapkan lebih murah.
2.3 Kondisi Umum dan Peluang Yang Dikelola
Produksi beras ketan cukup besar, sekitar 42.000 ton dari total produksi padi di
Indonesa. Pemanfaatan beras ketan umumnya diolah menjadi makanan tradisional. Proses
pengolahan ketan membutuhkan waktu yang lama yaitu melalui beberapa tahapan proses
pencucian, perendaman selama 24 jam, dan pengukusan selama kurang lebih 20 menit. Hal
tersebut dianggap tidak efisien dan praktis, sedangkan sebagian masyarakat saat ini telah
mengarah kepada pola hidup yang modern dan instan. Konsumen lebih menyukai produk
makan yang praktis, bersifat instan atau cepat saji (ready to use atau ready to eat). Solusi
terbaik untuk permasalahan tersebut adalah dengan memberikan teknologi pada pengolahan
beras ketan. Teknologi yang diberikan adalah instanisasi, sehingga dengan adanya produk
ketan instan maka konsumen dapat langsung menikmati ketan secara praktis dengan waktu
persiapan yang singkat.
Penggunaan teknologi instan pada beras ketan memiliki keuntungan, yaitu dapat
memenuhi aspek kemudahan dalam penggunaan, penyimpanan, penakaran, distribusi, dan
daya simpan yang tinggi karena kadar air yang rendah. Selain memenuhi aspek kemudahan,
mengkonsumsi ketan juga dapat menyebabkan awet kenyang karena mengandung
amilopektin yang tinggi (mencapai 90%) dan keuntungan penerapan teknologi instan dapat
menurunkan nilai indeks glikemik beras ketan yang tinggi karena proses instanisasi ketan
instan menggunakan tiga teknologi yaitu pregelatinisasi, restrukturisasi dan rehidrasi.
Proses pregelatinisasi merupakan teknik modifikasi pati secara fisik yang paling sederhana
yang dilakukan dengan cara memasak pati di dalam air dibawah suhu gelatinisasi. Proses
restrukturisasi merupakan proses penataan kembali struktur ketan. Sedangkan rehidrasi pati

adalah proses penyerapan air kembali ke dalalam bahan kering atau pati yang sebelumnya
telah mengalami gelatinisasi (Indrasari et al., 2008; Widowati, 2007; Yulianingsih, 2012).
Peluang produk ketan instan cukup tinggi karena cocok digunakan untuk para wanita
yang ingin melakukan program diet. Produk ketan dapat mengenyangkan lebih lama
dibandingkan beras, sehingga cocok untuk diet. Produk ketan instan juga lebih praktis,
sehingga sangat cocok untuk masyarakat modern yang membutuhkan efisiensi waktu yang
tinggi.
2.4 Produk Inovasi Yang Ditawarkan
2.3.1 Keunggulan Produk
Produk inovasi yang ditawarkan adalah ketan instan yang diproses dengan tiga
teknologi (pregelatinisasi, restrukturisasi dan rehidrasi) dan dikemas secara higienis dengan
memperhatikan unsur estetika. Penggunaan teknologi instan pada beras ketan memiliki
keuntungan, yaitu dapat memenuhi aspek kemudahan dalam penggunaan, penyimpanan,
penakaran, distribusi, dan daya simpan yang tinggi karena kadar air yang rendah. Produk ini
dapat dikonsumsi sebagai cemilan ataupun sarapan. Ketan instan adalah beras ketan yang
secara cepat dapat diproses menjadi ketan siap santap. Waktu penyeduhan ketan instan adalah
10 menit. Kunci utama terbentuknya ketan siap santap (ketan instan) adalah terbuka lebarnya
pori-pori beras ketan (porous), sehingga memudahkan rehidrasi dan diperoleh waktu rehidrasi
sesingkat mungkin.
Keunggulan Produk
1. Penyajian menarik.
2. Terjamin kebersihannya.
3. Tidak menggunakan bahan kimia berbahaya, sehingga aman untuk dikonsumsi.
Trend pemasaran produk diarahkan pada sifat modern dan instan. Bagi segmen pasar
mahasiswa, atribut yang ditonjolkan adalah keunikan produk dan harga yang terjangkau.
Sedangkan untuk segmen masyarakat umum, atribut produk yang ditonjolkan adalah aspek
keamanan dan kepraktisan.
2.3.2 Kemasan
Pengemasan berfungsi untuk mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi
bahan pangan yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran dan gangguan fisik
(gesekan, benturan, getaran), serta mempertahankan mutu. Disamping itu, pengemasan
berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai

bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari


segi promosi, wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik bagi
konsumen. Karena itu bentuk, warna, ukuran, kekuatan dan dekorasi dari kemasan perlu
diperhatikan dalam perencanaannya (Kersani, 2011).
Kemasan primer produk ketan instan menggunakan bahan aluminium foil. Aluminium
foil adalah bahan kemasan berupa lembaran logam aluminum yang padat dan tipis dengan
ketebalan <0.15 mm. Ketebalan dari aluminium foil menentukan sifat protektifnya. Pada
ketebalan 0.0375 mm, maka permeabilitasnya terhadap uap air = 0, artinya foil tersebut tidak
dapat dilalui oleh uap air. Aluminium foil mempunyai sifat yang hermetis, fleksibel, tidak
tembus cahaya (Syarief et al., 1989). Berikut adalah contoh pengemas aluminium foil pada
produk ketan instan.

(a)

(b)

(c)

Gambar 1. Kemasan Primer Ketan Instan (a), Bumbu (b), dan Kemasan Sekunder (c)
Kemasan sekunder produk ketan instan menggunakan karton. Karton merupakan
bagian dari kertas namun lebih sering berfungsi sebagai wadah luar atau sebagai penyokong
wadah utama dalam pengemasan bahan pangan agar lebih kuat, dan rigid. Karton memiliki
kelebihan antara lain elastisitas lebih baik dibanding kayu, dapat dicetak pada permukaannya,
dapat dikerjakan secara masinal, pemakaiannya mudah, dan dapat dilipat sehingga tidak
memerlukan ruang luas (Kersani, 2011). Berikut adalah jenis pengemas karton pada produk
ketan instan.

Gambar 2. Desain Kemasan Sekunder


2.3.3 Pendekatan analisa SWOT
Berdasarakan pendekatan menggunakan analisis SWOT bahwa :
Tabel 2.3 Pendekatan Analisis SWOT pada Usaha KHETAN (Ketan Instan)
Strenghs (Kekuatan)

Opportunities (Peluang)
1. Kesadaran konsumen terhadap
kesehatan dan keamanan yang

1. Praktis,
aspek

efisien,

memenuhi

kemudahan

penggunaan,

dalam

penyimpanan,

penakaran, distribusi, dan daya


simpan.
2. Memiiki nilai estetika yang
tinggi sehingga meningkatkan
nilai jual.

tinggi dan berkembang


2. Konsumsi produk ketan sebagai
cemilan banyak digemari oleh
masyarakat
3. Diversivikasi agroindustri yang
berujung

pada

penciptaan

lapangan kerja
4. Gaya hidup modern dan instan
5. Produk minim pesaing karena
diproduksi

pertama

kali

di

Indonesia sehingga besar pula


kesempatan untuk dipasarkan
Weakness (Kelemahan)
1. Produk baru belum
dikenal oleh konsumen.

secara global
Threats (Ancaman)
terlalu

1. Mudah ditiru oleh pesaing

Setelah menganalisis peluang, kekuatan, resiko dan tantangan tersebut, strategi yang
dilakukan ialah dengan selau memberikan inovasi bagi produk KHETAN (Ketan Instan) agar
kepuasan konsumen dapat terjamin. Selain itu, memberikan pelayanan yang maksimal bagi

konsumen dengan cara memberi kemudahan dalam transaksi pembelian KHETAN (Ketan
Instan) dan menampung kritik dan saran konsumen demi keberhasilan bisnis KHETAN
(Ketan Instan).
2.4 Segmentasi Pasar
Untuk menjangkau konsumen, produk ini dipasarkan berdasarkan segmentasi.
Segmentasi pasar yang digunakan oleh produk ketan instan adalah segmentasi demografi.
Pemilihan segmen demografi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keinginan, pemilihan,
dan pemakaian konsumen terhadap kelompok variabel tertentu. Pemilihan variabel pada
segmen pasar ini yaitu tingkat usia dan tingkat strata pendidikan. Segmentasi yang kedua
adalah berdasarkan segmen behavioristik yakni jangkauan pasar yang mengarah pada
perilaku konsumen dengan memperhatikan kelompok-kelompok tertentu. Pemilihan segmen
pasar ini yaitu tingkat manfaat produk yang dicari. Konsumen akan mencari produk ketan
isntan yang memberikan manfaat-manfaat tertentu yang sesuai bagi konsumen. Misalnya
produk ketan instan diminati oleh konsumen dari golongan dewasa karena kemudahan dan
kepraktisan dalam penggunaan, sedangkan bagi remaja dan anak-anak diminati karena unik
dan mengenyangkan. Pada segmentasi pasar yang kami lakukan, kami melakukan pendekatan
segmentasi secara apriori. Dimana segmentasi ini, kami menunjukkan siapa sasaran pasarnya
dan berapa usianya. Oleh karenanya dengan sistem segmentasi pasar dengan metode tersebut,
pemborosan sumber daya yang bernilai dapat diminimalisir, sehingga dapat mengarahkan
upaya yang dapat membantu tercapainya keberhasilan.
Segmentasi:
a) Kelompok Mahasiswa
Mahasiswa Universitas Jember cukup besar dengan jumlah mahasiswa sekitar
18.000 orang. Jumlah

mahasiswa yang besar ini menjadi pasar yang yang cukup

potensial. Faktor lokasi yang dekat dengan lokasi penjualan menjadi kelebihan tersendiri,
sehingga memudahkan kegiatan survei, promosi dan pemasaran produk. Selain itu, gaya
hidup mahasiswa dengan pemahaman intelektual yang cukup akan aspek kesehatan dan
gizi memudahkan pemasaran produk.
b) Kelompok Umum
Segmen ini terdiri dari masyarakat umum baik yang berprofesi sebagai karyawan,
PNS maupun lainnya. Bagi segmen ini, yang terpenting adalah seberapa besar manfaat
yang mereka dapat dengan mengonsumsi suatu produk. Hal ini sangat tepat antara produk
yang ditawarkan dengan kebutuhan mereka yang sibuk dan tidak siap menyediakan

makanan. Sehingga produk ketan instan dengan berbagai keunggulan yang dimiliki,
diharapkan mereka tertarik dan mengkonsumsinya untuk seluruh anggota keluarga.
First Market
Market adalah tempat dan sektor produk yang akan dijual. Market awal yang disasar
oleh produk KHETAN (Ketan Instan) adalah modern retail meliputi supermarket dan
convenience store (alfamart dan indomart). Selain itu juga pada pedagang makanan.
2.5 Teknik Pemasaran
Teknik pemasaran produk KHETAN (Ketan Instan)

yang digunakan adalah

pendekatan langsung kepada konsumen dengan cara uji kesukaan konsumen dengan media
pemasaran berupa edukasi market dan melakukan promosi secara periklanan yang bekerja
sama dengan berbagai media massa elektonik maupun non-elektronik.
Bentuk Pendekatan Secara Langsung Melalui Media Pemasaran :
1. Edukasi Market
Hal ini perlu dilakukan karena sebagian besar makanan instan yang beredar kurang
baik bagi kesehatan bila dikonsumsi secara berlebihan karena mengandung bahan
sintetik yang berbahaya. Proses edukasi pasar ini dilakukan dengan cara memberikan
penjelasan beserta contoh produk kepada masyarakat untuk dicoba. Dengan adanya
experience tersendiri pada konsumen tentang keunggulan produk, maka mereka akan
menjadi konsumen dari produk KHETAN (Ketan Instan).

2. Customer Service
Konsumen merupakan partner bisnis yang membutuhkan pelayanan yang baik. Oleh
karena itu dibutuhkan suatu upaya penjagaan konsumen dengan customer service
yang memuaskan. Berikut ini merupakan program customer service yang diberikan:
Garansi Produk
Produk yang cacat atau tidak sesuai dengan spesifikasi akan diganti. Satu KHETAN
(Ketan Instan) yang rusak akan diganti dengan tiga KHETAN (Ketan Instan) yang
baru. Layanan ini diharapkan mampu membuat konsumen percaya terhadap kualitas
dari produk kami.
Bentuk Promosi Melalui Upaya Periklanan :
1. Membuat situs jejaring social media (Facebook dan Twitter) yang berfungsi memberikan
penjelasan mengenai produk KHETAN (Ketan Instan) dan tempat untuk memperoleh
produk tersebut. Para pengunjung situs dapat dilacak dan jawaban-jawaban bagi
pertanyaan yang masuk dapat diberikan secara otomatis.
2. Berperan serta dalam pameran dan ekspo perdagangan skala besar di berbagai daerah. Hal
ini dapat membantu proses promosi produk dan membangun kontak langsung dengan
konsumen yang potensial.
2.6 Analisa Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha penting dilakukan oleh produsen guna menghindari kerugian
dan untuk pengembangan serta kelangsungan usaha. Kelayakan usaha perlu dilakukan
dengan melakukan analisis finansial, sehingga dapat diketahui sejauhmana usaha yang akan
dilakukan menguntungkan secara finansial. Secara finansial kelayakan usaha dapat dianalisis
dengan menggunakan beberapa indikator pendekatan atau alat analisis, seperti menggunakan
Titik Pulang Pokok (Break Event Point/ BEP), Revenue-Cost ratio (R/C ratio), Benefit-Cost
ratio (B/C ratio), Payback Period, Retur of Investment.
Berdasarkan

perhitungan

analisis

kelayakan

usaha

yang

telah

dilakukan,

menunjukkan bahwa BEP Volume Produksi tercapai jika memproduksi minimal 4.503 buah.
Untuk BEP Harga Produksi tercapai pada angka Rp. 27.015.888 jika per buah dijual minimal
Rp. 6.000. Total keuntungan bersih per tahun adalah Rp. 540.000.000. Adapun nilai B/C
Ratio 5,25, NPM Ratio 86,82% dan pay back period selama 0,15 tahun, sehingga dapat
disimpulkan bahwa bisnis ini sangat layak untuk didirikan.

2.7 Keberlanjutan Usaha


KHETAN (Ketan Instan) merupakan produk hasil pertanian berupa ketan yang
diinovasi dengan teknologi instanisai dan dikemas secara higienis. Pola hidup masyarakat
yang modern dan menuntut dikembangkannya produk instan, serta pengetahuan dan
kesadaran masyarkat tentang keamanan dalam penyajian makanan yang terus berkembang,
membuat masyarakat mencari produk yang praktis, efisien, dan cepat dalam penyajian,
sehingga produk KHETAN (Ketan Instan) akan menjadi salah satu pilihan konsumen saat ini
hingga mendatang.

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam produksi beras ketan ini meliputi kompor, baskom
stainlesstell, panci, oven, loyang, dan alat pengemas. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah beras ketan, Na-Sitrat, santan bubuk, dan garam.
3.2 Proses Pembuatan
Beras ketan
putih
Perendaman dalam Na-Sitrat
1% (Na-Sitrat 1:3 beras ketan),
selama 2 jam pada suhu 50oC
Pencucian
Penanakan, selama 5 menit
Pendinginan
Pembekuan -4oC, selama 24
jam
Thawing dengan air 50oC,
selama 10 menit

Pengeringan dengan Oven,


selama 2 jam suhu 82oC
Pengemasan
Gambar 3. Proses Pembuatan Ketan Instan

Beras ketan putih direndam dalam larutan perendam, yaitu Na-Sitrat 1 % dengan rasio
beras ketan putih : perendam = 1:3. Perendaman dilakukan selama 2 jam pada suhu 50C.
Perendaman bertujuan untuk mendapatkan struktur fisik beras ketan menjadi lebih porous,
sehingga proses penyerapan air akan lebih cepat pada saat perendaman maupun waktu
rehidrasi. Proses berikutnya yaitu pencucian yang bertujuan untuk membersihkan beras ketan
dari sisa-sisa bahan perendam, kemudian dilakukan proses penanakan selama 5 menit.
Perbandingan air dengan beras pada proses penanakan adalah 3 : 1 (air : beras ketan). Tujuan
penanakan adalah mendapatkan beras ketan yang mengalami pregelatinisasi. Kemudian
didinginkan terlebih dahulu untuk memudahkan pembekuan. Kemudian dilanjutkan dengan
proses pembekuan di dalam freezer selama 24 jam pada suhu -4C. Tujuan pembekuan adalah
melakukan proses restrukturisasi kemudian di lakukan proses thawing selama 5-10 menit
pada suhu 50C. Pembekuan dan proses thawing dengan segera bertujuan agar ketan yang
dihasilkan tidak menggumpal. Selanjutnya, ketan dikeringkan menggunakan oven pada suhu
82C selama 2 jam, hingga bahan menjadi kering dan berbentuk seperti kristal bening dan
keras, dengan kadar air ketan instan kering berkisar antara 9-12 %. Ketan instan siap santap
dihasilkan dengan merehidrasi atau menyeduh menggunakan air mendidih di dalam wadah
tertutup.

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Analisis Pendapatan


Produk Khetan Istan yang diproduksi pada gelar adalah 25 kemasan, setiap kemasan
berisi 50 gram ketan instan dan 25 gram bumbu santan yang dikemas dalam kemasan karton.
BEP Harga yang diperoleh yaitu Rp 6.192/kemasan, sehingga untuk mendapatkan
keuntungan maka produk dijual dengan harga Rp. 7000/kemasan. Untuk memproduksi 25
kemasan, dana yang dikeluarkan sebesar Rp. 154.800, terdiri dari ketan instan 2 kg, Na-sitrat,
santan bubuk 25 bungkus, garam, kemasan primer dan sekunder, dan gas elpiji. Pada saat
gelar produk, produk khetan instan terjual habis, sehingga pendapatan hasil penjualan sebesar
Rp. 175.000. Dengan demikian, proyeksi keuntungan yaitu Rp. 20.200 (pendapatan
pengeluaran : Rp. 175.000 - 154.800 = Rp. 20.200)

4.2 Respon Panelis


Penilaian respon konsumen terhadap produk ketan instant dilakukan dengan membuat
kuisioner dengan parameter yang akan dinilai antara lain warna, aroma, rasa, tekstur,
kemasan, dan kesukaan keseluruhan. Jumlah panelis yang menguji parameter-parameter
tersebut sejumlah 20 orang. Hasil kuisioner dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kuisioner Ketan Instan
Jumlah
Warna Aroma

panelis
20 orang
70
Rata-rata
3,5
Keterangan:

77
3,85

1 = Sangat tidak suka


2 = Tidak suka
3 = Agak suka
4 = Suka
5 = Sangat suka

Rasa
70
3,5

Nilai
Tekstur Kemasan
72
3,6

86
4,3

Kesukaan Keseluruhan
74
3,7

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa produk ketan instan secara
keseluruhan sudah dapat diterima oleh konsumen. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai ratarata tiap parameter adalah 3,5 sampai 4,3 yaitu suka. Penilaian tersebut menjadi
pertimbangan pengembangan produk Ketan Instant. Berdasarkan nilai kuisioner, parameter
yang diuji tiap panelis menunjukan respon yang berbeda-beda. Parameter rasa dan warna
memiliki nilai penerimaan rata-rata paling rendah dibandingkan atribut lainnya. Pada
parameter rasa, perlu dilakukan pengembangan agar daya terima konsumen pada segi atribut
rasa semakin baik. Sejumlah panelis memberikan saran rasa ketan instan sebaiknya lebih
manis dan diberi variasi rasa lainya. Pada parameter warna, panelis memberikan saran
tampilan warna butiran ketan yang lebih cerah. Pada parameter aroma, konsumen umumnya
telah menyukai karena karena aroma khas ketan setelah penyeduhan tidak hilang. Selain itu
aroma bumbu ketan instan berperan dalam peningkatan aroma gurih pada ketan. Sifat ketan
instan yang porous menyebabkan santan meresap kedalam butiran ketan. Pada parameter
tektur beberapa panelis memberikan saran tekstur sebaiknya lebih diperhatikan karena tekstur
ketan instant agak terlalu lembek dan bentuk butiran ketan produk kurang bagus, sehingga
perlu perbaikan pada bentuk butiran ketan agar bentuk kokoh dan utuh menyerupai kristal
beras ketan umumnya. Sedangkan parameter kemasan memiliki skor tertinggi, hal tersebut
disebabkan karena desain kemasan yang menarik. Dari segi promosi, wadah atau
pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik bagi konsumen.

4.3 Nilai Gizi


Analisa nilai gizi dan perubahan kandungan pada setiap tahap pengolahan produk
ketan instant dilakukan agar diketahui estimasi nilai gizi dari produk akhir. Pembuatan ketan
instan secara garis besar terdiri dari enam tahapan utama, yaitu perendaman, pencucian,
pemasakan dengan cara penanakan, pembekuan, thawing, dan pengeringan. Tahapan proses
pembuatan ketan instan dapat dilihat pada gambar 4.1.
Beras
ketan
Ketan
Instant

Perendaman

Pencucian

Pemasakan +
Air

Pengeringan

Thawing

Pembekuan

Gambar 4.1 Tahapan Proses Pembuatan Ketan Instan

1. Kandungan 100 gr beras ketan semula:


Kadar air
: 12 g
Lemak
: 0,7 g
Protein
: 6,7 g
Karbohidrat : 79,4 g
Mineral
: 1,2 g
2. Tahap Perendaman
Jumlah kandungan yang diperkirakan berkurang:
Lemak
: 0,7 - 0 = 0,7 g
Protein
: 6,7 - 0 = 6,7 g
Karbohidrat : 79,4 - 2,9 = 77 g
Mineral
: 1,2 - 0,1 = 1,1 g
3. Tahap Pencucian
Jumlah kandungan yang diperkirakan berkurang:
Lemak
: 0,7 - 0 = 0,7 g
Protein
: 6,7 % - 0 = 6,7 g
Karbohidrat : 77% - 5 = 72 g
Mineral
: 1,1 % - 0,2 = 0,9 g
4. Tahap Pemasakan
Kadar air bertambah 300 ml, jadi berat bahan 100 gr + 300 ml = 400 g
Lemak
: 0,7 g
Protein
: 6,7 g
Karbohidrat : 72 g
Mineral
: 0,9 g
5. Tahap Thawing
Jumlah kandungan yang diperkirakan berkurang
Lemak
: 0,7 - 0 = 0,7 g
Protein
: 6,7 - 0 = 6,7 g
Karbohidrat : 72 - 1,9 = 70,1 g
Mineral
: 0,9 - 0,1 = 0,8 g
6. Tahap Pengeringan
Jumlah kandungan yang diperkirakan berkurang
Lemak
: 0,7 - 0 = 0,7 g
Protein
: 6,7 - 1 = 5,7 g
Karbohidrat : 70,1 - 0,2 = 69 g
Mineral
: 0,8 - 0, = 0,8 g
7. Berat akhir beras ketan instant 400 g, jika diasumsikan kadar air 100%. Kadar air
diharapkankan berkurang 85% dari 400 g.
Jadi berat bahan 340 g.
Lemak

Protein

1.6 g

Karbohidrat :

20,3 g

Mineral

Berat ketan instant = 22.55 g

Santan Bubuk Cocomaxi


Bumbu santan yang digunakan adalah produk cocomaxi. Cocomaxi adalah santan bubuk
yang dibuat dari daging kelapa tua pilihan, kemudian diproses menjadi bubuk dengan
menggunakan spray drier. Cocomaxi mudah larut dalam air. Jika telah dicampur dengan air,
Cocomaxi akan menjadi cairan santan yang cocok digunakan sebagai bahan masakan atau
jajanan nusantara. Komposisi dari santan bubuk Cocomaxi adalah 80% santan kelapa, 15%
pati terhidolisis, protein susu dan pemantap, pengemulsi nabati E471, antikempal E551 dan
perasa vanila.
Tabel 2.2 Informasi Gizi Santan Bubuk
INFORMASI NILAI GIZI
Takaran Saji : 50 gram
% AKG*
Lemak Total 2 g
37%
Protein
15 g
5%
Karbohidrat
27 g
7%
Natrium
40 mg
2%
*Persen AKG berdasarkan kebutuhan
enrgi 2000 kkal

Nilai gizi produk akhir:


Lemak
: 2,2 g
Protein
: 16,6 g
Karbohidrat : 47,3 g
Mineral
: 1,45 g

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa:
1. Produk Khetan instan merupakan salah satu dari pengembangan produk baru makanan
instan yang berbasis beras ketan dengan penggunaan tiga teknologi (pregelatinisasi,
restrukturisasi, dan rehidrasi).
2. Penjualan dan pemasaran produk khetan instan cukup baik karena meninjau dari segi
penjualan produk mendapatkan keuntungan sebesar Rp 20.200, sedangkan dari segi
pemasaran produk cukup diterima dengan baik disertai perbaikan produk.
5.2 Saran
Perlu adanya perbaikan pada aspek rasa, warna, dan tekstur ketan instan.

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, A.A. 2011. Analisis Usahatani Padi jenis Padi Ketan Putih (Oryza Sativa Glutinosa).
Bogor: IPB
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta:
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI.
Droge, C. dan Shownee V. 1994. Source and Outcomes of Competitive Advantage: An
Explanory Study in The Furniture Industry. Decision Sciences. p.669-689.
Indrasari, S.D., Purwani E.Y, Wibowo P., dan Jumali. 2008. Nilai Indeks Glikemik Beras
Beberapa varietas Padi. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian.
Juliano, B.O. 1972. The Rice Caryopsis and Its Composition. America: Association of Cereal
Chemists Inc., St. Paul.
Meyer, L.H. 1973. Food Chemistry. New York: Reinhold Publishing Corporation.
Muchtadi, T. R., Husain H., Sugiyono, dan Haryanto, B. 2008. Pengeringan Santan
Menggunakan Pengeringan Drum dan Pengeringan Semprot. Tesis Program Studi Ilmu
Pangan Pascasarjana IPB, Vol. 29 No 3.
Porter, Michael, E. 1990. Competitive Strategy. New York : The Free Press. p.20.
Qazuni, M. dan Soloko, S. 2008. Pengaruh Pemanasan Terhadap Pembentukan Asam Lemak
Bebas. Mataram: Universitas Mataram
Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Reed, G. 1975. Enzymes in Food Processing Second Edition. New York: Marcel Dekker Inc.
Soetrisno, U. S. 1992. Pengaruh Penyimpanan beku Santan dan Kelapa Parut Terhadap Cita
Rasa Santan dan Mutu Minyak Yang Dihasilkan. Jurnal PGM: 15.
Srihari, E., Anto, K., dan Jalal, L. Pengaruh Penambahan Maltodekstrin Pada Pembuatan
Santan Kelapa Bubuk. Surabaya: Universitas Surabaya.
Syarief, R., S. Santausa, St. Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Widowati, S., Nurjanah, R., dan Amrinola, W. 2010. Proses Pembuatan dan Karakterisasi
Nasi Sorgum Instan. Prosiding Pekan Serealia Nasional. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yulianingsih, R. 2012. Pengujian Mutu Beras. Jakarta: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

LAMPIRAN
1. Data Kuisioner
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah
Rata-rata

Warna
4
4
3
3
4
4
3
4
5
3
3
3
2
4
3
5
3
3
4
3
70
3,5

Aroma
2
4
4
4
5
4
3
3
5
4
3
4
3
3
5
5
4
4
5
3
77
3,85

Rasa
4
4
2
4
5
3
3
2
5
3
3
3
4
3
4
5
3
3
4
3
70
3,5

Nilai
Tekstur Kemasan
4
5
4
4
4
4
4
4
3
5
4
4
3
5
5
5
4
5
3
4
2
4
3
4
2
5
3
5
4
5
4
5
4
4
4
3
4
3
4
3
72
86
3,6
4,3

2. Analisis Kelayakan
a. Asumsi produksi
Uraian
Kapasitas Produksi
Rendemen
Kebutuhan bahan
baku
a. Ketan
b. Santan
c. Na-sitrat
Harga ketan
Jumlah hari kerja
Periode proyek
Discount rate
Permodalan sendiri

Satuan
kg/hari
%
kg/hari
kg/hari
g/hari
Rp/kg
hari/tahun
tahun
%
%

Jumlah
60
90
60
7,5
600
300
5
16
100

Kesukaan Keseluruhan
4
4
4
4
4
3
3
4
5
3
3
4
4
4
4
4
3
3
4
3
74
3,7

b. Biaya investasi
No
1
2
3
4
5
6
7

Deskripsi
Perijinan (SIUP)
Instalasi air
Instalasi listrik
Mesin dan peralatan
Transportasi
Peralatan kantor
Sewa gedung
Jumlah

Satuan
Paket
Paket
Paket
Paket
Unit
Paket
Paket

Jumlah (Rp)
1.000.000
1.400.000
1.400.000
5.369.000
15.000.000
7.000.000
40.000.000
71.169.000

c. Biaya investasi alat

No
1
2
3
4
5
6

Jenis Alat
Kabinet dryer
Kompor
Baskom stainlesstell
Panci
Alat pengemas
Tabung elpiji 12 kg
Jumlah

Umur
Jumlah Harga
Total biaya
Ekonomis
(Unit)
(Rp/Unit)
(Rp)
(Tahun)
1
4.500.000
4.500.000
1
250.000
250.000
3
80.000
240.000
2
250.000
500.000
1
200.000
200.000
2
450.000
900.000
5.730.000
6.590.000

5
5
5
5
5
5

Penyusutan
Penyusutan
(Rp/tahun)
(Rp/hari)
900.000
12.329
50.000
685
48.000
658
100.000
1.370
40.000
548
180.000
2.466
1.318.000
18.055

d. Biaya variabel
No

Deskripsi
1 Bahan baku
a. Ketan
b. Santan
c. Na-sitrat (dijual 1 ons)
2 Bahan bakar
3 Kemasan
a. Alumunium foil ketan
b. Alumunium bumbu
c. Karton
Jumlah

Unit
kg
kg
gram
tabung
buah
buah
buah

Volume/tahun Volume /hari

Unit Price

Total Cost
(Rp/tahun)

Total Cost
(Rp/hari)

18.000
2.250
180.000
150

60
7,5
600
1

14.000
10.000
150
71.500

252.000.000
22.500.000
27.000.000
10.725.000

840.000
75.000
90.000
71.500

90.000
90.000
90.000

300
300
300

900
300
500

81.000.000
27.000.000
45.000.000
465.225.000

270.000
90.000
150.000
1.586.500

e. Biaya tetap
No

Jumlah

Deskripsi
1 Air
Listrik I-1/TR 2.200
2 VA
3 Penyusutan

Unit
M3
Kwh
Rp

Volume

Total Cost
(Rp/tahun)

Unit Price
600

1.100

660.000

10.950
1

161
1.318.000

1.762.950
1.318.000
3.740.950

f. Harga pokok produksi


Harga Pokok Produksi
Biaya Variabel
Biaya Tetap
Total biaya
Volume Produksi
HPP
Margin keuntungan
Harga jual
Harga jual final

Unit
Rp/tahun
Rp/tahun
Rp/tahun
Unit/tahun
Rp/unit
Rp/unit
Rp/unit

Value (Rp)
465.225.000
3.740.950
468.965.950
90.000
5.211
15%
782
5.992
6.000

g. Proyeksi pendapatan
Deskripsi
Produksi
Harga
Penjualan

Unit
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Unit/tahun
90.000
90.000
90.000
90.000
90.000
Rp/unit
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
Rp/tahun
540.000.000 540.000.000 540.000.000 540.000.000 540.000.000

h. Cash flow
No
1
2
2.1
2.2

2.3

Parameter
Penjualan
Pembiayaan
Investasi
Biaya tetap
a. Air
b. Listrik
c. Penyusutan
Biaya variabel
a. Bahan baku
> Ketan
> Santan
> Na-sitrat
b. Bahan bakar
c. Kemasan
>Alumunium foil ketan
> Alumunium foil bumbu
> Karton

Tahun 0

Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
540.000.000 540.000.000 540.000.000 540.000.000 540.000.000

71.169.000
3.740.950
660.000
1.762.950
1.318.000
465.225.000

3.740.950
660.000
1.762.950
1.318.000
465.225.000

3.740.950
660.000
1.762.950
1.318.000
465.225.000

3.740.950
660.000
1.762.950
1.318.000
465.225.000

3.740.950
660.000
1.762.950
1.318.000
465.225.000

252.000.000
22.500.000
27.000.000
10.725.000

252.000.000
22.500.000
27.000.000
10.725.000

252.000.000
22.500.000
27.000.000
10.725.000

252.000.000
22.500.000
27.000.000
10.725.000

252.000.000
22.500.000
27.000.000
10.725.000

81.000.000
27.000.000
45.000.000

81.000.000
27.000.000
45.000.000

81.000.000
27.000.000
45.000.000

81.000.000
27.000.000
45.000.000

81.000.000
27.000.000
45.000.000

i. BEP
Harga/unit
Biaya tetap (F)
Biaya variabel/unit (V)
BEP Unit
BEP Uang
j.

6.000
3.740.950
5.169
4.503
27.015.888

NPV

Tahun

Revenue
0
1
2
3
4
5

Cost
Net Benefit
DF 16%
0
71.169.000
-71.169.000
540.000.000
540.000.000
540.000.000
540.000.000
540.000.000
540.000.000
540.000.000
540.000.000
540.000.000
540.000.000

k. Analisis kelayakan
no.
1
2
3
4

parameter
NPV
IRR
NET B/C
PBP

nilai
keterangan
Rp1.768.118.572,00
100%
layak
0,15
65

1,000
0,862
0,743
0,641
0,552
0,476

NPV
(Rp71.169.000,00)
Rp465.517.241,38
Rp401.307.966,71
Rp345.955.143,71
Rp298.237.192,86
Rp257.101.028,32
Rp1.768.118.572,98

3. BEP Gelar produk


Bahan

Unit

Jumlah

Beras ketan putih


Santan bubuk

kg
g

Na-sitrat
Garam
Kemasan A3
Kemasan alumunium foil
Gas
Total
BEP:

g
g
lembar
lembar
buah

2
25 bungkus
(@50 g)
8
25
13
3000

Harga (Rp)
/unit
13.000
1.500/bungkus

Total Harga

150
4
5.000

1.200
100
65.000
10.000
15.000
154.800

26.000
37.500

Pengeluaran 154.800 : 25 = Rp 6.192/kemasan

4. Foto

Gelar Produk

Perendaman Na-sitrat

Penanakan

Pembekuan

Pengeringan

Penjurian

You might also like