Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Berbagai jenis kayu dapat
digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan asap cair (Tranggono
dkk.,1996 dalam Elvira, 2004). Untuk
mendapatkan asap yang berkualitas
sebaiknya menggunakan kayu keras
seperti kayu bakau, kayu rasamala,
serbuk kayu jati serta tempurung
kelapa. Limbah serbuk kayu gergajian
dapat dimanfaatkan untuk memperoleh
asap cair melalui kondensasi uap hasil
proses pirolisis. Cara tersebut dapat
meningkatkan nilai tambah serbuk kayu
gergajian karena asap cair yang
dihasilkan mempunyai nilai ekonomi
yang cukup tinggi.
Penggunaan asap cair terutama
dikaitkan dengan sifat-sifat fungsional
asap cair, diantaranya adalah sebagai
antioksidan, antibakteri, antijamur, dan
potensinya dalam pembentukan warna
coklat pada produk celupan. Asap cair
dapat diaplikasikan pada bahan pangan
karena
dapat
berperan
dalam
pengawetan bahan pangan.
TINJAUAN PUSTAKA
Serbuk kayu
Serbuk kayu merupakan salah
satu limbah yang dihasilkan dari proses
penggergajian kayu. Serbuk kayu
memiliki komponen kimia yang sama
dengan kayu. Komponen kimia serbuk
kayu tergantung dari jenis kayu
asalnya. Unsur-unsur penyusun kayu
terkandung dalam sejumlah senyawa
organik. seperti selulosa, hemiselulosa
kimia kayu
yaitu unsur
dari selulosa
unsur
non
Kelas komponen
Sedang (%)
Tinggi (%)
Rendah (%)
45
33
24
3
6
40-44
18-32
21-24
2-3
0,22-6
40
18
21
2
0,22
44
32
13
7
0,89
41-44
28-32
8-13
5-7
0,89
41
28
8
5
0,89
Senyawa
yang
berhasil
dideteksi di dalam asap dikelompokkan
menjadi beberapa golongan :
a. Senyawa Fenol
Senyawa fenol diduga berperan
sebagai antioksidan sehingga dapat
memperpanjang masa simpan produk
asapan. Kandungan Senyawa fenol
dalam asap sangat tergantung pada
temperatur pirolisis kayu. Kualitas
fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu
antara 10-200 mg/kg. Beberapa jenis
fenol yang biasanya terdapat dalam
produk asapan adalah guaiakol dan
siringol.
Asap Cair
Asap cair adalah destilat asap
yang merupakan campuran larutan dari
dispersi asap hasil pirolisis kayu. Asap
cair mengandung lebih dari 400
komponen dan memiliki fungsi sebagai
penghambat perkembangan bakteri dan
cukup aman sebagai pengawet alami.
Cara memproduksi asap cair serbuk
gergaji dikeringkan agar kadar airnya
konsisten, kemudian dipirolisis dengan
waktu dan suhu tertentu. Asap
kemudian dikondensasikan melalui
suatu kondensor dengan menggunakan
media air sebagai pendingin. Produk
kasar ini didiamkan dalam tangki
penampungan selama kurang lebih 10
hari untuk mengendapkan komponen
larut.
OCH3
HO
HO
H3CO
H3CO
Guaiakol
Siringol
b. Senyawa Karbonil.
Senyawa-senyawa
karbonil
dalam asap memiliki peranan pada
pewarnaan dan citarasa produk asapan.
Jenis Senyawa karbonil yang terdapat
dalam asap cair antara lain adalah
vanilin dan siringaldehid.
OCH3
HO
HO
O
C
H3CO
Vanilin
O
H3CO
C
H
Siringaldehida
b. Pemberi warna
Opini umum pembentukan
warna pada pengasapan adalah bahwa
warna dihasilkan langsung oleh tar
yang terdeposit pada permukaan selama
proses pengasapan. Warna produk
berkisar dari kuning keemasan sampai
coklat gelap. Padahal warna tersebut
disebabkan oleh senyawa karbonil.
c. Antibakteri
Potensi asap cair sebagai
antibakteri dapat memperpanjang masa
simpan produk dengan mencegah
kerusakan akibat aktivitas bakteri
perusak atau pembusuk dan juga dapat
melindungi konsumen dari penyakit
karena aktivitas bakteri patogen.
Senyawa yang mendukung sifat
antibakteri dalam asap cair adalah fenol
dan asam. Asap lebih kuat menghambat
pertumbuhan bakteri daripada senyawa
fenol, namun apabila keduanya
digabungkan
akan
menghasilkan
3
Pirolisis
Pirolisis disebut juga sebagai
Destructive distillation yaitu suatu
proses penguraian material berserat
pada suhu tinggi tanpa kontak langsung
dengan udara untuk menghasilkan
arang dan larutan pirognate. Peruraian
pirolitik kayu dengan adanya udara atau
oksigen dalam suhu akhir sekitar 500OC
menghasilkan tiga kelompok umum
senyawa, yaitu komponen-komponen
padat, senyawa-senyawa yang mudah
menguap dan dapat dikondensasikan,
dan gas-gas yang mudah menguap dan
tidak dapat dikondensasikan.
b. Industri perkebunan
Asap cair dapat digunakan
sebagai koagulan lateks dengan sifat
fungsional asap cair seperti antijamur,
antibakteri dan antioksidan tersebut
Arang
(%)
Asam asetat
(%)
Metanol
(%)
Tar
(%)
Gas
(%)
Pinus
Spruce
Alder
Beech
Ekaliptus
Maple
Oak
Red ironwood
32,8
34,2
35,5
32,5
36,5
35,0
35,7
41,4
3,9
3,6
6,5
7,7
4,1
6,6
5,6
3,1
1,5
1,7
1,9
2,1
2,1
1,8
1,6
2,4
18,9
15,6
16,2
14
12,3
15,5
13,6
11,0
15,4
15,2
16,8
16,0
16,3
15,5
14,9
17,2
Proses
pirolisis
telah
lama
dimanfaatkan untuk memperoleh selain
arang juga bahan kimia, seperti metanol
dan terpentin. Fraksi-fraksi pirolitik
kasar tar dan minyak merupakan
campuran yang sangat kompleks yang
terutama terdiri dari komponenkomponen minyak ringan dan berat
yang dapat digunakan untuk tujuan
impregnasi dan dalam penggunaan
obat-obatan.
Percobaan
dengan
berbagai spesies kayu yang dipanaskan
pada 400 oC menghasilkan sekitar 3341% arang, 3-7% asam asetat, 1.5-2.5%
metanol, 11-19% tar, dan 15-17% gas
yang tidak dapat dikondensasi. Hal-hal
yang mempengaruhi proses pirolisis
adalah waktu pemanasan, suhu
pemanasan, dan ukuran bahan. Produkproduk pirolisis berbagai kayu pada
400oC diperlihatkan pada Tabel 2
(Brocksiepe 1976 dalam D. Fengel dan
G. Wagener, 1995).
Campuran
zat
dididihkan
sehingga menguap dan uap didinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat
yang memiliki titik didih lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Uap yang
dikeluarkan dari campuran disebut
sebagai uap bebas, kondensat yang
jatuh sebagai destilat dan bagian cairan
yang tidak menguap sebagai residu.
Produk destilat yang pertama kali
tertampung
mempunyai
kadar
komponen
yang
lebih
ringan
dibandingkan dengan destilat yang lain.
Metode ini merupakan termasuk
unit operasi kimia jenis perpindahan
massa. Penerapan proses ini didasarkan
pada teori bahwa pada suatu larutan,
masing-masing
komponen
akan
menguap
pada
titik
didihnya.
Komponen-komponen dominan yang
mendukung sifat-sifat fungsional asap
cair adalah senyawa fenolat, karbonil
dan asam.
Pada distilasi asap cair, variasi
temperatur
bertujuan
untuk
mendapatkan asap cair dengan sifatsifat fungsional yang menonjol.
Misalnya, pada temperatur 100 oC
(menghilangkan atau menguapkan
o
kandungan
air),
101125
C
(mendapatkan kandungan asam asetat ),
126-150 oC (mendapatkan kandungan
o
asam
propianat),
151-200
C
(mendapatkan kandungan asam butirat
dan asam isovalerat) dan sebagainya.
Distilasi
Distilasi adalah suatu metode
pemisahan berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan menggunakan seperangkat alat pirolosis,
seperangkat alat distilasi, timbangan,
dan alat-alat gelas sebagai pendukung
lainnya. Bahan baku berupa limbah
kayu gergajian dari panglong di daerah
Punteuet Buketrata Lhokseumawe,
indikator fenolftalin dan natrium
hidroksida digunakan sebagai reagen
Proses Pirolisis
Serbuk kayu gergajian yang
sudah dibersihkan dan dikeringkan
ditimbang sebanyak 20 kg, selanjutnya
dimasukkan ke dalam tangki pirolisis
yang telah dihubungkan dengan
kondensor. Alat pirolisis dijalankan
pada temperatur 250 oC selama 12 jam.
Hasil kondensasi berupa asap cair
ditampung, diendapkan selama 10 hari,
kemudian disaring dan dianalisis.
Hasil Pirolisis
Pirolisis serbuk kayu gergajian
sebanyak 20 kg secara batch
menggunakan reaktor pirolisis pada
suhu 250 oC selama 12 jam
menghasilkan asap cair sebanyak 5,8
liter dan rendemennya sebesar 29,88 %.
Distilasi
Asap cair sebanyak 400 ml
dimasukkan ke dalam labu bulat ukuran
500 ml, dididihkan dengan mantel
pemanas dengan variasi temperatur,
yaitu 100 oC untuk fraksi I, 101125 o
C untuk fraksi II, 126-150 oC untuk
fraksi III dan 151-200 oC untuk fraksi
IV.
Hasil Distilasi
Asap cair hasil pirolisis
selanjutnya dilakukan proses distilasi
dengan variasi temperatur untuk
mendapatkan empat fraksi yang
tujuannya adalah untuk memisahkan tar
dan untuk mendapatkan asap cair
dengan sifat-sifat fungsional yang
menonjol. Dengan proses distilasi ini
diharapkan asap cair yang dihasilkan
memiliki warna yang lebih jernih dan
tetap memiliki aroma asap. Hasil
distilasi asap cair sebanyak 400 ml
disajikan pada Tabel 4.
Tahap Analisis
Indeks Bias ditentukan dengan
alat Refraktometer, pengukuran Densiti
dilakukan
dengan
piknometer,
Volume ( ml )
105
250
10
8
Rendemen ( % )
26,25
62,5
2,5
2
Indek Bias
I
II
III
IV
V*
1,3469
1,3415
1,3440
1,3700
1,3731
Densiti
(gr/ml)
1,0016
1,0184
1,0212
1,0280
1,0304
pH
1,35
1,14
0,97
0,36
1,43
Konsentrasi Asam
Asetat (N)
0,7
1,25
1,8
7,25
0,45
1.3800
Indeks Bias
1.3700
1.3600
1.3500
1.3400
1.3300
1.3200
I
II
III
IV
Fraksi
b. Densiti
Untuk mengetahui massa dari
sejumlah volume asap cair maka perlu
diukur
densiti.
Gambar
5
memperlihatkan pengaruh temperatur
distilasi terhadap densiti asap cair.
Pada Tabel 5. dapat dilihat
bahwa densiti sebelum distilasi lebih
besar daripada sesudah distilasi. Hal ini
diperkirakan
karena
masih
mengandung senyawa tar yang tidak
larut dan senyawa-senyawa berat
lainnya. Berdasarkan Gambar 5. dapat
diketahui bahwa semakin tinggi
temperatur distilasi maka semakin
besar densiti asap cair. Pada fraksi I
diperkirakan banyak kandungan air dan
pada fraksi berikutnya mengandung
senyawa asam dan senyawa lain yang
memiliki titik didih di setiap fraksi.
Dengan demikian, pada fraksi IV
kemungkinan mengandung tar dan
senyawa lain yang memiliki titik didih
1.0300
Densiti
(gr/m l)
1.0200
1.0100
1.0000
0.9900
0.9800
I
II
III
IV
Fraksi
1.6
1.4
1.2
pH
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
I
II
III
IV
Fraks i
Konsentrasi
Asam (N)
8
7
6
5
4
3
2
1
0
I
II
III
IV
Fraksi
NaOH
0,5
N.
Grafik
yang
memperlihatkan pengaruh temperatur
distilasi terhadap konsentrasi asam
asetat dapat dilihat pada Gambar 7.
Dari Tabel 5. dapat dilihat
bahwa asap cair setelah distilasi
memiliki konsentrasi asam asetat lebih
besar daripada asap cair sebelum
distilasi. Berdasarkan Gambar 7 dapat
diketahui bahwa konsentrasi asam
Warna
Aroma asap
Kuning kehijauan
Sangat kuat
II
Tidak kuat
III
Tidak kuat
IV
Kuning kecoklatan
V*
Coklat kemerahan
10
Teknologi
Bioenergi.
AgroMedia Pustaka; Jakarta.
M. Zaman, 2007. Penanggulangan
dan Pemanfaatan Limbah
Serbuk Kayu Gergajian
Melalui Proses Pirolisis.
Karya
Ilmiah
Seminar
Kenaikan Jabatan, Politeknik
Negeri Sriwijaya; Palembang.
Nazariah, 2007. Pemanfaatan Sabut
Kelapa Sebagai Bahan Baku
Produksi Asap Cair. TGA
DIII Jurusan Teknik Kimia
Politeknik
Negeri
Lhokseumawe; Buket Rata.
Wikipedia
Indonesia.
Distilasi.
www.WikipediaIndonesia.co
m, diakses tanggal 3 Mai
2008.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat
simpulkan bahwa :
1. Ada perbedaan karakteristik antara
asap cair sebelum dan sesudah
distilasi.
2. Indeks bias dan pH asap cair
setelah distilasi lebih rendah dari
indeks bias sebelum distilasi.
3. Konsentrasi asam asetat asap cair
setelah distilasi lebih tinggi dari
konsentrasi asam asetat asap cair
sebelum distilasi.
4. Semakin
tinggi
temperatur
distilasi maka semakin tinggi
densiti dan konsentrasi
asam,
semakin rendah nilai pH.
5. Warna asap cair yang paling jernih
didapatkan pada fraksi III (126150 oC).
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi,G, dkk.,1995. Teknologi
Kimia, bagian 2. Terjemahan
Lienda Handojo. PT Pradnya
Paramita; Jakarta.
Elvira, 2004. Peningkatan Mutu
Asap
Cair
Tempurung
Kelapa Dengan Metode
Distilasi Dengan Variasi
Temperatur. Skripsi S-1
Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam,
UGM; Yogyakarta.
D. Fengel dan G. Wagener, 1995.
Kayu, Kimia Ultrastruktur,
Reaksi-reaksi. Terjemahan
Hardjono Sastrohamidjoyo,
Gadjah Mada University
Press; Yogyakarta.
Erliza H,, Siti M,, Armansyah HT,,
Abdul WP dan Roy H, 2007.
11