You are on page 1of 17

BAB II

DASAR TEORI
II.1

Aniline Point
Titik anilin/ Aniline Point (AP) adalah karakteristik lain dari fraksi minyak bumi yang

menunjukkan tingkat aromatisitas campuran hidrokarbon. Titik anilin didefinisikan sebagai


suhu terendah dimana volume anilin dan sampel yang sama menjadi benar-benar terlarut.
Titik anilin adalah parameter yang berhubungan dengan jenis hidrokarbon dalam fraksi
minyak bumi. Titik anilin adalah parameter yang berguna dalam perhitungan panas
pembakaran, indeks kadar hidrogen diesel dan minyak bakar. Untuk produk non-BBM seperti
pelarut titik anilin biasanya ditentukan untuk mengukur efektivitas mereka (Albahri, Riazi, &
Alqattan, 2002).

Signifikasi dan Penggunaan


Titik anilin (atau titik anilin campuran) berguna untuk membantu dalam karakterisasi
hidrokarbon murni dan analisis campuran hidrokarbon. Hidrokarbon aromatik menunjukkan
nilai terendah, dan parafin-parafin nilai tertinggi. Cycloparaffins dan olefin menunjukkan
nilai-nilai yang terletak di antara parafin dan aromatik. Dalam seri homolog, titik anilin
meningkat dengan meningkatnya berat molekul. Meskipun kadang-kadang digunakan dalam
kombinasi dengan sifat fisik lainnya dalam metode korelatif untuk analisis hidrokarbon, titik
anilin yang paling sering digunakan untuk memberikan perkiraan adalah isi campuran
hidrokarbon aromatik (Albahri, Riazi, & Alqattan, 2002).
Test ASTM untuk aniline point untuk bahan bakar minyak digunakan untuk mengukur
campuran hidrokarbon aromatik dan napthane dari bahan bakar tersebut. Dalam tes tersebut,
volume aniline dan minyak tercampur dan dipanaskan hingga semua terlarut. Pada proses
pendinginan dengan kecepatan yang ditentukan, temperatur dimana campuran berubah
menjadi kabut maka hal itu yang disebut aniline point. Untuk fraksi minyak tertentu, kualitas
terbaik dengan kenaikan titik anilin. Aniline point juga dapat meningkat dengan berat
molekul rata-rata minyak dan peningkatan proporsi hidrokarbon paraffin sampai napthane.
Metode standar untuk analisa titik anilin adalah ASTM D 611-07 (Albahri, Riazi, & Alqattan,
2002).

II.2

Bahan Bakar

II-1

II-2
BAB II DASAR TEORI
Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya
bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan
bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan
bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses
lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi
nuklir. Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis
bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai
adalah logam radioaktif.

Bahan bakar diesel pada umumnya dibedakan berdasarkan aplikasinya yaitu:


Bahan bakar diesel otomotif sering disebut juga HSD (high speed diesel) atau minyak
solar yaitu bahan bakar motor untuk putaran cepat.
Bahan bakar industri dan kapal atau minyak diesel yaitu bahan bakar motor untuk
putaran menengah atau disebut LDF (light diesel fuel).
Bahan bakar diesel yang digunakan pada motor dengan putaran lambat atau disebut
juga MDF (medium diesel fuel).

Bahan Bakar Berdasarkan Materinya


Bahan bakar padat
Bahan bakar padat merupakan bahan bakar berbentuk padat, dan kebanyakan
menjadi sumber energi panas. Misalnya kayu dan batubara. Energi panas yang
dihasilkan bisa digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk menggerakkan
peralatan dan menyediakan energi.
Bahan bakar gas
Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni Compressed Natural Gas (CNG) dan
Liquid Petroleum Gas (LPG, CNG pada dasarnya terdiri dari metana sedangkan LPG
adalah campuran dari propana, butana dan bahan kimia lainnya. LPG yang digunakan
untuk kompor rumah tangga, sama bahannya dengan Bahan Bakar Gas yang biasa
digunakan untuk sebagian kendaraan bermotor.
Bahan bakar cair
Bahan bakar yang berbentuk cair, paling populer adalah bahan bakar minyak
atau BBM. Selain bisa digunakan untuk memanaskan air menjadi uap, bahan bakar
cair biasa digunakan kendaraan bermotor. Karena bahan bakar cair seperti Bensin bisa
dibakar dalam karburator dan menjalankan mesin (Wikipedia Idonesia, 2013).

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-3
BAB II DASAR TEORI
1.

Bahan Bakar Diesel


Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan

tumbuhan) di samping Bio-etanol. Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang diproduksi
melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida dengan metanol atau etanol
dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi asam-asam
lemak (bebas) dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil
ester dan air.
Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung oksigen.
Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya dengan petroleum diesel (solar) yang
komponen utamanya hanya terdiri dari hidro karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum
diesel sangat berbeda. Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan
petroleum diesel adalah hidrokarbon.
Namun, biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang serupa dengan petroleum
diesel (solar) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan
petroleum diesel. Pencampuran 20 % biodiesel ke dalam petroleum diesel menghasilkan
produk bahan bakar tanpa mengubah sifat fisik secara nyata. Produk ini di Amerika dikenal
sebagai Diesel B-20 yang banyak digunakan untuk bahan bakar bus.
Energi yang dihasilkan oleh biodiesel relatif tidak berbeda dengan petroleum diesel
(128.000 BTU vs 130.000 BTU), sehingga engine torque dan tenaga kuda yang dihasilkan
juga sama. Walaupun kandungan kalori biodiesel serupa dengan petroleum diesel, tetapi
karena biodiesel mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah
terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang membahayakan pada suhu kamar, maka
biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel dalam penyimpanan dan penggunaannya.
Di samping itu, biodiesel tidak mengandung sulfur dan senyawa bensen yang
karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah
ditangani dibandingkan dengan petroleum diesel. Penggunaan biodiesel juga dapat
mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon total, partikel, dan sulfur dioksida. Emisi
nitrous oxide juga dapat dikurangi dengan penambahan konverter katalitik. Kelebihan lain
dari segi lingkungan adalah tingkat toksisitasnya yang 10 kali lebih rendah dibandingkan
dengan garam dapur dan tingkat biodegradabilitinya sama dengan glukosa, sehingga sangat
cocok digunakan pada kegiatan di perairan untuk bahan bakar kapal/motor. Biodiesel tidak
menambah efek rumah kaca seperti halnya petroleum diesel karena karbon yang dihasilkan
masuk dalam siklus karbon.
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-4
BAB II DASAR TEORI
Bahan bakar mesin diesel sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon dan
senyawa nonhidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang dapat ditemukan dalam bahan bakar
diesel antara lain parafinik, naftenik, olefin dan aromatik. Sedangkan untuk senyawa
nonhidrokarbon terdiri dari senyawa yang mengandung unsur non logam, yaitu S, N, O dan
unsur loga m seperti vanadium, nikel dan besi. ASTM mengklasifikasikan bahan bakar diesel
menjadi tiga tingkatan, yaitu :
a.

Tingkat 1-D
Merupakan bahan bakar yang volatile untuk mesin dengan perubahan
kecepatan dan loading yang berfrekuensi, misalnya untuk kendaraan bermotor.

b.

Tingkat 2-D
Merupakan bahan bakar dengan volatilitas lebih rendah untuk mesin industri,
mesin kapal laut dan lokomotif.

c.

Tingkat 4-D
Bahan bakar dengan volatilitas lebih rendah untuk mesin berkecepatan rendah
dan sedang.
Penggolongan bahan bakar mesin diesel berdasarkan jenis putaran mesinnya, dapat

dibagi menjadi dua golongan yaitu:


a.

Automotive Diesel Oil ( ADO ), yaitu bahan bakar yang digunakan untuk mesin
dengan kecepatan putaran mesin di atas 1000 rpm (rotation per minute). Bahan bakar
jenis ini yang biasa disebut sebagai bahan bakar diesel. Biasanya digunakan untuk
kendaraan bermotor.

b.

Industrial Diesel Oil, yaitu bahan bakar yang digunakan untuk mesin-mesin yang
mempunyai putaran mesin kurang atau sama dengan 1000 rpm, biasanya digunakan
untuk mesin-mesin industri. Bahan bakar jenis ini disebut minyak diesel.

Karateristik Umum Minyak Diesel


Karakteristik yang umum perlu diketahui untuk menilai kinerja bahan bakar diesel
antara lain viskositas, angka setana, berat jenis, titik tuang, nilai kalor pembakaran, volatilitas,
kadar residu karbon, kadar air dan sedimen, indeks diesel, titik embun, kadar sulfur, dan titik
nyala.
a.

Viskositas
Viskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa kapiler
terhadap gaya gravitasi, biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-5
BAB II DASAR TEORI
mengalir pada jarak tertentu. Jika viskositas semakin tinggi, maka tahanan untuk mengalir
akan semakin tinggi. Karakteristik ini sangat penting karena mempengaruhi kinerja
injektor pada mesin diesel. Atomisasi bahan bakar sangat bergantung pada viskositas,
tekanan injeksi serta ukuran lubang injektor. Viskositas yang lebih tingi akan membuat
bahan bakar teratomisasi menjadi tetesan yang lebih besar dengan momentum tinggi dan
memiliki kecenderungan untuk bertumbukan dengan dinding silinder yang relatif lebih
dingin. Hal ini menyebabkan pemadaman flame dan peningkatan deposit dan emisi mesin.
Bahan bakar dengan viskositas lebih rendah memproduksi spray yang terlalu halus
dan tidak dapat masuk lebih jauh ke dalam silinder pembakaran, sehingga terbentuk
daerah fuel rich zone yang menyebabkan pembentukan jelaga. Viskositas juga
menunjukkan sifat pelumasan atau lubrikasi dari bahan bakar. Viskositas yang relatif
tinggi mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik. Pada umumnya, bahan bakar harus
mempunyai viskositas yang relatif rendah agar dapat mudah mengalir dan teratomisasi
Hal ini dikarenakan putaran mesin yang cepat membutuhkan injeksi bahan bakar yang
cepat pula. Namun tetap ada batas minimal karena diperlukan sifat pelumasan yang cukup
baik untuk mencegah terjadinya keausan akibat gerakan piston yang cepat.
b.

Angka Setana
Angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala sendiri (auto
ignition). Skala untuk angka setana biasanya menggunakan referensi berupa campuran
antara normal setana (C16H34) dengan alpha methyl naphtalene (C10H7CH3) atau
dengan heptamethylnonane (C16H34). Normal setana memiliki angka setana 100, alpha
methyl naphtalene memiliki angka setana 0, dan heptamethylnonane memiliki angka
setana 15. Angka setana suatu bahan bakar biasanya didefinisikan sebagai persentase
volume dari normal setana dengan campurannya tersebut.
Angka setana yang tinggi menunjukkan bahwa bahan bakar dapat menyala pada
temperatur yang relatif rendah, dan sebaliknya angka setana rendah menunjukkan bahan
bakar baru dapat menyala pada temperatur yang relatif tinggi. Penggunaan bahan bakar
mesin diesel yang mempunyai angka setana yang tinggi dapat mencegah terjadinya
knocking karena begitu bahan bakar diinjeksikan ke dalam silinder pembakaran maka
bahan bakar akan langsung terbakar dan tidak terakumulasi.

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-6
BAB II DASAR TEORI
c.

Berat Jenis
Berat jenis menunjukkan perbandingan berat per satuan volume, karakteristik
ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel per satuan
volume bahan bakar. Berat jenis bahan bakar diesel diukur dengan menggunakan
metode ASTM D287 atau ASTM D1298 dan mempunyai satuan kilogram per meter
kubik (kg/m3).

d.

Pour Point
Pour point adalah titik temperatur terendah dimana mulai terbentuk
kristalkristal parafin yang dapat menyumbat saluran bahan bakar. Titik tuang ini
dipengaruhi

oleh

derajat

ketidakjenuhan

(angka

iodium),semakin

tinggi

ketidakjenuhan maka titik tuang semakin rendah. Titik tuang juga dipengaruhi oleh
panjang rantai karbon, semakin panjang rantai karbon maka semakin tinggi titik tuang.
Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan metoda ASTM D97.
e.

Nilai Kalor Pembakaran


Nilai kalor pembakaran menunjukkan energi kalor yang dikandung dalam tiap
satuan massa bahan bakar. Nilai kalor dapat diukur dengan bomb kalorimeter
kemudian dimasukkan dalam rumus :
Nilai Kalor (kcal/kg) = {8100 C + 3400 ( H O/8)} : 100
Nilai kalor H, C, dan O dinyatakan dalam persentase berat setiap unsur yang
terkandung dalam satu kilogram bahan bakar.

f.

Volatilitas
Volatilitas adalah sifat kecenderungan bahan bakar untuk berubah fasa menjadi
fasa uap. Tekanan uap yang tinggi dan titik didih yang rendah menandakan tingginya
volatilitas.

g.

Kadar Residu Karbon


Kadar residu karbon menunjukkan kadar fraksi hidrokarbon yang mempunyai
titik didih lebih tinggi dari range bahan bakar. Adanya fraksi hidrokarbon ini
menyebabkan menumpuknya residu karbon dalam ruang pembakaran yang dapat
mengurangi kinerja mesin. Pada temperatur tinggi deposit karbon ini dapat membara,
sehingga menaikkan temperatur silinder pembakaran.

h.

Kadar Air dan Sedimen

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-7
BAB II DASAR TEORI
Pada negara yang mepunyai musim dingin kandungan air yang terkandung
dalam bahan bakar dapat membentuk kristal yang dapat menyumbat aliran bahan
bakar. Selain itu, keberadaan air dapat menyebabkan korosi dan pertumbuhan mikro
organisme yang juga dapat menyumbat aliran bahan bakar. Sedimen dapat
menyebabkan penyumbatan juga dan kerusakan mesin.
i.

Indeks Diesel
Indeks diesel adalah suatu parameter mutu penyalaan pada bahan bakar mesin
diesel selain angka setana. Mutu penyalaan dari bahan bakar diesel dapat diartikan
sebagai waktu yang diperlukan untuk bahan bakar agar dapat menyala di ruang
pembakaran dan diukur setelah penyalaan terjadi.
Cara menentukkan indeks diesel dari suatu bahan bakar mesin diesel dapat
dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :
Indeks Diesel
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa nilai indeks diesel dipengaruhi oleh
titik anilin dan berat jenisnya.

j.

Titik Embun
Titik embun adalah suhu dimana mulai terlihatnya cahaya yang berwarna
suram relatif terhadap cahaya sekitarnya pada permukaan minyak diesel dalam proses
pendinginan. Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan metoda ASTM D97.

k.

Kadar Sulfur
Kadar sulfur dalam bahan bakar diesel dari hasil penyulingan pertama
(straight-run) sangat bergantung pada asal minyak mentah yang akan diolah. Pada
umumnya,

kadar

sulfur

dalam

bahan

bakar

diesel

adalah

50-60%

dari

kandungankandungan dalam minyak mentahnya. Kandungan sulfur yang berlebihan


dalam bahan bakar diesel dapat menyebabkan terjadinya keausan pada bagian-bagian
mesin. Hal ini terjadi karena adanya partikel-partikel padat yang terbentuk ketika
terjadi pembakaran dan dapat juga disebabkan karena keberadaan oksida belerang
seperti SO2 dan SO3. Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan metode
ASTM D1551.
l.

Titik nyala ( flash point)

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-8
BAB II DASAR TEORI
Titik nyala adalah titik temperatur terendah dimana bahan bakar dapat
menyala. Hal ini berkaitan dengan keamanan dalam penyimpanan dan penanganan
bahan bakar.
Tabel II.1 Standar Nasional Indonesia untuk biodiesel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Karakteristik
Angka Setana
Massa Jenis (40C)
Viskositas kinematik ( 40C)
Titik Nyala (Flash Point)
Titik Kabut (Cloud Point)
Titik Tuang (Pour Point)
Kandungan Air
Gliserol Bebas
Gliserol Total
Total Acik Number (TAN)
Soponification Number
Ester Content

Satuan
kg/m3
mm2/s (cSt)
C
C
C
%-volume
%-massa
%-massa
mg KOH/gr
mg KOH/gr
%-massa

Nilai
min. 51
820 860
2.3 - 6.0
min. 100
max. 18
max. 18
max. 0.05
max. 0.02
max. 0.24
max. 0.8
min. 96.5

Metode Uji
ASTM D 613
ASTM D 1298
ASTM D 445
ASTM D 93
ASTM D 2500
ASTM D 97
ASTM D 2709
AOCS Ca 14-56
AOCS Ca 14-56
ASTM D 664
Perhitungan
Perhitungan

(Pustakadewa, 2008).

2.

Biosolar
Bahan bakar solar adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi

mentah. Bahan bakar ini berwarna kuning coklat yang jernih (Pertamina: 2005). Penggunaan
solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin diesel dengan putaran
tinggi (diatas 1000 rpm), yang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran
langsung dalam dapur-dapur kecil yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak
solar ini biasa disebut juga Gas Oil, Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel (Pertamina,
2005).

Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan
ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat diperoleh dari minyak
nabati seperti minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palam Oil) dan minyak pohon jarak
pagar atau CJCO (Crude Jatropha Curcas Oil), dengan proses transesterifikasi. Proses ini pada
dasarnya merupakan proses yang mereaksikan minyak nabati (CPO atau CJCO) dengan
methanol dan ethanol dengan katalisator soda api (NaOH atau KOH). Dari hasil proses
transesterifikasi CPO itu akan dihasilkan metil ester asam lemak murni (FAME). Lalu FAME
tersebut di-blending dengan solar murni selama 10 menit, menghasilkan biodiesel yang siap
pakai. Itulah biofuel jenis biodiesel yang digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar.
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-9
BAB II DASAR TEORI
Biosolar merupakan campuran solar dengan minyak nabati yang didapatkan dari
minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Sebelum dicampurkan, minyak kelapa sawit
direaksikan dengan methanol dan ethanol dengan katalisator NaOH atau KOH untuk
menghasilkan fatty acid methyl ester (FAME). Untuk Biosolar jenis B-5 yang dijual saat ini
mengandung 5% campuran FAME dan 95 % solar murni.
Bahan bakar diesel (solar) memiliki 3 jenis kategori, yaitu :
1. Solar kategori I: memiliki CN minimum 48 dengan

kandungan sulfur maksimum

adalah 5000 ppm.


2. Solar kategori II: memiliki CN minimum 52 dengan kandungan sulfur maksimum
adalah 300 ppm.
3. Solar kategori III: memiliki CN minimum 54 serta bebas kandungan sulfur.
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan bakar solar adalah
kandungan prosentase sulfurnya harus rendah kurang dari 1 %, apabila lebih besar dari itu
sulfur dapat cepat merusak bagian-bagian ruang bakar, kelep, kepala piston, ring, nozzle dan
komponen lainnya. Solar yang ada dipasaran Indonesia kandungan sulfurnya cukup rendah
berkisar 0,3 % dan diproduksi oleh Pertamina yang bahan minyak mentahnya dari pengeboran
minyak dalam negeri.
Keunggulan Biosolar
Biosolar memiliki angka cetane 51 hingga 55 atau lebih tinggi daripada solar standar
yang sekitar 48. Semakin tinggi angka cetane, semakin sempurna pembakaran sehingga polusi
dapat ditekan. Kerapatan energi pervolume yang diperoleh juga makin besar. Selain itu,
campuran FAME menurunkan sulfur sehingga tidak lebih dari 500 ppm. Lebih mudah
ditransportasikan, memiliki kerapatan energi per volume yang lebih tinggi, memiliki karakter
pembakaran yang relatif bersih, dan ramah lingkungan.
Ada beberapa cara untuk menaikkan cetane number solar ;
1. Dengan melakukan "Upgrading Process" dari solar yang ada (hasilnya jadi Solar Plus)
; Pada dasarnya hidrokarbon penyusun solar dapat dibagi jadi 4 categori : Paraffin,
Naphtana, Aromatics & Olefin. Paraffin dan Napthana merupakan senyawa jenuh dan
punya cetane number tinggi. Senyawa Aromatics & Olefin merupakan senyawa
hydrocarbon tak jenuh dan punya cetane number rendah. Senyawa tak jenuh ini
dijenuhkan dalam suatu reaktor bertemperatur tinggi dgn menambahkan gas hydrogen
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-10
BAB II DASAR TEORI
(hydrotreating process). Senyawa aromatics akan jadi naphtana sedang senyawa olefin
akan jadi paraffin ;Hasilnya solar akan punya cetane number lebih besar (Cetane
number Naphtana 40-70;Aromatics 0-60;Paraffin 80-110)
2. Dengan mencampur dengan Biodiesel.
Biodiesel dari minyak kelapa (Coconut Methyl Ester) punya CN sampai 70, dari Sawit
(Palm Methyl Ester) punya CN sampai 65. Makin tinggi prosentase biodieselnya,
makin tinggi kenaikkan CN nya;
3. Menambahkan additive.
ada beberapa additive yang dipakai untuk menaikkan CN yaitu Nitrate dan derivatives.
Senyawa nitrate yang paling banyak dipakai untuk additive adalah 2 Ethylhexylnitrate
(2 EHN) ; 500-4000 ppm dari senyawa ini bisa menaikkan 3-8 angka CN. 2 EHN
merupakan additive CN yang paling banyak dipakai saat ini (Hinonantyo, 2005).

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-11
BAB II DASAR TEORI
Tabel II.2 Spesifikasi Biosolar

(Pertamina, 2007)

II.3

Metode Standard dan Peralatan


Terdapat beberapa metode dalam pengujian anilin poin, ditinjau dari warna sampel

dan kuantitas (jumlah) sampel yang tersedia. Metode-metode tersebut adalah :


Metode Uji A
berlaku untuk sampel atau untuk contoh warna tidak lebih gelap dari ASTM
warna No 6,5 sebagaimana ditentukan oleh Uji Metode D 1500, memiliki titik didih
awal di atas anilin yang diharapkan.
Prosedur Metode Uji A:
1.

pipa uji, sekitar 25 mm dan 150 mm, terbuat dari kaca tahan panas.

2.

Jaket, sekitar 37-42 mm dan 175 mm, terbuat dari kaca tahan panas.

3.

pengaduk, dioperasikan secara manual, logam, sekitar 2 mm diameter (14 B & S


gage) kawat logam seperti ditunjukkan pada Gambar II.1. Sebuah cincin
konsentris harus berada di bagian bawah yang memiliki diameter sekitar 19 mm.
Panjang pengaduk untuk sudut belokan harus sekitar 200 mm. Sudut kanan
belokan harus sekitar 55 mm. Sebuah lengan kaca sekitar 65 mm untuk panjang,

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-12
BAB II DASAR TEORI
3mm untuk diameter dalam yang seharusnya digunakan sebagai panduan untuk
pengaduk. Setiap peralatan mekanis yang cocok untuk pengoperasian pengaduk
sebagai ketetapan alternatif yang disetujui untuk operasi secara manual.
Rangkaian gambar alat metode A dapat dilihat pada Gambar II.3.1

Gambar II.3.1 Peralatan uji titik anilin ( Metode Uji A)


Metode Uji B
berlaku untuk sampel berwarna terang, sampel sedikit gelap, dan sampel yang
sangat gelap. Sangat cocok untuk sampel yang terlalu gelap untuk diuji oleh Metode
Uji A
Prosedur Metode Uji B:
1.

Peralatan film-tipis, terbuat dari kaca tahan panas dan stainless steel, menurut
dimensi yang diberikan pada Fig.A2.1 dalam Gambar II.3.2. Pemasangan yang
disarankan ditunjukkan dalam Fig.A2.2 pada Gambar. II.3.2.

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-13
BAB II DASAR TEORI

Gambar II.3.2 Peralatan uji titik anilin ( Metode Uji B )


Metode Uji C
berlaku untuk sampel atau untuk sampel warna tidak lebih gelap dari ASTM
warna No 6,5 sebagaimana ditentukan oleh Metode Uji D 1500, memiliki titik didih
awal yang cukup rendah untuk memberikan pembacaan titik anilin yang salah dengan
Metode Uji A, misalnya, bensin penerbangan.
Prosedur Metode Uji C:
1.

Peralatan film-tipis, terbuat dari kaca tahan panas dan stainless steel, menurut
dimensi yang diberikan pada Gambar II.3.2. Pemasangan yang disarankan
ditunjukkan pada Gambar II.3.2.

2. Tabung Titik Anilin , dari kaca tahan panas, bentuk dan dimensi yang
ditunjukkan pada Gambar. A3.1, internal dan dilengkapi dengan tabung kaca
termometer berdinding tipis, disegel di ujung bawah. Tabung kedua menampung
peralatan tetap-rapat penyumbat gabus membawa termometer, bola yang terletak
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-14
BAB II DASAR TEORI
pada sebuah cincin gabus atau disk ditempatkan di bagian bawah tabung, satu
tabung berisi: minyak transformator cukup terang untuk menutupi bulb dari
termometer. Bagian dalam tabung diadakan di bagian atas tabung anilin-poin
dengan penyumbat tetap yang rapat, dan klem disediakan untuk menahan
penyumbat dalam posisi untuk mencegah hilangnya uap dari sampel. Rangkaian
gambar alat metode C dapat dilihat pada Gambar II.3.3
Catatan - Pengaturan lain yang sesuai, seperti kelenjar plastik disekrup
untuk membawa termometer, yang akan mencegah hilangnya uap dari aparatus,
dapat digunakan. Dalam kasus seperti itu mungkin untuk menghilangkan tabung
rendam bulb termometer dalam sampel campuran-anilin Pelindung, kain kasa
logam kuat dan di sekitar tabung anilin poin. Ini harus dikombinasikan dengan
penjepit untuk memegang tabung termometer di tempat.

Gambar II.3.3 Peralatan uji titik nilin ( Metode Uji C )


Metode Uji D
berlaku dengan tipe sampel yang sama pada metode uji C. Metode ini sangat
berguna hanya ketika sejumlah kuantitas (jumlah) terbatas dari sampel tersedia.
Prosedur Metode Uji D:
1. Bulb , kapasitas 1,5 2,0 ml , ditiup dari tabung kaca tahan panas, 5 mm diameter
luar dan 3 mm diameter dalam.
Pelindung, seperti uji metode C
Metode Uji E
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-15
BAB II DASAR TEORI
berlaku saat menggunakan peralatan otomatis.
Prosedur Metode Uji E:
Peralatan Titik Anilin Otomatis, tersedia secara komersial, menggunakan
tekhnik modifiksi film tipis dan pemanasan secara langsung dari kekeruhan campuran
anilin-sampel pada titik anilin yang direspon oleh sel fotoelektrik sampai cahaya
coolimated diarahkan melalui film tipis dari sampel.

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-16
BAB II DASAR TEORI
II.4 Aplikasi Industri
Penggunaan Minyak Diesel dengan Treatment Garam Anorganik: Sebagai Alternatif
Minyak Tanah
Minyak mentah adalah gelap, cairan kental coklat dan hitam, yang lebih ringan
daripada air. Hal ini diperoleh sebagai produk perubahan fisik dan kimia alami bahan organik
membusuk terkubur di bawah kerak bumi, untuk waktu yang sangat lama (Ababio 1993).
Minyak mentah ditemukan secara alami di bumi di mana komposisi fisik dan komposisi kimia
bervariasi dan tergantung pada sumber minyak bumi. Minyak mentah terdiri dari campuran
kompleks hidrokarbon bervariasi dalam panjang rantai antara C1 dan C40. Solar dan minyak
tanah adalah bahan bakar cair yang berasal dari minyak mentah. Oleh karena itu, fraksi didih
lebih rendah, yang terdiri dari, jenuh hidrokarbon, sendiri terikat bersama dengan rumus
umum CnH2n+2 adalah kelompok di mana bahan bakar Diesel dan minyak tanah milik sebagai
pecahan dari produk minyak bumi (Ababio 1993).
Solar dan minyak tanah adalah bahan bakar cair yang berasal dari minyak mentah.
Oleh karena itu, fraksi didih lebih rendah, yang terdiri dari, jenuh hidrokarbon, sendiri terikat
bersama dengan rumus umum CnH2n+2 adalah kelompok di mana bahan bakar Diesel dan
minyak tanah milik sebagai pecahan dari produk minyak bumi (Ababio 1993). Bahan bakar
Diesel adalah kelas yang luas dari produk minyak bumi, yang meliputi distilat atau bahan sisa
(atau campuran dari dua). Sifat bahan bakar komersial tergantung pada praktek penyulingan
digunakan dan sifat dari minyak mentah dari apa yang dihasilkan (Leffler 1987). Fraksi bakar
Diesel mengikuti fraksi minyak tanah selama distilasi fraksional minyak bumi, dan
digolongkan sebagai distilat menengah, yang merupakan bahan bakar cair alami Bahan bakar
diesel adalah campuran hidrokarbon dengan sekitar 12-25 hidrokarbon (C12H25) atom per
molekul dan sulingan atas suhu 250C sampai 400C (Dyroff 1993). Mereka digunakan
sebagai sumber listrik, pemanasan bahan bakar rumah untuk mesin berat dan bahan baku
untuk cracking sebagai proses untuk mendapatkan motor bensin.
Minyak tanah diperoleh sebagai fraksi dari minyak mentah, itu dikenal sebagai
minyak gas ringan digunakan untuk tujuan domestik (rumah tangga memasak dan
pemanasan) dan juga sebagai bahan bakar untuk jet modern yang mesin. Ini sulingan atas
suhu sekitar (200-300 C), dan mengandung C12 ke C18 per molekul karbon (Dyroff 1993).
Kebanyakan Nigeria menggunakan minyak tanah untuk keperluan rumah tangga, sebagian
besar untuk memasak di tempat gas.
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

II-17
BAB II DASAR TEORI
Bahan yang digunakan
Sampel bahan bakar diesel dan Minyak Tanah yang digunakan untuk analisis ini
dikumpulkan dari Kaduna Refining dan Petrochemical Company (KRPC). Sementara kalium
aluminat [KAl (SO4) 2], dan kalium (kalium klorida) yang diperoleh di pasar. Semua tes yang
dilakukan didasarkan pada American Society for Testing dan Material (ASTM 1985)
Persiapan Bahan
Jumlah tertentu dari KAl (SO4) 2 yang digiling menjadi bentuk listrik baik sementara
kalium klorida, yang sudah dalam bentuk bubuk, tidak mengalami perlakuan ini. Masingmasing dari garam dikeringkan dalam oven untuk mengurangi kadar air. Berbagai persentase
(5, 10, 20, 35, 55 dan 80%) dari masing-masing garam diperkenalkan menjadi konstan dan
volume diesel. Campuran dibiarkan untuk bereaksi pada suhu kamar setelah pengadukan
untuk maksimal dua hari. Garam kemudian dipisahkan untuk mendapatkan filtrat jelas di
mana analisis lebih lanjut dilakukan. Warna cokelat kebiruan bahan bakar diesel kemudian
berubah menjadi warna kuning pucat akibat reaksi fisik. Sampel garam ditambahkan ke diesel
ditambahkan dalam berbagai persentase di mana 100% garam setara dengan 100 gr garam.
Analisa anilin point
Volume spesifik anilin dan sampel ditempatkan dalam tabung (100 ml) dan dicampur
secara mekanis. Anilin hati-hati dimasukkan ke dalam tabung-U (bagian dari aparat) setelah
menuangkan dari volume yang sama dari sampel. Campuran tersebut kemudian dipanaskan
pada tingkat yang terkendali sampai dua fase menjadi larut. Campuran kemudian didinginkan
pada tingkat yang terkendali dan suhu di mana fase dipisahkan dicatat sebagai titik anilin
untuk semua sampel. Oleh karena itu, hasil yang diperoleh dicatat dalam tabel hasil.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua garam anorganik yang digunakan untuk
pengobatan minyak diesel memiliki efek pada sifat fisikokimia minyak. Membandingkan
hasil yang diperoleh dengan minyak tanah, pengaruh yang paling signifikan yang diamati
adalah pada sampel minyak diesel diobati dengan Potash, yang menghasilkan kandungan
sulfur dari 0,1319 wt% pada konsentrasi 35 g terhadap bahwa minyak tanah, 0,1400% berat.
Perubahan warna lebih terang dan lebih dekat dengan bau minyak tanah dari minyak solar
mentah diamati. Ini mungkin mungkin menjadi alasan mengemudi untuk kimia dipraktekkan
selama kekurangan bahan bakar atau kelangkaan. Diamati bahwa berdasarkan hasil yang
diperoleh, minyak diesel diobati dengan garam anorganik tidak dapat digunakan sebagai
minyak tanah (Jimoh,2004).

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI ITS

You might also like