You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM

EKSPERIMEN FISIKA KOMPUTASI


PERCOBAAN : SYARAT BATAS

OLEH:
NAMA

DECORY SIANIPAR

NIM

: 13/347621/PA/15334

JURUSAN,PRODI :
ASISTEN

FISIKA

: 1. IRFAN TAUFIQ AZHER


2. HENOGH LUGO

LABORATORIUM KOMPUTASI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persamaan diferensial merupakan formulasi dari model matematika dari suatu
fenomena alam. Fenomena aliran panas pada plat besi, aliran air pada suatu pipa,
perkembangan bakteri, bergetarnya senar pada gitar merupakan fenomenafenomena yang dapat diformulasikan secara matematika dalam bentuk persamaan
diferensial. Pada praktikum masalah syarat batas kali ini memberikan gambaran
penggunaan metode numerik beda hingga untuk penyelesaian syarat batas yaitu
masalah untuk memecahkan persamaan differensial secara numerik ketika nilai
fungsi pada kedua titik batas diketahui. Penyelesaian masalah syarat batas dengan
metode beda hingga menghasilkan sistem persamaan linier maupun nonlinier.
Mengingat kebanyakan hukum fisika dan matematikadiungkapkan dalam bentuk
persamaan differensial seperti uraian tersebut.

II.

TUJUAN
Adapun tujuan yang didapat dari praktikum kali ini yaitu:
a. Memiliki kemampuan untuk menyelesaikan dan memahami perilaku masalah
fisika yang dihadapi

III.

DASAR TEORI
Ditinjau persoalan fisika yang disajikan oleh persamaan diferensial berbentuk
2
= ()
2

(3.1)

Dengan f(x) adalah fungsi yang bentuk eksplisitnya diketahui. Apabila


penyelesaian yang diinginkan adalah y(x) pada ranah x 0xxN dimana nilai atau
bentuk penyelsaian pada kedua titik batas yaitu y(x0) = y0 dan y(xN) = yN sudah
diketahui maka masalah tersebut dikenal sebagai masalah syarat batas. Salah satu
metode untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan metode beda hingga

yaitu mengganti persamaan diatas ke dalam bentuk diskret yaitu mengubah


diferensial dua kali ke bentuk ungkapan beda terpusat sehingga menjadi
yi-1 2yi + yi+1 = h2fi

(3.2)

yang seperti biasa diambil kesepakatan symbol yi = y(xi), fi=f(xi) dan ukuran
langkah h=xi - xi-1 untuk i=1,2,3,N. Berbeda dengan masalah syarat awal, disini
nilai y(x) yang akan dicari harus sesuai pada batas x0 dan xN. Ini berarti
persamaan diatas tidak dapat diselesaikan satu persatu untuk tiap i tertentu tetapi
harus seluruh I yang ada. Salah satu metode paling efektif untuk memecahkan
banyak persamaan secara serentak adalah menggunakan cara matriks. Mudah
dibuktikan bahwa bentuk matrix dari persamaan diatas adalah
2 1
0
0 0
1 2 1
0 0
0
1 2
1

0 0
1 2
1
( 0 0
0 1 2)

(3.3)

Jika dilihat secara seksama pada persamaan matriks tersebut, akan terlihat
bahwa setiap baris dari matriks pertama pada ruas kiri hanya memiliki unsur
bernilai tidak nol paling banyak sebanyak tiga kolom sedang kolom lain selalu
bernilai nol. Matriks berbentuk seoerti ini biasa disebut matriks tridiagonal.
1. Penyelesaian matriks tridiagonal
Salah satu metode efisien untuk menyelesaikan system persamaan simultan yang
tersusun atas matriks tridiagonal seperti diatas adalah dengan cara eliminasi
unsur-unsur yang terletak di bawah diagonal utama. Bentuk umum masalah yang
dipecahkan adalah persamaan matriks sebagai berikut

1 1 0
0
2 2 2
3
0 3 3

2
0 0
( 0 0
0

2
1

Dengan mendefinisikan kaitan

0
0

1
1
2
2

2
2
2
1 ) (1 ) (1 )

(3.4)

1 , =

1 , = 2,3, , 1

(3.5)

Dimana 1 = 1 dan 1 = 1 maka persamaan diatas berubah menjadi bentuk


persamaan matriks
1 1 0

2 2 2
0
0 3 3
3

2
0 0
( 0 0
0

2
1

0
0

1
1
2
2

2
2
2
1 ) (1 ) (1 )

(3.6)

Bentuk persamaan matriks diatas sangat menarik karena memungkinkan semua yi


dapat diperoleh dengan cara substitusi balik yaitu pertama dihitung yN-1 melalui
kaitan
1 =

1
1

(3.7)

Setelah yN-1 diperoleh maka yi yang lain diperoleh melalui kaitan


=

IV.

+1

, = 2,3, , 1

METODE PERCOBAAN
4.1. Kode Sumber
PROGRAM syarat_batas
IMPLICIT NONE
REAL, DIMENSION(0:100) :: x,y,a,b,c,r,beta,rho
REAL :: h
INTEGER ::n,i
n=70
x(0)=0.0
x(n)=5.0
h=(x(n)-x(0))/n
y(0)=10.0
y(n)=-5.0
DO i=1,(n-1)
x(i)=x(0)+i*h

(3.8)

b(i)=-2.0
IF (i .EQ. 1) THEN
r(i)=f(x(i))*h**2-y(0)
ELSE
IF (i .EQ. (n-1)) THEN
r(i)=f(x(i))*h**2-y(n)
ELSE
r(i)=f(x(i))*h**2
END IF
END IF
END DO
DO i=1,(n-2)
c(i)=1.0
END DO
DO i=2,(n-1)
a(i)=1.0
END DO
CALL tridiagonal(n-1,a,b,c,r,beta,rho)
y(n-1)=rho(n-1)/beta(n-1)
DO i=2,(n-1)
y(n-i)=(rho(n-i)-c(n-i)*y(n-i+1))/beta(n-i)
END DO
DO i=0,n
WRITE(*,*)x(i),y(i)
END DO
CONTAINS
FUNCTION f(xx)
IMPLICIT NONE
REAL :: f
REAL, INTENT(in) :: xx
f=-3*xx
END FUNCTION f
SUBROUTINE tridiagonal(m,a,b,c,r,beta,rho)
IMPLICIT NONE
REAL, DIMENSION(0:100), INTENT(in) :: a,b,c,r
REAL, DIMENSION(0:100), INTENT(out) :: beta,rho
INTEGER, INTENT(in) :: m
REAL :: pengali
beta(1)=b(1)
rho(1)=r(1)
DO i=2,m
pengali=a(i)/beta(i-1)
beta(i)=b(i)-pengali*c(i-1)
rho(i)=r(i)-pengali*rho(i-1)
END DO

END SUBROUTINE tridiagonal


END PROGRAM syarat_batas
4.2. Penjelasan Kode Sumber

IMPLICIT NONE = Masukkan instruksi atau perintah

REAL, DIMENSION(0:100) :: x,y,a,b,c,r,beta,rho = Dimensi

yang digunakan adalah x sebagai batas kiri, y syarat batas yang sudah
diketahui, a b c merupakan unsur matriks, r juga merupakan unsur matriks
namun berbeda dengan yang lain karena ada pemgurangan dengan y0 dan yn,
beta dan rho merupakan dua larik dari perubahan matriks tridiagonal

REAL :: h = Merupakan batas interval untuk mencari nilai diferensial yang

dicari

INTEGER ::n,i = Nilai cacah n dan iterasi i harus merupakan bilangan

bulat

DO i=1,(n-1)

merupakan matriks pertama yang digunakan

x(i)=x(0)+i*h

CALL

tridiagonal(n-1,a,b,c,r,beta,rho)=

memanggil

untuk

menampilkan matriks tridiagonal

SUBROUTINE tridiagonal(m,a,b,c,r,beta,rho)= untuk mengubah

matriks tridiagonal menjadi matriks yang baru

beta(1)=b(1)

menggambarkan persamaan (3.8)

rho(1)=r(1)

REAL, DIMENSION(0:100), INTENT(in) :: a,b,c,r

= untuk

memasukkan nilai a, b, c, r

REAL, DIMENSION(0:100), INTENT(out) :: beta,rho

mengeluarkan nilai beta dan rho

= untuk

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1. Data
Ganti nilai y0, n dan xn menjadi berikut :
1) N = 70
2) N = 70
a. Xn = 2
b. Xn = 5
3) N = 70
a. Y0 = 15
b. Y0 = 20
4) N = 70

5.2. Hasil Grafik


a. Grafik pada saat n = 30, xn = 3.0, y0 = 10.0

b. Grafik pada saat n = 70

c. Grafik pada saat n = 70, xn = 2

d. Grafik n = 70, xn = 5

e. Grafik pada saat n = 70, y0 = 15

f. Grafik pada saat n = 70, y0 = 20

g. Grafik pada y (n) = -5

h. Grafik pada saat y(n) = -10

i. Grafik untuk f(x) = 0


12
10
8
6

Series1

4
2
0
0

5.3.PEMBAHASAN
Pada praktikum masalah syarat batas dilakukan delapan kali percobaan dengan
nilai masukan n, xn, xo, yn dan y0 yang berbeda-beda. N merupakan jumlah cacah
titik, batas kiri xo dan batas kanan xn daerah yang ditinjau sedangkan y0 dan yn
merupakan juga merupakan titik batas yang sudah diketahui atau bisa diberi
tebakan berapa saja.

Untuk menggunakan metode beda hingga pertama- fungsi harus dibuat terlebih
dahulu seperti berikut:

2
2

= () Kemudian dari fungsi tersenut dicari nilai y(x)

yang boleh sembarang namun masih dalam syarat batas x0 x xn


Pada percobaan pertama peninjauan pada daerah 0 x 3 pada fungsi f(x) = -3x
dengan nilai masukan n = 30, x (0) = 0.0, x(n) = 3.0, y (0) = 10.0, y(n) = 0.0
dengan menggunakan rumus interval h = (x(n)-x(0))/n. Script seperti yang ada di
metode percobaan di bagian kode sumber diketik pada jendela fortran 90 setelah
selesai diketik kemudian dipanggil dengan menggunakan perintah gfortran di
jendela linux. Setelah di-compile akan terlihat dua kolom hasilnya kolom pertama
merupakan x(i) dan kolom kedua merupakan posisi y(i). Kemudian di-plot
kedalam suatu grafik dengan menggunakan perintah gnuplot. Grafik yang didapat
terlihat pada subbab grafik pada poin a
Pada percobaan kedua dengan masih tetap menggunakan fungsi pada percobaan
pertama namun dengan menggunakan n bernilai 70. Setelah di compile dan di plot
menggunakan gnuplot terlihat grafik yang mirip dengan grafik pada percobaan
pertama grafik berupa garis lengkung kebawah dimana berawal dari titik y(x)
berada pada titik 10 dan berakhir pada titik x yang bernilai 3. Grafik yang
terbentuk sama disebabkan karena nilai syarat batas yang digunakan masih sama
seperti pada percobaan pertama.
Pada percobaan ketiga diganti nilai n menjadi 70 dan xn menjadi 2.0 didapat
grafik berupa garis lurus yang turun dari titik y(x) = 10 dan berakhir pada titik x n
= 2.0.
Pada percobaan keempat dengan menggunakan nilai n = 70 dan xn = 5 didapatlah
grafik berupa garis dari satu bukit dari suatu gelombang dengan garis yang ditarik
dari titik awal y(x) = 10 dan garis berakhir pada titik x = 5 dan mempunyai titik
tengah bukit tersebut pada titik x= 2.8
Pada percobaan kelima dengan menggunakan nilai n = 70 dan y0 = 15 xn = 3
didapatlah grafik berupa garis satu bukit dari suatu gelombang dengan garis yang
ditarik dari titik awal y(x) =

15 dan garis berakhir pada titik x = 5 dan

mempunyai titik tengah bukit tersebut pada titik x= 2.6

Pada percobaan keenam dengan menggunakan n = 70, y0 = 20 dan x0 = 3


didapatlah grafik berupa garis satu bukit dari gelombang dengan garis yang
ditarik dari titik awal y(x) =

20 dan garis berakhir pada titik x = 5 dan

mempunyai titik tengah bukit tersebut pada titik x= 2.3


Pada percobaan ketujuh menggunakan n = 70 dan y(n) = -5 didapatlah grafik
berupa garis satu bukit dari gelombang dengan garis yang ditarik dari titik awal
y(x) = 10 dan garis berakhir pada titik x = 5 dan mempunyai titik tengah bukit
tersebut pada titik x= 2.4
Pada percobaan kedelapan menggunakan n = 70 dan y(n) = -10 didapatlah grafik
berupa garis satu bukit dari gelombang dengan garis yang ditarik dari titik awal
y(x) = 10 dan garis berakhir pada titik x = 5 dan mempunyai titik tengah bukit
tersebut pada titik x= 2.5
Semakin besar nilai n maka cacah persamaan menjadi banyak sekali namun jika
besar nilai n sampai 110 akan didapat grafik yang chaos. Syarat batas bebas
ditentukan namun tetap harus mengikuti syarat x0 x xn Jika persamaan tersebut
tidak dipeni=uhi maka akan dilakukan iterasi sampai n kali sehingga didapat hasil
y(x) dan x yang memenuhi persamaan tersebut. Metode beda hingga dapat juga
digunakan dalam operasi Laplace dan Poison unutk persamaan yang = 0.
Pembahasan tugas : Pada dua keeping kapasitor yang memiliki nilai E yang
konstan sedangkan untuk V = Ex. Maka persamaan nya menjadi f(x) = 0 untuk E
yang konstan. Dengan nilai masukan :y(0)=10.0, y(n)=-5.0, n=70, x(0)=0.0,
x(n)=5.0. Didapat grafik hubungan antara E dan V yang linier karena nilai E yang
konstan
Hal yang perlu diperhatikan untuk praktikum bab masalah syarat batas ,
adalah :
a.

Deklarasi konstanta, dan hal-hal lain yang diperlukan untuk perhitungan.

b.

Nilai syarat batas yang sesuai dengan petunjuk

c.

Analisa rumus supaya bisa didapat bentuk rumus yang sesuai dan dapat
diselesaikan dengan cara ini.

VI.

KESIMPULAN
Pada praktikum masalah syarat batas yang telah dilakukan, praktikan dapat
mengambil kesimpulan:
a. Dengan menggunakan metode beda hingga dapat menghasilkan persamaan linier
maupun nonlinier
b. Masalah syarat batas menggunakan beda hingga dapat menyelesaikan operasi
Laplace dan Poisson
c. Masalah syarat batas tergantung pada nilai syarat batas yang sudah diketahui

VII.

DAFTAR PUSTAKA
Staff Laboratorium Fisika Komputasi. 2015. Eksperimen Fisika Komputasi.
Yogyakarta:UGM
Rukmono, Meivita, Anastasya dkk. 2014. Bedah Materi Masalah Syarat Batas
Sekaligus Pembuktian Teorema 1 dan 2 Sturm-Liouville . Diambil dari :
http://www.slideshare.net/rukmonobudi/bedah-materi-masalah-syarat-batassekaligus-pembuktian-teorema-1-dan-2-sturm (14 Mei 2015)

Asisten 1,

Asisten 2,

Irfan Taufiq Azher

Henogh Lugo

Yogyakarta, 16 Mei 2015


Praktikan,

Decory Sianipar

LAMPIRAN

Hail iterasi dari tugas yang diberikan

You might also like