Professional Documents
Culture Documents
Sejak 2 bulan yang lalu Tn.Dirly, 35 tahun sering marah-marah dirumah pada istri dan
anaknya, hingga membanting barang-barang, serta menuduh istrinya ingin meracuninya. Saat ini
ia pun sering tidak mau mandi dan berganti pakaian dan sudah tidak mau lagi pergi ke pasar,
tempat selama ini ia berjualan, karena menurutnya ada orang-orang jahat yang ingin
membunuhnya.
Sejak satu tahun terakhir ini, istrinya sering memergokinya tengah bicara sendiri di
kamar, dan belakangan ini semakin sering. Sebelumnya Tn.Dirly memang sering berprasangka
buruk terhadap orang lain dan mudah curiga, namun tidak pernah sampai menuduh istrinya
sendiri ingin membunuhnya, ia juga orang yang suka menyendiri. Tidak ada keluarga menderita
penyakit serupa.
Dari hasil pemeriksaan psikiatri di dapatkan : tought of echo, waham kejar, halusinasi
auditorial. Apa yang terjadi pada Tn. Dirly, bagaimana hal itu bisa terjadi dan bagaimana
mengatasinya?
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Marah
: Suatu kondisi emosional yang tak terkendali
2. Prasangka buruk
: Suatu pemkiran yang bersifat negative, tetapi tidak bisa
dibuktikan kebenarannya
3. Curiga
: Sikap yang tak percaya, seolah-olah menyangkalkan maksud baik
dari pemeriksa atau orang lain, baik ucapannya maupun
gerakannya
4. Tought of echo
: Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda
5. Waham kejar
: Kepercayaan yang salah pada seseorang yang merasa dicurigai
atau dilecehkan atau dikejar,
6. Halusinasi auditorial : Persepsi palsu akan bunyi, biasanya berupa suara-suara namun
dapat pula berupa bunyi-bunyi lain
IDENTIFIKASI MASALAH
1
1. Sejak 2 bulan yang lalu Tn.Dirly, 35 tahun sering marah-marah dirumah pada istri dan
anaknya, hingga membanting barang-barang, serta menuduh istrinya ingin meracuninya
2. Saat ini ia pun sering tidak mau mandi dan berganti pakaian dan sudah tidak mau lagi
pergi ke pasar, tempat selama ini ia berjualan, karena menurutnya ada orang-orang jahat
yang ingin membunuhnya
3. Sejak satu tahun terakhir ini, istrinya sering memergokinya tengah bicara sendiri di
kamar, dan belakangan ini semakin sering.
4. Sebelumnya Tn.Dirly memang sering berprasangka buruk terhadap orang lain dan mudah
curiga, namun tidak pernah sampai menuduh istrinya sendiri ingin membunuhnya, ia juga
orang yang suka menyendiri.
5. Tidak ada keluarga menderita penyakit serupa.
6. Dari hasil pemeriksaan psikiatri di dapatkan : tought of echo, waham kejar, halusinasi
auditorial.
7. Apa yang terjadi pada Tn. Dirly, bagaimana hal itu bisa terjadi dan cara mengatasinya ?
ANALISIS MASALAH
A.
Sejak 2 bulan yang lalu Tn.Dirly, 35 tahun sering marah-marah dirumah pada
istri
dan anaknya, hingga membanting barang-barang, serta menuduh istrinya ingin
meracuninya
1. Mengapa Tn. Dirly sering marah-marah dirumah pada istri dan anaknya ?
Jawab :
Bila terjadi skizofrenia, ada beberapa hipotesis yang menyatakan bahwa terjadi
disfungsi salah satu fungsi system limbic akan menyebabkan factor emosional terganggu.
Kemungkinan hal ini lah yang terjadi pada Tn. Dirly
2. Apa hubungan waktu 2 bulan dengan gejala ?
Jawab :
Berdasarkan PPDGJ-III, waktu 2 bulan itu berkaitan dengan penegakkan diagnose
skizofrenia, yaitu adanya gejala-gejala khas yang berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
3. Penyakit apa saja yang bisa mengakibatkan sering marah-marah ?
Jawab :
- Endokrinogoly Hipertiroid,
- Cardiovaskular Hipertensi,
- Pheochromocytoma, dan
- Psikologis Gangguan Kepribadian, Skizofenia
Saat ini ia pun sering tidak mau mandi dan berganti pakaian dan sudah tidak mau
lagi pergi ke pasar, tempat selama ini ia berjualan, karena menurutnya ada orangorang jahat yang ingin membunuhnya
1. Apa makna klinis dari Tn. Dirly tidak mau mandi dan berganti pakaian ?
Jawab :
Pada gangguan psikologis terutama skizofenia terjadi perubahan mutu kualitas
pribadi secara keseluruhan.
2. Apa makna klinis dari Tn. Dirly tidak mau lagi pergi ke pasar, tempat selama ini ia
berjualan, karena menurutnya ada orang-orang jahat yang ingin membunuhnya ?
Jawab :
Kemungkinan karena sudah terjadi skizofenia paranoid yang ditandai dengan
suatu pemikiran waham kejar (suatu pemikiran yang salah dan tidak dibenarkan dimana
seseorang merasa dilecehkan, dikejar, dan lainnya)
3. Apa dampak dari perilaku Tn. Dirly ?
Jawab :
Fisik Mudah terserang penyakit, mempengaruhi penampilan
Nonfisik Perasaan tidak nyaman, tidak punya teman, gangguan aktifitas social,
sulit bekerja, sulit berkosentrasi dan gangguan pola pikir
Selain itu dalam keluarganya dapat terjadi gangguan keharmonisan dalam keluarga
o Istri : Minta cerai
o Anak : Gangguan perkembangan emosi dan kepribadian
o Ekonomi : Bangkrut
3
C.
Sejak satu tahun terakhir ini, istrinya sering memergokinya tengah bicara sendiri
di
kamar, dan belakangan ini semakin sering
Sebelumnya Tn.Dirly memang sering berprasangka buruk terhadap orang lain dan
mudah curiga, namun tidak pernah sampai menuduh istrinya sendiri ingin
membunuhnya, ia juga orang yang suka menyendiri
Histerionik
Pola perilaku emosional yang berlebihan dan menarik perhatian
Anankastik
Pola perilaku berupa preokupasi dengan keteraturan perfeksionisme control mental
dan hubungan interpersonal dengan menyampingkan fleksibilitas keterbukaan dan
efisiensi
Cemas
Adanya pola perasaan tidak nyaman serta keengganan untuk bergaul secara sosial
merasa rendah diri hipersensitif terhadap evaluasi negatif
Dependent
Kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara bersifat submisi bergantung pada orang
lain dan takut berpisah pada orang tempat dia bergantung
Khas lainnya
YTT
E.
Etiologi
Genetic
Neurotransmiter
Faktor psikososial
Input sensoris
yang masuk
Faktor predisposisi
Usia
Jenis kelamin
Onset
Symptom (+)
Waham
Halusinasi
Proses pikir dan bahasa
(bicara kacau)
Monitoring diri terhadap
perilaku (perilaku katatonik)
Symptom (-)
Avolisi
Alogia
Anhedonia
Afek Datar
PPDGJ-IIIA
Skizofrenia paranoid
b.
c.
d.
e.
f.
g. Halusinasi kinestetik
Apa yang terjadi pada Tn. Dirly, bagaimana bisa terjadi dan cara mengatasinya ?
10
Sedangkan skizofrenia dengan jenis paranoid adalah skizofrenia dengan gejala khas,
waham dan atau halusinasinya menonjol, dimana halusinasi tersebut berupa suara yang
mengancam, memerintah atau bercakap-cakap dengan pasien. Atau juga bisa berupa
halusinasi pembauan atau pengecapan, rasa atau bersifat seksual.adapun waham yang
menonjol berupa hamper semua jenis waham, yaitu waham dikendalikan, waham kejaran,
waham kebesaran dan waham dipengaruhi.
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit ini ?
Jawab :
a. Skizoprenia Paranoid
Harus memenuhi kriteria umum Skizofrenia dan sebagai gejala khas, waham dan
atau halusinasinya menonjol, dimana halusinasi tersebut berupa suara yang
mengancam, memerintah atau bercakap-cakap dengan pasien. Atau juga bias berupa
halusinasi pembauan atau pengecapan, rasa atau bersifat seksual.adapun waham yang
menonjol berupa hamper semua jenis waham, yaitu waham dikendalikan, waham
kejaran, waham kebesaran dan waham dipengaruhi.
b. Skizofrenia Hebefrenik
Harus memenuhi kriteria umum Skizofrenia dan sebagai gejala khas, Pertamakali
ditegakkan pada usia 15-25 tahun, dan untuk mendiaknosis hebefrenik umumnya
diperlukan pengamatan continue selama 2 bulan atau 3 bulan untuk memastikan
bahwa gambaran yang khas berikut ini memang bertahan, yaitu perilaku yang tidak
bertanggung jawab, ada kecenderungan untuk menyendiri, afek pasien yang dangkal
dan tidak wajar yang disertai dengan perasaan puas diri, proses piker mengalami
disorganisasi dan pembicaraan tidak menentu. Halusinasi dan waham biasanya tidak
menonjol.
c. Skizofrenia Katatonik
Harus memenuhi kriteria umum Skizofrenia dan sebagai gejala khas stupor, rigiditas,
gaduh gelisah, menampilkan dan mempertahankan posisi tubuh tertentu.
d. Skizofrenia tak terinci
Harus memenuhi kriteria umum Skizofrenia namun gejala khas belum menonjol
sesuai dengan Kriteria kriteria diatas.
e. Depresi Pasca Skizofrenia
Biasa ditegakkan jika pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan terakhir ini,
dan juga terdapat gejala depresi yang menonjol.
f. Skizofrenia Residual dan Skizofrenia Simpleks
Pada skizofrenia residual harus diawali gejala positif kemudian timbul gejala negatif,
sedangkan untuk skizofrenia simpleks gejala negatif terus menerus tanpa didahului
gejala positif
g. Waham Menetap
11
Dimana waham merupakan satu-satunya cirri khas klinis atau gejala yang paling
menonjol dan harus ada sekitar 3 bulan lamanya, harus bersifat pribadi dan bukan
merupakan bagian dari budaya setempat.
4. Apa saja etiologi dari penyakit ini ?
Jawab :
a. Teori Neurotransmitter
Di dalam otak manusia terdapat berbagai macam neurotransmitter, yaitu substansi
atau zat kimia yang bertugas menghantarkan impuls-impuls saraf. Ada beberapa
neurotransmitter yang diduga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia. Dua di
antaranya yang paling jelas adalah neurotransmitter dopamine dan serotonin.
Berdasarkan penelitian, pada pasien-pasien dengan skizofrenia ditemukan
peningkatan kadar dopamine dan serotonin di otak secara relatif.
Menurut Mesholam Gately et.al dalam jurnal Neurocognition in First-Episode
Schizophrenia: A Meta Analytic Review (2009), gangguan neurokognisi adalah fitur
utama pada episode pertama penderita skizofrenia. Gangguan tersebut membuat
sistem kognisi tidak dapat bekerja seperti kondisi normal.
b. Teori Genetik
Diduga faktor genetik juga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia.
Walaupun demikian, terbukti dari penelitian bahwa skizofrenia tidak diturunkan
secara hukum Mendeell (jika orang tua skizofrenia, belum tentu anaknya skizofrenia
juga). Dari penelitian didapatkan prevalensi sebagai berikut:
Populasi umum
1%
Saudara Kandung
8%-10%
Anak dengan salah satu orang tua skizofrenia
12%-15%
Kembar 2 telur (dizigot)
12%-15%
Anak dengan kedua orang tua skizofrenia
35%-40%
Kembar monozigot
47%-50%
Sampai saat ini, belum ada hal yang pasti mengenai penyebab skizopfrenia.
Namun demikian peneliti-peneliti meyakini bahwa interaksi antara genetika dan
lingkungan yang menyebabkan skizofrenia.
Penelitian lain dari Clarke et al yang berjudul Evidence for an Interaction
Between Familial Liability and Prenatal Exposure to Infection in the Causation of
Schizophrenia (2009), menyebutkan bahwa Komplikasi kelahiran dan keluarga yang
memiliki resiko psikotik terbukti menyebabkan skizofrenia dengan persentase resiko
38% - 46%.
c. Predisposisi Genetika
12
Meskipun genetika merupakan faktor resiko yang signifikan, belum ada penanda
genetika tunggal yang diidentifikasi. Kemungkinan melibatkan berbagai gen.
Penelitian telah berfokus pada kromosom 6, 13, 18, dan 22. Resiko terjangkit
skizofrenia bila gangguan ini ada dalam keluarga, yaitu satu orang tua yang terkena
12%-15%, kedua orang tua terkena penyakit ini resiko 35%-40%, saudara sekandung
terjangkit resiko 8%-10%, kembar dizigotik yang terkena resiko 12%-15%, bila
kembar monozigotik yang terkena resiko 47%- 50%.
d. Abnormalitas Perkembangan Syaraf
Penelitian menunjukkan bahwa malformasi janin minor yang terjadi pada awal
gestasi berperan dalam manifestasi akhir dari skizofrenia. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan saraf dan diidentifikasi sebagai resiko yang terus
bertambah, meliputi individu yang ibunya terserang influenza pada trimester kedua,
individu yang mengalami trauma atau cedera pada waktu dilahirkan, dan
penganiayaan atau trauma di masa bayi atau masa anak-anak.
e. Abnormalitas Struktur dan aktivitas Otak
Pada beberapa subkelompok penderita skizofrenia, teknik pencitraan otak (CT,
MRI, dan PET) telah menujukkan adanya abnormalitas pada struktur otak yang
meliputi pembesaran ventrikel, penurunan aliran darah ventrikel, terutama di korteks
prefrontal penurunan aktivitas metaolik di bagian-bagian otak tertentu atrofi serebri.
Ahli neurologis juga menemukan pemicu dari munculnya gejala skizofrenia. Pada
para penderita skizofrenia diketahui bahwa sel-sel dalam otak yang berfungsi sebagai
penukar informasi mengenai lingkungan dan bentuk impresi mental jauh lebih tidak
aktif dibanding orang normal.
f. Ketidakseimbangan Neurokimia (neurotransmitter)
Skizofrenia memiliki basis biologis, seperti halnya penyakit kanker dan diabetes.
Penyakit ini muncul karena ketidakseimbangan yang terjadi pada dopamine, yakni
salah satu sel kimia dalam otak (neurotransmitter). Otak sendiri terbentuk dari sel
saraf yang disebut neuron dan kimia yang disebut neurotransmitter.
Penelitian terbaru bahkan menunjukkan serotonin, norepinefrin, glutamate, dan
GABA juga berperan dalam menimbulkan gejala-gejala skizofrenia. Majorie Wallace,
pimpinan eksekutif yayasan Skizofrenia SANE, London, berkomentar bahwa, di
dalam otak terdapat miliaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat
untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel lainnya. Sambungan
sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitter yang menbawa pesan
dari ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak
penderita skizofrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi
tersebut. Biasanya mereka mengalami halusinasi.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Speech
Perseptual Disorder
Tought Content
Thougt Process
Alertness
Orientation
Memory
Concentration and Calculation
Information and Intelligentia
Judgment
Insight Level
1.
a. Delusi.
Delusi adalah keyakinan yang oleh kebanyakan orang dianggap misinterpretasi
terhadap realitas. Delusi memiliki bermacam-macam bentuk, yaitu delusion of
grandeur (waham kebesaran) yaitu keyakinan irasional mengenai nilai dirinya,
delusion of persecution yaitu yakin dirinya atau orang lain yang dekat dengannya
diperlakukan dengan buruk oleh orang lain dengan cara tertentu, delusion of
erotomanic yaitu keyakinan irasional bahwa penderita dicintai oleh seseorang
yang lebih tinggi statusnya, delusion of jealous yaitu yakin pasangan seksualnya
tidak setia, dan delusion of somatic yaitu merasa menderita cacat fisik atau
kondisi medis tertentu.
b. Halusinasi
Gejala-gejala psikotik dari gangguan perseptual dimana berbagai hal dilihat
didengar, atau diindera meskipun hal-hal itu tidak real (benar-benar ada).
2. Gejala-Gejala Negatif, yaitu pengurangan fungsi dari batas normal, meliputi:
a. Avolisi
Yaitu apati atau ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan kegiatankegiatan penting.
b. Alogia
Yaitu pengurangan dalam jumlah atau isi pembicaraan.
c. Anhedonia
Yaitu ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan yang terkaitu dengan
beberapa gangguan suasana perasaan dan gangguan skizofrenik.
d. Afek Datar
Yaitu tingkah laku yang tampak tanpa emosi.
3. Gejala Disorganisasi, yaitu ketidakharmonisan fungsi, meliputi:
a. Disorganisasi dalam pembicaraan (Disorganized Speech)
Gaya bicara yang sering terlihat pada penderita skizofrenia termasuk inkoherensi
dan ketiadaan pola logika yang wajar.
b. Afek yang tidak pas (inappropriate Affect) dan perilaku yang disorganisasi
Afek yang tidak pas merupakan ekspresi emosi yang tidak sesuai dengan aslinya.
Perilaku yang disorganisasi adalah perilaku yang tidak lazim.
Untuk mendiagnosa seseorang skizofrenia, seseorang harus menunjukkan 2 atau lebih
gejala positif, negatif, atau disorganisasi dengan porsi yang besar selama paling sedikit 1
bulan.
Tanda awal skizofrenia seringkali terlihat saat kanak-kanak. Tanda-tanda tersebut
perlu untuk diketahui untuk membedakan gejala skizofrenia pada anak dengan proses
belajar anak yang masih dalam bentuk bermain.
1.
2.
3.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
19
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara social
10. Bagaimana tatalaksana untuk penyaki Tn. Dirly ?
Jawab :
Terapi Farmakologi :
Pemilihan obat
Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek
klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder ( efek
samping : sedasi, otonomik, ekstrapiramidal).
Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan
dan efek samping obat. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan
respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat,
dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak
sama) dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat
antipsikosis sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik,
maka dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.
Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah
obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol
dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien
dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat
antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua
(APG ll).
APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal,
nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala
positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping berupa: gangguan
ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan
menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan memperberat
gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping
antikolinergik seperti mulut kering pandangan kabur gangguaniniksi, defekasi dan
hipotensi.
APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan
kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine,
haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom
psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan
halusinasi.
Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah
Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala
dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur.
20
Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
o Onset efek primer (efek klinis) : 2-4 minggu
o Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam
o Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)
o Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar)
sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita.
o Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau
haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4 minggu. Berguna untuk
pasien yang tidak/sulit minum obat, dan untuk terapi pemeliharaan.
Cara/Lama pemberian
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3
hari sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda), dievaluasi setiap 2
minggu bila pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12
minggu. (stabilisasi). Diturunkan setiap 2 minggu (dosis maintenance) lalu
dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2/hari/minggu)
setelah itu tapering off (dosis diturunkan 2-4 minggu) lalu stop.
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi
pemeliharaan paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat kekambuhan
2,5 sampai 5 kali). Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya
dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis reda
sama sekali. Pada penghentian mendadak dapat timbul gejala cholinergic rebound
gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat
diatasi dengan pemberian anticholmnergic agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25
mg IM, tablet trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.
Terapi Psikososial :
Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :
21
Psikoterapi individual
o Terapi suportif
o Sosial skill training
o Terapi okupasi
o Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
Psikoterapi kelompok
Psikoterapi keluarga
Manajemen kasus
Assertive Community Treatment (ACT)
Halusinasi auditorial
Skizofrenia
Waham
Etiologi
Epidemiologi
Mekanisme
Tanda dan gejala
Halusinasi
Klasifikasi
Kasifikasi
Penegakan
diagnosis
MIND MAPPING
Tatalaksana
Prognosis
Sebelumnya sering
berprasangka buruk terhadap
orang lain dan mudah curiga,
Suka menyendiri.
22
Tidak ada keluarga menderita
penyakit serupa.
membunuhnya
HIPOTESIS
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
SINTESIS
Skizofrenia paranoid
Definisi
Skizofrenia dengan gejala khas, waham dan atau halusinasinya menonjol, dimana halusinasi
tersebut berupa suara yang mengancam, memerintah atau bercakap-cakap dengan pasien. Atau
23
juga bisa berupa halusinasi pembauan atau pengecapan, rasa atau bersifat seksual.adapun waham
yang menonjol berupa hamper semua jenis waham, yaitu waham dikendalikan, waham kejaran,
waham kebesaran dan waham dipengaruhi.
Etiologi
Ada beberapa teori yang menyangkut tentang etiologi dari penyakit ini, seperti :
Teori Neurotransmitter
Di dalam otak manusia terdapat berbagai macam neurotransmitter, Ada beberapa
neurotransmitter yang diduga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia. Dua di
antaranya yang paling jelas adalah neurotransmitter dopamine dan serotonin.
Berdasarkan penelitian, pada pasien-pasien dengan skizofrenia ditemukan peningkatan
kadar dopamine dan serotonin di otak secara relatif.
Teori Genetik
Diduga faktor genetik juga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia.
Dari penelitian didapatkan prevalensi sebagai berikut:
Populasi umum
1%
Saudara Kandung
8%-10%
Anak dengan salah satu orang tua skizofrenia
12%-15%
Kembar 2 telur (dizigot)
12%-15%
Anak dengan kedua orang tua skizofrenia
35%-40%
Kembar monozigot
47%-50%
Komplikasi kelahiran dan keluarga yang memiliki resiko psikotik terbukti menyebabkan
skizofrenia dengan persentase resiko 38% - 46%.
Predisposisi Genetika
Meskipun genetika merupakan faktor resiko yang signifikan, belum ada penanda
genetika tunggal yang diidentifikasi. Kemungkinan melibatkan berbagai gen. Penelitian
telah berfokus pada kromosom 6, 13, 18, dan 22. Resiko terjangkit skizofrenia bila
gangguan ini ada dalam keluarga, yaitu satu orang tua yang terkena 12%-15%, kedua
orang tua terkena penyakit ini resiko 35%-40%, saudara sekandung terjangkit resiko 8%10%, kembar dizigotik yang terkena resiko 12%-15%, bila kembar monozigotik yang
terkena resiko 47%- 50%.
Epidemiologi
Siapa saja bisa terkena skizofrenia, tanpa memandang jenis kelamin, status sosial maupun
tingkat pendidikan. Usia terbanyak berdasarkan statistik adalah 15-30 tahun, dimana gejala
skizofrenia mulai muncul pada umur 20 tahun untuk pria, sedangkan untuk wanita gejala-gejala
skizofrenia mulai muncul pada umur 20 tahun atau awal umur 30 tahun. Namun, pada saat ini
juga mulai dikenal skizofrenia anak (sekitar usia 8 tahun, bahkan ada kasus usia 6 tahun) dan
late-onset skizofrenia (usia lebih dari 45 tahun).
Waham atau Delusi (keyakinan yang salah dan tidak bisa dikoreksi yang tidak sesuai
dengan kenyataan, maupun kepercayaan, agama, dan budaya pasien atau masyarakat
umum)
Halusinasi (persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar)
Pembicaraan kacau
Perilaku kacau
Gejala negatif (misalnya berkurangnya kemampuan mengekspresikan emosi, kehilangan
minat, penarikan diri dari pergaulan sosial)
Waham
Halusinasi
Avolisi
26
Alogia
Anhedonia
Afek datar
Gejala Disorganisasi, yaitu ketidakharmonisan fungsi, meliputi :
o Disorganisasi dalam pembicaraan (Disorganized Speech)
o Afek yang tidak pas (inappropriate Affect) dan perilaku yang disorganisasi
Penegakkan diagnosis
Pedoman Diagnostik PPDGJ-III
Memenuhi criteria umum diagnose Skizofrenia
Sebagai tambahan :
o Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
peluit(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lailain persaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity
(selusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang paling khas
o Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relative tidak nyata/tidak menonjol
Selain itu untuk menegakkan diagnosa skizofrenia menurut DSM IV-TR (2008) adalah
munculnya disfungsi sosial, durasi gejala khas paling sedikit 6 bulan, tidak termasuk gangguan
perasaan (mood), tidak termasuk gangguan karena zat atau karena kondisi medis, dan bila ada
riwayat Autistic Disorder atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis skizofrenia
dapat ditegakkan bila ditemui halusinasi dan delusi yang menonjol selama paling tidak 1 bulan
Tatalaksana
27
Terapi Farmakologi :
Pemilihan obat
Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama
pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder (efek samping : sedasi,
otonomik, ekstrapiramidal). Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif
pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol
dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan
efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat antipsikotik yang
beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu antipsikotik generasi
pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG ll).
APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau
sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan
pimozide. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah
Chlorpromazine dan thionidazine digunakan pada penderita dengan gejala dominan
gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur.
APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau antipsikotik
atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di
otak yang menyebabkan rendahnya efek samping extrapiramidal dan sangat efektif
mengatasi gejala negative. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah clozapine,
olanzapine, quetiapine dan rispendon.
Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
o
Onset efek primer (efek klinis) : 2-4 minggu
o
Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam
o
Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)
o
Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar)
sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita.
o
Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau
haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4 minggu. Berguna untuk pasien yang
tidak/sulit minum obat, dan untuk terapi pemeliharaan
28
Cara/Lama pemberian
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari
sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda), dievaluasi setiap 2 minggu bila
pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12 minggu. Diturunkan
setiap 2 minggu (dosis maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi
drug holiday 1-2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis diturunkan 2-4 minggu) lalu
stop. Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi pemeliharaan
paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 sampai 5 kali).
Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3
bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis reda sama sekali. Pada penghentian
mendadak dapat timbul gejala cholinergic rebound gangguan lambung, mual, muntah,
diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian anticholmnergic
agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM, tablet trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.
Terapi Psikososial :
Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :
Psikoterapi individual
o Terapi suportif
o Sosial skill training
o Terapi okupasi
o Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
Psikoterapi kelompok
Psikoterapi keluarga
Manajemen kasus
Assertive Community Treatment (ACT)
Prognosis
Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan orang
mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi.
Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35%
mengalami perburukan. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang
akan menjadi sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya
seperti usia tua, faktor pencetus jelas, onset akut, riwayat sosial/pekerjaan pramorbid baik, gejala
depresi, menikah, riwayat keluarga gangguan mood, sistem pendukung baik dan gejala positif ini
akan memberikan prognosis yang baik, sedangkan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset
tidak jelas, riwayat sosial buruk, autistik, tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga
skizofrenia, sistem pendukung buruk, gejala negatif, riwayat trauma prenatal, tidak remisi dalam
3 tahun, sering relaps dan riwayat agresif akan memberikan prognosis yang buruk.
29
REFERENSI
Dr. Tony Setiabudhi, Sp. KJ(K) PhD. Ilmu Kedokteran Jiwa (PSIKIATRI). Cetakan ke8. Jakarta. 2007.
DSM-IV.
Prof. Dr. Ayub Sani Ibrahim, Sp. KJ. Spliting Personality. Cetakan ke-3. 2002.
Dr. Rusdi Maslim. Buku saku : Diagnosis gangguan jiwa PPDGJ-III. Cetakan ke-1.
Jakarta. 2001
30