You are on page 1of 30

SKENARIO

Sejak 2 bulan yang lalu Tn.Dirly, 35 tahun sering marah-marah dirumah pada istri dan
anaknya, hingga membanting barang-barang, serta menuduh istrinya ingin meracuninya. Saat ini
ia pun sering tidak mau mandi dan berganti pakaian dan sudah tidak mau lagi pergi ke pasar,
tempat selama ini ia berjualan, karena menurutnya ada orang-orang jahat yang ingin
membunuhnya.
Sejak satu tahun terakhir ini, istrinya sering memergokinya tengah bicara sendiri di
kamar, dan belakangan ini semakin sering. Sebelumnya Tn.Dirly memang sering berprasangka
buruk terhadap orang lain dan mudah curiga, namun tidak pernah sampai menuduh istrinya
sendiri ingin membunuhnya, ia juga orang yang suka menyendiri. Tidak ada keluarga menderita
penyakit serupa.
Dari hasil pemeriksaan psikiatri di dapatkan : tought of echo, waham kejar, halusinasi
auditorial. Apa yang terjadi pada Tn. Dirly, bagaimana hal itu bisa terjadi dan bagaimana
mengatasinya?
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Marah
: Suatu kondisi emosional yang tak terkendali
2. Prasangka buruk
: Suatu pemkiran yang bersifat negative, tetapi tidak bisa
dibuktikan kebenarannya
3. Curiga
: Sikap yang tak percaya, seolah-olah menyangkalkan maksud baik
dari pemeriksa atau orang lain, baik ucapannya maupun
gerakannya
4. Tought of echo
: Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda
5. Waham kejar
: Kepercayaan yang salah pada seseorang yang merasa dicurigai
atau dilecehkan atau dikejar,
6. Halusinasi auditorial : Persepsi palsu akan bunyi, biasanya berupa suara-suara namun
dapat pula berupa bunyi-bunyi lain

IDENTIFIKASI MASALAH
1

1. Sejak 2 bulan yang lalu Tn.Dirly, 35 tahun sering marah-marah dirumah pada istri dan
anaknya, hingga membanting barang-barang, serta menuduh istrinya ingin meracuninya
2. Saat ini ia pun sering tidak mau mandi dan berganti pakaian dan sudah tidak mau lagi
pergi ke pasar, tempat selama ini ia berjualan, karena menurutnya ada orang-orang jahat
yang ingin membunuhnya
3. Sejak satu tahun terakhir ini, istrinya sering memergokinya tengah bicara sendiri di
kamar, dan belakangan ini semakin sering.
4. Sebelumnya Tn.Dirly memang sering berprasangka buruk terhadap orang lain dan mudah
curiga, namun tidak pernah sampai menuduh istrinya sendiri ingin membunuhnya, ia juga
orang yang suka menyendiri.
5. Tidak ada keluarga menderita penyakit serupa.
6. Dari hasil pemeriksaan psikiatri di dapatkan : tought of echo, waham kejar, halusinasi
auditorial.
7. Apa yang terjadi pada Tn. Dirly, bagaimana hal itu bisa terjadi dan cara mengatasinya ?
ANALISIS MASALAH
A.
Sejak 2 bulan yang lalu Tn.Dirly, 35 tahun sering marah-marah dirumah pada
istri
dan anaknya, hingga membanting barang-barang, serta menuduh istrinya ingin
meracuninya
1. Mengapa Tn. Dirly sering marah-marah dirumah pada istri dan anaknya ?
Jawab :
Bila terjadi skizofrenia, ada beberapa hipotesis yang menyatakan bahwa terjadi
disfungsi salah satu fungsi system limbic akan menyebabkan factor emosional terganggu.
Kemungkinan hal ini lah yang terjadi pada Tn. Dirly
2. Apa hubungan waktu 2 bulan dengan gejala ?
Jawab :
Berdasarkan PPDGJ-III, waktu 2 bulan itu berkaitan dengan penegakkan diagnose
skizofrenia, yaitu adanya gejala-gejala khas yang berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
3. Penyakit apa saja yang bisa mengakibatkan sering marah-marah ?
Jawab :
- Endokrinogoly Hipertiroid,
- Cardiovaskular Hipertensi,
- Pheochromocytoma, dan
- Psikologis Gangguan Kepribadian, Skizofenia

4. Mengapa Tn. Dirly sering marah-marah hingga membanting barang-barang ?


Jawab :
Pelepasan dopaminergik dan serotonin menyebabkan aktifasi system limbic
sehingga menyebabkan disfungsi salah satunya dan factor emosi terganggu. Selain itu
karena factor mekanisme pertahanan ego tidak dapat mengompensasi sehingga terjadi
peningkatan perkembangan emosional.
5. Mengapa Tn. Dirly menuduh istrinya ingin meracuninya ?
Jawab :
Kemungkinan awalnya Tn.Dirly sudah mempunyai gangguan kepribadian yang
ditandai dengan sikap curiga. Hal ini terus berkembang karena tidak mampunya Tn.Dirly
mengatasi masalah kepribadiannya. Setelah itu terjadi gangguan system limbic sehingga
menyebabkan gangguan skizofenia paranoid yang ditandai dengan perasaan mencurigai
yang berlebihan.
B.

Saat ini ia pun sering tidak mau mandi dan berganti pakaian dan sudah tidak mau
lagi pergi ke pasar, tempat selama ini ia berjualan, karena menurutnya ada orangorang jahat yang ingin membunuhnya

1. Apa makna klinis dari Tn. Dirly tidak mau mandi dan berganti pakaian ?
Jawab :
Pada gangguan psikologis terutama skizofenia terjadi perubahan mutu kualitas
pribadi secara keseluruhan.
2. Apa makna klinis dari Tn. Dirly tidak mau lagi pergi ke pasar, tempat selama ini ia
berjualan, karena menurutnya ada orang-orang jahat yang ingin membunuhnya ?
Jawab :
Kemungkinan karena sudah terjadi skizofenia paranoid yang ditandai dengan
suatu pemikiran waham kejar (suatu pemikiran yang salah dan tidak dibenarkan dimana
seseorang merasa dilecehkan, dikejar, dan lainnya)
3. Apa dampak dari perilaku Tn. Dirly ?
Jawab :
Fisik Mudah terserang penyakit, mempengaruhi penampilan

Nonfisik Perasaan tidak nyaman, tidak punya teman, gangguan aktifitas social,
sulit bekerja, sulit berkosentrasi dan gangguan pola pikir
Selain itu dalam keluarganya dapat terjadi gangguan keharmonisan dalam keluarga
o Istri : Minta cerai
o Anak : Gangguan perkembangan emosi dan kepribadian
o Ekonomi : Bangkrut
3

C.

Sejak satu tahun terakhir ini, istrinya sering memergokinya tengah bicara sendiri
di
kamar, dan belakangan ini semakin sering

1. Makna klinis dari sering berbicara sendiri ?


Jawab :
Pada kasus skizofenia terjadi suatu gangguan persepsi berupa halusinasi (biasanya
berserta ilusi) sehingga seolah-olah Tn.Dirly mendengar suara/bisikan dan melihat
seseorang untuk di ajak bicara
2. Mengapa akhir-akhir ini Tn. Dirly bicara sendiri semakin sering ?
Jawab :
Pada kasus skizofenia terjadi suatu gangguan yang disebut Tought of echo yaitu
suatu pemikiran yang berulang-ulang sehingga isi pikirannya terganggu dan terbentuk
suatu waham kejar. Sehingga perkembangan penyakitnya semakin bertambah, sehingga
halusinasi (bisa juga beserta ilusi) yang semakin bertambah sering
D.

Sebelumnya Tn.Dirly memang sering berprasangka buruk terhadap orang lain dan
mudah curiga, namun tidak pernah sampai menuduh istrinya sendiri ingin
membunuhnya, ia juga orang yang suka menyendiri

1. Apa saja jenis gangguan kepribadian ?


Jawab :
- Paranoid
Kecurigaan dan ketidakpercayaan pada orang lain
- Skizoid
Pola perilaku berupa pelepasan diri pada sosial beserta perubahan ekspresi
- Disosial
Pola perilaku pengabaian dan pelanggaran
- Emosional tak stabil
Mencolok, bertindak secara impulsive tanpa mempertimbangkan konsekuensi,
ketidakstabilan afek
- Narsisitik
Kebesaran diri bersifat fantasi atau perilaku yang ingin dipuji atau disanjung

Histerionik
Pola perilaku emosional yang berlebihan dan menarik perhatian
Anankastik
Pola perilaku berupa preokupasi dengan keteraturan perfeksionisme control mental
dan hubungan interpersonal dengan menyampingkan fleksibilitas keterbukaan dan
efisiensi
Cemas
Adanya pola perasaan tidak nyaman serta keengganan untuk bergaul secara sosial
merasa rendah diri hipersensitif terhadap evaluasi negatif
Dependent
Kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara bersifat submisi bergantung pada orang
lain dan takut berpisah pada orang tempat dia bergantung
Khas lainnya
YTT

2. Termasuk gangguan kepribadian mana Tn.Dirly ?


Jawab :
Dari 10 gangguan kepribadian tadi, Tn.Dirly mempunyai gangguan kepribadian
paranoid yang ditandai dengan rasa curiga yang berlebihan.
3. Hubungan kepribadian Tn. Dirly dengan kepribadian 1 tahun terakhir ?
Jawab :
Orang-orang yang memiliki gangguan kepribadian dan retardasi mental
mempunyai factor resiko tinggi untuk menjadi skizofrenia. Salah satu hipotesis
menyatakan orang-orang yang mempunyai kerentanan spesifik apabila terpapar stressor
akan mengakibatkan skizofenia. Hal ini terjadi pada Tn.Dirly yang memiliki gangguan
kepribadian dan berkembang menjadi skizofrenia.
4. Makna klinis dari sikap Tn. Dirly ?
Jawab :
- Marah-marah Gangguan Emosional yang berkaitan dengan system limbic
- Sering menuduh istri dan curiga Paranoid
- Tidak mau mandi dan ganti pakaian Ketidakpedulian terhadap diri sendiri
- Tidak mau pergi ke pasar Gangguan psikososial
- Merasa orang akan membunuhnya Waham kejar
- Bicara sendiri Halusinasi (Gangguan Persepsi)
- Sering curiga Gangguan kepribadian paranoid

E.

Tidak ada keluarga menderita penyakit serupa.

1. Mengapa perlu ditanyakan riwayat penyakit keluarga ?


Jawab:
Ada beberapa factor resiko terjadi skizofenia yaitu :
Pada beberapa studi mengatakan bahwa seseorang memiliki kecenderungan skizofenia
bila anggota keluarganya yang mengidap gangguan tersebut atau kedekatan. Kelainan ini
biasanya pada lengan panjang kromosom 5, 11, lengan pendek kromosom 19, serta
kromosom 10, dan locus pada kromosom 6, 8, dan 22.
2. Apakah ada kemungkinan faktor keturunan pada penyakit Tn. Dirly ?
Jawab :
Adanya faktor keturunan yang menentukan timbulnya skizofrenia. Buktinya
adalah penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia, terutama anak-anak
kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8%, saudara kandung 7-15%,
bagi anak dengan salah salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%, bila
kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%, bagi kembar dua telur 2-15%, bagi
kembar satu telur 61-86%. Potensi untuk mendapatkan skizofrenia diturunkan melalui
gen yang resesif, potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya
tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi skizofrenia atau tidak.
F.

Dari hasil pemeriksaan psikiatri di dapatkan : tought of echo, waham kejar,


halusinasi auditorial.

1. Mengapa bisa terjadi tought of echo, waham kejar, halusinasi auditorial ?


Jawab :
Akibat gangguan system limbic terjadi transmisi interneuron sehingga terjadi
peningkatan system respon neuron terhadap stimulus. Sehingga muncul gejala seperti
halusinasi (auditorik dan visual).

Bagan dari gejala-gejala pada penyakit Tn. Dirly


6

Etiologi
Genetic
Neurotransmiter
Faktor psikososial

Input sensoris
yang masuk

Faktor predisposisi
Usia
Jenis kelamin
Onset

Overaktifitas dopamine (nuclei ventral tegmental)


Overkativitas serotonin (nuclei dorsal raphe)
Hipoaktivitas ACH (nuclei fore brain basal)
Hipoaktivitas adrenergic (lobus nucleus)

Korteks dan area system limbik


Mempengaruhi transmisi interneuron
respon neuron terhadap stimulus
Symptom muncul

Symptom (+)
Waham
Halusinasi
Proses pikir dan bahasa
(bicara kacau)
Monitoring diri terhadap
perilaku (perilaku katatonik)

Symptom (-)
Avolisi
Alogia
Anhedonia
Afek Datar

PPDGJ-IIIA
Skizofrenia paranoid

2. Apa saja jenis-jenis dari waham ?


Jawab :
7

a. Waham kendali pikir (thought of being controlled)


Penderita percaya bahwa pikirannya, perasaan, atau tingkah lakunya dikendalikan
oleh kekuatan dari luar
b. Waham kebesaran (delusion of grandiosity)
Penderita merasa dirinya orang besar, orang berpangkat tinggi, orang yang pandai
sekali, orang kaya banyak uangnya dan banyak rumahnya.
c. Waham berdosa
Timbul perasaan salah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar.
Penderita percaya sudah selayaknya dirinya harus dihukum berat, atau menjalani
hukuman mati sekalipun. Didapatkan pada sindroma depresi.
d. Waham dikejar (waham diancam)
Individu merasa dirinya senantiasa dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok
orang yang bermaksud berbuat jahat kepada dirinya.
e. Waham curiga (waham sindiran)
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang di sekitarnya. Individu curiga
terhadap sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari
hubungan antara dirinya dengan orang lain disekitarnya, yang bermaksud
menyindirkan atau menuduh hal yang tidak senonoh terhadap diri penderita. Dalam
bentuk yang lebih ringan, kita kenal ideas of reference yaitu idea atau perasaan,
bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman,
gerakgerik, tangan, nyanyian dan sebagainya)mempunyai hubungan dengan dirinya
sendiri.
f. Waham cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
g. Waham rendah diri
Perasaan rendah diri/kurang dari pada orang lain.
h. Waham hypochondri
Perasaan mengenai berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya. Sering
didapatkan pada skizofrenia.
i. Waham bersalah
Percaya bahwa dirinya adalah orang bersalah
j. Waham magik-mistik
Waham mengenai soal-soal magik dan mistik
k. Waham sistematis
Yaitu waham yang sudah dianalisa, memperlihatkan suatu pola sentral tertentu, yang
kemudian dibesarkan atau ditambah-tambah secara sangat rapi dan simtomatik,
walaupun unsur dasarnya salah dan tak logis, akhirnya diperoleh suatu waham yang
telah terbentuk dan berkembang secara konsekuen
3. Apa saja macam-macam halusinasi ?
Jawab :
a. Halusinasi pendengaran (akustik)
8

b.

c.

d.

e.

f.

Halusinasi ini sering kali berbentuk :


Akoasma : suara-suara yang kacau balau yang tak dapat dibedakan secara
tegas.
Phoneme : suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti yang berasal dari
manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata atau kalimat tertentu.
Halusinasi akustik merupakan gangguan persepsi yang paling sering kita jumpai.
Halusinasi yang menyangkut perintah, biasanya meyakinkan dan memaksa.
Karenanya dapat mengakibatkan perbuatan langsung dan berbahaya. Pengaruhnya
demikian besar sehingga penderita tidak banyak memperhatikan kenyataan
disekelilingnya.
Halusinasi penglihatan (visual)
Dijumpai tidak sebanyak gangguan halusinasi visual dibandingkan halusinasi akustik.
Sering disertai dengan kesadaran menurun atau berkabut. Secara khas banyak
dijumpai pada keadaan delirium oleh karena penyakit infeksi akut atau psikosa
organic. Gangguan terjadi pada gangguan otak yang akut dan reversible. Halusinasi
visual leibh sering menimbulkan ketakutan pada penderita dibandingkan dengan
halusinasi akustik. Halusinasi visual yang tak jelas bentuknya dijumpai pada kelainan
dari cortex cerebri, sedangkan halusinasi visual dengan bentuk yang jelas dan
kejadian-kejadian yang kompleks didapatkan pada kelainan cortex temporo-parietal,
diperkirakan pada bagian yang dominan.
Halusinasi olfaktorik (pembauan)
Sering didapatkan pada keadaan skizofrenia dan keadaan lesi dari lobus temporalis.
Halusinasi olfaktorik sering tidak menyenangkan dan tidak disukai. Timbul sifat
penolakan dan merupakan gambaran dari perasaan bersalah.
Halusinasi gustatorik (rasa lidah/pengecap)
Halusinasi gustatorik murni jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersama-sama
dengan halusinasi olfaktorik. Ilusi gustatorik lebih sering dijumpai.
Halusinasi taktil ( perabaan)
Sering dijumpai pada keadaan toksik, misalnya delirium tremens dan juga pada adiksi
kokain.
Halusinasi heptik
Ini merupakan suatu persespi seolah olah tubuh sendiri bersentuhan/bersinggungan
secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Sering kali halusinasi haptik ini
bercorak seksual.

g. Halusinasi kinestetik

Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami


perubahan bentuk dan bergerak sendiri. Sering dijumpai pada skizofrenia dan
keadaan-keadaan toksik. Juga pada keracunan mescalin, psilocybin dan d-LSD-25.
h. Halusinasi heatoskopi
Penderita seolah-olah melihat dirinya dihadapannya
i. Agnosia
Gangguan persepsi yang ditandai dengan ketidakmampuan mengenal dan
menginterpretasikan kesan sensorik.
4. Bagaimana tahapan-tahapan terjadinya halusinasi ?
Jawab :
Fase I
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
Fase II
Klien mulai lepas kendali. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom
akibat ansietas, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
Fase III
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat,
tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain.
Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi.
Kondisi klien sangat membahayakan.
G.

Apa yang terjadi pada Tn. Dirly, bagaimana bisa terjadi dan cara mengatasinya ?

1. Apa yang terjadi pada Tn. Dirly ?


Jawab :
Tn. Dirly mengalami gangguan skizofrenia dengan jenis paranoid
2. Apa definisi dari penyakit Tn. Dirly ?
Jawab :
Skizofrenia adalah gangguan jiwa serius yang bersifat psikosis sehingga penderita
kehilangan kontak dengan kenyataan dan mempengaruhi berbagai fungsi individu, seperti
afeksi dan kognitif.

10

Sedangkan skizofrenia dengan jenis paranoid adalah skizofrenia dengan gejala khas,
waham dan atau halusinasinya menonjol, dimana halusinasi tersebut berupa suara yang
mengancam, memerintah atau bercakap-cakap dengan pasien. Atau juga bisa berupa
halusinasi pembauan atau pengecapan, rasa atau bersifat seksual.adapun waham yang
menonjol berupa hamper semua jenis waham, yaitu waham dikendalikan, waham kejaran,
waham kebesaran dan waham dipengaruhi.
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit ini ?
Jawab :
a. Skizoprenia Paranoid
Harus memenuhi kriteria umum Skizofrenia dan sebagai gejala khas, waham dan
atau halusinasinya menonjol, dimana halusinasi tersebut berupa suara yang
mengancam, memerintah atau bercakap-cakap dengan pasien. Atau juga bias berupa
halusinasi pembauan atau pengecapan, rasa atau bersifat seksual.adapun waham yang
menonjol berupa hamper semua jenis waham, yaitu waham dikendalikan, waham
kejaran, waham kebesaran dan waham dipengaruhi.
b. Skizofrenia Hebefrenik
Harus memenuhi kriteria umum Skizofrenia dan sebagai gejala khas, Pertamakali
ditegakkan pada usia 15-25 tahun, dan untuk mendiaknosis hebefrenik umumnya
diperlukan pengamatan continue selama 2 bulan atau 3 bulan untuk memastikan
bahwa gambaran yang khas berikut ini memang bertahan, yaitu perilaku yang tidak
bertanggung jawab, ada kecenderungan untuk menyendiri, afek pasien yang dangkal
dan tidak wajar yang disertai dengan perasaan puas diri, proses piker mengalami
disorganisasi dan pembicaraan tidak menentu. Halusinasi dan waham biasanya tidak
menonjol.
c. Skizofrenia Katatonik
Harus memenuhi kriteria umum Skizofrenia dan sebagai gejala khas stupor, rigiditas,
gaduh gelisah, menampilkan dan mempertahankan posisi tubuh tertentu.
d. Skizofrenia tak terinci
Harus memenuhi kriteria umum Skizofrenia namun gejala khas belum menonjol
sesuai dengan Kriteria kriteria diatas.
e. Depresi Pasca Skizofrenia
Biasa ditegakkan jika pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan terakhir ini,
dan juga terdapat gejala depresi yang menonjol.
f. Skizofrenia Residual dan Skizofrenia Simpleks
Pada skizofrenia residual harus diawali gejala positif kemudian timbul gejala negatif,
sedangkan untuk skizofrenia simpleks gejala negatif terus menerus tanpa didahului
gejala positif

g. Waham Menetap
11

Dimana waham merupakan satu-satunya cirri khas klinis atau gejala yang paling
menonjol dan harus ada sekitar 3 bulan lamanya, harus bersifat pribadi dan bukan
merupakan bagian dari budaya setempat.
4. Apa saja etiologi dari penyakit ini ?
Jawab :
a. Teori Neurotransmitter
Di dalam otak manusia terdapat berbagai macam neurotransmitter, yaitu substansi
atau zat kimia yang bertugas menghantarkan impuls-impuls saraf. Ada beberapa
neurotransmitter yang diduga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia. Dua di
antaranya yang paling jelas adalah neurotransmitter dopamine dan serotonin.
Berdasarkan penelitian, pada pasien-pasien dengan skizofrenia ditemukan
peningkatan kadar dopamine dan serotonin di otak secara relatif.
Menurut Mesholam Gately et.al dalam jurnal Neurocognition in First-Episode
Schizophrenia: A Meta Analytic Review (2009), gangguan neurokognisi adalah fitur
utama pada episode pertama penderita skizofrenia. Gangguan tersebut membuat
sistem kognisi tidak dapat bekerja seperti kondisi normal.
b. Teori Genetik
Diduga faktor genetik juga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia.
Walaupun demikian, terbukti dari penelitian bahwa skizofrenia tidak diturunkan
secara hukum Mendeell (jika orang tua skizofrenia, belum tentu anaknya skizofrenia
juga). Dari penelitian didapatkan prevalensi sebagai berikut:
Populasi umum
1%
Saudara Kandung
8%-10%
Anak dengan salah satu orang tua skizofrenia
12%-15%
Kembar 2 telur (dizigot)
12%-15%
Anak dengan kedua orang tua skizofrenia
35%-40%
Kembar monozigot
47%-50%
Sampai saat ini, belum ada hal yang pasti mengenai penyebab skizopfrenia.
Namun demikian peneliti-peneliti meyakini bahwa interaksi antara genetika dan
lingkungan yang menyebabkan skizofrenia.
Penelitian lain dari Clarke et al yang berjudul Evidence for an Interaction
Between Familial Liability and Prenatal Exposure to Infection in the Causation of
Schizophrenia (2009), menyebutkan bahwa Komplikasi kelahiran dan keluarga yang
memiliki resiko psikotik terbukti menyebabkan skizofrenia dengan persentase resiko
38% - 46%.

c. Predisposisi Genetika
12

Meskipun genetika merupakan faktor resiko yang signifikan, belum ada penanda
genetika tunggal yang diidentifikasi. Kemungkinan melibatkan berbagai gen.
Penelitian telah berfokus pada kromosom 6, 13, 18, dan 22. Resiko terjangkit
skizofrenia bila gangguan ini ada dalam keluarga, yaitu satu orang tua yang terkena
12%-15%, kedua orang tua terkena penyakit ini resiko 35%-40%, saudara sekandung
terjangkit resiko 8%-10%, kembar dizigotik yang terkena resiko 12%-15%, bila
kembar monozigotik yang terkena resiko 47%- 50%.
d. Abnormalitas Perkembangan Syaraf
Penelitian menunjukkan bahwa malformasi janin minor yang terjadi pada awal
gestasi berperan dalam manifestasi akhir dari skizofrenia. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan saraf dan diidentifikasi sebagai resiko yang terus
bertambah, meliputi individu yang ibunya terserang influenza pada trimester kedua,
individu yang mengalami trauma atau cedera pada waktu dilahirkan, dan
penganiayaan atau trauma di masa bayi atau masa anak-anak.
e. Abnormalitas Struktur dan aktivitas Otak
Pada beberapa subkelompok penderita skizofrenia, teknik pencitraan otak (CT,
MRI, dan PET) telah menujukkan adanya abnormalitas pada struktur otak yang
meliputi pembesaran ventrikel, penurunan aliran darah ventrikel, terutama di korteks
prefrontal penurunan aktivitas metaolik di bagian-bagian otak tertentu atrofi serebri.
Ahli neurologis juga menemukan pemicu dari munculnya gejala skizofrenia. Pada
para penderita skizofrenia diketahui bahwa sel-sel dalam otak yang berfungsi sebagai
penukar informasi mengenai lingkungan dan bentuk impresi mental jauh lebih tidak
aktif dibanding orang normal.
f. Ketidakseimbangan Neurokimia (neurotransmitter)
Skizofrenia memiliki basis biologis, seperti halnya penyakit kanker dan diabetes.
Penyakit ini muncul karena ketidakseimbangan yang terjadi pada dopamine, yakni
salah satu sel kimia dalam otak (neurotransmitter). Otak sendiri terbentuk dari sel
saraf yang disebut neuron dan kimia yang disebut neurotransmitter.
Penelitian terbaru bahkan menunjukkan serotonin, norepinefrin, glutamate, dan
GABA juga berperan dalam menimbulkan gejala-gejala skizofrenia. Majorie Wallace,
pimpinan eksekutif yayasan Skizofrenia SANE, London, berkomentar bahwa, di
dalam otak terdapat miliaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat
untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel lainnya. Sambungan
sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitter yang menbawa pesan
dari ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak
penderita skizofrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi
tersebut. Biasanya mereka mengalami halusinasi.

g. Proses Psikososial dan Lingkungan


13

Proses psikososial dan lingkungan juga sangat berpengaruh untuk menyebabkan


skizofrenia. Setiap orang pada umumnya memiliki kecenderungan untuk skizofrenia
1%. Pada individu yang memiliki hubungan dekat dengan seseorang yang terjangkit
skizofrenia, kecenderungannya sekitar 10%. Jika seseorang hidup dalam lingkungan
yang mendukung asosial, kemungkinan seseorang untuk mengidap skizofrenia tinggi.
Namun bila seseorang hidup dalam lingkungan yang terbuka, walaupun secara
genetik dia memiliki kecenderungan skizofrenia, hal itu bisa diminimalisisr bahkan
dihilangkan.
5. Apa saja faktor resiko untuk penyakit ini ?
Jawab :
- Infeksi dan Musim saat lahir
Pada suatu penelitian, kemungkinan skizofenia bisa terjadi apda musim semi dan
semi (januari-april). Faktor ini (musim, infeksi virus, diet) mungkin berlaku untuk
menjadi pencetus skizofenia. Virus (Retrovirus), pada kehamilan trimester 2 terkena
pilek atau flu dapat menyebabkan factor spesifik skizofenia
- Faktor Sosial ekonomi dan cultural
6. Bagaimana epidemiologi penyakit ini ?
Jawab :
Siapa saja bisa terkena skizofrenia, tanpa memandang jenis kelamin, status sosial
maupun tingkat pendidikan. Usia terbanyak berdasarkan statistik adalah 15-30 tahun,
dimana gejala skizofrenia mulai muncul pada umur 20 tahun untuk pria, sedangkan untuk
wanita gejala-gejala skizofrenia mulai muncul pada umur 20 tahun atau awal umur 30
tahun. Namun, pada saat ini juga mulai dikenal skizofrenia anak (sekitar usia 8 tahun,
bahkan ada kasus usia 6 tahun) dan late-onset skizofrenia (usia lebih dari 45 tahun).
Berbagai hal lain yang bisa meningkatkan seseorang untuk mengidap skizofrenia, yaitu
memiliki garis keturunan skizofrenia, terjangkit virus saat dalam kandungan, kekurangan
gizi saat dalam kandungan, stresor lingkungan yang tinggi, memakai obat-obatan
psikoaktif saat remaja, dan lain-lain.
7. Apa saja pemeriksaan psikiatri yang dapat dilakukan ?
Jawab :
- History Taking
- Pemeriksaan Psikiatri
o General Apperance
o Motorik
o Attitude Interview
o Mood
o Afek
14

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Speech
Perseptual Disorder
Tought Content
Thougt Process
Alertness
Orientation
Memory
Concentration and Calculation
Information and Intelligentia
Judgment
Insight Level

8. Apa saja manifestasi dari penyakit ini ?


Jawab :
Ada banyak gejala-gejala skizofrenia. Gejala-gejala ini dirumuskan oleh berbagai
sumber. Menurut Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorder IV-TR, gejala
khas skizofrenia berupa adanya:
1. Waham atau Delusi (keyakinan yang salah dan tidak bisa dikoreksi yang tidak sesuai
dengan kenyataan, maupun kepercayaan, agama, dan budaya pasien atau masyarakat
umum)
2. Halusinasi (persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar)
3. Pembicaraan kacau
4. Perilaku kacau
5. Gejala negatif (misalnya berkurangnya kemampuan mengekspresikan emosi,
kehilangan minat, penarikan diri dari pergaulan sosial)
Selain itu untuk menegakkan diagnosa skizofrenia menurut DSM IV-TR (2008)
adalah munculnya disfungsi sosial, durasi gejala khas paling sedikit 6 bulan, tidak
termasuk gangguan perasaan (mood), tidak termasuk gangguan karena zat atau karena
kondisi medis, dan bila ada riwayat Autistic Disorder atau gangguan perkembangan
pervasive lainnya, diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan bila ditemui halusinasi dan
delusi yang menonjol selama paling tidak 1 bulan.

Menurut Bleuler, ada 2 kelompok gejala-gejala skizofrenia, yaitu:


15

1. Gejala Primer, yang meliputi:


a. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah dan isi pikiran). Pada skizofrenia inti,
gangguan memang terdapat pada proses pikiran.
b. Gangguan afek dan emosi. Gangguan ini pada skizofren berupa:
1) Parathimi, yaitu apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira,
pada penderita malah menimbulkan rasa sedih atau marah.
2) Paramimi, yaitu penderita merasa senang tetapi menangis
c. Gangguan kemauan, yaitu gangguan di mana banyak penderita skizofrenia
memiliki kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan dan
tidak dapat bertindak dalam sebuah situasi menekan. Gangguan kemauan yang
timbul antara lain:
1) Negativisme, yaitu sikap atau perbuatan yang negatif atau berlawanan
terhadap suatu permintaan.
2) Ambivalensi, yaitu sikap yang menghendaki seseuatu yang berlawanan pada
waktu yang bersamaan.
3) Otomatisme, yaitu penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain
atau oleh tenaga dari luar, sehingga dia melakukannya secara otomatis.
d. Gejala psikomotor, disebut juga dengan gejala-gejala katatonik. Sebetulnya gejala
katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan hanya ringan
saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau agak kaku.
2. Gejala Sekunder, yang meliputi:
a. Waham.
Pada penderita skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizar.
Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya merupakan
fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun.
b. Halusinasi.
Pada penderita skizfrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal
ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain.
Menurut Bleuler, seseorang didiagnosa menderita skizofrenia apabila terdapat
gangguan-gangguan primer dan disharmoni pada unsur-unsur kepribadian yang
diperkuat dengan adanya gejala-gejala sekunder.

1.

Gejala lain yang diungkap adalah:


Gejala-Gejala Positif, yaitu penambahan fungsi dari batas normal, meliputi:
16

a. Delusi.
Delusi adalah keyakinan yang oleh kebanyakan orang dianggap misinterpretasi
terhadap realitas. Delusi memiliki bermacam-macam bentuk, yaitu delusion of
grandeur (waham kebesaran) yaitu keyakinan irasional mengenai nilai dirinya,
delusion of persecution yaitu yakin dirinya atau orang lain yang dekat dengannya
diperlakukan dengan buruk oleh orang lain dengan cara tertentu, delusion of
erotomanic yaitu keyakinan irasional bahwa penderita dicintai oleh seseorang
yang lebih tinggi statusnya, delusion of jealous yaitu yakin pasangan seksualnya
tidak setia, dan delusion of somatic yaitu merasa menderita cacat fisik atau
kondisi medis tertentu.
b. Halusinasi
Gejala-gejala psikotik dari gangguan perseptual dimana berbagai hal dilihat
didengar, atau diindera meskipun hal-hal itu tidak real (benar-benar ada).
2. Gejala-Gejala Negatif, yaitu pengurangan fungsi dari batas normal, meliputi:
a. Avolisi
Yaitu apati atau ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan kegiatankegiatan penting.
b. Alogia
Yaitu pengurangan dalam jumlah atau isi pembicaraan.
c. Anhedonia
Yaitu ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan yang terkaitu dengan
beberapa gangguan suasana perasaan dan gangguan skizofrenik.
d. Afek Datar
Yaitu tingkah laku yang tampak tanpa emosi.
3. Gejala Disorganisasi, yaitu ketidakharmonisan fungsi, meliputi:
a. Disorganisasi dalam pembicaraan (Disorganized Speech)
Gaya bicara yang sering terlihat pada penderita skizofrenia termasuk inkoherensi
dan ketiadaan pola logika yang wajar.
b. Afek yang tidak pas (inappropriate Affect) dan perilaku yang disorganisasi
Afek yang tidak pas merupakan ekspresi emosi yang tidak sesuai dengan aslinya.
Perilaku yang disorganisasi adalah perilaku yang tidak lazim.
Untuk mendiagnosa seseorang skizofrenia, seseorang harus menunjukkan 2 atau lebih
gejala positif, negatif, atau disorganisasi dengan porsi yang besar selama paling sedikit 1
bulan.
Tanda awal skizofrenia seringkali terlihat saat kanak-kanak. Tanda-tanda tersebut
perlu untuk diketahui untuk membedakan gejala skizofrenia pada anak dengan proses
belajar anak yang masih dalam bentuk bermain.

1.

Indikator premorbid (pra-sakit) pada anak pre-skizofrenia antara lain :


Ketidakmampuan anak mengekspresikan emosi (wajah dingin, jarang tersenyum, tak
acuh)
17

2.
3.

Penyimpangan komunikasi (anak sulit melakukan pembicaraan terarah)


Gangguan atensi (anak tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, serta
memindahkan atensi)
Adapun gejala awal yang terlihat pada tahap-tahap tertentu dalam perkembangan
adalah sebagai berikut:
1. Pada anak perempuan, tampak sangat pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial,
tidak bisa menikmati rasa senang, dan ekspresi wajah sangat terbatas
2. Pada anak laki-laki, sering menantang tanpa alasan jelas, menggangu, dan tidak
disiplin
3. Pada bayi, biasanya terdapat problem tidur makan, gangguan tidur kronis, tonus otot
lemah, apatis, dan ketakutan terhadap objek atau benda yang bergerak cepat
4. Pada balita, terdapat ketakutan yang berlebihan terhadap hal-hal baru seperti potong
rambut, takut gelap, takut terhadap label pakaian, takut terhadap benda-benda
bergerak
5. Pada anak usia 5-6 tahun, mengalami halusinasi suara seperti mendengar bunyi
letusan, bantingan pintu atau bisikan, juga halusinasi visual seperti melihat adanya
sesuatu yang bergerak meliuk-liuk, ular, bola-bola bergelindingan, lintasan cahaya
dengan latar belakang warna gelap. Anak terlihat bicara atau tersenyum sendiri,
menutup telinga, sering mengamuk tanpa sebab.
9. Bagaimana penegakan diagnosis pada penyakit ini ?
Jawab :
Pedoman Diagnostik PPDGJ-III
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda atau
- Thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal) dan
- Thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya

b. - Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar atau
- Delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk
18

kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau


penginderaan khusus)
- Delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat
c. Halusinasi auditorik:
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus
arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme
perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),

19

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara social
10. Bagaimana tatalaksana untuk penyaki Tn. Dirly ?
Jawab :
Terapi Farmakologi :

Pemilihan obat
Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek
klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder ( efek
samping : sedasi, otonomik, ekstrapiramidal).
Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan
dan efek samping obat. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan
respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat,
dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak
sama) dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat
antipsikosis sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik,
maka dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.
Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah
obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol
dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien
dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat
antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua
(APG ll).
APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal,
nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala
positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping berupa: gangguan
ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan
menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan memperberat
gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping
antikolinergik seperti mulut kering pandangan kabur gangguaniniksi, defekasi dan
hipotensi.
APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan
kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine,
haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom
psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan
halusinasi.
Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah
Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala
dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur.
20

APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau


antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke
empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek samping
extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negative. Obat yang tersedia
untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon.

Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
o Onset efek primer (efek klinis) : 2-4 minggu
o Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam
o Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)
o Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar)
sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita.
o Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau
haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4 minggu. Berguna untuk
pasien yang tidak/sulit minum obat, dan untuk terapi pemeliharaan.

Cara/Lama pemberian
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3
hari sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda), dievaluasi setiap 2
minggu bila pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12
minggu. (stabilisasi). Diturunkan setiap 2 minggu (dosis maintenance) lalu
dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2/hari/minggu)
setelah itu tapering off (dosis diturunkan 2-4 minggu) lalu stop.
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi
pemeliharaan paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat kekambuhan
2,5 sampai 5 kali). Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya
dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis reda
sama sekali. Pada penghentian mendadak dapat timbul gejala cholinergic rebound
gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat
diatasi dengan pemberian anticholmnergic agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25
mg IM, tablet trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.

Terapi Psikososial :
Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :
21

Psikoterapi individual
o Terapi suportif
o Sosial skill training
o Terapi okupasi
o Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
Psikoterapi kelompok
Psikoterapi keluarga
Manajemen kasus
Assertive Community Treatment (ACT)

11. Bagaimana prognosis dari penyakit ini ?


Jawab :
Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan orang
mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi. Secara umum 25% individu
sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan.
Sampai saat ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang akan
menjadi sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya seperti usia tua, faktor pencetus jelas, onset akut, riwayat
sosial/pekerjaan pramorbid baik, gejala depresi, menikah, riwayat keluarga gangguan
mood, sistem pendukung baik dan gejala positif ini akan memberikan prognosis yang
baik, sedangkan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat sosial
buruk, autistik, tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, sistem
pendukung buruk, gejala
negatif, riwayat
trauma
prenatal, tidak remisi dalam 3 tahun,
Dari pemeriksaan
psikiatri
:
sering relaps dan riwayat agresif akan memberikan prognosis yang buruk.
Thought of echo
Waham kejar
Definisi

Halusinasi auditorial
Skizofrenia

Waham

Etiologi
Epidemiologi

Mekanisme
Tanda dan gejala

Halusinasi

Klasifikasi

Kasifikasi
Penegakan
diagnosis

MIND MAPPING
Tatalaksana
Prognosis

Marah-marah pada istri dan


anaknya
Membanting barang-barang,
Menuduh istrinya ingin
meracuninya
Tidak mau mandi dan
berganti pakaian
Tidak mau lagi pergi ke
pasar karena merasa ada

Sering bicara sendiri

Sebelumnya sering
berprasangka buruk terhadap
orang lain dan mudah curiga,
Suka menyendiri.
22
Tidak ada keluarga menderita
penyakit serupa.

membunuhnya

HIPOTESIS
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V

: F20.0 Skizofrenia paranoid


: F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
: Tidak ada
: Tidak ada
: 50-41 gejala berat (serius), disabilitas berat

SINTESIS
Skizofrenia paranoid
Definisi
Skizofrenia dengan gejala khas, waham dan atau halusinasinya menonjol, dimana halusinasi
tersebut berupa suara yang mengancam, memerintah atau bercakap-cakap dengan pasien. Atau
23

juga bisa berupa halusinasi pembauan atau pengecapan, rasa atau bersifat seksual.adapun waham
yang menonjol berupa hamper semua jenis waham, yaitu waham dikendalikan, waham kejaran,
waham kebesaran dan waham dipengaruhi.
Etiologi
Ada beberapa teori yang menyangkut tentang etiologi dari penyakit ini, seperti :
Teori Neurotransmitter
Di dalam otak manusia terdapat berbagai macam neurotransmitter, Ada beberapa
neurotransmitter yang diduga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia. Dua di
antaranya yang paling jelas adalah neurotransmitter dopamine dan serotonin.
Berdasarkan penelitian, pada pasien-pasien dengan skizofrenia ditemukan peningkatan
kadar dopamine dan serotonin di otak secara relatif.
Teori Genetik
Diduga faktor genetik juga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia.
Dari penelitian didapatkan prevalensi sebagai berikut:
Populasi umum
1%
Saudara Kandung
8%-10%
Anak dengan salah satu orang tua skizofrenia
12%-15%
Kembar 2 telur (dizigot)
12%-15%
Anak dengan kedua orang tua skizofrenia
35%-40%
Kembar monozigot
47%-50%
Komplikasi kelahiran dan keluarga yang memiliki resiko psikotik terbukti menyebabkan
skizofrenia dengan persentase resiko 38% - 46%.
Predisposisi Genetika
Meskipun genetika merupakan faktor resiko yang signifikan, belum ada penanda
genetika tunggal yang diidentifikasi. Kemungkinan melibatkan berbagai gen. Penelitian
telah berfokus pada kromosom 6, 13, 18, dan 22. Resiko terjangkit skizofrenia bila
gangguan ini ada dalam keluarga, yaitu satu orang tua yang terkena 12%-15%, kedua
orang tua terkena penyakit ini resiko 35%-40%, saudara sekandung terjangkit resiko 8%10%, kembar dizigotik yang terkena resiko 12%-15%, bila kembar monozigotik yang
terkena resiko 47%- 50%.

Abnormalitas Perkembangan Syaraf


Penelitian menunjukkan bahwa malformasi janin minor yang terjadi pada awal gestasi
berperan dalam manifestasi akhir dari skizofrenia.
Abnormalitas Struktur dan aktivitas Otak
24

Pada beberapa subkelompok penderita skizofrenia, teknik pencitraan otak (CT,


MRI, dan PET) telah menujukkan adanya abnormalitas pada struktur otak yang meliputi
pembesaran ventrikel, penurunan aliran darah ventrikel, terutama di korteks prefrontal
penurunan aktivitas metaolik di bagian-bagian otak tertentu atrofi serebri.
Ketidakseimbangan Neurokimia (neurotransmitter)
Penyakit ini muncul karena ketidakseimbangan yang terjadi pada dopamine, yakni
salah satu sel kimia dalam otak (neurotransmitter).
Penelitian terbaru bahkan menunjukkan serotonin, norepinefrin, glutamate, dan GABA
juga berperan dalam menimbulkan gejala-gejala skizofrenia. Majorie Wallace, pimpinan
eksekutif yayasan Skizofrenia SANE, London, berkomentar bahwa, di dalam otak
terdapat miliaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat untuk
meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel lainnya. Di dalam otak
penderita skizofrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi
tersebut. Biasanya mereka mengalami halusinasi.
Proses Psikososial dan Lingkungan
Proses psikososial dan lingkungan sangat berpengaruh untuk menyebabkan
skizofrenia. Setiap orang pada umumnya memiliki kecenderungan untuk skizofrenia 1%.
Pada individu yang memiliki hubungan dekat dengan seseorang yang terjangkit
skizofrenia, kecenderungannya sekitar 10%.

Epidemiologi
Siapa saja bisa terkena skizofrenia, tanpa memandang jenis kelamin, status sosial maupun
tingkat pendidikan. Usia terbanyak berdasarkan statistik adalah 15-30 tahun, dimana gejala
skizofrenia mulai muncul pada umur 20 tahun untuk pria, sedangkan untuk wanita gejala-gejala
skizofrenia mulai muncul pada umur 20 tahun atau awal umur 30 tahun. Namun, pada saat ini
juga mulai dikenal skizofrenia anak (sekitar usia 8 tahun, bahkan ada kasus usia 6 tahun) dan
late-onset skizofrenia (usia lebih dari 45 tahun).

Gejala dan tanda


Ada banyak gejala-gejala skizofrenia. Gejala-gejala ini dirumuskan oleh berbagai
sumber. Menurut Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorder IV-TR, gejala khas
skizofrenia berupa adanya :
25

Waham atau Delusi (keyakinan yang salah dan tidak bisa dikoreksi yang tidak sesuai
dengan kenyataan, maupun kepercayaan, agama, dan budaya pasien atau masyarakat
umum)
Halusinasi (persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar)
Pembicaraan kacau
Perilaku kacau
Gejala negatif (misalnya berkurangnya kemampuan mengekspresikan emosi, kehilangan
minat, penarikan diri dari pergaulan sosial)

Menurut Bleuler, ada 2 kelompok gejala-gejala skizofrenia, yaitu :


Gejala Primer, yang meliputi :

Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah dan isi pikiran).

Gangguan afek dan emosi. Gangguan ini pada skizofren berupa :


o Parathimi, yaitu apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan
gembira, pada penderita malah menimbulkan rasa sedih atau marah.
o Paramimi, yaitu penderita merasa senang tetapi menangis
Gangguan kemauan, yaitu gangguan di mana banyak penderita skizofrenia
memiliki kelemahan kemauan.
Gangguan kemauan yang timbul antara lain :
o Negativisme, yaitu sikap atau perbuatan yang negatif atau berlawanan
terhadap suatu permintaan.
o Ambivalensi, yaitu sikap yang menghendaki seseuatu yang berlawanan
pada waktu yang bersamaan.
o Otomatisme, yaitu penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang
lain atau oleh tenaga dari luar, sehingga dia melakukannya secara
otomatis.
Gejala psikomotor, disebut juga dengan gejala-gejala katatonik. Sebetulnya gejala
katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan hanya ringan
saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau agak kaku
Gejala Sekunder (gejala positif), yang meliputi :

Waham
Halusinasi

Gejala Negatif, yaitu pengurangan fungsi dari batas normal, meliputi :

Avolisi
26

Alogia
Anhedonia
Afek datar
Gejala Disorganisasi, yaitu ketidakharmonisan fungsi, meliputi :
o Disorganisasi dalam pembicaraan (Disorganized Speech)
o Afek yang tidak pas (inappropriate Affect) dan perilaku yang disorganisasi
Penegakkan diagnosis
Pedoman Diagnostik PPDGJ-III
Memenuhi criteria umum diagnose Skizofrenia
Sebagai tambahan :
o Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
peluit(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lailain persaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity
(selusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang paling khas
o Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relative tidak nyata/tidak menonjol
Selain itu untuk menegakkan diagnosa skizofrenia menurut DSM IV-TR (2008) adalah
munculnya disfungsi sosial, durasi gejala khas paling sedikit 6 bulan, tidak termasuk gangguan
perasaan (mood), tidak termasuk gangguan karena zat atau karena kondisi medis, dan bila ada
riwayat Autistic Disorder atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis skizofrenia
dapat ditegakkan bila ditemui halusinasi dan delusi yang menonjol selama paling tidak 1 bulan

Tatalaksana
27

Terapi Farmakologi :

Pemilihan obat
Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama
pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder (efek samping : sedasi,
otonomik, ekstrapiramidal). Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif
pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol
dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan
efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat antipsikotik yang
beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu antipsikotik generasi
pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG ll).
APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau
sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan
pimozide. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah
Chlorpromazine dan thionidazine digunakan pada penderita dengan gejala dominan
gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur.

APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau antipsikotik
atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di
otak yang menyebabkan rendahnya efek samping extrapiramidal dan sangat efektif
mengatasi gejala negative. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah clozapine,
olanzapine, quetiapine dan rispendon.
Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
o
Onset efek primer (efek klinis) : 2-4 minggu
o
Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam
o
Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)
o
Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar)
sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita.
o
Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau
haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4 minggu. Berguna untuk pasien yang
tidak/sulit minum obat, dan untuk terapi pemeliharaan

28

Cara/Lama pemberian
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari
sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda), dievaluasi setiap 2 minggu bila
pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12 minggu. Diturunkan
setiap 2 minggu (dosis maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi
drug holiday 1-2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis diturunkan 2-4 minggu) lalu
stop. Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi pemeliharaan
paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 sampai 5 kali).
Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3
bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis reda sama sekali. Pada penghentian
mendadak dapat timbul gejala cholinergic rebound gangguan lambung, mual, muntah,
diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian anticholmnergic
agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM, tablet trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.

Terapi Psikososial :
Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :
Psikoterapi individual
o Terapi suportif
o Sosial skill training
o Terapi okupasi
o Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
Psikoterapi kelompok
Psikoterapi keluarga
Manajemen kasus
Assertive Community Treatment (ACT)
Prognosis
Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan orang
mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi.
Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35%
mengalami perburukan. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang
akan menjadi sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya
seperti usia tua, faktor pencetus jelas, onset akut, riwayat sosial/pekerjaan pramorbid baik, gejala
depresi, menikah, riwayat keluarga gangguan mood, sistem pendukung baik dan gejala positif ini
akan memberikan prognosis yang baik, sedangkan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset
tidak jelas, riwayat sosial buruk, autistik, tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga
skizofrenia, sistem pendukung buruk, gejala negatif, riwayat trauma prenatal, tidak remisi dalam
3 tahun, sering relaps dan riwayat agresif akan memberikan prognosis yang buruk.

29

REFERENSI
Dr. Tony Setiabudhi, Sp. KJ(K) PhD. Ilmu Kedokteran Jiwa (PSIKIATRI). Cetakan ke8. Jakarta. 2007.

DSM-IV.

Kaplan & Sadocks. Synopsis Of Psychiatry. 7th Edition. Philadelphia, 2000.

Prof. Dr. Ayub Sani Ibrahim, Sp. KJ. Spliting Personality. Cetakan ke-3. 2002.

Soewadi. Simtomatologi dalam psikiatri. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran


UGM. 1999.

Dr. Rusdi Maslim. Buku saku : Diagnosis gangguan jiwa PPDGJ-III. Cetakan ke-1.
Jakarta. 2001

30

You might also like