Professional Documents
Culture Documents
IMAM QOMMARUZAMAN
RIYADINI UTARI
Judul kegiatan
4
5
Bidang kegiatan
Ketua pelaksana kegiatan
a Nama lengkap
b NIM
c Jurusan
d Universitas
e Alamat dan No. Telp/Hp
: PKM P
f Alamat e-mail
Anggota Pelaksana Kegiatan /
Penulis
Dosen Pendamping
a Nama lengkap
b NIDN
c Alamat Rumah dan No. Telp/
Hp
:
: 3 orang
:
:
: Kimia
: Universitas Diponegoro
:
:
::
:
:: 4 bulan
Semarang, 02 April 2015
Mengetahui
Pembantu Dekan III
()
NIM
Dosen Pendamping
()
NIP
DAFTAR ISI
Halaman Judul
............................................................................................................
Lembar Pengesahan.............................................................................................................
Daftar Isi
..........................................................................................................................
Ringkasa
............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah
..................................................................................................
................................................................................................
................................................................................
RINGKASAN
aktif mutu terbaik sebagai adsorben dalam penanganan limbah batik. Arang aktif mutu
terbaik yang dihasilkan dicuci terlebih dahulu dengan HCl 10 % untuk menghilangkan
pengotor yang menutupi pori-porinya dengan harapan mampu memperbesar pori, sehingga
kapasitas adsorpsinya meningkat. Mengingat konsentrasi warna limbah batik yang sangat
tinggi (Azalia 2013), maka pengolahan limbah batik dilakukan dengan proses koagulasiflokulasi menggunakan tawas, kemudian dilanjutkan dengan adsorpsi menggunakan arang
aktif yang diperoleh dan memiliki mutu terbaik. Parameter yang diukur adalah penurunan
konsentrasi warna dan kebutuhan oksigen kimia (KOK) limbah batik.
Proses pembuatan arang aktif dapat melalui dua tahap, yaitu karbonisasi dan
aktivasi. Proses karbonisasi menggunakan metode pirolisis, yaitu proses dekomposisi
termokimia dengan suhu tinggi terhadap bahan organik tanpa menggunakan udara. Proses
aktivasi ada dua, yaitu aktivasi fisik dan aktivasi kimia. Prinsip aktivasi fisika adalah
pemberian uap air atau CO2 terhadap arang yang telah dipanaskan, sedangkan aktivasi
kimia adalah perendaman arang di dalam larutan kimia seperti CaCl2, ZnCl2, H3PO4,
NaOH, KOH, dan Na2SO4 (Sudrajat dan Pari 2011).
Pada penelitian ini pembuatan kulit buah malapari menjadi arang aktif dilakukan
dengan cara karbonisasi pada suhu 300 , 400 dan 450 . Sementara itu, proses
aktivasinya dilakukan dengan perendaman dalam larutan H3PO4 1 % dan 2 %, sehingga
dihasilkan arang teraktivasi secara kimia, kemudian arang aktif tersebut dipanaskan pada
tungku aktivasi dengan suhu 750 sambil dialiri uap air selama 60 dan 90 menit,
sehingga diperoleh arang teraktivasi secara kimia-fisik. H3PO4 tidak hanya berfungsi
sebagai aktivator, tetapi juga sebagai pelindung bahan dari panas (Sudrajat et al. 2005).
Dari penelitian ini diharapkan menjadi suatu alternatif terbarukan yang bermanfaat bagi
masyarakat luas untuk mengurangi limbah cair hasil buangan industri pabrik batik.
BAB 1
PENDAHULUAN
Buah malapari (Pongamia pinnata) merupakan salah satu bahan bakar nabati
banyak ditemukan di India (Alimah 2010). Namun proses pengolahan minyak nabati dari
buah malapari menyisakan kulit yang belum dimanfaatkan. Sehingga perlu dikaji sejak
dini pemanfaatan kulitnya agar dapat meningkatkan nilai tambah dan tidak mencemari
lingkungan. Tekstur kulit buah malapari yang cukup keras, kemungkinan banyak
mengandung lignin dan selolusa yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber karbon dalam
pembuatan arang aktif. Arang aktif sangat luas pemanfaatannya seperti dalam penanganan
polutan baik berupa gas maupun cairan.
Proses pembuatan arang aktif dapat melalui dua tahap, yaitu karbonisasi dan
aktivasi. Proses karbonisasi menggunakan metode pirolisis, yaitu proses dekomposisi
termokimia dengan suhu tinggi terhadap bahan organik tanpa menggunakan udara. Proses
aktivasi ada dua, yaitu aktivasi fisik dan aktivasi kimia. Prinsip aktivasi fisika adalah
pemberian uap air atau CO2 terhadap arang yang telah dipanaskan, sedangkan aktivasi
kimia adalah perendaman arang di dalam larutan kimia seperti CaCl2, ZnCl2, H3PO4,
NaOH, KOH, dan Na2SO4 (Sudrajat dan Pari 2011).Industri batik merupakan industri
penghasil limbah cair yang potensial mengandung logam berat dari proses pewarnaan dan
mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut dan sukar diuraikan , setelah proses
pewarnaan selesai akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Limbah
yang berwarna-warni akan menyebabkan masalah terhadap lingkungan.. Parameter yang
diukur adalah penurunan konsentrasi warna dan kebutuhan oksigen kimia (KOK) limbah
batik. Warna indigosol yang melebihi ambang batas dapat membahayakan kesehatan
manusia jika kontak langsung atau tertelan. Dampak yang dihasilkannya seperti gangguan
pernapasan, iritasi, dan pencernaan (MSDS 2013). Sementara itu, limbah cair ini juga
dapat meningkatkan kadar kebutuhan oksigen kimia (KOK) atau akan menurunkan kadar
oksigen terlarut (Achmad 2004). Hal ini akan mengancam kehidupan akuatik dan populasi
bakteri akan meningkat. Azalia (2013) telah meneliti konsentrasi warna limbah batik
sebelum pengolahan sebesar 13500 Pt-Co. Nugroho dan Ikbal (2005) juga telah meneliti
konsentrasi warna limbah batik pada pabrik yang berbeda sebesar 5610 Pt-Co. Hal ini
menunjukkan ada potensi membahayakan bagi lingkungan perairan jika langsung dibuang
ke sungai terus menerus tanpa pengolahan terlebih dahulu. Sehingga perlu diciptakan
alternatif terbaharukan untuk pengolahan limbah zat pewarna limbah cair pabrik batik.
dengan menggunakan suatu material berpori. Salah satunya adalah arang aktif berbahan
baku kulit buah malapari.