Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Edi Kurniadi, ST,MT.
Ir. Fathi Basewed, MT.
PRAKATA
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, atas Rachmat dan KaruniaNya Buku Modul Praktikum Bahan Bangunan bagi mahasiswa Program Diploma
Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada dapat diselesaikan.
Buku Modul Praktikum ini disusun sebagai acuan bagi mahasiswa peserta
praktikum bahan bangunan, dan untuk membantu mahasiswa dalam persiapan,
pelaksanaan, pelaporan praktikum bahan bangunan.
Menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan modul ini, maka saran
yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan penyusunan modul ini untuk waktu berikutnya.
Semoga keberadaan modul ini dapat bermanfaat khususnya bagi
mahasiswa Program Diploma Teknik Sipil, SV-UGM.
Penyusun
DAFTAR ISI
hal.
PRAKATA
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I .
BAB II.
TEKAN KAYU
BAB III.
BAB IV.
11
BAB VII.
13
BAB VIII.
15
BAB IX.
18
BAB X.
21
BAB XI.
23
BAB XII.
27
BAB XIII.
30
BAB XIV.
32
BAB XV.
35
BAB XVI.
38
BAB XVII.
40
42
BAB XIX.
44
BAB XX.
48
BAB XXI.
51
BAB XXII.
54
57
59
BAB XXV.
61
63
ii
Modul praktikum
b) Buku Catatan
c)
3. SELAMA PRAKTIKUM
Setelah dipersilahkan masuk dan menempati bangku dan meja kerja, praktikan
haruslah:
a)
f)
g)
4. SETELAH PRAKTIKUM
Setelah menyelesaikan percobaan, praktikan harus
a)
iii
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Saling menjaga keselamatan kerja dan kerja sama yang baik
dalam satu kelompok (group) maupun satu kelas.
11. Laporan sementara dikumpulkan pada akhir praktek sesuai
batas waktu yang ditentukan.
12. Bersihkan dan periksa semua kelengkapan peralatan praktek
setelah digunakan dan dikembalikan kepada bagian peralatan
dalam keadaan utuh seperti saat pengambilan.
13. Peralatan yang rusak/pecah/hilang akibat kesalahan mahasiswa
saat praktek menjadi tanggung jawab mahasiswa.
14. Setelah praktikum berakhir, mahasiswa wajib membersihkan
ruangan laboratorium.
iv
BAB I
PEMERIKSAAN BERAT JENIS BOBOT ISI DAN KADAR AIR KAYU
1.1. Pendahuluan
Pemeriksaan berat jenis dan kadar air kayu merupakan hal yang penting
untuk mengetahui kelas kuat kayu dan kondisi kayu apakah sudah kering
udara atau belum.
1.2. Tujuan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis
dan kadar air kayu.
1.3. Dasar Teori
ASTM D 2395 69 (Reaproved 1977), ASTM Book Of Standars, 1982
1.4. Benda Uji
Benda uji adalah balok kayu dengan ukuran tampang 50 mm x 50 mm x 50
mm.
1.5. Alat
a. Gergaji.
b. Timbangan.
c. Kaliper.
d. Tungku pengering (oven).
1.6. Pelaksanaan
a. Siapkan benda uji.
b. Timbanglah benda uji.
c. Masukkan benda uji ke dalam tungku pengering (oven) dengan suhu 105
0
C, selama 2 3 hari sampai beratnya tetap.
d. Keluarkan benda uji setelah 24 jam proses pengeringan, kemudian
masukkan dalam desikator samapi beratnya menjadi konstan dan
timbanglah berat benda uji kering tungku tersebut (benda uji dinyatakan
kering tungku jika dalam 24 jam pengeringan berikutnya tidak berubah
beratnya).
1.7. Laporan
a. Tuliskan berat dan jenis kayu yang diperiksa.
b. Tuliskan lama pengeringan benda uji.
c. Tuliskan berat benda uji kering tungku.
d. Hitunglah kadar air kayu sebelum dimasukkan ke dalam tungku pengering,
berat jenis dan bobot isi kayu.
e. Tetapkan apakah kayu termasuk kayu basah atau kayu kering, serta
tentukan kelas kuat kayu tersebut menurut PUBI-1982 Tabel 37-3 dan
catatan pada Tabel 37-4 (batas kering dan basah 20%).
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU
Benda Uji :
a. Jenis kayu
b. Cacat (bila ada)
c. Ukuran kayu
: .
: .
.
: Tebal =.mm.
Sisi A = ....mm.
Sisi B = mm.
Hasil Pengujian :
a. Berat kayu.
b. Berat kayu kering tungku.
Kesimpulan :
a. Volume kayu semula
b.
c.
d.
e.
f.
( V1 = p x l x t )
B
Berat jenis kayu
( 2)
V1
B
Bobot isi
( 1)
V1
B B2
Kadar air kayu semula
( 1
)
B2
Menurut berat jenisnya kayu ini termasuk
kelas kuat (Tabel 37-3 PUBI 1982).
Menurut kadar airnya kayu ini termasuk (*)
(Tabel 37-4 PUBI 1982).
Catatan :
1.
2.
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
= . cm3
= .
= gr/cm3
= %.
= I / II / III / IV
= basah / kering udara
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
BAB II
TEKAN KAYU
2.1 Pendahuluan
Kuat tekan kayu adalah nilai yang digunakan untuk mengetahui kelas kuat.
Kelas kuat kayu adalah tolok ukur yang akan kita gunakan di lapangan untuk
menentukan dimensi kayu dan harus disarkan pada pembebanan yang bekerja .
2.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara menguji kuat tekan kayu searah serat
2.3 Benda Uji
Benda uji menurut SNI 03-1969-1990 berupa kayu dengan ukuran 50 mm x
50 mm dan panjang 200 mm dengan jumlah minimal 5 buah untuk setiap jenis
kayu.
2.4 Alat
a. Kaliper.
b. Stop watch.
c. Mesin uji tekan.
d. Gergaji.
2.5 Pelaksanaan
a. Menyiapkan mektan benda uji.
b. Tempatkan brnda uji kayu pada mesin uji tekan.
c. Berikan pembebanan dengan kecepatan sekitar 0.6 mm/menit.
d. Catatlah besar beban maksimum dan lama pembebanan.
e. Periksa bentuk satu benda uji setelah patah.
2.6 laporan
a. Uraikan jenis kayu, bentuk bentuk uji, dan sebagainya
b. Tiliskan ukuran benda uji
c. Tuliskan kuat tekan kayu dan kecepatan pembebanan
d. Tetapkan kelas kuat kayu tersebut sesuai PUBI 1982 Tabel 37-3
e. Lukiskan bentuk benda uji setelah patah
f. Gambarkan BMD dan SFD.
LAPORAN SEMENTARA
UJI TEKAN KAYU
Benda Uji :
a.
b.
c.
d.
Jenis kayu
Bentuk
Cacat (bila ada)
Ukuran
: .
: .
: .
: .
Panjang (mm)
sisi A (mm)
sisi B (mm)
Pengukuran 1
..
..
...
Pengukuran 2
..
..
...
Pengukuran 3
..
..
...
Jumlah
...
Rata rata
Hasil Pengujian :
a. Beban maksimum
b. Sketsa bentuk benda uji setelah pengujian
: .. kN
Kesimpulan :
a. Kuat tekan
b. Termasuk kelas kuat
Tanggal
Kelompok
:
:
: MPa
: (lihat tabel 37 3 PUBI 1982)
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
BAB III
UJI LENTUR KAYU
3.1 Pendahuluan
Suatu balok kayu biasanya menahan beban lentur. Untuk mengetahui kekuatan
terhadap momen lentur maka perlu dibuat pengujian lentur.
3.2 Tujuan
Untuk memberikan gambaran bagaimana cara menguji kekuatan lentur balok
dan menghitung tegangan lentur maksimumnya.
3.3 Benda Uji
Benda uji menurut SNI 03-1969-1990 adalah Balok kayu, dengan ukuran
penampang 50 mm x 50 mm dengan panjang 760 mm.
3.5 Alat
a. Mesin uji lentur balok
b. Kaliper
3.5 Pelaksanaan
a. Ukurlah penampang balok dengan teliti
b. Pasanglah balok pada tempat pengujian, dengan panjang bentang sekitar
450 mm (tergantuntung ukuran kayu) dan beban satu titik di tengah atau
dua titik dengan jarak masing masing 1/3 bentang dari prletakan dengan
kecepatan pembebanan 8 10 Kg/cm2 tiap menit.
c. Catatlah beban maksimum yang mematahkan balok.
3.6 Laporan
a. Tuliskan jenis, ukuran, dan cacat kayu bila ada
b. Buatlah sketsa cara pembebanan lentur dan catat besarnya beban
c. Hitunglah tegangan lentur maksimum dan bandingkan dengan PUBI 1982
Tabel 37 3.
LAPORAN SEMENTARA
UJI LENTUR KAYU
Benda Uji :
a.
b.
c.
d.
Jenis kayu
Bentuk
Cacat (bila ada)
Ukuran
: .
: .
: .
: .
Lebar (mm)
Tinggi (mm)
Pengukuran 1
..
..
Pengukuran 2
..
..
Pengukuran 3
..
..
Jumlah
...
Rata rata
Hasil Pengujian :
a. Beban maksimum
b. Sketsa beban pengujian
: .. kN.
Kesimpulan :
a. Kuat lentur
b. Termasuk kelas kuat
Tanggal
Kelompok
:
:
: kg/cm2
: (lihat tabel 37 3 PUBI 1982)
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
BAB IV
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara volume endapan ekivalen)
4.1 Pendahuluan
Pasir adalah butiran butiran mineral yang dapat lolos ayakan 4,8 mm dan
tertinggal di atas ayakan 0,075 mm. Didalam pasir juga masih terdapat
kandungan kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang
digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah
ditentukan didalam (PUBI). Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan, jika kandungan lumpur tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan
ekivalen kadar lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam (%) dapat diketahui
secara cepat.
4.2 Tujuan
Pemeriksaan pasir dengan cara volume endapan ekivalen bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar lumpur dalam pasir tersebut.
4.3 Benda Uji
a. Pasir sebanyak 450 cc.
b. Air (sesuai dengan kebutuhan).
4.4 Alat
Gelas ukur (Tachimetri), dengan volume 1000 cc.
4.5 Pelaksanaan
a. Gelas ukur diisi dengan pasir yang telah disediakan sampai 450 cc
kemudian ditambah dengan air sampai 900 cc.
b. Tutup gelas ukur sampai rapat kemudian dikocok kocok 60 kali.
c. Diamkan selama kurang lebih 1 jam.
d. Catat endapan lumpur yang berada diatas pasir (berapa cc ketebalannya).
4.6 Laporan
Banyaknya endapan diatas pasir, secara kasar dapat dinyatakan dengan
menganggap bahwa 10 cc endapan ekivalen dengan 1% berat lumpur yang
terkandung di dalam pasir.
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)
Benda Uji :
a. Pasir asal
: .
Hasil Pengujian :
a. Volume endapan lumpur sekitr
: ..cc
b. Kandungan lumpur dalam pasir sekitar : . %
Kesimpulan :
a. Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi / tidak memenuhi (*)
(PUBI 1982 Pasal 11).
Catatan :
(*) Coret yang tidak perlu.
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
BAB V
PEMERIKSAAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomor 200)
5.1 Pendahuluan
Pasir adalah butiran butiran mineral yang dapat lolos ayakan 4,8 mm dan
tertinggal di atas ayakan 0,075 mm. Didalam pasir juga masih terdapat
kandungan kandungan mineral yang lain seperti tanah dan slit. Pasir yang
digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah
ditentukan didalam (PUBI). Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan, jika kandungan lumpur didalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan
cara endapan ekivalen kadar lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam (%)
dapat diketahui secara cepat.
5.2 Tujuan
Pemeriksaan pasir dengan cara ayakan nomor 200 bertujuan untuk mengetahui
besarnya kadar lumpur (tanah liat dan silt) dalam pasir tersebut.
5.3 Benda Uji
Pasir kering tungku yang lewat ayakan 4.8 mm seberat 500 gr
5.4 Alat
a. Ayakan no. 200.
b. Ayakan 4.8 mm.
c. Nampan pencuci.
d. Tungku pengering (oven).
e. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % .
5.5 Pelaksanaan
a. Ambil pasir kering tungku yang lewat ayakan 4.8 mm seberat 500 gr (B1)
b. Masukkan pasir tersebut ke dalam nampan pencuci dan tambahkan air
secukupnya sampai semuanya terendam
c. Goncang goncangkan nampan, kemudian tuangkan air cucian ke dalam
ayakan no. 200 (butir butir besar dijaga jangan sampai masuk ke ayakan
supaya tidak merusak ayakan)
d. Ulangi langkah (c) sampai cucian tampak bersih
e. Masukkan kembali butir butir pasir yang tersisa di ayakan no. 200 ke
dalam nampan, kemudian masukkan ke dalam tungku untuk dikeringkan
kembali
f. Timbang kembali pasir setelah kering tungku (B2)
5.6 Laporan
Hitunglah kandungan lumpur pada pasir uji tersebut
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara ayakan no.200)
Benda Uji :
a. Pasir asal
b. Berat pasir semula (kering tungku)
: .
: gr (B1)
Hasil Pengayakan :
a. Berat pasir setelah dicuci (kering tungku)
: . gr (B2)
Kesimpulan :
B1 B2
= . %
x 100 0 0
B1
a. Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi / tidak memenuhi (*)
(PUBI 1982 Pasal 11).
a. Kandungan lumpur :
Catatan :
(*) Coret yang tidak perlu .
Hitungan dilampirkan
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
10
BAB VI
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR
6.1 Pendahuluan
Pemeriksaan ini merupakan cara untuk mengetahui adanya kotoran organis
yang melekat pada pasir alam, yang akan mempengaruhi mutu mortar atau
beton yang dibuat. Warna gelap yang terjadi pada hasil pemeriksaan ini tidak
dapat digunakan sebagai tolok ukur apakah pasir tersebut dapat digunakan
dalam adukan, karena warna gelap tersebut bisa berasal dari arang atau
mangaan yang terkandung dalam pasir tersebut.
6.2 Tujuan
Pada prinsipnya pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan apakah
perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut atau tidak, misalnya untuk
pemeriksaan keawetan dan kekuatan beton yang dibuat dengan menggunakan
pasir ini.
6.3 Benda Uji
Pasir dengan volume 130 ml
6.4 Alat
a. Gelas ukur (Tachimetri) yang mempunyai tutup dari karet atau yang lain,
yang tidak larut dalam larutan NaOH 3 %, dengan volume 500 ml.
b. Warna standar (Tinto meter).
c. Larutan NaOH 3%. Larutan ini dibuat dengan melarutkan 3 bagian berat
NaOH dalam 97 bagian berat air suling.
6.5 Pelaksanaan
a. Masukkan benda uji ke dalam gelas ukur.
b. Tambahkan larutan NaOH 3% dan setelah dikocok isinya harus mencapai
200 ml.
c. Kemudian diamkan selama 24 jam dan setelah itu bandingkan warna
cairan di atas endapan pasir dengan warna standar.
6.6 Laporan
Laporkan warna cairan yang tampak di atas pasir, apakah lebih muda, sama,
atau lebih tua dari warna standar.
11
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN KANDUNGAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR
Benda Uji :
a. Pasir asal
: .
Hasil Pengujian :
a. Warna air di atas pasir lebih muda / lebih tua (*) dari warna standar.
Kesimpulan :
b. Berdasarkan kandungan zat organis ini, pasir memenuhi / tidak memenuhi
(*) (PUBI 1982 Pasal 11).
Catatan :
(*) Coret yang tidak perlu.
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
12
BAB VII
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR
7.1 Pendahuluan
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai variasi butiran
suatu agregat. Variasi butiran agregat dapat mempengaruhi kelecakan dari
mortar beton, apabila agregat halus yang terdapat dalam mortar terlalu banyak
akan menyebabkan lapisan tipis dari agregat halus dan semen akan naik ke
atas.
7.2 Tujuan
Untuk mengetahui nilai variasi butiran pasir.
7.3 Benda Uji
Benda uji yang digunakan adalah pasir kering tungku dengan berat minimum
menurut SNI 03-1968-1990 adalah:
*) Ukuran maksimum 4,76 mm; berat minimum 500 gram
*) Ukuran maksimum 2,38 mm; berat minimum 100 gram
7.4 Alat
a. Satu set ayakan 4.75 mm, 2.36 mm, 1.18 mm, 0.6 mm, 0.3 mm, 0,15 mm
dan sisa.
b. Sieve saker.
c. Timbangan.
d. Kuas pembersih ayakan.
e. Cawan.
7.5 Pelaksanaan
a. Ambillah pasir kering tungku dengan berat 500 gr.
b. Masukkan pasir ke dalam set ayakan.
c. Pasanglah satu set ayakan ke dalam sieve saker kemudian digetarkan 15
menit.
d. Ambillah ayakan dari sieve saker, kemudian ambil dan timbanglah pasir
yang tertinggal dari masing masing tingkat ayakan.
7.6 Laporan
Laporkan nilai modulus halus butiran yang didapat dari hasil pemeriksaan
(dari hasil penimbangan pasir yang tertinggal dari masing masing ayakan).
13
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR
Benda Uji :
a. Pasir asal
b. Berat pasir yang diperiksa
: .
: . gr
Hasil Pengayakan :
Lubang
Ayakan (mm)
4.75
2.36
1.18
0.60
0.30
0.15
sisa
Jumlah
Berat tertinggal
(gr)
(%)
Berat kumulatif
(%)
xxxxxxxxxxxx
..
Berat Kumulatif
Lewat ayakan (%)
xxxxxxxxxxxxxxxx
..
Kesimpulan :
a. Modulus halus : .
b. Gradasi pasir masuk daerah (*)
I
(kasar)
II
(agak kasar)
III
(agak halus)
IV
(halus)
Diagram gradasi digambarkan pada halaman berikut
Catatan :
(*) Coret yang tidak perlu
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
14
BAB VIII
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN PASIR
8.1 Pendahuluan
Perbandingan antara berat dan volume pasir termasuk pori pori antara
butirannya disebut berat volume atau berat satuan.
8.2 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksud untuk mengetahui cara mencari berat satuan pasir.
8.3 Benda Uji
Benda uji menurut SNI 03-1969-1990 adalah Pasir atau kerikil sekurang
kurangnya sama dengan kapasitas bejana.
8.4 Alat
a. Timbangan dengan ketelitian maksimum 0.1 % berat benda uji.
b. Nampan besar.
c. Tongkat pemadat dari baja tahan karat panjang 60 cm, diameter 16 mm
dan ujungnya bulat.
d. Mistar perata.
e. Bejana baja yang kaku, berbentuk silinder dengan ukuran seperti Tabel 8.
berikut ini :
Tabel 8. Ukuran Bejana dan Ukuran Batuan yang diuji
Jenis
Ukuran bejana minimum
Pasir
Kerikil / campuran
Diameter bejana (mm)
221.5 x 245
255 x 280
Volume (liter)
9.467
14.182
8.5 Pelaksanaan
a. Timbang berat bejana (B1) dan ukur diameter serta tinggi bejana.
b. Masukkan pasir /kerikil ke dalam bejana sebanyak 3 lapis dengan tiap
lapis dipadatkan masing-masing sebanyak 25 kali.
c. Ratakan permukaan pasir /kerikil dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang berat bejana dengan pasir /kerikil tersebut (B2).
8.6 Laporan
Laporan berupa hasil hitungan berat satuan pasir dan kerikil dalam kg/cm3
15
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN PASIR
Benda Uji :
a. Pasir asal
: .
b. Diameter maksimum
: . mm
c. Keadaan pasir : kering tungku / agak basah / jenuh kering muka / basah (*)
Hasil Pengujian :
a. Berat bejana
( B1 )
b. Berat pasir
( B2 )
c. Ukuran bejana : diameter bagian dalam
tinggi bagian dalam
: .. mm
: ... mm
Kesimpulan :
a. Berat pasir
: .. kg
B3 = B2 B1
B3
volume bejana 1
: .. kg
: .. kg/cm3
Catatan :
(*) Coret yang tidak perlu
Hitungan dilampirkan
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
16
BAB IX
PEMERIKSAAN SSD PASIR
9.1 Pendahuluan
Pasir merupakan bahan pengisi beton sehingga perlu diperiksa dengan
menggunakan uji SSD. Dengan pemeriksaan SSD ini akan diperoleh pasir
yang sesuai sebagai bahan campuran adukan beton, yang berhubungan dengan
sedikit atau banyaknya air yang dikandung oleh pasir tersebut.
9.2 Tujuan
Mengetahui benda uji termasuk dalam jenis pasir kering, pasir basah atau pasir
ideal (SSD).
9.3 Benda Uji
Berupa pasir., diameter pasir yang diuji 0.15 mm 5 mm.
9.4 Alat
a. Kaliper.
b. Corong.
c. Tongkat pemadat.
d. Nampan.
9.5 Pelaksanaan
a. Corong cetakan diletakkan di tempat yang rata, dan kering.
b. Corong cetakan diisi dalam 3 lapis, masing masing sekitar 1/3 volume
corong.
c. 1/3 lapis pertama dimasukkan ke dalam corong kemudian ditusuk tusuk
dengan menggunakan batang baja diameter 16 mm, panjang 60 cm,
ujungnya bulat. Sebanyak 25 kali.
d. Pnusukan harus merata selebar permukaan dan tidak boleh sampai masuk
ke dalam lapisan pasir sebelumnya.
e. Stelah lapis pasir yang terakhir selesai proses penusukannya kemudian
diratakan sehingga rata dengan sisi atas cetakan (corong).
f. Ditunggu sekitar 30 detik, kemudian corong cetakan ditarik ke atas dengan
pelan pelan dan hati hati sehingga benar benar tegak ke atas.
g. Kriteria benda uji ;
(a)
(b)
17
(c)
keterangan ;
(a) Corong SSD Pasir.
(b) Pasir Basah.
(c) Pasir Kering.
(d) Pasir SSD( kondisi ideal).
(d)
9.6 Laporan
Laporkan SSD pasir yang dibuat dengan SSD apakah pasir tersebut termasuk
basah, kering dan ideal.
18
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN SSD PASIR
Benda Uji :
a. Pasir asal
: .
Alat :
a. Corong kerucut
: diameter dasar
diameter atas
tinggi
: ..cm.
: ..cm.
: ..cm.
Hasil Pengujian :
a. Kondisi Pasir
: Basah
Kering
Ideal/SSD
( ).
( ).
( )*.
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
19
BAB X
BERAT JENIS PASIR
10.1 Pendahuluan
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir merupakan hal yang penting untuk
mengetahui pasir tersebut telah memenuhi syarat atau belum untuk bahan
campuran adukan beton.
10.2 Tujuan
Untuk menentukan bulk and apparent berat jenis (specifik grafity) dan
penyerapan (absorption) dari agregat halus (pasir) menurut prosedur ASTM
C128. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume
agregat dalam adukan beton.
10.3 Benda Uji
Benda uji berupa pasir SSD
10.4 Alat
a. Alat
b. Tabung Volumetric flush 1000 ml
c. Tungku pengering (oven)
d. Loyang
10.5 Pelaksanaan
a. Tabung ukur diisi air sampai line akhir
b. Ditimbang, kemudian air dikeluarkan
c. Sediakan pasir SSD sebanyak 500 gr
d. Masukkan pasir SSD ke dalam tabung ukur dan jangan sampai tumpah
e. Setelah itu dimasukkan air sampai line akhir
f. Digoyang goyang sampai udara nampak keluar
g. Diberi air sampai line akhir
h. Air dikeluarkan dari tabung ukur
i. Pasir dikeluarkan dari tabung ukur dan dikeringkan selama 36 jam
10.6 Laporan
a. Tuliskan asal pasir
b. Berat pasir + tabung ukur + air
c. Berat pasir SSD
d. Berat tabung ukur + air
e. Berat pasir kering tungku
20
LAPORAN SEMENTARA
BERAT JENIS PASIR
Benda Uji :
a. Asal pasir
: .
Hasil Pengujian :
a. Berat pasir + tabung ukur + air
b. Berat pasir SSD
c. Berat tabung ukur + air
d. Berat pasir kering tungku
: .. gr ( A )
: .. gr ( B )
: .. gr ( C )
: .. gr ( D )
Kesimpulan :
D
) : ..
(( C + B ) A ))
B
b. SSD pasir kering tungku
(
) : .
(( C + B ) A ))
c. Menurut berat jenis dan SSD pasir, benda uji memenuhi / tidak memenuhi
syarat (*), untuk berat jenis pasir SSD yang baik adalah 2.4 2.9)
Catatan :
(*) Coret yang tidak perlu
Hitungan dilampirkan
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
21
BAB XI
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL
11.1 Pendahuluan
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai variasi butiran
suatu agregat. variasi butiran agregat kasar dapat mempengaruhi kelecakan
dari mortar beton, apabila agregat kasar yang terdapat dalam mortar terlalu
banyak akan menyebabkan keropos pada beton.
11.2 Tujuan
Untuk mengetahui nilai variasi butiran kerikil.
11.3 Benda Uji
Berdasarkan SNI 03-4142-1996 Berat Minimum Untuk Sampel dapat dilihat pada
Tabel 11. Berikut ini:
Tabel 11. Kebutuhan Minimum Benda Uji Modulus Halus Kerikil
Ukuran
Maksimum
Agregat
2
# 467
# 67
#8
Ukuran Saringan
Berat Kering
Minimum Benda Uji
Ukuran Saringan
Gram
100mm 19 mm
50 mm 4,76 mm
25 mm 2,38 mm
12,5 mm 1,19 mm
35.000
20.000
10.000
2500
11.4 Alat
a. Satu set ayakan 38.1 mm, 25 mm, 19 mm, 9.5 mm, 6.3 mm, 4,75 mm,
2,36 mm dan sisa.
b. Alat getar ayakan.
c. Timbangan.
d. Kuas pembersih ayakan.
e. Cawan.
11.5 Pelaksanaan
a. Ambillah kerikil dengan berat 2000 gr.
b. Masukkan kerikil ke dalam set ayakan.
c. Pasanglah set ayakan ke dalam alat getar ayakan kemudian digetarkan 15
menit.
d. Ambillah ayakan dari atas alat getar, kemudian ambil dan timbanglah pasir
yang tertinggal dari masing masing tingkat ayakan.
11.6 Laporan
Laporkan nilai modulus halus butiran yang didapat dari hasil pemeriksaan
(dari hasil penimbangan kerikil yang tertinggal dari masing masing ayakan).
22
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL
Benda Uji :
Kerikil asal
: .
Berat Kerikil yang diperiksa : . gr
Ukuran Butiran
: 76,5 19 mm
Hasil Pengayakan :
Berat tertinggal
Lubang
Ayakan (mm)
(gr)
(%)
Berat kumulatif
(%)
..
Berat Kumulatif
Lewat ayakan (%)
..
76,20
63,5
37,50
12.00
19.10
sisa
Jumlah
Kesimpulan :
c. Modulus halus : .
d. Gradasi Kerikil masuk daerah (*):
I
II
Diagram gradasi digambarkan pada halaman berikut
Catatan :
(*) Coret yang tidak perlu
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
23
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL
Benda Uji :
1. Kerikil asal
: .
2. Berat Kerikil yang diperiksa : . gr
3. Ukuran Butiran
: 50,0, 4,75 mm
Hasil Pengayakan :
Berat tertinggal
Lubang
Ayakan (mm)
(gr)
(%)
Berat kumulatif
(%)
..
Berat Kumulatif
Lewat ayakan (%)
..
50
37,50
19,00
12,50
9,50
sisa
Jumlah
Kesimpulan :
e. Modulus halus : .
f. Gradasi Kerikil masuk daerah (*):
I
II
Diagram gradasi digambarkan pada halaman berikut
Catatan :
(*) Coret yang tidak perlu
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
24
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL
Benda Uji :
4. Kerikil asal
: .
5. Berat Kerikil yang diperiksa : . gr
6. Ukuran Butiran
: 25,00, 2,38 mm
Hasil Pengayakan :
Berat tertinggal
Lubang
Ayakan (mm)
(gr)
(%)
Berat kumulatif
(%)
..
Berat Kumulatif
Lewat ayakan (%)
..
25,00
19,00
14,00
9,5
4,76
2,38
Sisa
Jumlah
Kesimpulan :
g. Modulus halus : .
h. Gradasi Kerikil masuk daerah (*):
I
II
Diagram gradasi digambarkan pada halaman berikut
Catatan :
(*) Coret yang tidak perlu
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
25
BAB XII
PEMERIKSAAN LUMPUR DALAM KERIKIL
(Cara Ayakan Nomor 200)
12.1 Pendahuluan
Pengujian jumlah Bahan dalam agregat yang lolos ayakan no 200 ( 0,075 mm
) dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian
untuk menentukan jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan no 200 (
0,075 mm) dengan cara pencucian.
12.2 Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk emperoleh persentase jumlah bahan
dalam agregat kasar yang lolos saringan no 200 ( 0,075 mm, sehingga
bergunan bagi perencana dan pelaksana pembangunan jalan/gedung.
12.3. Dasar Teori
SNI 03-4142-1996; PUBI 1982.
19,00
2500
38,10
5000
12.5 Alat
f. Saringan yang terdiri dari dua ukuran yang bagian bawah dipassang
saringan no 200 ( 0,075 mm) dan di atasnya saringan no 16 ( 1,18 mm )
g. Wadah tempat mencuci dengan kapasitas yang dapat menampung benda
uji sehingga pada waktu pengadukan (pelaksanaan pencucian) benda uji
dan air pencuci tidak mudah tumpah.
h. Timbangan dengan ketelitian maksimum 0,01% dari berat bena uji.
i. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai suhu
(100 5 )
12.6 Pelaksanaan
g. Timbang wadah tanpa benda uji
h. Timbang benda uji dan masukkan ke dalam wadah
26
27
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM KERIKIL
(Cara ayakan no.200)
Benda Uji :
c. Kerikil asal
: .
d. Berat kerikil semula (kering tungku)
:
(B1)
gr
Hasil Pengayakan :
b. Berat kerikil setelah dicuci (kering tungku) : . gr (B2)
Kesimpulan :
B1 B2
x 100 0 0
= . %
B1
c. Berdasarkan kandungan lumpur ini, kerikil memenuhi / tidak memenuhi
(*) (PUBI 1982 Pasal 11).
a. Kandungan lumpur :
Catatan :
(*) Coret yang tidak perlu .
Hitungan dilampirkan
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
28
BAB XIII
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN KERIKIL
13.1 Pendahuluan
Perbandingan antara berat dan volume pasir termasuk pori pori antara
butirannya disebut berat volume atau berat satuan.
13.2 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksud untuk mengetahui cara
kerikil.
29
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN KERIKIL
Benda Uji :
a. Kerikil asal
: .
b. Diameter maksimum
: . mm.
c. Keadaan kerikil : kering tungku/agak basah/jenuh kering muka/ basah (*)
Hasil Pengujian :
a. Berat bejana
( B1 )
b. Berat bejana berisi kerikil
( B2 )
c. Ukuran bejana : diameter bagian dalam
tinggi bagian dalam
: .. kg.
: .. kg.
: .. mm.
: ... mm.
Kesimpulan :
d. Berat kerikil
: .. kg.
B3 = B2 B1
B3
volume bejana 1
: .. kg/cm3
Catatan :
(*) Coret yang tidak perlu
Hitungan dilampirkan
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
30
BAB XIV
BERAT JENIS KERIKIL
14.1 Pendahuluan
Pemeriksaan berat jenis kerikil merupakan hal yang penting untuk mengetahui
kerikil tersebut telah memenuhi syarat atau belum untuk bahan campuran
adukan beton.
14.2 Tujuan
Untuk menentukan bulk and apparent berat jenis (specifik grafity) dan
penyerapan (absorption) dari agregat kasar (kerikil) menurut prosedur ASTM
C127. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume
agregat dalam adukan beton.
14-3. Dasar Teori
ASTM C 127, ASTM Book Of Standars, PUBI 1982, SNI1969 Tahun 2008
(5)
75
112
(4)
50
100
(4)
40
90
(3)
25
75
(3)
18
63
(2)
12
50
(2)
37,5
(1)
25
(1)
19
( 3/4 )
12,5
( 1/2 )
31
14.5 Alat
e. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas
minimal 5 kg.
f. Keranjang besi diameter 203,2 mm (8) dan tinggi 63,6 mm (2,5)
g. Alat penggantung keranjang
h. Oven
i. Handuk / kain lap.
14.6 Pelaksanaan
j. Benda uji direndam selama 24 jam.
k. Benda uji dibuat jenuh kering muka (kondisi SSD) dengan
menggulungkan/ mengelap permukaan butiran agregat.
l. Timbang berat contoh kondisi SSD = ( A )
m. Benda Uji dimasukkan kedalam keranjang dan direndam kembali dalam
air. Temperatur air dijaga (23 C), dan kemudian ditimbang, setelah
keranjang digoyang-goyangkan dalam air untuk melepaskan udara yang
terperangkap. Hitung berat contoh kondisi jenuh = ( B )
n. Benda uji dikeringkan pada temperatur 100 5 . Setelah didinginkan,
kemudian ditimbang. hitung berat benda uji pada kondisi kering = ( C )
14.7 Laporan
f. Tuliskan asal Kerikil
g. Berat kerikil SSD
h. Berat kerikil dalam air
i. Berat kerikil kering tungku
32
LAPORAN SEMENTARA
BERAT JENIS KERIKIL
Benda Uji :
b. Asal Kerikil
: .
Hasil Pengujian :
a. Berat kerikil SSD
b. Berat kerikil dalam air
c. Berat kerikil kering tungku
: .. gr ( A )
: .. gr ( B )
: .. gr ( C )
Perhitungan :
d. Berat jenis mutlak
e. Berat jenis Kering Tungku
f. Berat jenis SSD
C
(C B)
C
(A B )
A
(A B )
Tanggal
Kelompok
:
:
: ..
: .
: .
AC
100%
C
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
: .
Mahasiswa,
33
BAB XV
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS ANGELES
15.1 Pendahuluan
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
kerikil/batu pecah dengan menggunakan alat mesin Los Angeles. Pengujian
ketahanan aus kerikil dengan cara ini memberikan gambaran yang
berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan kerikil, serta kemungkinan
terjadinya pecah butir butir kerikil selama penumpukan, pemindahan
maupun selama pengangkutan. Kekerasan kerikil berhubungan pula dengan
kekuatan beton yang dibuat. Nilai yang diperoleh dari hasil pengujian
ketahanan aus ini berupa prosentase antara berat bagian yang halus (lewat
lubang ayakan 2 mm) setelah pengujian dan berat semula sebelum pengujian.
Makin banyak yang aus makin kurang tahan keausan nya. Pada umumnya
kerikil disyaratkan bagian yang aus/hancur tidak lebih dari 10% setelah di
putar 100 kali, dan tidak boleh lebih dari 50% setelah di putar 500 kali.
15.2 Tujuan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
kerikil/batu pecah yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan .
15.3 Benda uji
Benda uji berupa kerikil dengan gradasi sesuai Tabel 15.1 dan jumlah bola
sesuai Tabel 15.2
Tabel 15.1 Berat dan gradasi benda uji
Lubang ayakan (mm)
Lewat
Tertinggal
Gradasi A
Gradasi B
Gradasi C
38.10
25.40
1.250
..
25.40
19.05
1.250
..
19.05
12.70
1.250
2.500
12.70
9.51
1.250
2.500
9.51
6.35
2.500
6.35
4.75
2.500
5.000
5.000
5.000
34
Jumlah Bola
12
5.000
11
4.584
10
3.330
15.4 Alat
a. Mesin los angeles
b. Ayakan no 12 (lubang 2 mm) dan ayakan lain dengan lubang 38,1 mm,
25,4 mm, 19,05 mm, 12,7 mm, 9,51 mm, 6,36 mm, 4,75 mm, 2,36 mm.
c. Timbangan dengan ketelitian 5 gr.
d. Bola baja dengan dia meter rata rata 4,68 cm dan berat masing masing
antara 390 gr sampai 445 gr.
e. Tungku pengering (oven) yang dapat memanasi sampai pada temperatur
105 C
15.5 Pelaksanaan
a. Timbang benda uji sesuai Tabel 15.1.
b. .Masukkan kerikil / batu pecah ke dalam mesin los angeles.
c. .Masukkan bola baja ke dalam mesin los angeles dengan jumlah sesuai
Tabel 15.2
d. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm sebanyak 100 kali.
e. Keluarkan bola baja /ambil bola baja dari mesin los angeles
f. Keluarkan benda uji dari mesin los angeles, kemudian diayak memakai
ayakan no12.
g. Timbang kerikil yang ter tinggal di atas ayakan no 12.
h. .Masukkan kembali bola baja dan kerikil yang tertinggal di atas ayakan no
12.
i. Putar mesin los angeles sebanyak 400 kali.(jadi dengan putaran yang
pertama berjumlah 500 kali).
j. Lakukan kembali langkah e, f dan g.
15.6 Laporan
Laporkanan besarnya nilai keausan dalam persen.
35
LAPORAN SEMENTARA
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS ANGELES
Bahan :
a. Kerikil atau batu pecah asal
b. Gradasi
: ..
:A / B / C
(*)
Lewat
Tertinggal
Gradasi A
Gradasi B
Gradasi C
38.10
25.40
1.250
..
25.40
19.05
1.250
..
19.05
12.70
1.250
2.500
12.70
9.51
1.250
2.500
9.51
6.35
2.500
6.35
4.75
2.500
12
11
10
Jumlah bola
Hasil Pengujian :
a. Berat benda uji
(A)
: . gr
b. Berat benda uji sesudah diuji (B)
: . gr
c. Beban benda uji sesudah diuji (C)
: . gr
( AB)
%
d. Keausan I
=
x 100 0 0 =
A
( AC)
e. Keausan II
=
%
x 100 0 0 =
A
f. Menurut PUBI 1982 Tabel 25 2 batuan ini dapat untuk kelas =
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
Asisten,
:
:
Mahasiswa,
36
BAB XVI
KADAR GARAM BATA MERAH
16.1 Pendahuluan
Bata merah dibuat dari tanah dengan atau tanpa bahan campuran lainnya yang
dibakar pada suhu yang scukup tinggi hingga tidak hancur lagi bila direndam
dalam air. Pemeriksaan ini juga ditujukan untuk mengetahui apakah bata
memenuhi syarat atau tidak sebagai bahan bangunan.
16.2 Tujuan
Untuk mengetahui kandungan garam dalam bata merah
16.3 Benda Uji
Benda uji berupa bata merah
16.4 Alat
Bak plastik
16.5 Pelaksanaan
a. Masukkan air ke dalam bak plastik.
b. Masukkan bata merah ke dalam bak plastik tersebut hingga kurang dari
separuhnya nampak di atas air.
c. Amati bercak-bercak putih pada bata dan ukur berapa tingginya.
16.6 Laporan
Tuliskan apakah bata merah memenuhi / tidak memenuhi syarat bahan
bangunan (syarat < 50 % dari panjang bata yang berdiri).
37
LAPORAN SEMENTARA
KADAR GARAM BATA MERAH
Benda Uji :
a. Jenis benda uji
b. Ukuran benda uji
: .
( p ) : . cm
( l ) : . cm
(t)
: . cm
Hasil Pengujian :
Tinggi bercak bercak putih
: cm
Kesimpulan :
m
: . %
x 100 0 0 )
p
b. Menurut kandungan garamnya, bata tersebut memenuhi / tidak memenuhi
syarat, (syarat yang tercantum dalam PUBI 1982 adalah < 50 % dari
panjang bata waktu berdiri) (*)
a. Kandungan garam
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
38
BAB XVII
PEMERIKSAAN UJI KUAT TEKAN BATA
17.1 Pendahuluan
Bata merah dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa campuran bahan lain, yang
dibakar pada suhu yang cukup tinggi hingga tidak hancur bila direndam dalam
air.
17.2 Tujuan
Untuk mengetahui kelas kuat dan koefisien variasi bata merah
17.3 Benda Uji
Bata merah
17.4 Alat
a. Cetok.
b. Alat Pengaduk.
c. Ember air.
d. Gergaji.
e. Mistar.
17.5 Pelaksanaan
a. Ambil semen dan pasir dengan perbandingan 1 : 4.
b. Campur semen dan pasir kemudian diaduk sampai rata.
c. Setelah rata kemudian beri air sedikit demi sedikit sehingga kelecakan
yang diinginkan dapat dicapai.
d. Bata merah dipotong menjadi 2 bagian.
e. Letakkan mortar di atas potongan bata yang satu kemudian potongan bata
yang lain diletakkan di atasnya dengan arah serat bersilangan.
17.6 Laporan
a. Jenis benda uji
b. Asal benda uji
c. Kuat tekan rata rata
d. Kuat variasi rata rata
39
LAPORAN SEMENTARA
UJI KUAT TEKAN BATA
Benda Uji :
a. Jenis benda uji
b. Asal benda uji
c. Ukuran benda uji
: .
: .
( p ) : . cm
( l ) : . cm
(t)
: . cm
Catatan :
(*) Coret yang tidak perlu
Hitungan dilampirkan
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
40
BAB XVIII
UJI KONSISTENSI MORTAR DENGAN MEJA SEBAR
18.1 Pendahuluan
Mortar sebagai bahan pengikat atau perekat pada pasangan bata atau batako
dapat dikatakan baik jika mempunyai keenceran yang cukup atau memenuhi
persyaratan yang ada. Untuk itu, perlu diadakan suatu pengujian di
laboratorium. Pengujian mortar ini sering disenut sebagai uji mortar dengan
meja sebar.
18.2 Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan tingkat keenceran mortal sebagai
bahan perekat batu bata atau batako.
18.3 Benda uji
a. Semen portland
b. Pasir
c. Air
18.4 Alat
a. Cetok pengaduk.
b. Meja sebar.
c. Pisau perata
d. Kerucut diameter 10 cm
18.5 Pelaksanaan
a. Ambil semen dan pasir dengan perbandingan 1:4 dan di campur
b. Beri air seberat 0.6 kg
c. Aduk hingga rata selama 3,5 4 menit
d. Campuran dimasukkan ke dalam kerucut diameter 10 cm
e. Mampatkan dan ratakan dengan pisau perata dan diamkan selama 1menit
f. Angkat kerucut dan setelah itu di putar per 25 kali
g. Ukur Penyebaran mortar. Jika penyebaran 70% maka mortar terlalu
kering sehingga perlu ditambah air, jika penyebaran 110% maka mortar
terlalu encer sehingga perlu ditambah adukan kering dengan proporsi
campuran yang sama, dan jika penyebaran antara 70% - 110% maka
mortar sudah bisa digunan/dicetak.
18.6 Laporan
Persyaratan yang telah diijinkan untuk keenceran mortal ini adalah 70 120%
kurang atau lebih dari itu adalah tidak memenuhi persyaratan
41
LAPORAN SEMENTARA
UJI KONSISTENSI MORTAR DENGAN MEJA SEBAR
Benda Uji :
a. Semen
b. Pasir
c. Air
: .. kg
: .. kg
: .. kg
Hasil Pengujian :
Pada putaran selama 25 kali didapat :
Pengukuran 1
: .. %
Pengukuran 2
: .. %
Pengukuran 3
: .. %
Pengukuran 4
: .. %
Jumlah
: .. %
Kesimpulan :
Dari hasil pengujian didapatkan jumlah : % dengan demikian
mortar tersebut memenuhi / tidak memenuhi persyaratan (*).
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
42
BAB XIX
PENGUJIAN WAKTU PENGIKATAN AWAL SEMEN
19.1 Pendahuluan
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan untuk melakukan
pengujian waktu ikat awal semen portland untuk pekerjaan sipil.
19.2 Tujuan
Tujuan dari pengujian ini untuk mendapatkan nilai waktu ikat awal yang
digunakan untuk menentukan mutu semen portland
1. Alat dan bahan
a) Semen
b) Air bersih
c) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
d) Alat vicat
e) Jarum vicat dengan 1mm
f) Cincin dari ebonit
g) Mixer (pengaduk)
h) Gelas ukur
i) Stopwatch
j) Mangkok/cawan
k) Sendok semen
l) Sarung tangan dari karet
2. Langkah Kerja
Pengujian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
I.
Pencampuran
a) Timbang semen sebanyak 400gr.
b) Ukur air sebanyak 24-28% dari benda uji.
a. Letakan pengaduk dan mangkok kering dalam posisi
mengaduk pada mesin pengaduk.
c) Masukan air kedalam mangkok pengaduk.
d) Masukan semen kedalam air.
e) Catat waktu semen masuk kedalam air tersebut.
f) Tunggu selama 30 detik agar air merasuk kedalam semen.
a. Jalan kan mesin pada kecepatan rendah (1405)
putaran/menit selama 30 detik.
b. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, dan selama itu
kumpulkan pasta semen yang menempel pada dinding
mangkok.
c. Jalankan mesin pengadung dalam kecepatan sedang
(28510) putaran/menit dan campurlah selama 1 menit.
43
II.
Pencetakan
a) Bentuklah pasta semen tadi menjadi bola dengan kedua
tangan (yang memakai sarungtangan karet), lemparkan 6
kali dari tangan satu ketangan yang lain dengan jarak
sekitar 15cm.
b) Pegang cincin ebonite dengan tangan kiri, dengan posisi
lobang yang kecil menempel tangan kiri.
c) Tekan bola pasta tadi dengan satu telapak tangan (kanan)
kedalam lobang cincin ebonite yang besar, sampai pasta
semen terasa menempel pada tangan kiri.
d) Ambil kelebihan pasta pada lobang cincin yang besar
dengan sekali gerakan tangan kanan.
e) Letakan cincin dengan lobang yangbesar terletak pada
permukaan kaca/plastic.
f) Potong kelebihan pasta pada lobang yang kecil dengan
sekali gerakan tepi pisau aduk pada permukaan cincin.
g) Selama pekerjaan pemotongan dan penghalusan, hindarkan
tekanan pada pasta semen.
III.
IV.
44
45
LAPORAN SEMENTARA
PENGUJIAN WAKTU PENGIKATAN AWAL SEMEN
Benda uji
Data Alat
Diameter Atas
Diameter Bawah
Corong (cm)
Corong (cm)
..................................
..................................
..................................
..................................
..................................
..................................
..................................
..................................
..................................
24%
(menit)
25%
26%
27%
28%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
46
BAB XX
PEMBUATAN ADUKAN BETON
20.1 Pendahuluan
Pada percobaan ini diuraikan cara cara mencampur bahan bahan dasar
pembuatan campuran beton.
20.2 Tujuan
Untuk mengetahui langkah langkah yang benar dalam pengadukan beton
20.3 Benda Uji
Beton yang dibuat dari semen. kerikil, pasir, dan air
20.4 Alat
a. Cangkul
b. Bejana
c. Sekop
d. Ember
e. Timbangan
f. Tongkat penusuk adukan
g. Mesin molen
20.5 Pelaksanaan
Pelaksanaan pengadukan adukan beton pada praktikum ini adalah mengikuti
langkah langkah seperti di bawah ini :
a. Pengukuran
Semen portland dan batuan (pasir dan kering kerikil) diukur secara teiliti
dengan berat atau melalui proses penimbangan, adapun air yang digunakan
dapat diukur dengan menggunakan berat atau dengan volumenya (gelas
ukur)
b. Pencatatan
Suatu formulir data yang jelas yang memuat bahan yang akan dicampur
harus ditetapkan terlebih dahulu. Penimbangan batuan dapat dimulai dari
pasir yang halus (apabila diameter pasir dan kerikil dipisahkan menjadi
beberapa kelompok) kemudian ditambah dengan batuan yang berdiameter
lebih besar (penimbangan dlakukan secara kumulatif). Dengan demikian
secara keseluruhan berat pasir dan kerikil tidak berbeda banyak dengan
berat rencana, bila dibandingkan dengan cara pasir dan kerikil ditimbang
sendiri sendiri.
c. Cara Penimbangan
1. Sebelum ditimbang batuan (pasir dan kerikil) harus dalam keadaan
jenuh kering muka. Timbang batuan (pasir dan kerikil) dengan
timbangan yang mempunyai ketelitian sampai 0.1 kg. Batuan diisikan
ke dalam sebuah bejana atau temapat lain yang volumenya cukup
untuk setengah atau semua batuan (pasir dan kerikil). Bejana itu
kemudian ditimbang.
47
48
LAPORAN SEMENTARA
CARA PEMBUATAN ADUKAN BETON
Hasil Pengujian :
Bahan
Merk/asal
Berat satuan
Berat ( gr )
Air
..
..
...
Semen
..
..
...
Pasir
..
..
...
Kerikil
..
..
...
Jumlah
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
49
BAB XXI
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR
21.1 Pendahuluan
Kelecakan (consistency) beton segar biasanya diperiksa dengan uji slam
(slump). Dengan pemeriksaan slam diperoleh nilai slam yang dipakai
sebagai tolok ukur kelecakan beton segar, yang berhubungan dengan tingkat
kemudahan pengerjaan beton.
21.2 Tujuan
Untuk mengetahui langkah dan besarnya nilai uji slam
21.3 Benda Uji
Benda uji berupa beton segar yang harus dapat mewakili beton segar yang
akan diperiksa. Khusus untuk beton dengan diameter kerikil maksimum > 38
mm maka butiran yang > 38 mm harus dikeluarkan terlebih dahulu dengan
ayakan basah.
21.4 Alat
a. Cetakan
Berupa kerucut terpancung dengan diameter dasar 20 cm, diameter atas 10
cm, dan tinggi 30 cm.
b. Cetok
c. Mistar pengukur (Penggaris dari baja)
d. Alat pemadat
e. Tatakan untuk dasar cetakan
21.5 Pelaksanaan
a. Basahi corong cetakan dengan dan kemudian taruhlah di tempat yang rata,
basah, tidak menyerap air, dan ruangan cukup bagi pemegang corong
untuk secara kuat dan berdiri pada kedua kaki selama pengisian corong
dilakukan.
b. Corong cetakan diisi 3 lapis, masing masing sekitar 1/3 volume corong.
Dengan demikian tebal beton segar pada setiap kali pengisian sekitar 6 cm,
15 cm, 30 cm. Setiap kali beton segar diisikan ke dalam cetakan, cetok
atau sendok digerakkan mengelilingi bagian ujung atas dalam corong
agar diperoleh penyebaran beton segar di dalam corong yang merata.
Setiap lapis beton segar ditusuk dengan alat penusuk sebanyak 25 kali.
Penusukan diusahakan secara merata selebar permukaan lapisan dan tidak
boleh masuk sampai lapis beton sebelumnya.
c. Setelah lapis beton segar yang terakhir selesai ditusuk, kemudian beton
segar dimasukkan lagi ke bagian atas, dan diratakan sehingga rata dengan
sisi cetakan. Kemudian alas di sekitar corong dibersihkan dari beton segar
yang tercecer.
d. Setelah ditunggu sekitar 30 detik, kemudian cetakan corong ditarik ke atas
dengan pelan pelan dan hati hati sehingga benar benar tegak ke atas.
50
51
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR
Hasil Pengujian :
Bahan
Merk/asal
Berat satuan
Berat ( gr )
Air
..
..
...
Semen
..
..
...
Pasir
..
..
...
Kerikil
..
..
...
Jumlah
Faktor air semen
Nilai slam
Tanggal
Kelompok
:
:
1. cm
2. cm
3. ... cm
jadi rata rata nilai slam adalah . Cm
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
52
BAB XXII
PEMBUATAN SILINDER BETON
22.1 Pendahuluan
Silinder beton yang dibuat adalah replikasi dari beton yang digunakan untuk
bahan bangunan. Silider beton ini dibuat dari adukan beton yang akan
diguanakan, yang merupakan sampel yang akan diujikan di laboratorium.
Jumlah silinder beton yang dibuat harus bisa merepresentasikan dari adukan
beton yang dibuat sebagai bahan bangunan.
22.2 Tujuan
Untuk mengetahui langkah langkah pembuatan silinder beton
22.3 Benda Uji
Silinder beton yang dibuat ukuran : diameter 150 mm dan tinggi 300 mm
22.4 Alat
a. Cetakan silinder berukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, terbuat
dari besi atau baja.
b. Mesin alat getar
c. Alat penumbuk / penusuk.
d. Cetok
e. Plat perata
22.5 Pelaksanaan
a. Pemadatan dengan tangan
1. Pengisian adukan beton dilakukan dalam 3 lapis yang tiap lapis kira
kira bervolume sama
2. Pengisian dengan cetok dilakukan ke bagian tepi silinder agar
diperoleh beton yang simetri menurut sumbunya (keruntuhan timbunan
beton dari tepi ke tengah)
3. Tiap lapis ditusuk tusuk dengan batang baja penusuk sebanyak 25
kali. Penusukan dilakukan merata ke semua permukaan lapisan dengan
kedalaman sampai sedikit masuk ke lapisan sebelumnya. Khusus untuk
lapisan pertama, penusukan jangan sampai mengenai dasar cetakan.
4. Setelah lapis ketiga selesai ditusuk, penuhi bagian atas cetakan dengan
adukan beton kemudian ratakan dengan tongkat perata hingga
permukaan atas adukan rata dengan bagian atas cetakan.
5. Pindahkan cetakan ke ruangan yang lembab
b. Pemadatan denga alat getar
1. Untuk pencetakan silinder yang pemadatannya dilakukan dengan alat
getar, pengisian adukan beton dilakukan dalam 2 lapis, sedangkan
masing masing lapis kira kira bervolume sama.
2. Tiap lapis dipadatkan dengan cara memasukkan alat getar ke dalam
lapisan beton segar. Pada laipsan pertama, penusukan alat getar harus
dijaga jangan sampai mengenai dasar cetakan, adapun pada lapisan
53
54
LAPORAN SEMENTARA
PEMBUATAN SILINDER BETON
Adukan Beton :
Bahan
Merk/asal
Berat satuan
Berat ( gr )
Air
..
..
...
Semen
..
..
...
Pasir
..
..
...
Kerikil
..
..
...
:
: cm
Hasil Pengujian :
Uraian
Sld. 1
Sld. 2
Sld. 3
Sld. 4
Sld. 5
..
..
..
..
..
Kedalaman cetakan, mm
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
Kesimpulan :
Dari ke 5 silinder diperoleh berat per meter kubik rata rata = ...kg.
Ke 5 silinder setelah 12 18 jam dibuka dari cetakan, lalu diberi tanda,
kemudian direndam agar lembab sampai saatnya akan diuji tekan .
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
Asisten,
:
:
Mahasiswa,
55
BAB XXIII
PENGUJIAN BLEEDING
23.1 Pendahuluan
Keenceran suatu campuran (adukan) beton sangat mempengaruhi mudah dan
sulitnya pengerjaan di lapangan. Apabilacampuran tersebut terlalu encer,
pengerjaanya semakin mudah namun kekuatan beton yang dihasilkan semakin
rendah, begitu pula sebaliknya.
23.2 Tujuan
Tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui tingkat keenceran suatu campuran
beton.
23.3 Benda Uji
Benda uji berupa campuran beton segar yang dipakai dalam pembuatan
silinder beton dan pengujian slump.
23.4 Alat
1. Pipet tetes
2. Tabung Ukur 10 ml
23.5 Pelaksanaan
1. Siapkan alat berupa tabung ukur 10 ml dan pipet tetes
2. Ambil air yang berada di atas campuran beton tersebut semaksimal
mungkin.
3. Amati berapa ml air yang ada, semakin banyak air maka semakin encer
campuran itu
23.6 Laporan
Nilai bleeding yang didapat dalam pencampuran beton.
56
LAPORAN SEMENTARA
PENGUJIAN BLEEDING PADA CAMPURAN BETON
Hasil Pengujian :
Bahan
Merk/asal
Berat satuan
Berat ( gr )
Air
..
..
...
Semen
..
..
...
Pasir
..
..
...
Kerikil
..
..
...
Jumlah
Faktor air semen
Nilai slam
Nilai Bleeding
Kesimpulan
Tanggal
Kelompok
:
:
:
:
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
57
BAB XXIV
PENGUJIAN KUAT TEKAN SILINDER BETON
24.1 Pendahuluan
Mutu beton umumnya dietentukan berdasarkan kuat tekannya. Cara menguji
kuat tekan beton dilakukan terhadap benda uji ( yang umumnya berupa
silinder beton dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus
dengan sisi 150 mm ) setelah umur 28 hari. Berikut ini diuraikan cara
melakukan pengujian kuat tekan benda uji tersebut.
24.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui langkah pengujian kuat tekan beton
b. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan beton uji
24.3 Benda uji
Sebagai benda uji ialah silinder beton diameter 150 mm, tinggi 300 mm, atau
kubus beton bersisi 150 mm
24.4 Alat
a. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.
b. Timbangan
c. Alat perata lapis atas silinder ( capping ). Bila dipakai benda uji kubus
tidak diperlukan perataan permukaan ini.
24.5 Pelaksanaan
b. Carilah data tentang benda uji beton yang akan diuji, antara lain :
1. faktor semen
2. nilai slam
3. cara perawatan dan penyimpanan benda uji
4. kapan dibuat atau berapa umur benda uji. ( berdasarkan data
tersebut, perkirakanlah kuat tekannya )
c. Bila benda uji berupa silinder, ukurlah diameter rata-rata silinder ditengah
tengah tingginya, dan ukur pula tinggi rata ratanya dengan ketelitian
sampai 0.1 mm (dengan kaliper).
d. Timbanglah dengan ketelitian sampai 0.005 kg
e. Ratakan permukaan beton dengan memberi lapisan perta pada permukaan
dengan bahan yang tersedia, ratakan bahan perata itu dengan kaca atau
plat. Tunggu sampai lapisan perata ini keras dan cukup kuat.
f. Uji sampel dengan kecepatan pembebanan 2kg/cm2 s/d 4 Kg/cm2 (SNI
03-1974-1990) hingga benda uji hancur.
g. Catat beban maksimum yang dihasilkan dan gambarkan sketsa keruntuhan
benda uji.
24.6 Laporan
a. Buatlah sketsa pecahnya silinder beton
b. Hitunglah besarnya kuat tekan tekan beton silnder uji
58
LAPORAN SEMENTARA
UJI KUAT TEKAN SILINDER BETON
Benda Uji :
Bahan adukan : (kutiplah dari laporan praktikum pengadukan beton)
Bahan
Merk/asal
Berat satuan
Berat ( gr )
Air
..
..
...
Semen
..
..
...
Pasir
..
..
...
Kerikil
..
..
...
:
: cm
Bahan :
Silinder beton dengan spesifikasi :
Berat
Tinggi
Diameter 1
Diameter 2
Diameter rata rata
: . kg
: . mm
: . mm
: . mm
: . mm
Hasil Pengujian :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Luas tamapang
Berat jenis
Beban maksimum
Kuat tekan
Lama pembebanan
Kecepatan pembebanan
Tanggal
Kelompok
:
:
: . cm2
: . kg/cm3
: . kg
: . kg/cm2
: . detik
: . kg/cm2 detik
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
59
BAB XXV
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN
25.1 Pendahuluan
Kegiatan ini dilakukan untuk dapat menghitung ukuran diameter tulangan
yang kita tentukan.
25.2 Tujuan
Mengetahui cara menentukan diameter tulangan, karena sering ditemui ukuran
di pasaran yang ukurannya tidak homogen.
25.3 Benda Uji
Potongan baja tulangan polos dan baja tulangan deform.
25.4 Alat
a. Timbangan.
b. Kaliper.
c. Gergaji potong baja.
d. Meteran.
25.5 Pelaksanaan
a. Baja tulangan dipotong 1 m.
b. Timbanglah potongan baja tulangan tersebut.
25.6 Laporan
a. Tuliskan jenis baja tulangan.
b. Buatlah sketsa baja tulangan.
c. Tulislah berat baja tulangan.
d. Hitunglah diameter tulangan.
60
LAPORAN SEMENTARA
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN
Benda Uji :
a. Jenis baja tulangan
b. Cacat ( bila ada )
: .
: .
Hasil Pengujian :
a. Berat benda uji
b. Panjang benda uji
: kg ( B ).
: m ( l ).
Kesimpulan :
B
)
l
b. Diameter pengenal tulangan ( Dn = 12,74 x m )
: .. kg/m.
: .. mm.
Catatan :
(*) Coret yang tidak perlu
Hitungan dilampirkan
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
61
BAB XXVI
PENGUJIAN KUAT UJI TARIK BAJA
26.1 Pendahuluan
Semua bahan padat akan berubah bentuk apabila diberi beban. Perubahan
bentuk tergantung pada besar beban, unsur kimia maupun kondisi bahan,
bentuk benda uji, suhu, kecepatan pembebanan dan sebagainya. Suatu kurva
yang menghubungkan antara beban dan perubahan bentuk pada benda uji
(deformasi) merupakan bagian utama daari studi tentang sifat mekanika dari
bahan benda uji itu. Akan tetapi, biasanya pengujian itu agak berbeda bila
bentuk geometrinya berbeda, walaupun bahannya sama. Oleh karena itu
bentuk benda uji dibuatkan suatu standard yang sedemikian rupa sehingga
kurva tegangan tegangan diperoleh juga merupakan standard pula.
26.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui lagkah kerja pengujian uji tarik baja
b. Untuk mengetahui besarnya tegangan leleh dan kuat tarik baja
26.3 Benda Uji
Batang logam yang berpenampang bulat atau persegi emapat dengan ukuran
sesuai standard banda uji menurut Standarisasi Industri Indonesia (SII) atau
PUBI 1982
26.4 Alat
a. Mesin uji tarik
b. Alat gambar X Y (X Y Plotter)
c. Kaliper
26.5 Pelaksanaan
a. Ukur dimensi benda uji, maupun jarak dua titik ukur awal
b. Pasang penolok ukur regangan pada benda uji
c. Tarik specimen tarik baja dengan penambahan Tegangan tidak melebihi 10
Mpa/detik; Pembacaan Gaya dapat dilakukan dengan ketelitian 10dari
gaya tarik maksimal.
d. selesai pengujian (benda uji telah putus) catatlah jarak titik ukur, diameter
pada tempat putus dari keadaan putusnya benda uji.
26.6 Laporan
Hitunglah tegangan leleh, kuat tarik, persen pengurangan luas penampang,
persen penambahan panjang akhir, dan sebagainya yang dianggap perlu.
62
LAPORAN SEMENTARA
PENGUJIAN KUAT TARIK BAJA
Benda Uji :
a. Bahan benda uji
b. Diameter pengenal
c. Diameter terukur
:
: .
:
Pengukuran 1
..... mm
Pengukuran 2
.... mm
Pengukuran 3
.... mm
Jumlah
.... mm
Rata rata
.... mm
Hasil Pengujian :
a.
b.
c.
d.
e.
Beban leleh
Beban maksimum
Jarak dua titik ukur akhir (sesudah diuji)
Diameter di tempat putus
Sketsa bentuk benda uji di tempat putus
Kesimpulan :
a.
b.
c.
d.
e.
Tanggal
Kelompok
:
:
Waktu
Asisten jaga
:
:
Asisten,
Mahasiswa,
63