You are on page 1of 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Metalurgi
Metalurgi merupakan proses pengolahan bahan-bahan alam menjadi
logam unsur yang selanjutnya menjadi logam dengan sifat-sifat yang
diinginkan. Bahan organik alam yang ditemukan di kerak bumi disebut mineral,
contohnya bauksit dan aluminosilikat, sedang mineral yang dapat dijadikan
sumber untuk memproduksi bahan secara komersial disebut bijih. Bijih logam
yang paling umum adalah berupa oksida, sulfida, karbonat, silikat, halida, dan
sulfat. Silikat sebenarnya paling melimpah, tetapi relative tidak berharga karena
pengolahannya sulit.
Metalurgi melalui tiga tahapan yaitu :
a. Pemekatan bijih
Di dalam bijih mengandung batuan tak berharga yang disebut batureja
(gangue). Pemekatan bijih bertujuan untuk menyingkirkan sebanyak
mungkin batureja. Biji dihancurkan dan digiling sehingga butiran terlepas
dari batureja. Pemisahan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara fisis
seperti pengapungan (flotasi) atau penarikan dengan magnet.
Pada proses pengapungan, bijih yang telah dihancurkan diberi minyak
tertentu. Mineral akan melekat pada buih sehingga terlepas dari batureja
atau batureja akan melekat pada buih.
b. Peleburan

Peleburan (smelting) adalah proses reduksi bijih sehingga menjadi


logam unsur yang dapat digunakan berbagai macam zat seperti karbid,
hydrogen, logam aktif atau dengan cara elektrolisis. Pemilihan zat pereduksi
ini tergantung dari kereaktifan masing-masing zat. Makin aktif logam makin
sukar direduksi, sehingga diperlukan pereduksi yang lebih kuat.
Logam yang kurang aktif seperti tembaga dan emas dapat direduksi
hanya dengan pemanasan. Logam dengan kereaktifan sedang, seperti besi,
nikel, dan timah dapat direduksi dengan karbon. Sedang logam aktif seperti
magnesium dan aluminium dapat direduksi dengan elektrolisis. Seringkali
proses peleburan ditambah dengan fluks, yaitu suatu bahan yang mengikat
pengotor dan membentuk zat yang mudah mencair, yang disebut terak.
c. Pemurnian
Pemurnian (refining) adalah penyesuaian komposisi kotoran dalam
logam kasar.

BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Profil Bijih Timbal
Mineral utama penghasil timbale : Galena (PbS)
Batuan induk
: Gamping dan Dolomit
Mineral pengikut
: Pirite (FeS2), Sfalerit (ZnS), Kalkopirit (CuFeS 2),
Arsenopirit (FeAsS), Pirotit (FeS), Bornit (CuSFeS 4),

Enargit (Cu3AsS4), Tetrahidrit ((Cu,Fe,Ag)12Sb4S13),


Genesa

dan Tenatit ((Cu,Fe,Ag)12As4S13)


: Endapan hidrotermal tak teratur dalam batuan
karbonat dan beberapa terdapat dalam batuan kuarsit

atau malihan
Keterdapatan di Indonesia : Sangkaropi, Sulawesi selatan
Keberadaan endapan timbal banyak terindikasi diberbagai lokasi yang
tersebar di wilayah Indonesia. Akan tetapi, hingga saat ini endapan yang cukup
besar cadangannya belum ditemukan. Untuk ekspor bijih timbal yang tercatat
pada tahun 1980-an pada umumnya berasal dari penambangan skala kecil yang
dikerjakan secara selektif dan manual. Penambangan bersifat liar atau tanpa izin
(PETI) sehingga produksinya tidak menentu.

III.2 Sistem Penambangan


Metode penambangan endapan bijih timbal dapat dilakukan dengan
tambang terbuka, tambang dalam, atau gabungan keduanya. Hamper 80 % bijih
timbal di dunia berasal dari tambang bawah tanah.

III.3 Penambangan
Endapan Timbal

Bijih dipecah dengan


Percussion drill

Pengangkutan dari muka kerja ke kantong-kantong


bijih dengan alat muat jenis front end yang bekerja
secara muat-angkut-timbun

Pengangkutan kea lat peremuk tahap pertama dalam tambang


dilakukan dengan lori sub-level atau conveyor

III.4 Pengolahan
Bijih timbal

peremukan dalam keadaan kering (dengan jaw

crusher, gyratory crusher atau cone crusher)

digiling secara basah dalam

alat pelumat (rood mill atau ball mill) sampai ukuran << 0,25 mm
pengkonsentrasian mineral timbal dengan flotasi / gravity concentration dengan
kepekatan suspense antara 5 sampai 40 % berat padatan (pereaksi yang
digunakan xantat sebagai kolektor ; soda abu, asam belerang, natrium
hidroksida sebagai pengatur PH ; seng sulfat, belerang dioksida, kalsium sianida
sebagai depresan dan pembuih methyl isobutyl carbinol).

III.5 Peleburan Timbal


Prinsip utama :
1. Menggunakan proses peleburan dengan tanur tiup.

2. Menggunakan proses peleburan satu atap yang disebut proses direct


smelting.
3. Menggunakan proses peleburan langsung boliden menggunakan tanur listrik
dan converter sebagai pengganti tanur tiup.
4. Menggunakan proses queneau schumman-lurgi (QSL) yang merupakan
penggabungan peleburan autogen dengan reduksi langsung dalam tanur.
Proses :
Pada pembahasan kali ini proses ekstraksi metalurgi timbal yang
dilakukan melalui proses peleburan dalam tanur tiup secara pirometalurgi,
dimana konsentrat yang diproses dalam tanur tiup umumnya berkadar timbal di
atas 60 %.
Proses peleburan meliputi tiga tahap yaitu :
1. Penyiapan umpan (charge)
Penyiapan umpan merupakan tahap yang sangat penting karena bijih
timbal dan konsentrat yang akan dilebur mengandung Zn, Cu, Ag, Sb atau
Bi yang sangat beragam. Bila pertimbangan antara timbal dengan unsur lain
dalam umpan tidak diatur dengan baik, logam timbal yang dihasilkan
mungkin tidak bisa diterima di pasar atau perlu biaya proses pemurnian
yang tinggi. Umpan peleburan berupa pellet dibuat dengan mencampur
bahan-bahan dalam perbandingan tertentu antara lain konsentrat timbal,
bahan imbuh (flux) seperti batu gamping, silica, bijih besi atau besi tua
(scrap) dan flue dust. Pelet kemudian dipanggang di bawah suhu leleh
mineral (roasting) untuk menghilangkan belerang atau dipanaskan pada

suhu tinggi (sintering) sehingga membentuk gumpalan yang keras dan


berpori-pori yang disebut sinter.
2. Penyinteran (sintering)
Proses penyinteran dalam tanur dilakukan dengan menggunakan
udara isap alir bawah (down draft) atau alir atas (up draft). Teknik alir atas
mampu menghasilkan konsentrasi gas SO2 yang tinggi yang dapat diubah
menjadi asam belerang dalam pabrik asam.
Sinter bersama dengan kokas diumpankan ke dalam bagian atas tanur
tiup. Udara bertekanan rendah yang ditiupkan melalui tuyere dekat ke dasar
tanur membakar kokas. Kokas yang terbakar selain menghasilkan panas
yang melebur umpan juga menghasilkan gas pereduksi yang bereaksi
dengan timbal oksida membentuk timbal bullion (Pb yang terkotori dengan
metal lain, missal Au, Zn dsb). Sementara umpan membentuk terak yang
lebih ringan mengapung di atas timbal bullion. Terak yang mengandung
seng, besi, silica, kapur dan lainnya dikeluarkan dari tanur melalui lubang
pengeluaran di atas lubang bullion. Timbal bullion mengandung perak,
emas, tembaga, bismuth, arsen, timah dan logam minor lainnya. Debu flue
mengandung berbagai unsur lain ; kadmium, indium, timbal dan seng dalam
jumlah cukup banyak.
3. Pereduksian dalam tanur tiup
Pendinginan timbal bullion dalam ketel sanga (drossing kettle)
menghasilkan sanga yang mengandung hampir seluruh tembaga dan
sebagian besar timbal. Sanga kemudian ditapis dan direkasikan dengan soda
abu dalam tangki pantul menghasilkan mat dan speiss yang kaya akan

tembaga

dan

miskin

timbal.

Sisa

tembaga

dihilangkan

dengan

menambahkan belerang. Bullion timbal yang sudah dihilangkan tembaganya


dikirim ke pabrik pemurnian.
Terak yang mengandung seng dan timbal diolah dengan cara
diuapkan. Debu dari proses pengolahan dikirim ke pabrik seng dan terak
yang sudah tidak mengandung unsur berharga dibuang. Debu dari pabrik
sinter dan tanur dikumpulkan sebagian campuran umpan tanur, sedangkan
gasnya dibuang melalui cerobong.

III.6 Proses Pemurnian Timbal


Ekstraksi timbal dari konsentrat menghasilkan bullion timbal (Pb yang
terkotori dengan metal lain) yang masih mengandung arsen, antimony, timah,
bismuth, perak dan emas. Pemurnian bullion timbal dapat dilakukan dengan
proses pirometalurgi atau proses elektrolisis. Kebanyakan logam timbal yang
murni diperoleh dengan proses pirometalurgi, sedangkan bullion timbal yang
kandungan bismuthnya relativ tinggi dimurnikan dengan proses elektrolisis.
Proses pemurnian secara pirometalurgi pada garis besarnya meliputi
tahap :
1. Pelunakan
Dalam

tahap

awal

proses

piro,

logam

dilunakkan

dengan

menghilangkan arsen, antimony dan timah dengan cara dioksida dengan


udara dalam tungku pantul kecil. Terak yang kaya dengan antimony dan
timbal direduksi dengan kokas menghasilkan paduan timbal antimonial.

Unsure pengotor ini dapat pula dihilangkan dengan proses Harris. Dalam
proses Harris ini bullion timbal cair disemprotkan dengan lelehan soda api
dan lelehan natrium nitrat. Natrium nitrat mengoksidasi arsen, antimony dan
timah menjadi terak garam oksinatrium, kemudian diambil.
2. Peng-awaperakan dengan proses Parkes
Pemisahan emas dan perak menggunakan proses Parkes yang
memanfaatkan afinitas selektif emas dan perak terhadap seng. Serbuk seng
yang ditambahkan ke dalam bullion timbal membentuk senyawa emasperak-seng berupa kerak padat yang mengapung pada saat suhu turun.
Kerak dicedok kemudian diambil seng, emas dan peraknya melalui proses
pemanasan, penguapan, pendinginan, oksidasi dan elektrolisis. Pengulangan
proses awaperak dua atau tiga kali akan menghasilkan timbal yang relative
bebas dari emas dan perak kemudian timbal diproses lebih lanjut.
Sisa seng dalam bullion timbal dari proses Parkes dihilangkan dengan
destilasi dalam ruang hampa pada 600oC. seng yang diembunkan menjadi
padatan yang kemudian dikembalikan lagi ke dalam proses. Proses awaseng
dapat pula dilakukan dengan melewatkan gas kalor melalui bullion yang
menghasilkan seng klorida.
Bila kandungan bismuth dalam bullion timbal kecil, bismuth
dihilangkan dengan proses Betterton-Kroll dengan cara menambahkan
kalsium dan magnesium yang akan membentuk senyawa dengan bismuth
sebagai sanga yang mudah dicedok. Proses elektrolisis digunakan apabila
kadar bismuth cukup tinggi. Bullion dicetak menjadi anoda dan dimurnikan
secara elektrolisis dengan prosedur Betts. Sebagai katoda digunakan timbal

murni dan elektrolit dari larutan timbal fluosilikat yang mengandung timbal
dan asam hidrofluosilikat bebas dalam jumlah bervariasi. Logam-logam
berharga dan pengotor lainnya yang terkandung dalam timbal menempel
pada anoda dalam bentuk lumpur. Timbal kemurnian tinggi diendapkan pada
katoda yang pada selang waktu tertentu diambil, dicuci, dilelehkan dan
akhirnya dicetak untuk dipasarkan.
3. Pengawasan dan perlakuan dengan soda api
Dalam proses pemurnian tahap akhir ditambahkan soda api untuk
menghilangkan sejumlah kecil pengotor yang masih ada seperti arsen,
antimony, dan kelebihan kalsium atau magnesium dari proses awabismuth.
Timbal seng telah dimurnikan dicetak sebagai batang berat 100 pounds atau
bentuk balok berat satu ton dengan kemurnian 99,95 % - 99,99 % Pb.

BAB I
PENDAHULUAN

I.1

Latar belakang
Metalurgi didefinisikan sebagai Ilmu dan teknologi pemerolehan sampai
pengolahan logam yang mencakup tahapan dari pengolahan bijih mineral,
pemerolehan ( ekstraksi ) logam, sampai ke pengolahannya untuk menyesuaikan
sifat-sifat dan perilakunya sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam pemakaian
untuk pembuatan produk rekayasa tertentu.
Berdasarkan tahap rangkaian kegiatannya, metalurgi dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu metalurgi ekstraksi dan metalurgi fisika. Metalurgi ekstraksi
yang banyak melibatkan proses-proses kimia baik temperatur rendah dengan
cara pelindian maupun pada temperatur tinggi dengan proses peleburan untuk
menghasilkan logam dengan kemurnian tertentu, dinamakan juga metalurgi
kimia. Meskipun sesungguhnya metalurgi kimia itu sendiri mempunyai
pengertian lebih luas, antara lain mencakup juga pemanduan logam dengan
logam lain atau logam dengan bahan bukan logam, beberapa aspek proses
perusakan logam (korosi) dan cara-cara penanggulangannya, pelapisan logam
secara elektrolit, dll. Adapun proses-proses dari ekstraksi metalurgi / ekstraksi
logam itu sendiri, antara lain adalah pyrometalurgy ( proses ekstraksi yang
dilakukan pada temperature tinggi ), hydrometallurgy ( proses ekstraksi pada
temperature yang relative rendah dengan cara pelindian oleh media cairan ), dan
electrometallurgy ( proses ekstraksi yang melibatkan penerapan prinsip
elektrokimia, baik pada temperatur rendah maupun temperature tinggi ).

Pada proses ekstraksi logam tersebut terdiri dari beberapa tahap, mulai
dari tahap persiapan ( tahap pra-olahan ) sampai tahap pemurniannya.
Tahap pra-olahan sendiri terdiri dari beberapa proses antara lain : proses
drying ( pengeringan ), kalsinasi , roasting ( pemanggangan ), dan algomerasi.
Diantara proses pra-olahan tersebut, yang akan dibahas adalah drying
(pengeringan) dan roasting (pemanggangan). Drying adalah suatu proses yang
bertujuan untuk menghilangkan / mengurangi kandungan air bebas. Sedangkan
roasting

adalah suatu proses pemanasan suatu material / konsentrat tanpa

disertai peleburan, yang bertujuan untuk mengubah senyawa-senyawa yang


terkandung menjadi senyawa-senyawa lain yang sesuai untuk proses
selanjutnya.

I.2

Maksud dan tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui
dan memahami proses-proses ekstraksi mineral / konsentrat, proses reduksi dan
pemurnian timbal.

I.3

Pembatasan masalah
Dalam makalah ini masalah yang akan dibahas terbatas pada materi atau
teori mengenai proses reduksi dan pemurnian timbal.

I.4

Metode penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode literatur,


dimana bahan-bahan penulisan berasal dari buku-buku pedoman, materi kuliah,
maupun sumber lain yang masih berkaitan dengan permasalahan yang akan
dibahas.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penulisan makalah di atas, maka dapat ditemukan
beberapa kesimpulan diantaranya yaitu :
1. Proses ekstraksi metalurgi timbal yang dilakukan melalui proses peleburan
dalam tanur tiup secara pirometalurgi, dimana konsentrat yang diproses
dalam tanur tiup umumnya berkadar timbal di atas 60 %.
2. Ekstraksi timbal dari konsentrat menghasilkan bullion timbal (Pb yang
terkotori dengan metal lain) yang masih mengandung arsen, antimony,
timah, bismuth, perak dan emas.

3. Untuk proses pemurnian terakhir digunakan proses peng-awakan pengotorpengotor yang melekat pada timbale sehingga dihasilkan sebagai batang
berat 100 pounds atau bentuk balok berat satu ton dengan kemurnian 99,95
% - 99,99 % Pb.

IV.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Hendaknya

meningkatkan

proses

eksplorasi

timbal

agar

dapat

memanfaatkan sumber daya yang ada dengan lebih baik.


2. Bagi pihak pemerintah dapat memperhatikan tambang timbal yang ada di
Indonesia sehingga tingkat ekspor dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. (2000). Pengantar Teknologi Mineral . Bandung : Pusat


Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara.
2.

Simon dan Schusters. (1988). Rocks and Minerals. New York : Publisher
Simon &Schuster Inc.

3.

Anonim. (2000). Ensiklopedi Pertambangan Edisi 3. Bandung : Pusat


Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya makalah ini.
Dalam kesempatan ini Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. A.Taufik Arief, MS, selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekstraksi
Metalurgi.
2. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik
dari segi isi dan penulisannya. Saran dan kritik yang bersifat membangun Penulis
sangat harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.

Inderalaya, Juli 2009

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.....

ii

BAB
I. PENDAHULUAN
I.1
I.2
I.3
I.4

Latar belakang.. I-1


Maksud dan tujuan... I-2
Pembatasan masalah ....................................................................... I-2
Metode penulisan.............................................................................. I-3

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1

Metalurgi........................................................................................... II-1

III. PEMBAHASAN
III.1
III.2
III.3
III.4
III.5
III.6

Profil Bijih Timbal.......................................................................... III-1


Sistem Penambangan...................................................................... III-2
Penambangan................................................................................. III-2
Pengolahan..................................................................................... III-2
Peleburan Timbal........................................................................... III-3
Proses Pemurnian Timbal............................................................... III-6

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


IV.1
IV.2

Kesimpulan .................................................................................... IV-1


Saran .............................................................................................. IV-1

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

You might also like