You are on page 1of 5

ANALISIS PENGARUH MAC (MEDIUM ACCESS

CONTROL) TERHADAP THROUGHPUT PADA


WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (IEEE
802.11b) OVER FIBER
Meyti Eka Apriyani
Jurusan Teknik Informatika
Politeknik Negeri Batam
Batam, Indonesia
meyti@polibatam.ac.id
Abstract The general WLAN is a office with access point which
place on strategic area in building around. All access point to
connect together with used cable. WLAN configuration with a
medium fiber optic cable called WLAN over fibre. The
consequence different medium usage cause WLAN have different
character with LAN. So that need the special sublayer Medium
Access Control (MAC) protocol has defines IEEE 802.11
Wireless LAN. MAC Wireless LAN, DCF is a fundamental mode
to support delivery services in a Basic Service Set (BSS). The
DCF defines a basic access mechanism for packet transmission is
Carrier Sense Multiple Access with Collision Avoidance
(CSMA/CA) and Request to Send / Clear to Send (RTS/CTS) as
optional mechanism. In this paper, the WLAN over fibre
network is designed by using NS-2 (Network Simulator) to
simulate and analyze the throughput. The mechanism is use are
DCF basic mechanism and RTS/CTS mechanism. As we can see
from the result and analyze, the highest throughput is in WLAN
network with biggest data packet on it, that 6000 byte. The
smallest throughput of WLAN over fibre network is 0,1509 Mbps
for fibre length 800 m and also for the smallest data packet. The
throughput increase when we use the RTS/CTS mechanism for
the biggest data packet. It is higher about 18,5% than the
throughput of basic mechanism

konvensional. Sehingga untuk itu diperlukan protokol Medium


Access Control (MAC) sublayer khusus yang telah
didefinisikan oleh IEEE 802.11 Wireless LAN MAC. Protokol
MAC bertanggung jawab untuk kemampuan suatu host yang
menjamin tidak adanya tabrakan dalam satu waktu suatu
kanal/ saluran saat komunikasi sedang berlangsung. Daya tarik
komersial menggunakan Wireless LAN yaitu untuk layanan
interaktif suara atau trafik real time lainnya kurang mendapat
perhatian. Ini adalah fakta dimana umumnya implementasi
802.11b yang tersedia untuk komersial hanya untuk
mendukung layanan data, yang disebut Distributed
Coordination Function (DCF) dan bukan model 802.11b yang
kedua didesain untuk layanan real time yaitu Point
Coordination Function (PCF).
DCF berdasarkan pada Carrier Sense Multiple Access with
Collision Avoidance (CSMA/CA). Dengan DCF, frame data
dikirimkan menggunakan dua mekanisme yaitu mekanisme
akses dasar dan mekanisme akses Request To Send/Clear To
Send (RTS/CTS).
II. DASAR TEORI

Keyword : Basic, MAC, Over fiber, RTS/CTS, Throughput.

I.

PENDAHULUAN

Konfigurasi umum untuk WLAN adalah sebuah ruangan


kantor dengan Access point (tidak bergerak) yang ditempatkan
strategis di sekitar bangunan. Semua Access point
dihubungkan bersama-sama dengan menggunakan kabel.
Sedangkan untuk konfigurasi WLAN dengan menggunakan
kabel serat optik disebut WLAN over fiber. Jaringan WLAN
over fiber digunakan untuk menghubungkan antar gedung
yang berjarak ratusan meter dengan menggunakan
karakteristik dari kabel serat optik sendiri. Kabel serat optik
mempunyai redaman yang sangat kecil dibandingkan dengan
menggunakan kabel koaksial.
Akibat pemakaian media yang berbeda maka WLAN
memiliki sifat teknis yang berbeda pula dengan jaringan LAN

A.

Radio Over Fiber (Rof)


Teknologi RoF adalah suatu teknologi di mana sinyal
gelombang mikro (elektrik) di distribusikan oleh komponen
optik. Sistem RoF terdiri dari Central Site (CU) dan Remote
Site (RS) yang dihubungkan dengan jaringan fiber optik. Jika
di jaringan GSM, CS sama seperti Mobile Switching Centre
(MSC) dan RS sama seperti Base Station (BS). Teknologi
Radio over Fiber (RoF) memerlukan pemakaian sambungan
serat optik untuk mendistribusikan sinyal RF dari suatu lokasi
pusat (headend) ke Remote Antenna Units (RAU). Di dalam
sistem komunikasi narrowband dan WLAN, pengolahan sinyal
RF berfungsi seperti modulasi pembawa dan multipleks. RoF
membuat fungsi sinyal prosessing yang terpusat ke dalam satu
lokasi yang dibagi bersama, dengan menggunakan serat optik
(0.3 dB/km untuk 1550 nm, dan 0.5 dB/km untuk 1310 nm)

mendistribusikan sinyal RF ke RAU, seperti ditunjukkan di


dalam Gambar 2.1

Gambar 2.1 Konsep Sistem Radio Over Fiber [11]


Teknologi RoF digunakan untuk komunikasi satelit,
komunikasi mobile radio, akses radio broadband dan jaringan
Wireless LAN over fiber.
B.

Arsitektur MAC
Arsitektur MAC dapat diGambarkan dalam Gambar 2.2
yang menyediakan layanan Point Coordination Function
(PCF) dari Distributed Coordination Function (DCF). Metode
akses yang utama dari MAC IEEE 802.11 adalah DCF yang
dikenal sebagai Carrier-Sense Multiple Access with Collision
Avoidance (CSMA/CA). DCF diterapkan di dalam semua
STA, untuk digunakan dalam konfigurasi jaringan IBSS dan
infrastruktur. MAC IEEE 802.11 juga disertakan satu pilihan
metode akses yang disebut PCF.

Gambar 2.2 Basic DCF CSMA/CA[8]


C.

Protokol RTS/CTS dan CSMA/CA


CSMA/CA (Carrier Sense Multiple Access/Collision
Avoidance) merupakan modifikasi CSMA. Collsion
Avoidance digunakan untuk meningkatkan performa dari
CSMA. Jika saluran dirasakan sibuk sebelum transmisi
kemudian transmisi dihentikan untuk interval random. Hal ini
akan mengurangi probabilitas collision/tabrakan pada saluran.
Akan tetapi CSMA/CA digunakan ketika CSMA/CD tidak
dapat diimplementasikan. CSMA/CA digunakan pada 802.11
berdasarkan wireless LAN. Salah satu masalah wireless LAN
adalah tidak dimungkinkan untuk berada dalam mode
mendengar sementara mengirim. Oleh karena itu collision
detection tidak mungkin dilakukan. Alasan lain adalah hidden
terminal problem (masalah node tersembunyi).

III. PERHITUNGAN THROUGHPUT 802.11B


Agar dapat menentukan throughput sistem, perlu untuk
melihat layer MAC sistem IEEE 802.11b. Paket data terdiri
dari overhead (preamble dan header) dan bagian data. DIFS,
SIFS dan frame ACK dipertimbangkan disini karena perlu
untuk memastikan penerimaan paket yang benar. Pada
protokol Stop-And-Wait, jika sebuah paket diterima error
maka receiver tidak mengirim ACK kembali ke pengirim dan
menunggu sampai paket dikirim kembali/retransmisi. Dengan
menggunakan parameter pembangun WLAN 802.11b, WLAN
over fiber menggunakan karakteristik serat optik yang
mempunyai delay lebih besar untuk panjang fiber yang
semakin panjang. Berikut ini tabel parameter pembangun
MAC WLAN over fiber :
Tabel 3.1 Parameter Pembangun MAC WLAN over fiber [12]
Parameter
Nilai
SIFS (Short Interframe Space)
10 s
DIFS
50 s
ACK
14 byte
Overhead (Preamble + Header) 24 byte
MAC_header
34 byte
Control Rate
1 Mbps
PHY_header
128 bit
Data Rate
1, 2, 5.5, 11 Mbps
Slot Time
20 s
RTS
20 byte
CTS
14 byte
Waktu transmisi tT didefinisikan sebagai interval waktu antara
dua pengiriman paket yang berhasil, jadi bukanlah waktu
pengiriman paket yang sebenarnya. Bisa saja terjadi beberapa
kali tabrakan dan jedah waktu kosong sebelum suatu transmisi
berhasil dan ini semua menambah waktu transmisi dari waktu
yang aktual.
tT dapat didefinisikan sebagai penjumlahan dari rata-rata
jumlah idle time, rata-rata waktu tabrakan dan rata-rata waktu
sukses.

Dimana :
Tc : Waktu rata-rata terjadinya tabrakan.
Ts : Waktu rata-rata paket sukses.
Untuk mekanisme basic dengan mekanisme RTS/CTS
hanya berbeda berdasarkan nilai Tc dan Ts. Untuk memahami
nilai Tc dan Ts definisi paket pada kanal terlihat pada gambar
3.2 [8]:

Gambar 3.1 Definisi waktu paket pada kanal


Dimana :

Gambar 3.2 Definisi waktu paket pada kanal WLAN over


fiber
B. Konfigurasi jaringan
Konfigurasi jaringan yang akan digunakan dalam simulasi ini
adalah sebagai berikut:

Probabilitas paket diterima error adalah probabilitas paket


error, dan digantikan oleh p dalam perhitungan selanjutnya
untuk kemudahan/sederhana. Kemudian, waktu rata-rata untuk
transmisi benar yang akan diterima adalah:
Gambar 3.3 Skema Jaringan [13]
Ekspresi ini menunjukkan bahwa untuk sampai pada
percobaan ulang ke-I, paket harus disampaikan dalam keadaan
error sebanyak I kali. Probabilitas penerimaan pada percobaan
ulang ke-I sebenarnya adalah (1 p).

Karena rumus untuk waktu rata-rata untuk transmisi


yang benar telah didapatkan, maka rumus untuk throughput
pun dinyatakan :

Karena rumus umum untuk throughput telah didapat,


maka dapat digunakan data (bit/paket) dan probabilitas paket
error ke dalamnya. Probabilitas paket error sistem
berhubungan dengan jumlah bit dalam paket, semakin besar
ukuran paket maka semakin besar pula probabilitas paket error
sistem.
A. Perhitungan Throughput WLAN over fiber
Sebelum melakukan penghitungan nilai throughput pada
WLAN over fiber hendaknya melihat konfigurasi definisi
waktu paket pada kanal yaitu [16] :

Teknologi penggabungan radio over fiber dengan


sistem wireless dapat digunakan untuk WLAN dan Wimax
yang menyediakan solusi untuk jaringan akses broadband
indoor dan outdoor. RoF menggunakan serat optik sebagai
link dengan menyediakan redaman yang rendah dan
bandwidth tinggi untuk mendistribusikan sinyal Radio
frequency (RF) dari main unit yang disebut Central Site (CS)
ke (Remote Access Unit) RAU di sisi user.
IV. ANALISIS THROUGHPUT 802.11B
A. Analisis perbandingan throughput mekanisme basic pada
WLAN dan WLAN over fiber (Skenario I).
Penggunaan jaringan WLAN over fiber dengan menggunakan
panjang serat optik 200m untuk fiber propagation delay nya
adalah 0,002 ms terlihat bahwa pada data 2000 byte nilai
waktu rata-rata selesainya pengiriman paket adalah 2,680 ms
lebih besar 0,419 ms daripada waktu nilai rata-rata selesainya
pengiriman paket pada jaringan WLAN, begitupun yang
terjadi pada data yang berbeda. Semakin besar data yang
dikirimkan maka semakin besar pula jumlah waktu rata-rata
selesainya paket. Hal yang menyebabkan nilai jumlah waktu
rata-rata selesainya paket pada jaringan WLAN over fiber
lebih besar adalah penambahan fiber propagation delay yang
terjadi karena indeks bias yang digunakan lebih besar daripada
indeks bias di udara.

Dari gambar diatas dapat dianalisis bahwa semakin panjang


serat optik yang digunakan maka semakin kecil pula
throughput yang ada, hal ini disebabkan penambahan fiber
propagation delay yang semakin besar karena penggunaan
serat optik yang semakin panjang.
Pada kasus ketiga pada skenario II ini digunakan untuk
mengetahui perbandingan nilai throughput dengan mekanisme
basic dan mekanisme RTS/CTS adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1 Throughput jaringan mekanisme basic


Berdasarkan gambar 4.1 diatas throughput jaringan
mekanisme basic pada jaringan WLAN lebih besar
dibandingkan dengan jaringan WLAN over fiber. Pada data
2000 byte throughput jaringan WLAN adalah 4,485 Mbps
sedangkan untuk jaringan WLAN over fiber adalah 4,435
Mbps.
Dari hasil penggunaan mekanisme basic dapat dianalisa bahwa
penggunaan media serat optik dapat mempengaruhi penurunan
nilai throughput karena adanya penambahan delay pada media
serat optik. Hal yang menyebabkan penambahan delay pada
media serat optik adalah penggunaan nilai indeks bias yang
ditimbulkan oleh serat optik yang lebih besar dibandingkan
dengan nilai indeks bias udara.
B. Analisis perbandingan throughput mekanisme RTS/CTS
pada WLAN dan WLAN over fiber (Skenario II).
Skenario II bertujuan untuk mengetahui performansi frame
RTS/CTS. Mekanisme RTS/CTS sangat diperlukan dalam
pengaturan jaringan agar tidak terlalu sering tabrakan paket
yang berakibat menurunkan throughput. Pada jaringan WLAN
over fiber panjang kabel serat optik yang digunakan yaitu 200
meter. Kasus kedua dengan penggunaan panjang serat optik
yang berbeda yaitu 600 meter dan 800 meter nilai throughput
nya tergambar dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.3 Throughput jaringan mekanisme basic dan


mekanisme RTS/CTS
Dari gambar 4.3 terlihat untuk warna merah menunjukkan
nilai throughput dengan menggunakan mekanisme RTS/CTS
dan warna biru menunjukkan mekanisme basic. Nilai
throughput mekanisme RTS/CTS lebih besar dibandingkan
dengan mekanisme basic, sebagai contoh untuk mekanisme
basic throughput yang terjadi untuk data 2000 byte adalah
4,48 Mbps. Sedangkan untuk mekanisme RTS/CTS
throughput yang terjadi lebih besar yaitu 7,41 Mbps.
Sama halnya dengan jaringan WLAN over fiber throughput
akan menurun saat menggunakan mekanisme basic dan akan
naik saat penggunaan mekanisme RTS/CTS. Dari hasil
simulasi dapat dibuat analisis bahwa untuk kedua jaringan
tersebut mekanisme yang cocok digunakan adalah mekanisme
RTS/CTS karena selain meningkatkan nilai throughput,
peluang tejadinya tabrakan antar paket sedikit lebih kecil.

C. Hidden node (Skenario III).


Problem yang terjadi karena station A tidak mengetahui
keberadaan C dan sebaliknya, sedangkan B mengetahui
keberadaan A dan C. Sehingga tabrakan akan terjadi jika A
dan C mengirim paket ke B secara bersamaan. Sehingga
dikatakan A tersembunyi dari C dan sebaliknya C tersembunyi
dari A. Fenomena hidden node ini dapat menyebabkan adanya
penurunan nilai throughput dalam jaringan WLAN. Berikut ini
hasil perbandingan throughput WLAN tanpa hidden node
dengan WLAN dengan adanya hidden node :
Gambar 4.2 Throughput jaringan WLAN over fiber
mekanisme RTS/CTS
Berdasarkan gambar 4.2 terlihat throughput jaringan WLAN
over fiber dengan panjang kabel serat optik yang berbeda.

2.
3.

Gambar 4.4 Throughput jaringan tanpa dan dengan adanya


efek hidden node
IEEE 802.11 mempunyai beberapa mekanisme untuk
handshaking antara workstation / node dengan BTS-nya. Salah
satunya adalah dengan menggunakan paket Request To Send
(RTS) untuk meminta slot dari akses point untuk mengirimkan
paket. Jika akses point mengirimkan paket Clear To Send
(CTS) maka node yang menerima CTS dapat mengirimkan
paket. Salah satu keuntungan adanya fasilitas RTS/CTS ini
terutama untuk mengatasi hidden transmitter problem.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan simulasi dan analisis yang telah dilakukan, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan
media
transmisi
serat
optik
mengakibatkan penurunan throughput pada jaringan
WLAN dengan menggunakan mekanisme basic.
Pada saat data 4000 byte throughput jaringan WLAN
dan WLAN over fiber adalah 4,181 Mbps dan 4,040
Mbps serta menjadi turun sebesar 3,673 Mbps dan
3,65 Mbps saat data ditambah menjadi 6000 byte.
Akan tetapi saat data 2000 byte throughput
mengalami kenaikan menjadi 4,48 Mbps dan 4,43
Mbps.

Penggunaan
mekanisme
RTS/CTS
dapat
meningkatkan nilai throughput jaringan baik pada
jaringan WLAN maupun jaringan WLAN over fiber.
Adanya pengaruh efek hidden node yang terjadi
sangat mempengaruhi nilai throughput jaringan.
Throughput saat tidak ada hidden node adalah 4,48
Mbps, 4,18 Mbps dan 3,657 Mbps sedangkan saat
adanya efek hidden node adalah 2,19 Mbps, 1,201
Mbps dan 1,150 Mbps. Untuk mengatasi masalah
adanya hidden node adalah dengan menggunakan
mekanisme RTS/CTS.
REFERENCES

[1]
[2]

WLANA, 1996.Introduction to Wireless LANs.


Edi S. Mulyana, 2004. Pengenalan Protokol Jaringan Wireless
Komputer, Andi.
[3] Abualreesh, Mohammad, 2004. 802.11b/ISM PHY, Helsinky
University of Technology, Spring.
[4] R. Prasad. WLANs and WPANs toward 4G wireless, Artech House
Boston, London.
[5] HandBook, 2007. IEEE Standard for Information technology
Telecommunications and information exchange between system Local
and metropolitan area network Specific requirements Part 11: Wireless
LAN Medium Access Control (MAC) and Physical Layer (PHY)
Specifications.
[6] H. Shahab, 2005 Analisa Performansi MAC berbasis Protokol
CSMA/CA pada Mobile Sensor Network, Tugas Akhir STTTelkom.
[7] Muh.Robby, 2006. Pengaruh Interferensi Bluetooth Terhadap Kinerja
WLAN IEEE 802.11b Pada Frekuensi 2,4 Ghz.
[8] G. Bianchi, 2000 Performance Analysis of the IEEE 802.11 Distributed
Coordination Function, IEEE J.Sel Areas Commun., vol. 18, pp.535547.
[9] HandBook. 2007 IEEE 802 Wireless Systems. January.
[10] Http://Linux Wireless LAN Howto - jt@hpl.hp.com.
[11] A.Ngoma, 2005 Radio-over-Fibre Technology for Broadband Wireless
Communication Systems..
[12] Y. Shao,et.al 2004 The Impact of RTS Threshold on Capacity of IEEE
802.11 DCF, Journal of Electronic Science and Technology of China,
Des.

You might also like