You are on page 1of 9

Islam Memandang Perempuan

Antara Mengurus Rumah Tangga dengan Menuntut


Ilmu
Oleh : Qonita Fairuz Salsabila

A. Sekilas Potret : Pra Islam Masa Islam


Dahulu, sebelum Islam masuk perempuan adalah kaum yang
sangatlah tertindas oleh berbagai aturan dalam suku, agama, dan
bangsa. Baik di bangsa Arab, bangsa Roma, ajaran Yahudi, dan India
pun semua meletakkan kedudukan perempuan layaknya seorang
budak. Seorang yang tidak boleh menuntut hak dan kewajibannya.
Perempuan seakan merupakan manusia yang tidak diperbolehkan
bergerak tanpa ada perintah dari pemiliknya, yaitu ayahnya (ketika ia
belum menikah), dan suami (setelah ia menikah). Ketika itu pula
perempuan tidak sedikitpun mendapat harta waris ketika salah satu
ahlinya wafat. Bahkan, ia pun dijadikan harta waris itu sendiri ketika
suaminya telah meninggal. Dan berbagai bentuk penindasan pun terjadi
ketika Islam benar-benar belum menyentuh kehidupan manusia di muka
bumi ini. 1
Dan hingga akhirnya Islam datang dengan dibawa oleh utusan Allah
SWT. Islam memang agama yang lahir dengan membawa rahmat bagi
seluruh Kaum Musilimin. Maka benar saja, jika kehidupan umat manusia
menjadi jauh lebih baik ketika Islam masuk dalam seluk beluk
kehidupan mereka. Dan salah satunya adalah berbagi hak dan
kewajiban perempuan akhirnya terjawab. Berbagi ayat dalam KalamNya dan hadits-hadits utusan-Nya memberikan penjelasan terkait
berbagai macam hal. Ketika Islam menjadi keyakinan kaum pengikut
Rasulullah SAW, perempuan pun dijunjung tinggi dalam kehidupan, dan
diberi kesempatan untuk menjalankan segala kewajibannya.
Layaknya kaum laki-laki, dalam Islam perempuan pun memiliki
kewajiban-kewajiban tertentu yang harus dilakukan setiap harinya.
Kewajiban beribadah kepada Allah, seperti sholat 5 waktu, puasa
Ramadhan, zakat, juga memenuhi seruan-Nya dalam rangkaian ibadah
haji. Tak hanya ibadah mahdhoh saja, sebagai Kaum Muslimin
perempuan juga memiliki kewajiban-kewajiban yang lain. Yaitu, mulai
dari patuh dan taat kepada orang tua, menutup aurat, mengikuti
tatacara syariat Islam ketika bermuamalah, tidak boleh ikhtilat dan
berkholwat ketika berinteraksi dengan laki-laki, dan lain sebagainya.
Selain itu, ketika seorang perempuan sudah menjadi seorang ibu, maka
ia memiliki kewajiban untuk mengatur segala urusan rumah tangganya,
juga mendidik anak-anaknya. Disisi lain, perempuan juga diperintahkan
1 Fikih Perempuan ; Bab 12 Perempuan pada Masa Jahiliyah ; halaman 106-108

Allah untuk mengemban dawah kepada seluruh Umat manusia.


Menyampaikan kebenaran sebagaimana yang telah Rasulullah SAW
ajarkan.

B. Perempuan dan Menuntut Ilmu


Perempuan juga memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu
sebanyak-banyaknya. Baik ilmu yang hukumnya fardhu ain ataupun
fardhu kifayah. Oleh karenanya, perempuan sedikit pun tak ada
larangan untuk berlomba-lomba mencari ilmu dimanapun tempatnya
dan kapanpun waktunya. Karena Allah selalu meninggikan derajat
Ummat-Nya yang senantiasa memiliki ilmu yang banyak, dan
meletakkan kedudukan ilmu pengetahuan pada tingkat yang tinggi.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-quran surah Al-Jumuah ayat 2,
yiatu :




Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As
Sunnah). Dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata.(QS.Al-Jumuah :2)
Menurut sebagian ahli tafsir dalam Kitab Fikih Perempuan
Kontemporer, arti mengajarkan al-kitab adalah mengajarkan menulis,
karena menulis adalah suatu pembelajaran yang dapat menghasilkan
kitab-kitab. Rasulullah pun juga mengajarkan kepada sahabatsahabatnya untuk belajar menulis. Dan hal ini sebagaimana
diperintahkan oleh Allah dalam kaitannya dengan masalah utangpiutang.





...
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
2

menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia


menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa
yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada
hutangnya. (QS.Al-Baqoroh : 282)
Dan begitu pula dalil yang mewajibkan seluruh Kaum Muslimin
untuk menuntut ilmu, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi
SAW : Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim . Menuntut ilmu juga
tidak memiliki batas waktu yang ditentukan. Rasulullah pun bersabda
dalam sebuah hadits: Tuntutlah ilmu dari segumpal darah/ kandungan
hingga liang lahat
Bahkan Rasulullah SAW memberikan rangsangan bahwa orang yang
mau mengajarkan ilmu kepada kaum perempuan, ia akan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda diakhirat kelak. Rasulullah pernah
bersabda, Barangsiapa memiliki seorang budak perempuan, kemudian
ia
mengajar
dan
mendidiknya
dengan
baik,
kemudian
memerdekakannya, maka ia memperoleh pahala dua kali lipat. (HR.
Bukhari dan Muslim). 2
Dari semua dalil yang mewajibkan, mendorong, serta menjelaskan
keutamaan terkait dengan kewajiban perempuan untuk menuntut ilmu
tersebut, ada satu hal penting yang perlu diketahui yang menjadi
pertanyaan besar. Ketika seorang perempuan yang sudah memiliki
kedudukan menjadi seorang istri, lebih-lebih seorang ibu, apakah
diperbolehkan untuk menuntut ilmu diluar rumah ? Sedangkan
kewajiban seorang ibu adalah mengurusi segala yang dibutuhkan oleh
keluarganaya, dan mendidik anak-anaknya yang jelas identik berada
didalam rumah. Mana yang lebih diutamakan antara menuntut ilmu
yang diwajibkan bagi setiap individu Muslim atau mengurus segala
keperluan keluarga dan rumah tangganya di dalam rumah ?
C. Fakta : Perempuan yang Menuntut Ilmu Diluar Rumah
Seiring berjalannya waktu, banyak kejadian yang dahulu belum
pernah terjadi namun saat ini sudah marak terjadi. Dalam tema kali ini,
akan dibahas bahwa betapa banyak perempuan yang sudah menjadi
seorang ibu masih berkeinginan melanjutkan pendidikannya di berabgai
Lembaga Pendidikan, seperti Universitas atau sekolah-sekolah tinggi.
Hal ini bukanlah merupakan larangan jelas yang sudah Allah tetapkan
dalam Al-Quran maupun As-Sunnah. Namun, dari sekian fakta yang
nampak di sekitar kehidupan ini, banyak hal-hal yang terjadi, yang hal
tersebut merupakan dampak dari kesibukan seorang ibu di dunia luar,
terutama menuntut ilmu diluar rumah.
2 Fikih Perempuan Konteporer ; Bab XV Perlindungan Hukum Islam terhadap Hak Perempuan ;
halaman 116-117

Dari sekian anak-anak yang bermasalah di sekeliling kita, jika dilihat


penyebabnya, maka akan banyak ditemukan penyebab utamanya
adalah kurangnya perhatian orangtua terutama perhatian seorang ibu.
Kurangnya perhatian ini biasaanya dimunculkan karena permasalahan
ekonomi yang membuat seorang ibu pun harus bekerja membanting
tulang diluar rumah. Namun tak jarang pula, kurangnya perhatian ini
disebabkan karena banyak pula ibu yang masih ingin berkancah dalam
pendidikan formal disuatu lembaga, yang akan menyita banyak
waktunya. Selain itu banyak juga yang cukup sibuk dengan dawah
keberbagai tempat.
Oleh karena itu, ketiga penyebab permasalahan inilah, (namun yang
akan lebih dispesifikkan adalah tentang kewajiban menuntut ilmu),
yang perlu dibahas kebolehan dan batasan-batasan yang Islam berikan
kepada kaum perempuan, sehingga kewajiban utama seorang ibu
sebagai Ummu wa Rabbatul Bait tidaklah terbangkalai.
D. Peran Perempuan dalam Keluarga
Islam telah menjelaskan dalam berbagai penjelasan, baik di dalam
Al-Quran maupun As-Sunnah, bahwasannya perempun adalah
seseorang yang dijunjung tinggi dalam sebuah keluarga. Ia memiliki
peran yang sangat penting dalam urusan keluarga, baik suami ataupun
anak-anaknya.
Allah berfirman dalamAl-Quran surah Ar-Rum ayat 21 : Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(Q.S Ar-Rum : 21)
Dari ayat- ayat yang tertera diatas, maka dapat diketahui bahwa
seorang perempuan memang memiliki andil yang besar dalam
keluarga. Ia adalah makhluk yang diciptakan Allah untuk memberi
kedamaian dan ketenangan kepada suami dan anak-anaknya. Dan
sebagaimana yang diketahui, seorang ibu adalah orang yang sangat
berpengaruh pada anak-anaknya. Apapun yang dikatakan dan
dilakukan seorang ibu akan sangat mudah untuk diikuti anak-anaknya.
Hal ini karena seorang ibu memang memiliki tugas lebih banyak
didalam rumah. Masa kecil seorang anak yang cukup lama adalah suatu
kesempatan bagi seorang ibu untuk memberikan berbagai bentuk
pendidikan.
Hal ini sangatlah berbeda ketika seorang anak dititipkan kepada
seorang pembantu atau pengasuh yang sama sekali tidak memiliki
jalinan kerabat. Sedangkan sang ibu justru sibuk beraktivitas diluar
rumah, dan terkadang melalaikan tugas mulianya tersebut. Teladan
yang diberikan seorang ibu pasti jelas berbeda dengan teladan
4

perempuan lain yang hanya diupah dengan uang. Pengasuh juga tidak
akan memberikan pengajaran atau rasa kasih sayang yang sebanding
ketika memberikannya kepada anaknya sendiri. 3
E. Perempuan antara Mengurus Rumah Tangga dan Menuntut
Ilmu
Oleh karenanya, ketika seorang ibu melakukan aktivitas diluar
rumah, kemudian hingga ia tersibukkan dengan aktivitas itu, maka ia
telah mealalaikan kewajiban utamanya. Dan jika melihat disaat seperti
ini, banyak perempuan -ibu- yang menghabiskan waktunya diluar rumah
selain untuk berkarier, banyak pula yang berniat menuntut ilmu diluar
rumah. Hal ini menyebabkan tugas utamanya, yaitu mengurus rumah
tangga dan mendidik serta memperhatikan anak-anaknya terkadang
menjadi terabaikan. Memang, Islam tak pernah melarang seorang
perempuan -ibu- menuntut ilmu dalam waktu dan tempat tertentu. Allah
bersabda di dalam Al- Quran surah An-Nisa ayat 162, Al-Mujadalah
ayat 11, dan Al-Fatir ayat 28, yaitu :





Artinya : Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara
mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang
telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan
sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan
zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. orang-orang
Itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar. (AnNisa ayat 162)





Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.( Al-Mujadalah ayat 11)
3 Fikih Perempuan ; Bab 13 Kewajiban Perempuan ; halaman 119-122




Artinya : Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang
melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.( Al-Fatir ayat 28)
Dari ayat tersebut dapat diketahui secara jelas bahwa menuntut
ilmu adalah perkara yang sangat dijunjung tinggi oleh Allah. Keutamaan
bagi orang mukmin yang menuntut ilmu ia akan ditinggikan derajatnya
dan dimuliakan kedudukannya. Dan tuntutan ini ditujukan kepada
setiap individu muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Serta tidak
ada batasan waktu untuk berhenti menuntut ilmu. Karena Allah akan
semakin meninggikan derajat Ummat-Nya ketika ilmunya juga semakin
banyak.
Sedangkan bagi perempuan yang sudah memiliki kedudukan
sebagai seorang istri, dan ibu bagi anak-anaknya, ia tetap mendapat
tuntutan untuk menuntut ilmu. Tidak ada dalil larangan pula baginya
untuk terus berada dalam kancah pendidikan, baik belajar secara
otodidak ataupun dalam sebuah lembaga pendidikan formal. Namun,
disini ada penjelasan tertentu apabila seorang ibu berkeinginan atau
terpaksa harus belajar diluar rumah karena satu dan lain hal.
Perempuan ibu- Muslimah tetaplah memiliki tugas utama sebagai
seorang istri dan ibu. Ia memiliki peran besar dalam rumah tangganya.
Menyiapkan segala yang dibutuhkan keluarganya, dan mendidik anakanaknya. Maka, terkait permasalahan ini, maka digunakan hukum
awlawiyat atau prioritas dalam Islam. Sehingga, untuk masalah
menuntut ilmu ini seorang ibu hendaknya tetap meluangkan waktunya.
Hanya saja kewajiban utamanya tidak boleh diletakkan pada urutan
nomor dua. Setelah seorang ibu sudah menyelesaikan pekerjaan
rumah, memenuhi keperluan suami dan anak-anaknya, maka ia boleh
untuk belajar, baik didalam atau diluar rumah, dengan niat untuk
menuntut ilmu. Dan apabila ia terpaksa untuk menuntut ilmu diluar
rumah, maka ia harus mendapat persetujuan dari suaminya.
Yang terpenting, hendaknya jangan sampai kekonsentrasian dan
mayoritas waktu sang ibu dihabiskan untuk menuntut ilmu. Begitu pula
ketika seorang anak membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan
permasalahan dan membutuhkan perhatian yang lebih, maka seorang
ibu harus memenuhinya. 4Seorang ibu tidak boleh mengabaikannya dan
lebih mendahulukan aktivitas kuliahnya.
4 Kitab Adab dan Akhlak ; Fatwa-fatwa tentang Wanita jilid 3 ; halaman 275-276
6

Sehingga, hal ini tidak membuat salah satu kewajiban seorang


wanita Muslimah terbengkalai. Dengan membagi waktu yang tersedia
secara bijaksana, dan memperhatikan hukum awlawiyat, yaitu
kewajiban utamanya sebagai Ummu wa Rabbatul Bait, maka kedua
kewajiban tersebut akan terlaksana dengan baik dan sesuai dengan apa
yang disyariatkan oleh Allah.
F. Tuntutan dan Larangan Ketika Menuntut Ilmu Diluar Rumah
Seperti halnya dengan aktivitas-aktivitas yang lain, ketika seorang
perempuan menuntut ilmu diluar rumahnya, dan ditempat yang sangat
memungkinkan untuk bertemu dan berinteraksi dengan laki-laki lain,
maka Islam pun memberi beberapa peraturan, yang tak lain bertujuan
untuk menjaga kehormatan perempuan itu sendiri. Berikut ini beberapa
aturan terhadap perempuan ketika ia ingin menuntut ilmu diluar
rumah :
1. Apabila perempuan tersebut masih dalam posisi sebagai anak
atau belum menikah, maka ia harus mendapat izin dari orang
tuanya, terutama dari sang ayah.
2. Apabila ia sudah menjadi seorang ibu yang berkewajiban
mengurusi rumah tangga dan mendidik anak-anaknya, maka ia
harus pula mendapatkan izin dari suaminya.5
3. Menutup aurat secara syari, yaitu menutup seluruh bagian
tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Termasuk tidak
tabaruj, yaitu memamerkan perhiasan secara berlebihan, dan
tidak menggunakan wewangian yang mencolok.
4. Tidak ikhtilat (campur baur dengan laki-laki)
5. Tidak berkholwat (berdua-duan dengan laki-laki yang bukan
mahrom)
6. Menjaga sikap dan lisan ketika harus berinteraksi dengan lakilaki yang bukan mahrom, yaitu dari menjaga pandangan, suara,
dan perilaku, dan hal semacamnya.6
G. Kesimpulan
Maka, dalam masalah ini Islam Memandang Perempuan : Antara
mengurus rumah tangga dengan menuntut ilmu, Islam tidak memilki
dalil, baik berupa nash Al-Quran atau Hadits yang secara jelas
melarangnya. Maka hukumnya adalah Mubah. Hal ini dikarenakan Islam
tidak pernah memberi batasan kepada siapapun untuk berhenti
menuntut ilmu, baik ketika masih dalam usia belia, hingga kapanpun
selama dia masih memiliki kesempatan untuk terus mnuntut ilmu.
5 Fikih Perempuan Kontemporer ;Bab XV Perlindungan Hukum Islam terhadap
Hak Perempuan ; halaman 117

6 www.konsultasisyariah.com ; Ustadz Musyaffa Addariny ; Bolehkah Wanita Bekerja ;


07 Januari 2015

Bahkan Islam mendorong Kaum Muslimin, baik laki-laki atau perempuan


untuk terus menuntut ilmu sebanyak ia mampu sepanjang hidupnya.
Maka dari itu, perempuan pun juga tak ada larangan untuk
menuntut ilmu, baik didalam atau diluar rumah, juga tidak ada pula
larangan untuk menuntut ilmu diluar Negeri. Namun, disini ada
pengkhususan bagi perempuan yang sudah memiliki kewajiban
terhadap keluarga, yaitu sebagai Ummu wa Rabbatul Bait. Walaupun
tidak ada larangan pula bagi seorang ibu untuk menuntut ilmu diluar
rumah, akan tetapi kewajiban utamanya tetap tidak boleh terbengkalai,
dan menjadi urusan yang diakhirkan daripada kewajibannya yang lain.
Allahu alamu bish showab...

Daftar Pustaka :
1. Buku Fikih Perempuan Kontemporer
2. Buku Fikih Perempuan (karya: Syaikh Mutawalli As-Syarawi)
3.Kitab Adab dan Akhlaq : Fatwa-fatwa tentang Wanita jilid 3 (karya : Syaikh
Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh)
4. www.konsultasisyariah.com
Bekerja ; 07 Januari 2015

; Ustadz Musyaffa Addariny ; Bolehkah Wanita

Tentang Penulis :

Nama: Qonita Fairuz Salsabila


TTL : Jember, 05 Januari 1999
Alamat : Rt 04/ Rw 01, Dsn.Cerbon, Ds.Cokrokembang,
Kec.Ngadirojo, Kab.Pacitan, Jatim
Nama Ortu :
Ayah : Suyono Rizal Yahamzi
Ibu
: Siti Marfuah
Hoby : Membaca, menulis, menghafal Al-Quran, travelling
Cita-cita : Hafidzah, Penulis, Ahli Hadits, Peneliti Ekonomi Islam

Motto Hidup :


Talk less do more..

You might also like