Professional Documents
Culture Documents
Skenario
Seorang laki-laki Tn. A, umur 65 tahun, datang ke IGD RS Raden Mattaher, dengan keluhan
nyeri dan rasa panas terbakar pada telinga kiri, telah dirasakan sejak 5 hari yang lalu,
didapatkan cairan dari telinga kiri sejak 2 hari yang lalu, pendengaran telinga kiri dirasa
berkurang sejak 2 hari yang lalu, tidak ada riwayat mengorek telinga, pasien tidak demam,
pasien tidak demam, pasien tidak ada riwayat mengorek telingah, pasien tidak demam, pasien
tidak ada riwayat batuk atau pilek, riwayat penyakit sebelumnya: DM (-), hipertensi (-),
pernah menderita sakit cacar (varicella) 10 tahun yang lalu.
Dari pemeriksaan fisik dijumpai:
Os tampak kesakitan.
Kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, RR 24 x/menit,
temperature 38oC.
Status lokalisata:
Wajah: terlihat tidak simetris, dengan sudut mulut kiri tertinggal pada saat os diminta
tersenyum, dan mata kiri os tidak bisa tertutup.
Pada pipi kiri sampai aurikula sinistra: dijumpai ruam kulit berupa vesikel yang
berkomlompok dengan dasar kulit yang eritematosa terdapat ekskotiasi dan krusta.
Liang telinga kiri: hiperemis, ditemukan vesikel, ditemukan secret. Membran timpani kiri:
perforasi sentral.
Hidung: tidak ada septum deviasi, mukosa tidak hiperemis, tidak ada secret.
Tenggorok: Tonsil Ti Ti, tidak hiperemis, Faring: tidak hiperemis, tidak didapatkan granul
Pemeriksaan penala:
-
Klarifikasi Istilah
1. Sakit cacar (varicella): Penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus varicella
2.
3.
4.
5.
zoster
Kompos mentis: Kesadaran psien normal atau penuh
Ruam: Bintil yan berwarna kemerahan pada kulit
Vesikel: Gelembung berisi cairan serum atau tonjolan epidermis kecil
Eritematosa: Kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh pembuluh darah yang
reversible
6. Ekskoriasi: Kelainan kulit akibat kehilangan jaringan sampai stratum papilaris
7. Krusta: Cairan badan yang mongering
8. Hiperemis: Kemerahan pada kulit akibat pelebaran pembuluh darah
Identifikasi Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
sekarang?
7. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik pada Tn. A?
8. Jelaskan alur diagnose untuk menegakkan penyakit Tn. A?
9. Apa diagnose banding dari penyakit Tn. A?
10. Apa yang terjadi pada Tn. A?
11. Apa definisi dari penyakit Tn. A?
12. Bagaimana epidemiologi dari penyakit Tn. A?
13. Apa etiologi dari penyakit Tn. A?
14. Bagaimana patofisiologi dan pathogenesis dari penyakit Tn. A?
15. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit Tn. A?
16. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Tn. A?
17. Apa saja komplikasi dari penyakit Tn. A?
18. Apa pencegahan dan edukasi yang bisa diberikan pada Tn. A?
19. Bagaimana prognosis dari penyakit Tn. A?
(KAK RIDHO)
Analisis Masalah
1. Bagaimana anatomi, histologi dan fisiologi pada telinga?
ANATOMI TELINGA
Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga
luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian lateral dari membran
timpani.
1
Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Ke arah
liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga
lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang
melekat erat dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan
berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang
sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz.
Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah terbagi atas
tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas dari batas atas
membran timpani, mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak medial dari
Vaskularisasi telinga
-
Arteri ini masuk ke meatus akustikus internus dan terpisah menjadi A. Vestibularis
anterior dan A. Kohlearis communis yang bercabang pula menjadi A. Kohlearis dan
A. Vestibulokohlearis.
A. Vestibularis anterior memperdarahi N. Vestibularis, urtikulus dan sebagian duktus
semisirkularis. A.Vestibulokohlearis sampai di mediolus daerah putaran basal kohlea
ligamen spiralis.
A. Kohlearis berjalan mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus internus dan
didalam kohlea mengitari modiolus Vena dialirkan ke V.Labirintin yang diteruskan ke
Persarafan telinga
-
HISTOLOGI TELINGA
Telinga luar
Auricula,terdiri atas suatu lempeng kartilago elastis irreguler berbentuk corong,yang
ditutupi secara erat oleh kulit dan menghantarkan gelombang suara ke dalam telinga.
Gelombang tersebut memasuki meatus acusticus ekternus,suatu saluran yang terjulur dari
permukaan lateral kepala. Saluran dilapisi dengan epitel skuamosa berlapis yang berlanjut
dengan kulit auricula dan di dekat folikel rambutnya kelenjar sebaccea,dan kelenjar
keringat apokrin termodifikasi yang disebut kelenjar seruminosa yang ditemukan pada
submukosa. Pada ujung bagian dalam meatus akusticus ekternus terdapat suatu lembaran
epitelial
epidermis dan permukaan dalamnya dilapisi epitel selapis kuboid yang menyatu denga
lapisan rongga timfani di telinga tengah,diantara kedua lapisan epitel tersebut terdapat
lapisan tipis jaringan ikat fibrosa yang terdiri atas serat-serat kolagen dan elastis dan
fibroblas.
Telinga tengah
Disebelah anterior,ruang ini berhubungan dengan faring melalui tuba auditorius (tuba
eustachii) dan disebelah posterior,berhadapan dengan rongga mastoid yang berisikan
udara pada os temporale. Rongga timfani terutama dilapisi oleh selapis epitel kuboid yang
berada di lamina propria yang sangat melekat pada periosteum. Di dekat tuba
auditorius,epitel selapis ini secara berangsur berubah menjadi epitel bertingkat silindris
bersilia. Pada dinding medial tulang telinga tengah terdapat dua area berlapis membran
dan tidak bertulang:yaitu tingkap lonjong (fenestra ovalis) dan tingkap bundar (fenestra
rotunda).
Telinga dalam
Telinga dalam berada sepenuhnya di dalam os temporale,di mana sederetan ruang yang
saling berhubungan,labirin bertulang menampung serangkaian saluran kontinu berlapis
epitel yang terisi cairan dan bilik yang membentuk labirin membranosa.
Vesicula otica berubah bentuk yang membentuk dua cabang utama di labirin
membranosa:
-
Labirin vestibular, yang memperantarai sensasi keseimbangan dan terdiri atas dua
saccus yang berhubungan ( untriculus dan sacculus) dan tiga ductus semicircularis
FISIOLOGI PENDENGARAN
Skema pendengaran
Fisiologi Pendengaran Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran
adalah membran tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga struktur
penting tersebut sangat berperan dalam proses mendengar. Pada bagian apikal sel rambut
sangat kaku dan terdapat penahan yang kuat antara satu bundel dengan bundel lainnya,
sehingga bila mendapat stimulus akustik akan terjadi gerakan yang kaku bersamaan. Pada
bagian puncak stereosillia terdapat rantai pengikat yang menghubungkan stereosilia yang
tinggi dengan stereosilia yang lebih rendah, sehingga pada saat terjadi defleksi gabungan
stereosilia akan mendorong gabungan-gabungan yang lain, sehingga akan menimbulkan
regangan pada rantai yang menghubungkan stereosilia tersebut. Keadaan tersebut akan
mengakibatkan terbukanya kanal ion pada membran sel, maka terjadilah depolarisasi.
Gerakan yang berlawanan arah akan mengakibatkan regangan pada rantai tersebut
berkurang dan kanal ion akan menutup. Terdapat perbedaan potensial antara intra sel,
perilimfa dan endolimfa yang menunjang terjadinya proses tersebut. Potensial listrik
koklea disebut koklea mikrofonik, berupa perubahan potensial listrik endolimfa yang
berfungsi sebagai pembangkit pembesaran gelombang energi akustik dan sepenuhnya
diproduksi oleh sel rambut luar Pola pergeseran membran basilaris membentuk
gelombang berjalan dengan amplitudo maksimum yang berbeda sesuai dengan besar
frekuensi stimulus yang diterima. Gerak gelombang membran basilaris yang timbul oleh
bunyi berfrekuensi tinggi (10 kHz) mempunyai pergeseran maksimum pada bagian basal
koklea, sedangkan stimulus berfrekuensi rendah (125 kHz) mempunyai pergeseran
maksimum lebih kearah apeks. Gelombang yang timbul oleh bunyi berfrekuensi sangat
tinggi tidak dapat mencapai bagian apeks, sedangkan bunyi berfrekuensi sangat rendah
dapat melalui bagian basal maupun bagian apeks membran basilaris. Sel rambut luar
dapat meningkatkan atau mempertajam puncak gelombang berjalan dengan meningkatkan
gerakan membran basilaris pada frekuensi tertentu. Keadaan ini disebut sebagai cochlear
amplifier.
2. Apa makna klinis rasa nyeri dan panas terbakar pada telinga kiri sejak 5 hari yang lalu?
Postherpetic neuralgia memiliki patofisiologi yang berbeda dengan nyeri herpes zoster
akut, dapat berhubungan dengan erupsi akut herpes zoster yang disebabkan oleh replikasi
jumlah virus varicella zoster yang besar dalam ganglia yang ditemukan selama masa
laten. Oleh karena itu, mengakibatkan inflamasi atau kerusakan pada serabut saraf
sensoris yang berkelanjutan, hilang atau rusaknya serabut saraf atau impuls abnormal,
serabut saraf berdiameter besar yang berfungsi sebagai inhibitor hilang atau rusak dan
mengalamikerusakan terparah. Akibatnya, impuls nyeri ke medula spinalis meningkat
sehingga pasien merasakan nyeri yang hebat. Rasa panas dan terbakar menunjukkan
adanya proses inflamasi yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah.
3. Apa saja penyakit yang ditandai dengan rasa nyeri dan terbakar pada telinga?
1) HZO
2) Ramsay hunt syndrome
3) Otitis media
4) Otitis eksterna
4. Apa makna klinis keluarnya cairan sejak 2 hari yang lalu?
Menandakan adanya vesikel kemudian mengalami peradangan yang selanjutnya akan
mengeluarkan cairan.
5. Apa makna klinis pendengaran berkurang sejak 2 hari yang lalu?
Menandakan adanya perforasi pada MAE sehingga hantaran gelombang suara yang
disampaikan tidak terdengr baik.
(LESTARI)
6. Apa hubungan Tn. A pernah mengalami sakit cacar 10 tahun yang lalu dengan keluhan
sekarang?
Sakit cacar ( varisella ) ada masa laten, sistem imun berkurang virus tersebut akan
teraktivasi kembali. Adanya faktor stress juga mempengaruhi virus tersebut dapat
mengativasi krmbali.
7. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik pada Tn. A?
a. Vital sign
- BP 120/80 mmHg : Normal
- Nadi 80x/menit : Normal
- RR 24x/menit : Normal
- T 38oC : Demam (Normal : 36,5oC 37,2oC)
b. Wajah tidak simetris, dengan sudut mulut kiri tertinggal. Pada saat diminta tersenyum,
c.
d.
e.
f.
b. Pemeriksaan fisik
Tampak vesikel pada liang telinga, konka dan daun telinga.
Bintik-bintik merah juga dapat terlihat pada kulit di belakang telinga,dinding lateral
hidung, palatum molle dan lidah bagian anterolateral. Vertigo, tuli sensorineural dan
paralise saraf fasialis dapat terjadi.
Pemeriksaaan penala : rinne test, weber test, dan swabach test
c. Pemeriksaan penunjang
1. CT scan
2. Magnetic Ressonance Imaging (MRI) dengan menggunakan
gadolinium diethylene-triamine pentaacetic acid ( Gd-DTPA)
3. Pemeriksaan tzanck
Pemeriksaan apus secara tzanck dapat menemukan sel datia berinti banyak.
Pemeriksaaan cairan vesikel dengan mikroskop electron dan tes serologi
4. Pemeriksaan histopatologi
Sampel berasal dari sel dasar lesi ditemukan intranuklear inklusi ( Lipschuntz
inclusion bodies). SEL YANG TERINFEKSI
Saat terinfeksi, virus varicella zoster melewati lesi masuk ke perukaankulit dan
menujuujung-ujung saraf sensoris. Di ganglion virus menetap dan menjadi infeksi laten
sepanjang hidup. Selama virus laten di ganglion, tidak tampak gejala infeksi. Mekanisme
yang menyebabkan reaktivasi virus varicella zoster ini masih belum jelas, namun erat
kaitannya dengan melemahnya sistem imun penderita.
16.
a.
b.
c.
d.
e.
bulan. Insidennya meningkat dengan bertambahnya umur dimana kurang lebih 50%
penderita PHN biasanya terjadi pada anak-anak.
c. Gangren superfisialis : Menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan
hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
d. Okular: Pada daerah ophthalmic dapat terjadi keratitis, episcleretis, Iritis, papilitis dan
kerusakan syaraf, konjungtivitis, keratitis, uveitis, nekrosis retina, parut kelopak mata.
e. Herpes zoster diseminata / generalisata. Herpes zoster yang desiminata yang dapat
mengenai organ tubuh seperti otak, paru dan organ lain dan dapat berakibat fatal.
Desiminasi kutan pada pasien imunokompromised. Pasien tranplantasi dan limfoma
memiliki resiko tertinggi (hingga 40%) desiminasi viseral terjadi pada 5-10% pasien.
f. Komplikasi SSP: pleiositosis limfositik CSS asimtomatik dengan protein meningkat
ringan serta kadar glukosa ringan sering terjadi. Meningoencephalitis, Mielitis, dan
hemiplegi yang kontralateral akibat angitis granulomatosa jarang terjadi.
g. Zoster paralitik, akibat keterlibatan saraf motorik seperti sindrom Ramsay Hunt;
Motor paresis (erupsi nyeri pada dan sekitar telinga, palsi saraf ipsi lateral VII dengan
atau tanpa gangguan vestibular), oftalmoplegia eksternal, gangguan kandung kemih
dan kelemahan otot ekstremitas.
h. Terbentuk scar.
18. Apa pencegahan dan edukasi yang bisa diberikan pada Tn. A?
Edukasi :
- Menjaga kebersihan kulit, lesi kulit tidak digaruk, karena garukan dapat
menyebabkan infeksi sekunder dan lesi lebih sulit untuk sembuh atau terbentuk
-
skar.
Pasien tetap dianjurkan untuk mandi
Menhindari trauma pada teling : tidak di korek-korek
KIE kemungkinan postherpatic neuralgia
(TOENG)
Pencegahan :
a. Imunisasi pasif
1) Mengunakan VIZG ( varicella zoster imunoglobulin )
2) Pemberian dalam waktu 3 hari ( kurang dari 96 jam ) setelah terpanjan VZV, pada
anak-anak imunokompeten terbukti mencegah varicella sedangkan pada anak
iminokompeten pemberian VZIG dapat meringankan gejala varicella
3) VRIG dapat diberikan pada yaitu
a. Anak-anak yang berusia kurang 15 tahun yang belum pernah menderita
varisella atau herpes zoster
11
b. Usia pubertas lebih dari 15 tahun yang belum pernah menderita varisella atau
herpes zoster dan tidak mempunyai antibodi terhadap VZV
c. Bayi yang baru lahir, dimana ibunya menderita varisella dalam kurun waktu 5
hari sebelum atau 48 jam setalah melahirkan
d. Bayi prematur dan bayi usia kurang dari 24 hari yang ibunya belum pernah
menderita varisella
e. Anak-anak leukemia atau limfoma yang belum pernah menderita varisella
Dosis: 125 U/10 KgBB
Dosis minimum : 125 U dan dosis maksimal : 625 U
Pemberian secara IM tidak diberikan IV
Perlindungan yang didapat bersifat sementara
b. Imunisasi aktif
1) Vaksinasi menggunakan vaksin varisella virus (Oka strain) dan kekebalan yang
didapat dapat bertahan hingga 10 tahun
2) Daya proteksi melawan varisella berkisar antara 71-100 %
3) Vaksin efektif jika diberikan pada umur lebih dari 1 tahun dan direkomendasikan
diberikan pada usia 12-18 bulan
4) Anak yang berusia kurang dari 13 tahun yang tidak menderita varisella
direkomendasikan diberikan dosis tunggal dan anak lebih tua diberikan dalam 2
dosis dengan jarak 4-8 minggu
5) Pemberian secara subkutan
19. Bagaimana prognosis dari penyakit Tn. A?
Umumnya jika didiagnsosis dan ditangani dalam waktu 72 jam serta tidak terjadi
komplikasi maka prognosisnya baik. Akan tetapi, prognosis bisa saja buruk pada
pasien usia tua dan memiliki riwayat penyakit diabetes serta hipertensi.
(KAK VIDIA)
12
Hipotesis
Laki-laki usia 65 tahun mengalami suspect Syndrome Ramsay Hunt (Herpes Zoster Oticus)
Mind Mapping
Manifestasi
klinis
Etiologi, epidemiologi,
morfologi
Patofisiolo
gi
Diagnosis
Komplika
si
Ramsay Hunt
Syndrome (Herpes
Zoster Oticus)
Penatalaksanaa
n
Prognosis
Buruk
Baik
13
Daftar Pustaka
1. Handoko, Ronny P. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi keenam. Jakarta:
FKUI
2. Mandal, B.K., dkk. 2006. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3425/1/08E00895.pdf
4.
14