You are on page 1of 10

Gejala dan Penatalaksanaan Kolesistitis

Christine Octaviani
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510. Telp. (021) 56942061 Fax. (021) 5631731

www.ukrida.ac.id
coctaviany@ymail.com
Abstrak
Kolesistitis adalah inflamasi dari kandung empedu. Gejala-gejala yang timbul umunya mirip
dengan koledokolitiasis dan kolesistitis sehingga butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk
menentukan diagnosis yang tepat. Untuk mendukung penyembuhan dari kolesititis dibutuhkan
pasien untuk menjaga asupan gizi dan mematuhi diet yang diberikan. Literature barat
menyatakan pasien kolesistitis umunya adalah 4F (Female, forty, fat, fertile) namun, di Indonesia
belum bisa di pastikan.

Abstract
Cholecystitis is inflammation of the gallbladder. The symptoms that arise generally similar to
choledocholithiasis and cholecystitis that need further examination to determine the exact
diagnosis. To support the healing of kolesititis required patients to maintain nutrient intake and
adhere to the diet provided. Literature western states cholecystitis patients generally is 4F
(Female, forty, fat, fertile) however, in Indonesia can not be sure.

Pendahuluan
Kolesistitis adalah inflamasi akut dan kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungan
dengan batu kandung empedu yang tersangkut pada duktus sistikus dan menyebabkan distensi
kandung empedu. Kasus kolesistitis ditemukan pada sekitar 10% populasi, sekitar 90% kasus
berkaitan dengan batu empedu, sedangkan 10% sisanya tidak. 1 Berdasarkan literature Negara
barat, pasien kolesistitis umunya perempuan gemuk berusia diatas 40 tahun, namun menurut
Lesman LA hal tersebut tidak sesuai dengan pasien-pasien di Negara Indonesia. Belum ada data

epidemiologis di Indonesia, namun, insiden kolesistitis dan kolelitiasis di Negara kita lebih
rendah dibandingkan dengan Negara barat. 1

Pembahasan
Anamnesis
Dari anamnesis pada scenario kita dapatkan hasil sebagai berikut
-

Nyeri ulu hati sejak 2 minggu lalu


Demam sejak 3 hari
Mual terus menerus
Riwayat batu empedu 1 tahun lalu

Perlu ditanyakan lebih lanjut mengenai


-

Nyeri
o Apakah hilang timbul
Bila ya, tanyakan nyeri pada waktu apa? Malam, siang, pagi, tidak tahu.
Intensitas nyeri
Area nyeri lainnya
BAK
o Warna
BAB
o Warna

Dikarenakan gejala yang disebutkan mirip dengan beberapa penyakit, anamnesis perlu
diperhatikan dan di tanya secara detil untuk menyingkirkan differential diagnosis.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan rasa nyeri di kuadran kanan atas yang sering meluas
hingga epigastrium. Adanya tanda klasik Murphy menunjukkan nyeri yang nyata dan inspirasi
terbatas pada palpasi (yang dalam) di bawah arkus kosta kanan. Pada sebagian kasus (30-40%)
dapat diraba massa yang merupakan kandung empedu.1
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis dan hitung jenis menunjukkan
pergeseran ke kiri. Adanya gangguan tes fungsi hati, seperti meningkatnya bilirubin serum,
fosfatase alkali/ gamma GT, dan transaminase serum, mengarah pada kecurigaan adanya
obstruksi saluran empedu (batu koledokus).

Kenaikan kadar amilase dan atau lipase serum yang mencolok mengarah pada kecurigaan adanya
pakreatitis akut. Pemeriksaan ultrasonografi akan menunjukkan batu empedu pada 90-95%
kasus, dinding empedu yang menebal (edema), tanda Murphy sonografik, dan cairan
perikolesistile koleskintigrafi (misalnya HIDA) akan memastikan diagnosis bila menampakkan
saluran empedu tanpa visualisasi kandung empedu, yang merupakan bukti adanya obstruksi
duktus sitikus.1
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis (12000-15000/McL) dan dari hitung
jenis menunjukan pergeseran ke kiri. Hasil tes fungsi hati menunjukan adanya peningkatan pada
serum bilirubin total hingga 4mg/dL, alkalin fosfatase, serum aminotransferase (ALT, AST), dan
kadar amylase, peningkatan tidak setinggi pada penyakit pankreatitis.
Selain melakukan pemeriksaan laboratorium, beberapa tes lainnya dapat dilakukan seperti Foto
polos abdomen, Kolesitografi, USG, skintigrafi dan CT Scan. Foto polos abdomen tidak dapat
digunakan untuk melakukan diagnosis kolesistitis akut, karena hanya 15% kasus akan
menunjukan gambaran batu tidak tembus pandang yang terlihat opak pada gambar.
Kolesitografi tidak memperlihatkan gambaran kantung empedu bila ada obstruksi pada saluran
empedu sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk melakukan diagnosis kolesistitis akut.1
Berdasarkan hasil USG umumnya akan didapatkan gambar kantung empedu yang membesar
disertai dengan pembenkakan dinding-dinding sekitar karena adanya edema.3. Nilai kepekaan
USG mencapai 95%.
Skintigrafi menggunakan zat radioaktif HIDA (Hepatic Idminodiaceticacid Compound.
Pemeriksaan ini menunjukan gambaran kantung empedu sehingga dapat membantu diagnosis
kolesistitis akut. 1

CT Scan kurang sensitif dan mahal, namun dapat menunjukan abses perikolesitik yang masih
kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG. 1
Berdasarkan scenario didapatkan hasil sebagai berikut
-

Leukosit : 11,300

LED meningkat
Bilirubin total : 2,7
Bilirubin direk 1,2
SGOT : 267
SGPT : 97

Mengusulkan pemeriksaan USG, amylase/lipase, hasil pemeriksaan bisa digunakan untuk


memastikan working diagnosis yang kita miliki dan juga menyingkirkan differential diagnosis
yang lain.

Working Diagnosis
Kolesistitis. Pada kasus di jelaskan bahwa wanita 46 tahun tersebut mengeluh nyeri ulu hati sejak
2 minggu lalu, disertai demam sejak 3 hari, dan mual. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan
sclera ikterik dan Murphy Sign +.
Gejala mual, demam, nyeri ulu hati kerap kali muncul dalam penyakit2 lainnya. Berikut adalah
beberapa penyakit yang gejala klinisnya

mendekati penyakit kolesistitis dan cara

membedakannya

Differensial Diagnosis
Pankreatitis Akut
Pankreatitis akut didefinisikan sebagai radang pankreas oleh enzim secara mendadak dan
menyeluruh (difus), yang diduga disebabkan oleh lepasnya enzim-enzim pankreas yang bersifat
litik dan aktif ke dalam parenkim kelenjar pankreas. Diduga hal ini disebabkan oleh adanya
kebocoran yang menyebabkan zat toksik masuk ke dalam darah, rongga peritoneum, atau dapat
juga terjadi pada keduanya sehingga mengakibatkan renjatan, kolaps sirkulasi, bahkan kematian.3
Penyakit ini paling sering ditemukan pada usia setengah baya dan seringkali dikaitkan dengan
penyakit saluran empedu dan alkoholisme. Pankreatitis akut yang dihubungkan dengan batu
empedu menyebabkan mortalitas yang bermakna; prognosisnya baik bila serangan-serangan
berikutnya dapat dihindarkan dengan tindakan bedah, Mortalitas pankreatitis akut secara
keseluruhan adalah sekitar 10%.4
Gejala Klinis
Pada pasien pankreatitis akut dengan gejala klinis sedang sampai berat akan tampak keluhan
sebagai berikut: mual, muntah, demam. lebih dari 90% pasien mengalami nyeri seperti ditusuk

pada epigastrium, lokasi rasa sakit bisa saja sedikit lebih ke kanan, ke kiri dan dapat menyebar ke
punggung dalam beberapa menit atau jam. Rasa nyeri sangat klasik, yaitu bersifat konstan, terusmenerus, dan bersifat datar. Rasa penuh perut akan berkurang apabila pasien dalam posisi duduk
atau pada posisi melengkung seperti bayi di dalam kandungan.1
Persamaan
Nyeri epigastrium yang menyebar kearah punggung, bisa disertai mual dan demam. Pada 37,5%
pasien mengalami Ikterus.
Perbedaan
Pada Kolesistitis tidak disertai dengan muntah. Namun hal ini tidak cukup. Dibutuhkannya
pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan Diagnosis, seperti USG. Pada pankreatitis akut USG
akan menunjukan gambaran berupa pancreas yang membengkak.
Koledokolitiasis
Sebagian besar batu dalam duktus koledokus berasal dari batu kandung empedu yang bermigrasi.
Migrasi berhubungan dengan ukuran batu, duktus sistikus, dan koledokus. Batu tersebut dapat
terus ke duodenum bila berukuran kecil. Batu yang tinggal di koledokus akan menimbulkan
komplikasi.1
Di negara barat, batu di saluran empedu biasanya berasal dari pasase batu dari kandung empedu.
Ukuran duktus sitikus dan ukuran batu empedu berpengaruh pada insiden migrasi batu tersebut.
Selain batu yang bermigrasi dari kandung empedu, batu koledokus dapat pula terbentuk di awal
saluran empedu, disebut batu primer saluran empedu. Biasanya batu ini terbentuk akibat
obstruksi bilier parsial karena batu sisa, striktur traumatik, kolangitis sklerotik, atau kelainan
bilier kongenital. Infeksi dapat merupakan kejadian awal.4

Manifestasi Klinik
Obstruksi saluran empedu biasanya parsial dan intermitten karena batu tersebut belaku sebagai
ballvalve di ujung distal duktus koledokus. Manisfestasi batu koledokus dapat silent dan tanpa
gejala dan ditemukan secara kebetulan pada saat pencitraan, kolik bilier disertai gangguan tes
faal hati dengan atau tanpa ikterus paling sering.1

Kelainan laboratorim berupa peningkatan bilirubin serum, peningkatan fosfatase alkali, gamma
GT serta peningkatan transaminase serum. Kadang infeksi timbul lebih akut dan cairan empedu
menjadi purulen. Duktus koledokus menebal dan melebar, kolangitis ini dapat menyebar ke
dalam saluran empedu intrahepatik dan menimbulkan abses hati, dan pakreatitis bilier.1
Persamaan
Walaupun jarang namun dapat disertai dengan icterus dan mual.
Perbedaan
Pada kolesistitis tidak disertai dengan muntah, BAK kuning pekat dan BAB dempul. Pada
pemeriksaan fisik tidak teraba massa pada area kantung empedu. Pada USG tidak menunjukan
gambaran perbesaran kantung empedu.
Kolelitiasis
Kolelitiasis adalah keadaan dimana terdapat batu didalam kantung empedu. Umumnya batu
kantung empedu adalah batu pigmen atau batu kolestetrol.
Gejala Klinis
Keluhan baru akan timbul bila batu bermigrasi dan menyumbat duktus sistikus atau duktus
koledokus. Berupa kolik bilier, mual, muntah, dan lainnya. Kolik bilier merupakan keuhan utama
pada sebagian besar pasien. Nyeri visceral ini akibat obstruksi transien duktus sistikus oleh batu,
sehingga menyebabkan peningkatan intraumen dan distensi kandung empedu. Kolik biasanya
timbul malam atau dinihari, setelah makan berat atau makanan berlemak malam hari. Nyeri
meningkat tajam dalam 15 menit dan menetap selama 3-5 jam. Timbul di kuadran kanan atas
atau epigastrium, dapat menjalar ke punggung kanan, atau bahu kanan, dan dapat menyerupai
angina pectoris. Kolik sering disertai mual dan muntah.5
Persamaan
Mual, nyeri menjalar ke punggung kanan dan bahu. Pada USG tampak adanya penebalan karena
fibrosis dan udema
Perbedaan

Kolesistitis disertai dengan demam, tanpa muntah, dan kolik malam hari, sesudah makan pada
malam hari ataupun sesudah makan makanan berlemak. Tidak disertai dengan icterus. Pada
pemeriksaan laboratorium tampak normal.
Etiologi
Penyebab tersering kolesistitis akut adalah obstruksi terus-menerus duktus sistikus oleh batu
empedu yang mengakibatkan peradangan akut kandung empedu. Pada hampir 90% kasus disertai
dengan kolelitiasis.3

Epidemiologi
Belum ada data epidemiologis penduduk insiden kolesistitis di Indonesia. Dikatakan pasien
kolesistitis umunya wanita berusia 40 tahun, dan gemuk. Namun, menuru Lesman LA, dkk, hal
ini tidak sesuai dengan pasien-pasien di Indonesia.

Patofisiologi
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah;5
a) Stasis cairan empedu
b) Infeksi kuman
c) Iskemia dinding kandung empedu
Batu empedu yang mengobstruksi duktus sistikus menyebabkan cairan empedu menjadi stasis
dan kental, kolesterol dan lesitin menjadi pekat dan seterusnya akan merusak mukosa kandung
empedu diikuti reaksi inflamasi dan supurasi. Dinding kandung empedu akan meradang, kasus
yang lebih berat akan terjadi nekrosis dan ruptur.5

Penatalaksanaan
Tindakan Umum
Istirahat, pemberian cairan intravena, diet ringan tanpa lemak dan menghilangkan nyeri dengan
petidin (demerol) dan buscopan.4

Antibiotika
Diberikan

untuk

mengobati

septikemia

serta

mencegah

peritonitis

dan

empiema.

Mikroorganisme yang sering ditemukan adalah Eschteria coli, Stretococcus faecalis, dan
Klebsiella, sering dalam kombinasi. Dapat juga ditemukan kuman anaerob seperti Bacteriodes
dan Clostridia.4
Bedah
Pada kolestisistitis akut sebaiknya dilakukan kolesistektomi laparoskopik secepatnya pada 1-2
hari perawatan. Beberapa dokter bedah lebih menyukai menunggu dan mengobati pasien dengan
harapan menjadi lebih baik selama perawatan, dan mencadangkan tindakan bedah bila kondisi
pasien benar-benar hampir pulih, dengan dasar pemikiran bahwa aspek tekhnik kolesistektomi
akan lebih mudah bila proses inflamasi telah mulai menyembuh. Masalahnya sekitar 25% pasien
gagal mengalami perbaikan atau malah memburuk sehingga memerlukan tindakan bedah yang
mendesak. Pada saat itu kecenderungannya ialah dengan melakukan tindakan bedah segera
setelah diagnosis sudah pasti dan keadaan umum pasien secara keseluruhan sudah stabil.1
Dibandingkan kolesistektomi konvensional, pada kolesistektomi laparoskopik, pasien dapat
keluar rumah sakit dalam 1-2 hari pascaoperasi dengan jarigan parut minimal dan dapat
berkativitas lebih cepat. Sekitar 10% kolesistektomi laparoskopik harus diubah menjadi operasi
terbuka (kolesistektomi konvensional) di kamar operasi karena adanya inflamasi yang luas,
perlekatan, atau adanya komplikasi, seperti cedera saluran empedu yang memerlukan perbaikan.
Pada pasien yang memerlukan penanganan secepatnya, namun dalam keadaan sakit keras atau
sangat berisiko tinggi untuk kolesistektomi, pasien harus diterapi secara medis dengan pemberian
cairan, antibiotika dan analgesik, bila terapi ini gagal, perlu dipertimbangkan suatu
kolesistotomia perkutan. Di sini, isi kandung empedu dikeluarkan dan lumen didrainase dengan
kateter yang ditinggalkan. Pada pasien yang mengalami kolesistosomia dan telah sembuh dari
keadaan akut, harus dilakukan kolesitektomi 6-8 minggu kemudian bila kondisi medisnya cukup
baik.4

Prognosis
Sekitar 75% pasien yang ditangani secara medis akan mengalami remisi dari gejala akut dalam
kurun waktu 2-7 hari perawatan rumah sakit. Penyembuhan spontan didapatkan pada 85% kasus,
sekalipun kadang kandung empedu menjadi tebal,fibrotik, penuh dengan batu dan tidak
berfungsi lagi. Tidak jarang pula, menjadi kolesistitis rekuren Pada 25% kasus, timbul penyulit,
gangren, empiema dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati atau peritonitis umum Bila
hal ini terjadi, angka kematian dapatmencapai 50 60%. Hal ini dapat dicegah dengan
pemberian antibiotik yangadekuat pada awal serangan. Dalam hal ini, diperlukan segera tindakan
bedah.4
Dari 75% pasien kolesistitis akut dengan gejala yang mereda, hampir seperempatnya akan
kambuh dalam kurun waktu satu tahun, dan 60% setidaknya akan mendapat satu kali serangan
kekambuhan dalam waktu enam tahun. Oleh karena itu, bila mungkin, tindakan terbaik adalah
tindakan bedah dini.4
Komplikasi
Kolesistitis akut tidak jarang menjadi kolesistitis rekuren, kadang dapat berkembang dengan
cepat menjadi gangren, empiema dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati, dan
peritonitis.6
Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pasien di diagnosis
menderita kolesistitis. Kolesistitis merupakan inflamasi dari kantung empedu yang umunya
disebabkan oleh batu empedu. Terapi dibagi menjadi dua yaitu dengan mengembalikan kondisi
umum pasien dengan pemberian antibiotic, analgesic dan anti emetic dan juga pembedahan bila
ada indikasi, laparoskopik kolesistektomi umum dilakukan pada kasus ini karena rasa nyeri
pasca operasi minimal, memperpendek masa perawatan dan memperbaiki kualitas hidup pasien
lebih cepat.

Daftar Pustaka
1. Pridady.Papdi. Ed. 3. Jakarta. Internapublishing. 2014.Kolesistitis. h. 2017-19
2. Bickley LS, Szylagyi PG. Bates guide to physical examination and history taking. 8th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2003.

3. Henry MM, Jeremy NT. Clinical Surgery, 2 ed. London: Elsevier; 2005
4. Sulaiman HA, Akbar HN, Lesmana LA, Noer HMS. Buku ajar ilmu penyakit hati. Ed 1.
Jakarta: CV Sagung Seto; 2012. H 175-7, 184, 603-7
5. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi. Jakarta: Biro Publikasi Fakultas
Kedokteran UKRIDA; 2013. h 194.
6. Nurman A. Batu empedu. Dalam: Sulaiman HA, Akbar NA, Lesmana LA, Noer HMS.
Buku ajar ilmu penyakit hati. Jakarta: Jaya Abadi; 2007. H 161.

You might also like