Professional Documents
Culture Documents
Chandra Franata
10-2011-148
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) 2011
Jln. Terusan Arjuna Utara No. 6
Jakarta 11510
Tel. (021) 56942061
E-mail: chandrafranata@rockeetmail.com
Pendahuluan
Fungsi utama ginjal adalah mengeluarkan sisa hasil ekskresi dari tubuh. Bagian dari ginjal
yang berfungsi untuk menyaring zat-zat tesebut disebut dengan unit kerja ginjal atau lebih
lazim disebut dengan nefron. Nefron terdiri dari glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
ansa henle pars desendens, ansa henle pars asendens, tubulus kontortus distal, dan duktus
koligentes. Glomerulus sendiri terdapat pada korteks ginjal, sedangkan bagian lainnya
mungkin ditemukan baik pada korteks ginjal maupun pada medula ginjal. Hasil saringan
tersebut akan dialirkan kedalam kalix minor, kalik mayor lalu ke dalam pelvis renalis. Nefron
sendiri dibagi menjadi dua yaitu nefron panjang atau yokstamedular dan nefron pendek yang
disebut dengan nefron korteks. Unit fungsional pertama yang akan dibahas adalah korpuskel
dari ginjal. Korpuskel ginjal dapat menjadi dua bagian utama yaitu glomerulus dan kapsula
bowmans. Gromerulus merupakan suatu anyaman dari kapiler darah yang disebut dengan
kapiler fenestra. Kapiler tersebut memiliki banyak lubang yang mungkin dilewati oleh
berbagai zat yang akan difiltrasi. Pada glomerulus terdapat dua pintu yaitu arteriol afferen
yang berfungsi sebagai tempat masuknya darah dan arteriol eferen yang berfungsi sebagai
tempat keluarnya darah.
Pembahasan
A. Ren
Ren atau ginjal terletak retroperitoneal, yaitu diantara peritonium parietale dan fascia
tranversa abdominalis dan fascia tranversa abdominis, pada sebelah kanan dan kiri
columna vertebralis. Ren sinistra terletak setinggi costa XI atau vertebra lumbal 2-3,
sedangkan ren dextra terletak setinggi costa XII atau vertebra lumabl 3-4. Jarak antara
extremitas superior ren dextra dan sinistra adalah 7cm, sedngakan jarak extremitas
inferior ren dextra dan sinistra adalah 11cm. Sedangkan jarak dari extremitas inferior
ke crista illiaca adalah 3-5cm.1
Ginjal dibungkus oleh:
Capsula fibrosa
Capsula fibrosa melekat pada ren dan mudah dikupas, capsula fibrosa
hanya menyelubungi ginjal dan tidak mebungkus gl. Suprarenalis.
Capsula adiposa
Capsula adiposa mengandung banyak lemak dan membungkus ginjal
dan glandula suprarenalis. Capsula adiposa di depan relatif lebih tipis
daripada bagian belakang.
Ginjal dipertahankan tempatnya oleh fascia adiposa. Pada keadaan
tertentu capsula adiposa sangat tipis sehingga jaringan ikat yang
menghubungkan capsula fibrosa dan capsula renalis kendor sehingga
ginjal turun, yang disebut nephroptosis. Nehroptosis sering terjadi pada
ibu yang sering melahirkan (grande multipara).1
Fascia renalis (Gerota)
Fascia renalis terletak diluar capsula fibrosa dan terdiri dari 2 lembar
yaitu fascia prerenalis di bagian depan ginjal dan fascia retrorenalis di
bagian belakang ginja. Kedua lembar fascia renalis ke caudal tetap
terpisah, ke cranial bersatu, sehingga kantong ginjal terbuka ke bawah,
sehingga sering terjadi ascending infection.
Bagian-bagian ginjal:1,2
Coertex renalis
Pendarahan ginjal:
Ginjal diperdarahi oleh A. Renalis. Perjalana vasukularisasi dapat diuraikan sebgai
berikut:1,2
renalis merupakan cabang dari Aorta abdominalis setinggi vert. L I-II
ginjal
(cortex), mempercabangkan:
Pembuluh balik pada ren mengikuti nadinya dari permukaan ginjal sebagai kapiler
dan kemudian berkumpul ke dalam v. Interlobaris = Vv stellatae ( verheyeni). Dari v.
Interlobularis v. Arcuata v. Renalis v. Cava inferior
B. Histologi
Ginjal
Irisan sagital ginjal menampakan bagian korteks yang lebih gelap di bagian luar,
dan bagian medula yang lebih pucat di bagian dalam yang terdiri atas piramid
renal berbentuk kerucut. Juluran menurun korteks di antara piramid membentuk
kolumna renali. Dasar setiap piramid, disebut papila renalis, dikelilingi kaliks
minor berbentuk corong. Kaliks minor bergabung membentuk kaliks major yang
pada gilirannya bergabung membentuk pelvis renalis.3
Susunan fungsional ginjal disebut nefron. Ginjal tersusun atas banyak nefron,
yang berfungsi untuk filtrasi dan pembentukan urin. Satu unit nefron terdiri dari :
Glomerulus
Merupakan suatu gulungan kapiler. Dikelilingi oleh sel sel epitel lapis ganda
atau biasa disebut Kapsul Bowman. Bertindak seperti saringan, menyaring
darah yang datang dari Arteriol Aferen. Membentuk urin primer yang berupa
cairan pekat, kental, dan masih seperti darah, tapi protein dan glukosa, sudah
tidak ditemukan.3
Tubulus Kontortus Proksimal
Suatu saluran mikro yang amat berliku dan panjang. Mempunyai mikrovilus
untuk memperluas area permukaan lumen.
Ansa Henle
Suatu saluran mikro yang melengkung dan berliku, terdiri dari bagian yang
tipis dan yangtebal. Bagian tebal terdiri atas Tubulus rectus proximal dan
tubulus rectus distal. Padabagian yang tipis, didominasi oleh reabsorpsi air.
Sedangkan pada bagian yang tebal,didominasi oleh reabsorpsi elektrolit,
seperti NaCl. Dan pada ansa henle ini lah nantinyaakan terjadi mekanisme
counter current, yaitu salah satu mekanisme dalam pembentukanurine.
Tubulus Kontortus Distal
Suatu saluram mikro yang juga panjang dan berliku. Disini, sedikit dilakukan
reabsorpsiair.
Ductus Coligentus
Suatu saluran lurus dimana berkumpulnya hasil urin setelah melewati Tubulus
KontortusDistal. Bermuara ke Calix Minor Renalis. Yang selanjutnya akan
dibawa ke Calix MayorRenalis, lalu ke Pelvis Renalis.
C. Mekanisme ginjal
Dalam proses pembuatan urin terdapat tiga proses utama yaitu filtrasi, reabsorbsi dan
sekresi dari ginjal. Jumlah urin yang terbentuk dari ketiga proses tersebut berjumlah
sekitar 1500ml perhari. Jumlah urin ini ditentukan dengan jumlah ketiga proses
tersebut dimana jumlah urin sama dengan jumlah filtrasi dikurangi dengan jumlah
reabsorbsi dan ditambahkan dengan jumlah sekresi dari ginjal. Oleh karena ketiga
kegiatan yang dilakukan ginjal diatas dapat disimpulkan bahwa pengaturan yang
dilakukan oleh ginjal dapat dilakukan dalam proses sekresi, filtrasi maupun pada
proses reabsorbsi dari ginjal tersebut.4,5
Filtrasi Ginjal
Proses filtrasi dari ginjal dilakukan pada daerah korpuskel ginjal yang dimana
banyak terdapat pembuluh darah pada daerah tersebut. Kapiler darah yang berupa
kapiler fenestra yang tertutupi oleh kaki kaki pedikel pososit ini berfungsi
seperti saringan yang dapat melewatkan benda berukuran dibawah 8 nano meter.
Ukuran yang kecil ini tidak memungkinkan bagi protein, enzim dan zat yang
besar untuk melewatinya. Selain daripada itu, sawar ini juga memiliki muatan
negatif, sehingga zat-zat yang memiliki muatan negatif akan sangat sulit untuk
melewati sawar ini. Hal ini terbukti pada protein albumin yang memiliki ukuran
lebih kecil dari 8 nanometer dan bermuatan negatif. Albumin ini tidak dapat
melewati sawar ginjal dengan alasan bahwa molekul tersebut merupakan suatu
molekul negatif yang saling tolak-menolak dengan sawar dari ginjal tesebut. Oleh
karena itu dapat disimpukkan bahwa kemampuan filtrasi zat terlarut berbanding
terbealik dengan ukurannya tetapi tidak berlaku pada molekul yang bermuatan.
Dengan pembahasan yang telah dilakukan diatas dapat juga ditarik kesimpulan
bahwa dalam filtrat tidak diketemukan protein dan lemak, karena lemak biasanya
berikatan dengan protein yang terdapat dalam plasma.5
GFR atau laju aliran tubulus merupakan banyaknya plasma yang melewati
membran tubulus dalam satu menit. Pada orang dewasa normal, jumlahnya
sekitar 125mL/menit. Laju filtrasi gromelurus ini ditentukan dengan kesimbangan
osmotik dan onkotik antara plasma dengan di kapsula bowman dan juga faktor
filtrasi dari zat tersebut. Hal yang mempengaruhi kecepatan berikutnya adalah
tekanan hidrostatik dari kapiler dan gromelurus. Dimana peningkatan tekanan
hidrostatik dari kapiler akan meningkatkan GFR sedangkan peningkatan tekanan
hidrostatik dari glomerulus akan menurunkan GFR. Hal berikutnya yang
berpengaruh adalah konsentrasi protein plasma yang bersifat higroskopis atau
menarik air yang disebut sebagai tekanan onkotik. Karena dalam glomerulus
tidak terdapat protein yang berarti maka tekanan onkotik glomerulus pada orang
normal dianggap sama dengan nol. Sedangkan tekanan onkotik pada kapiler awal
dibandingkan dengan kapiler akhir akan terus menigkat karena banyak air yang
sudah keluar dan hal inilah yang menyebabkan tidak semua plasma dapat keluar
dari kapiler ke dalam glomerulus. Hal ini dapat diartikan bahwa kontriksi dari
arteriol aferen akan menurunkan GFR, sedangkan kontriksi dari arteriol eferen
memiliki 2 sifat yaitu menurunkan dan menaikan GFR. Pada kontriksi arteriol
eferen awal akan meningkatkan GFR, sedangkan pada kontriksi arteriol akhir
akan menurunkan GFR itu sendiri.
Kontrol umpan balik yang berfungsi untuk mengatur kerja dari filtrasi ginjal
adalah renin dan angiotensin. Prosesnya adalah sebagai berikut, apabila tekanan
arteri menurun maka akan menyebabkan tekanan hidrostatik glomerulus ikut
turun dan akan serta merta menurunkan GFR. Penurunan zat yang difiltrasi akan
juga menurunkan jumlah nacl yang terdeteksi oleh makula densa. Apabila hal ini
terjadi maka akan menurunkan tahanan dari arterol aferen, selain daripada itu,
6
Secara
presenntase
yang
oleh tubulus proskimal sebelum filtrat mencapai ansa Henle peresentase ini
dapat menigkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis. Pada tubulus
proskimal zat zat yang terutama direabsorbsi adalah natrium, clorida, air,
glukosa, asam amino dan ion bikarbonat. Dan zat yang terutama disekresi
adalah ion hidrogen, asam organik, dan beberapa jenis basa. Pada pertengahan
pertama dari tubulus proksimal transpor natrium sebagaian besar diikuti oleh
transport dari glukosa ataupun asam amino, sedangkan untuk paruh
berikutnya karena konsentrasi dari clorida lebih tinggi lagi, maka transport
dari natrium akan lebih bersamaan dengan ion clorida. Transport imbangan
dari natrium adalah dengan hidrogen yang pada tubulus ginnjal berreaksi
dengan ion bikarbonat dan akan menjadi carbondioksida dan air. Dan hal
yang juga penting adalah pada tubulus prosimal terdapat proses sekresi dari
asam dan basa organik yang berfungsi untuk mengeluarkan obat-obatan atau
toksin yang potensial berbahaya melalui sel-sel tubulus ke dalam tubulus dan
dapat dengan cepat dibersihkan dari darah.
Ansa henle terdiri dari tiga segmen fungsional yang berbeda yaitu segmen
tipis desenden, segmen tipis asenden dan segmen tebal asenden ansa henle.
Bagian tebal dari segmen tipis ansa henle sangat permeable terhadap air dan
cukup permeabl terhadap sebgaian besar zat terlarut tetapi hanya memiliki
beberapa mitokondria dan terjadi reabsorbsi aktif yang sedikit atau bahkan
tidak terjadi reabsorbsi aktif. Segmen tebal asenden ansa henle mereansornsi
sekitar 25% natrium, klorida dan kalium yang terfiltrasi serta sejumlah besar
kalsium, bikarbinat dan magnesium. Segmen ini juga menyekresikan ion
hidrogen ke dalam lumen tubulus. Dan disini dapat dijelaskan bahwa pada
bagian segmen tipis desendens dari ansa henle sangat permeable terhadap air,
sendangkan pada bagian acendensnya tidak lagi permeable terhadap air tertapi
banyak terdapat transport aktif keluar untuk natrium. Keadaan ini
yang
mereabsorbsi
magnesium tapi sebnenarnya tidak permeable terhadap air dan ureum. Bagian
akhir dari tubulus distal dan tubulus kologentes kortikalis terdiri dari dua jenis
sel yang berbeda yaitu sel prinsipalis dan sel interkalatus. Sel prinsipalis
mereabsorbsi natrium dari lumen dan menyekresikan ion kalium ke dalam
lumen. Sel interkalatus mereabsorbsi ion kalium dan bikarbonat dari lumen
dan menyekresikan ion hidrogen ke dalam lumen. Rabsorbsi air dari segmen
tubulus ini diatur oleh konsentrasi hormon antidiuretik.
Ciri khas dari duktus koligentes bagian medula dalah dalam reabsorbsi air
sangat dipengaruhi oleh hormon ADH. Peningkatan hormon ini akan
menyebabkan banyak dari air yang akan direabsorbsi ke dalam darah, begitu
juga sebaliknya. Ciri berikutnya yaitu duktus koligentes bagian medula
bersifat permeabel terhadap ureum.
Oleh karena itu beberapa ureum tubulus direabsorbsi ke dalam interstisium
medula, membantu meningkatkan osmolalitas daerah ginal ini dan turut
berperan pada seluruh kemampuan ginjal untuk membentuk urin yang pekant.
Dan yang terakhir adalah duktus koligentes bagian medula mampu
menyekresikan ion hidrogen melawan gradien konsentrasi yang besar, seperti
yang juga terjadi dalam tubulus koligentes kortikalis. Jadi, duktus koligentes
bagian medula juga memainkan peranan kunci dalam mengatur keseimbangan
asam basa.5
Sekresi ginjal
Sekresi tubulus, mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler
peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah
untuk masuk kedalam tubulus ginjal. Proses sekresi terpenting adalah sekresi
H+,
K+, dan
ion-ion
organik. Sekresi
tubulus
dapat
dipandang
maupun
sekresi tubulus
dan
tidak
direabsorpsi
akan
tetapi
langkah-langkahnya
berlawanan arah.
Seperti
reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif atau pasif. Bahan yang paling penting
yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+), ionkalium (K+),
9
serta
anion
dan
kation
organik, yang
banyak
diantaranya
adalah
sangatlah
penting
dalam pengaturan
D. Hormon di ginjal
ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh
hipotalamusyang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritasdan menurunkan cairan ekstrasel.5
Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal ditubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahankonsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin
Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi
meresponsradang,
pengendalian
tekanan
darah,
kontraksi
uterus,
dan
E. Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion H
bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah
vena 7,35.3,10
Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis.
Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan
kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat
2. katabolisme zat organik
3. disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolism lemak
terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan
ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat,
sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
3. mempengaruhi konsentrasi ion K.3
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H
seperti nilai semula dengan cara:
1. mengaktifkan sistem dapar kimia.
2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan.
3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan.6
Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:
1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat.
11
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera. Jika dengan
dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat terhadap perubahan kadar ion H
dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal
mampu meregulasi
F. Ketidakseimbangan asam-basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1. Asidosis respiratorik, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukan
H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
2. Alkalosis respiratorik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat
hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru. Diare
akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis uremia akibat gagal
ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas
meningkat.
4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma defisiensi asam nonkarbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena
kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnya ion H
akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga
kadar bikarbonat plasma meningkat.Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan
asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat penting.6
12
Kesimpulan
Fungsi utama ginjal adalah mengeluarkan sisa hasil ekskresi dari tubuh. Mekanisme
pembuatan urin terdiri atas tiga mekanisme yaitu filtrasi di glomerulus, reabsorpsi di tubulus
dan sekresi. Dalam proses tersebut terdapat hormone-hormon yang berperan penting yaitu
renin, ADH, dan aldosteron. Rasa nyeri akibat adanya gangguan pada fugsi dan mekanisme
kerja sistem uropoetika yaitu, filtrasi, reabsorsi, sekresi serta ekskresi.
Daftar pustaka
1. Rasjidi I. Panduan pelayanan medik model interdisiplin penatalaksanaan.
1st ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. h. 27
2. Inggriani, Y. Buku ajar Anatomi : Traktus Urogenitalis. 2 nd ed. Jakarta :
Bagian Anatomi FK UKRIDA; 2012. h. 20-3
3. Junqueira, L.J, Carneiro, J. Histologi dasar. 1st ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.
4. Leeson. Buku ajar Histologi. 1st ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2006
5. Sherwood L. 2001. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi-2. Jakarta : EGC. Hal
461-504.
6. Hall, Guyton. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Hal 439-445.
13
14