Professional Documents
Culture Documents
1. DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai >380C). Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakranial maupun
ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan s/d. 5 tahun.
Paling sering pada anak usia 17-23 bulan (IDAI, 2004).
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Ciri dari kejang ini adalah:
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
2. PENYEBAB
Etiologi kejang dibedakan menjadi intrakranial dan ekstrakranial.
Intrakranial meliputi:
Ekstrakranial, meliputi:
Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum kejang demam,
semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang
Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara mulainya demam
dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang demam berulang.
4. PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal, memmbran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) serta
elektrolit lainnya kecuali ion kloirda (Cl-). Akibatnya, konsentrasi ion K+ dalam neuron
tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron berlaku sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebut sebagai potensial membran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini, diperlukan energi dan bantuan enzim Na-KATP-ase ynag terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstra seluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawia atau aliran listrik
dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran neuron itu sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10C akan meningkatkan metabolisme basal 1015% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun,
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan orang dewasa yang hanya
mencapai 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium melalui membran sel yang mengakibatkan lepasnya aliran listrik. Lepasnya aliran
listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh bagian sel maupun
membran sel di sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter sehingga terjadilah kejang.
Ambang kejang tiap anak berbeda. Pada anak dengan ambang rendah, kejang dapat
terjadi pada suhu 380C, sedang anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada
suhu 400C atau lebih.
Perjalanan penyakit kejang demam dapat diamati pada gambar di bawah ini:
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit, dan glukosa
darah dapat dilakukan walupun kadang tidak menunjukkan kelainan yang berarti.
2. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal pungsi pada pasien dengan
kejang demam meliputi:
o Bayi<12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala meningitis sering
tidak jelas
o Bayi antara 12 bulan -1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal pungsi kecuali
pasti bukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
4. Pemeriksaan foto kepala, CT-scan, dan/atau MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa
kelainan neurologist karena hampir semuanya menunjukkan gambaran normal. CT scan
atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi organik di otak.
6. MANAJEMEN TERAPI
Tujuan penanganan kejang adalah untuk menghentikan kejang sehingga defek
pernafasan dan hemodinamik dapat diminimalkan.
1. Pengobatan saat terjadi kejang
1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian:
1. 5 mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3 tahun,
2. atau 5 mg untuk BB <10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB> 10 kg,
3. 0,5-0,7 mg/kgBB/kali
2. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5 mg/kgBB.
Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per menit untuk
menghindari depresi pernafasan. Bila kejang berhenti sebelum obat habis,
hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila
anak masih kejang. Diazepam tidak dianjurkan diberikan per IM karena tidak
diabsorbsi dengan baik.
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB perlahanlahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50mg IM dan pasang
ventilator bila perlu.
Berikan diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan risiko berulangnya kejang, atau
Kejang fokal
BAB II
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Riwayat kejang
2. Riwayat penyakit, terutama penyakit infeksi
3. Pengkajian fisik dan neurologi
4. Pantau kejang: awitan, waktu, durasi, kepatenan jalan nafas selama kejang
berlangsung
5. Observasi pasca kejang: status kesadaran, adanya paresis atau kelemahan
o Tingkat pernafasan
meningkat
o Takikardi
o Kulit memerah
o Palpasi hangat
o Dispnea
o Produksi sputum
o Sianosis
o Orthopnea
o Gelisah
Faktor yang berhubungan: spasme jalan nafas, akumulasi sekret, adanya jalan nafas
buatan (selama kejang)
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
Definisi: penurunan oksigen yang berdampak pada kegagalan menutrisi jeringan pada
tingkat kapiler
Kriteria:
o Kesulitan menelan
o Perubahan perilaku
No
.
1.
Diagnosa
Hipertermia b.d.
penyakit,
peningkatan
Pengaturan suhu
Intervensi (NIC)
Penanganan Demam:
metabolic rate
rentang yang
diharapkan ( 36,5
37,50 C)
2. Kecepatan nadi
dalam rentang yang
diharapkan (100
190x/mt)
3. Kecepatan respirasi
dalam rentang yang
diharapkan (2030
x/mt)
4. Hidrasi adekuat
5. Suhu tubuh dalam
batas normal
6. Tidak terdapat
iritabilitas
7. Tidak terdapat
kejang otot
8. Berkeringat ketika
panas
2. Monitor penurunan
kesadaran
7. Monitor ketidakseimbangan
asam basa
9. Kelola pengobatan
antipiretik secara tepat
2.
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
b.d. spasme jalan
nafas, akumulasi
sekret, adanya
jalan nafas buatan
(selama kejang)
Kecemasan tidak
terjadi
Tersedak tidak
terjadi
3. Identifikasi kebutuhan
Mengeluarkan
sputum dari jalan
nafas
memaksimalkan ventilasi
aktual/potensial pasien
terhadap alat bantu
pernafasan
8. Bantu penggunaan
spirometer
3.
Perfusi jaringan
serebral tidak
efektif b.d.
ketidakseimbangan
ventialsi dengan
aliran darah,
penurunan
konsentrasi Hb
1. Konsultasikan dengan
dokter untuk menentukan
parameter hemodinamik,
dan mempertahankannya
tetap dalam rentang normal
dalam darah
kesadaran baik
Fungsi neurologis
tidak terganggu
pemberian volume
expander atau agen
inotropik atau
vasokonstriktif, sesuai yeng
diresepkan untuk
mempertahankan parameter
hemodinamik dan
mengoptimalkan cerebral
perfusion pressure (CPP)
4.
Kontrol Aspirasi
Identifikasi faktor
risiko
Mencegah faktor
risiko
Memposisikan diri
duduk untuk
makan/minum
Mempertahankan
konsistensi cairan
dan makanan
Pencegahan Aspirasi
5.
Risk Control
Manajemen Kejang
Pengetahuan tentang
resiko
Memonitor faktor
resiko dari
lingkungan
Longgarkan pakaian
Memonitor faktor
resiko dari perilaku
personal
Menggunakan
fasilitas kesehatan
sesuai kebutuhan
Reorientasikan pasien
paska kejang
Menggunakan
dukungan personal
untuk mengontrol
resiko
Dokumentasikan informasi
mengenai kejang
Berikan antikonvulsan
sesuai anjuran
Mengembangkan
strategi kontrol
resiko yang efektif
Melaksanakan
strategi kontrol
resiko yang dipilih
periode kejang
Manajemen Lingkungan
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan
yang cukup
Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
6.
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
ketidakmampuan
ingesti b.d. faktor
biologis
Status Nutrisi
Karakteristik:
Energi tercukupi
Ukuran kebutuhan
nutrisi secara
biokimia dalam
rentang normal
Terapi nutrisi
1. monitor makanan/cairan
yang dikonsumsi dan intake
kaori harian
2. Tentukan-kolaborasi
dengan ahli gizi- jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
7.
Gangguan
mobilitas fisik b.d.
gangguan
neuromuskuler
Mobilitas
Setelah dilakukan tindakan
selama 7x24 jam anak akan
menunjukkan peningkatan
mobilitas mandiri meliputi:
Terapi aktifitas
1. Berkolaborasi dengan
okupasi terapis, fisik terapis
dalam merencanakan dan
memonitor program
Keseimbangan tubuh
Posisi tubuh
Gerakan Otot
Gerakan sendi
Kemampuan
berpindah
3. Memfasilitasi pergantian
aktifitas pada saat pasien
mempunyai keterbatasan
dalam waktu, energi atau
pergerakan.
DAFTAR PUSTAKA